Anda di halaman 1dari 12

SUMBANG

SUARA
JAKSEL MENYAPA

SPT... So Simple

itual tahunan pajak kembali


menemukan masanya. Pada
saat Maret dan April kembali
mengulang waktu di tahun ini,
ada kewajiban besar dari tiap-tiap
warga negara untuk segera ditunaikan.
Tentu saja kewajiban itu adalah pengisian SPT Tahunan 2012. Untuk wajib
pajak orang pribadi batas toleransi
pelaporan diberikan hingga 31 Maret
2013 sedangkan wajib pajak badan
sedikit lebih lenggang hingga 30 April
2013. Lantas sudah siapkah masyarakat
menjalankan hajatan pajak setahun
sekali ini?
Tak bisa dipungkiri masih banyak
masyarakat yang kerap kesulitan dalam
pengisian SPT Tahunannya. Mulai dari
kerumitan perhitungan pajaknya,
banyak-nya formulir yang harus diisi,
apa saja yang harus dilampirkan hingga
paling klasik kemana harus menyampaikannya. Kerumitan dalam pengisian SPT
Tahunan membuat masalah besar bagi
wajib pajak. Wajib pajak merasa tak
bisa mengisi SPT dengan mudah.
Terbatasnya waktu untuk menguasai materi perpajakan dan tidak adanya
sarana tempat bertanya menjadi alasan
klasik yang kerap dimunculkan wajib
pajak. Pada dasarnya semua itu bisa
dikatakan salah. Pengisian SPT Tahunan
bisa dikatakan sangat mudah.
Kemudahan-kemudahan inilah yang
ingin dibahas oleh redaksi Pandu Pajak.
Kemudahan pengisian SPT dapat dilihat
dari penjelasan Edu Pajak pada edisi kali
ini. Edu Pajak akan menjelaskan bagaimana sebenarnya pengisian SPT, apa
saja yang harus dipersiapkan sebelum
mengisi SPT dan yang paling penting
SPT apa yang akan kita gunakan.
Masalah-masalah utama inilah yang
mengakibatkan banyak wajib pajak yang
kesulitan dalam mengisi SPT nya.
Dimulai dari kerumitan menentukan
jenis SPT mana yang sesuai dengan

penghasilannya dan dilanjutkan dengan


berbagai formulir yang harus disiapkan.
Edu Pajak akan menjelaskannya secara
detail sehingga wajib pajak menjadi
lebih dalam mengisi SPT Tahunannya.
Selain itu, pada Pandu Utama akan
dibahas pentingnya lembar bukti
potong bagi wajib pajak. Lembar bukti
potong inilah yang sering dilupakan oleh
wajib pajak padahal seharusnya pada
saat terjadi pemotongan dan pemungutan pajak harus disertai dengan pembuatan bukti potong bagi wajib pajak.
Pandu Utama akan membahasnya
agar wajib pajak lebih peduli dengan
bukti potongnya dalam pemotongan
dan pemungutan pajaknya sehingga
wajib pajak dapat mengetahui dasar
pembuatan bukti potong tersebut dan
berapa besarnya jumlah pajak yang
dipotong dan dipungut sehingga dapat
diakui sebagai kredit pajak pada saat
pelaporan SPT Tahunan.
Pada kolom opini, kali ini anggota
DPR RI Komisi XI, Prof. Dr. Ismet
Ahmad memberikan pandangannya
terkait memacu kepatuhan wajib pajak.
Beliau menyoroti masih pertumbuhan
kepemilikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) yang tak seiring dengan
meningkatnya kepatuhan wajib pajak
dalam menyampaikan SPT nya.

Selain itu kritik dan masukan juga


diberikan beliau dalam memacu kepatuhan wajib pajak. Bagaimana pembahasan lengkap mengenai masalah ini?
Pandu Pajak akan menguraikannya secara terperinci dan tentunya selalu dipenuhi dengan unsur netralitas dengan
memandang sisi DJP dan masyarakat
secara seimbang.
Selain itu, pandangan dari sisi masyarakat terkait SPT Tahunan juga akan
digambarkan secara gamblang pada
Sumbang Suara. Jika biasanya Sumbang
Suara mengambil narasumber dari
para pegawai Kanwil DJP Jakarta
Selatan, kali ini Pandu Pajak mengambil
narasumber dari sisi eksternal. Perwakilan akademisi menjadi narasumber
Pandu Pajak kali ini. Dr Erna Hernawati
S.E., Ak.,M.M. yang merupakan dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran dan
salah satu pengurus tax center UPN
memberikan pandangannya terkait
penyampaian SPT Tahunan dan
pengalaman-pengalaman beliau seputar
pajak selama ini terutama setelah
berdirinya tax center di UPN.
Di akhir edisi, tentu saja akan ada
Sorot Lensa yang merupakan gambaran berbagai aktivitas Kanwil DJP
Jakarta Selatan akhir-akhir ini. Jika
edisi lalu tidak ada hasil jepretan lensa
yang menarik, pada edisi kali ini pembaca akan dipuaskan dengan banyak
tampilan foto-foto seputar kegiatan
penyuluhan perpajakan menjelang
penyampaian SPT Tahunan.
Tak lupa juga akan ada jadwal penyampaian drop box SPT Tahunan beserta lokasinya di wilayah Jakarta
Selatan. Lewat jadwal ini para pembaca
dapat menyesuaikan waktu dan lokasi
terdekat dalam menyampaikan SPT
Tahunannya. So, semoga dengan terbitnya edisi Pandu Pajak ini tak ada lagi
kan alasan untuk tidak menyampaikan
SPT Tahunan. Ingat SPT itu Mudah, so
simple.
Redaksi menerima tulisan Saudara, baik
opini, artikel maupun pendapat. Silakan
mengirimkan ke pandupajak@gmail.com

Pembina: Kepala Kanwil DJP Jakarta Selatan Pengarah: Kepala Bidang P2Humas Dewan Redaksi: Kasi
Penyuluhan, Kasi Pelayanan, Kasi Humas Redaktur Berita: Dedy Antropov, Aris Hidayat Kurniawan, Ade
Firmansyah, Hardison Redaktur Foto: Eko Cayo Putranto, Mahyudin Tim Layout: Syahrul Yani, Firmania Ayu
Ambari Sekretariat: Fera Fanda Alamat Redaksi: Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jakarta Selatan Gedung
Utama KPDJP Lantai 24 Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan 12190 email:
pandupajak@gmail.com.

SUMBANG SUARA
OPINI

Memacu Kepatuhan
Wajib Pajak
Oleh: Prof. Dr. Ismet Ahmad , Anggota Komisi XI DPR

Dalam menyelenggarakan pemerintahan dan


pembiayaan pembangunan sebagian besar dananya
diperoleh dari sektor pajak. Pajak diartikan sebagai
iuran wajib oleh Wajib Pajak (WP) kepada pemerintah
yang pemungutannya diatur sesuai undang-undang dan
tidak ada imbalan prestasi langsung atas pembayaran
pajak tersebut.

etidaknya telah ada tiga macam sistem pemungutan


pajak, yaitu official assessment system, self assessment
system, dan with holding system. Masing-masing sistem
memiliki kelebihan tersendiri, namun self assessment
system memiliki peranan yang lebih dominan.
Melalui sistem self assessment, Wajib Pajak diberikan
kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, membayar dan
melapor sendiri pajak yang terutangnya berdasarkan
ketentuan peraturan perundangan perpajakan. Harapan yang
terkandung dalam sistem ini adalah pelaksanaan administrasi
perpajakan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah, tertib,
efektif, efisien dan terkendali. Dengan sistem self assessment tersebut dimaksudkan pula agar masyarakat dapat ikut
berperan serta sebagai wajib pajak dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan nasional.
Pelaksanaan self assessment oleh wajib pajak dilaksanakan melalui pengisian surat pemberitahuan (SPT). Surat
Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Sementara Kantor Pelayanan Pajak (KPP) merupakan
instansi pemerintah yang didirikan untuk memberi kemudahan dan kedekatan jangkauan pelayanan terhadap Wajib
Pajak serta meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Besarnya
tingkat kepatuhan sendiri tentu saja diukur dari banyaknya
SPT yang disampaikan, baik oleh WP pribadi maupun badan
pada kantor pelayanan pajak. Sesuai batas waktu, untuk tahun
ini, PPh orang pribadi akan berakhir 31 Maret 2013.
Pemahaman wajib pajak tentang prosedur perpajakan,
rasa tanggung jawab, dan pemeriksaan oleh fiskus menentukan keberhasilan pemungutan dengan sistem ini. Jika sebelumnya, dengan sistem official assessment, wajib pajak tidak
diberikan sama sekali hak untuk menghitung pajaknya, dengan sistem self assessment wajib pajak berpeluang melakukan
kompromi fiskal dengan aparat pajak setelah melalui tawarPANDU PAJAK

menawar mengenai utang pajak yang harus dibayar oleh


wajib pajak. Sehingga memungkinkan meningkatnya
kepatuhan wajib pajak dalam pengisian SPTnya.
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
pengisian SPT dan pembayaran pajak penghasilannya ditandai
dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak
secara sukarela dan sesuai dengan ketentuan undang-undang
dan peraturan perpajakan yang berlaku. Kepatuhan yang
terdapat dalam diri wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain rasa tanggung jawab, nasionalisme, tingkat
pendidikan, tingkat penghasilan, penyuluhan dan akuntansi.
Menurut penulis, meski penerimaan pajak terus meningkat, kepatuhan wajib pajak (WP) orang pribadi dalam
menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan masih
rendah.Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang rendah sebenarnya belum sebanding dengan kenaikan atau pertumbuhan
jumlah kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Orang Pribadi.
Namun demikian, kenaikan yang signifikan dalam
pembuatan NPWP terjadi pada 2009 setelah diterapkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2008
tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi yang akan Bertolak ke Luar Negeri.
Aturan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 53/PJ/2008 Tentang Tata
Cara Pembayaran, Pengecualian Pembayaran dan Pengelolaan Administrasi Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri Yang Akan Bertolak Ke Luar
Negeri, hal ini tentunya menjadi potensi yang dapat diikuti
dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT
masa ataupun SPT Tahunan pajaknya.
Tinggi-rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak
menyampaikan SPT tergantung pada dua Fktor. Pertama,
apakah masyarakat sudah memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara. Hal ini mendorong WP untuk membayar pajak.
Kedua, tegantung performance pemerintah dalam penggunaan dari pendapatan pajak tersebut. Ketika masyarakat
melihat pemanfaatan pajak tersebut betul-betul berdampak
pada rakyat, maka mereka akan sangat sadar untuk menyampaikan SPT-nya. Sebaliknya kalau mereka melihat pajak
ternyata dikorupsi, maka hal ini akan menambah keengananan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT-nya.
Untuk itu perlu perlu dilakukan upaya meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara dalam membayar pajak.
Pemerintah harus bersih dan efektif dalam pengunaan untuk
kesejahteraan masyarakat. Yang tidak kalah pentingnya adalah lebih menggencarkan sosialisasi dan penyuluhan kepada
masyarakat oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). (PP)

KANWIL JAKARTA SELATAN

FEBRUARI 2013

PANDU UTAMA

Lampirkan Bukti Potong,

Hindari SPT Tahunan


Tidak Lengkap
Dalam sistem perpajakannya, Indonesia mengenal istilah
self assesstment system, sistem perpajakan yang memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan jumlah
pajaknya sendiri

istem yang diperkenalkan sejak


reformasi perpajakan tahap
pertama ini memupus sistem
lama yang lebih akrab dengan official assesstment system dimana peran
fiskus dalam menghitung jumlah pajak
lebih mengemuka. Peran self assestment
system dianggap sebagai cara yang adil
dan modern dimana wajib pajak lebih
diajak untuk sadar terhadap kewajiban
perpajakannya.
Akan tetapi terhadap penerapan
sistem ini ternyata terdapat beberapa
kritik dimana peran fiskus yang dikerdilkan dalam perhitungan pajak mengakibatkan sering terjadinya penyimpangan jumlah pajak yang disetor oleh
wajib pajak.
Memang ada cara lain untuk meminimalisir kejadian ini dengan melakukan
pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak
namun ternyata cara ini pun dianggap
tidak terlalu efektif dimana tak semua
wajib pajak punya giliran untuk diperiksa
mengingat banyaknya jumlah wajib pajak
yang terdaftar.
Cara efisien dan efektif untuk mengatasi hal ini, Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) masih mengakui sistem withholding
taxyang dulu sering diterapkan pada
saat menganut official assestment system.
Sistem pemungutan pajak ini memberikan kewenangan kepada pihak ketiga
untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara. Istilah pemotongan
dimaksudkan untuk menyatakan jumlah
pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang

diberikan kepada penerima penghasilan


sehingga menyebabkan berkurangnya
jumlah penghasilan yang diterimanya
(misal: Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
dan PPh Pasal 23). Sedangkan yang
dimaksud dengan pemungutan adalah
jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima
pembayaran (misal: Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan PPh Pasal 22).
Pertimbangan memberikan kewenangan kepada pihak ketiga membuat
pengawasan terhadap kewajiban perpajakan menjadi lebih dimaksimalkan.
Bukan apa-pa pihak ketiga yang melakukan pemotongan dan pemungutan
tentunya bukan pihak sembarangan.
Misalnya untuk PPh Pasal 22, pemerintah hanya memberikan kewenangan
pemotongan dan pemungutan kepada
pihakpihak pemerintah seperti BUMN
atau pun bendahara pemerintah.
Lewat cara ini kemungkinan pemaksimalan pengenaan pajak atas dana
yang berasal dari negara akan lebih
mudah dicapai karena pihak ketiga tersebutyang umumnya berasal dari
pemerintahmemungkinkan adanya
keberpihakan kepada DJP sehingga lebih
taat dalam pemotongan dan pemungutan
pajaknya.
Selain pihak pemerintah, pihak ketiga
yang diberikan kewenangan untuk
melakukan pemotongan dan pemungutan adalah lawan transaksi dari pihak
yang melakukan transaksi. Umumnya hal
ini terkait dengan PPN dimana ada mekanisme pajak keluaran dan pajak masukkan yang memungkinkan terjadinya
selisih pembayaran PPN.

PANDU PAJAK

KANWIL JAKARTA SELATAN

Lewat sistem ini mekanisme pemeriksaan pajak bagi wajib pajak yang sedang
diperiksa akan lebih mudah karena terdapatnya data yang lebih mudah untuk
dilakukan konfirmasi perpajakan jikalau
diperlakukan.
Selain itu mekanisme penerapan
lawan transaksi memungkinkan penggelapan pajak menjadi lebih kecil karena data yang dimiliki oleh kedua pihak
yang bertransaksi harus sama. Hal ini
tentunya meringankan fiskus untuk
melakukan pengawasan perpajakan.
Dalam mekanisme perpajakan di Indonesia penerapan withholding system
berlaku untuk jenis pajak sebagai berikut:
Pemotongan PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri, yaitu penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta
pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun;
Pemungutan PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 adalah Pajak yang
dipungut oleh:
1. Bendahara pemerintah terkait
dengan pembayaran atas penyerahan barang yang berasal dari
dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN);
2. Badan-badan tertentu terkait
dengan penghasilan dari kegiatan
di bidang impor atau kegiatan
usaha di bidang lain; dan
3. Wajib pajak badan tertentu terkait pembayaran dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong
sangat mewah;
Pemotongan PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 adalah pajak yang
dipotong dari penghasilan wajib pajak
dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang berasal dari pemanfaatan
modal (dividen, bunga, dan royalti),
pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau
penyelenggaraan kegiatan (hadiah,
penghargaan, dan bonus) selain yang
dipotong PPh Pasal 21;
Pemotongan PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 adalah pajak yang
dipotong dari penghasilan wajib pajak
luar negeri atas penghasilan yang tidak
berasal dari menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT yang bersumber
dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal

FEBRUARI 2013

PANDU UTAMA
26 bersifat final (tidak dapat digunakan
sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan
lain;
Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang
dipotong dari penghasilan dengan
perlakuan tersendiri yang diatur melalui
peraturan pemerintah dan bersifat final.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4
(2) antara lain: penghasilan berupa bunga
deposito dan tabungan/jasa giro, dan
diskonto Sertifikat Bank Indonesia,
penghasilan dari transaksi penjualan
saham di bursa efek, penghasilan berupa
bunga dan diskonto obligasi yang dijual
di pasar modal, penghasilan berupa
bunga simpanan yang dibayarkan kepada
anggota koperasi (wajib pajak orang
pribadi), penghasilan modal ventura dari
transaksi penjualan saham/peng-alihan
penyertaan modal perusahaan pasangan
usahanya, persewaan tanah dan/atau
bangunan, pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, penghasilan usaha
jasa konstruksi, serta penghasilan atas
diskonto Surat Perbendaharaan Negara;
Pemotongan PPh Pasal 15
PPh Pasal 15 adalah pajak yang
dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma penghitungan khusus
untuk golongan wajib pajak tertentu, agar
memudahkan wajib pajak terse-but
dalam melakukan kewajiban perpajakannya, seperti: perusahaan pelayaran
atau penerbangan internasional; perusahaan asuransi luar negeri; perusahaan
pengeboran minyak, gas dan panas bumi;
perusahaan dagang asing; serta perusahaan yang melakukan investasi dalam
bentuk bangungunaserah (build, operate, and transfer).
Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi golongan wajib
pajak tertentu tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus
guna menghitung besarnya penghasilan
netto dari wajib pajak tertentu tersebut.
Pemungutan PPN dan PPnBM
Atas PPN adalah untuk setiap penyerahan barang kena pajak (BKP) atau
jasa kena pajak (JKP) atau pemanfaatan
barang tidak berwujud, dan lainnya.
Pemungutan pajak dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
menyerahkan BKP atau JKP tersebut.
Sedangkan atas Pajak Penjualan Barang
Mewah (PPnBM) adalah untuk penye-

PANDU PAJAK

rahan BKP yang tergolong mewah yang


dilakukan oleh pabrikan.
Dalam penerapannya, atas pemotongan dan pemungutan pajak-pajak
tersebut berhak untuk menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak
yang dipotong. Penerapan kredit pajak
ini memungkinkan tidak adanya penerapan pengenaan pajak berganda atas
satu objek pajak karena pajak yang telah
dikenakan secara pemotongan dan
pemungutan dapat dikurangkan sebagai
kredit pajak.

Pentingnya Bukti Potong

Penerapan kredit pajak atas pajakpajak yang dipotong atau dipungut


membutuhkan sebuah sarana bukti yang
harus dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang disebut
bukti potong. Sesuai dengan salah satu
fungsi SPT, pemanfaatan bukti potong
merupakan bagian yang harus dilaporkan
bersamaan ketika melaporkan SPT
Tahunan. Bagi seorang wajib pajak bukti
potong dimanfaatkan ketika mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang.
Layaknya mekanisme pengisian SPT
Tahunan, selain mengisikan perhitungan
pajak serta penghasilan yang dikenakan
sebagai objek dan bukan objek pajak
turut serta juga seorang wajib pajak
harus melaporkan perhitungan pajak
yang telah dipotong dan dipungut oleh
pihak ketiga terkait penghasilan wajib
pajak. Pada saat pengisian inilah wajib
pajak tidak bisa serta merta mengakui
jumlah pajak terutang yang dipotong dan
dipungut tanpa menyertakan bukti
potong terkait. Tentunya ini tidak sesuai
dengan prinsip pengisian SPT Tahunan
yang harus benar, jelas dan lengkap.
Bukti potong menjadi penting pada
saat ini, ketika dilakukan pelaporan SPT
Tahunan, tanpa bukti potong ada kecenderungan SPT yang diisikan masuk
dalam kategori tidak lengkap dan berpotensi menambah masalah wajib pajak.
Masalah tersebut antara lain wajib pajak
harus melengkapinya dan jika tidak bisa
melengkapi wajib pajak berpotensi masuk
dalam kategori tidak menyampaikan SPT
Tahunan dan berpeluang untuk dilakukan pemerik-saan atas SPT tersebut.
Pentingnya bukti potong inilah yang
seharusnya sudah mulai disadari oleh
para pemotong dan pemungut pajak

KANWIL JAKARTA SELATAN

serta lawan transaksinya yang dipotong


dan dipungut pajaknya. Kewenangan
pihak ketiga untuk memungut/memotong pajak atas suatu transaksi tertentu
mewajibkan pihak tersebut untuk
menerbitkan dan memberikan bukti
pemotongan tersebut kepada penerima
penghasilan yang dipotong pajak.
Pada praktiknya di lapangan penerapan bukti potong ini ternyata sering tidak
dijalankan oleh pihak pemotong dan
pemungut. Banyak diantara pihak yang
telah dipotong atau dipungut atas setiap
pengeluaran atau pembayaran yang dilakukan kepada pihak lain karena menggunakan jasa pihak lain tersebut tidak
diberikan bukti potong. Bukti potong
dianggap sebagai bukti biasa dan
diabaikan.
Padahal sesuai dengan fungsi SPT
Tahunan sebagai media pelaporan dan
pertanggungjawaban penghasilan, bukti
potong merupakan salah satu lampiran
wajib yang harus disampaikan pada saat
pelaporan SPT Tahunan. Namun, pentingnya bukti potong inilah yang sering
dilupakan. SPT Tahunan sering disampaikan tanpa melampirkan bukti potong
tetapi tetap mencantumkan sejumlah
pajak yang telah dipotong.
Kesalahan wajib pajak ini juga berpotensi dalam pelaporan kredit pajak
yang boleh diakui sebagai pengurang
penghasilannya. Tanpa bukti potong
terlampir dalam SPT Tahunan, kredit
pajak yang tercantum tidak bisa mutlak
diperhitungkan dan cenderung diang-gap
sebagai SPT yang tidak lengkap.
Selain sebagai kredit pajak bukti
potong juga merupakan dokumen wajib
pajak untuk mengawasi pajak yang telah
dipotong oleh pemberi kerja. Oleh karena
itu kita harus meminta bukti potong,
berapa pajak yang telah dipotong
kemudian dicocokkan kebenarannya.
Kesadaran akan jarangnya penerapan bukti potong memang tidak terlalu
menyusahkan bagi pihak - pihak yang
terkait dalam transaksi pemo-tongan dan
pemungutan. Akan tetapi lain ceritanya
bagi pihak DJP.
Bukti potong terkadang menjadi
dokumen penting yang diperlukan dalam
melakukan crosscheck terhadap penemuan penyimpangan yang terjadi atas
pelanggaran perpajakan. Atas dasar inilah
maka diharapkan wajib pajak lebih peduli
terhadap bukti potongnya.

FEBRUARI 2013

SUMBANG SUARA

Perlu
Sosialisasi
Lagi
Dalam beberapa tahun
terakhir Kantor Wilayah
(Kanwil) Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) Jakarta Selatan
telah melakukan beberapa
terobosan dengan pihak-pihak
eksternal di luar pajak.

alah satu terobosan yang telah


dilakukan adalah menjalin kerja
sama dengan beberapa perguruan tinggi lewat tax center.
Salah satunya adalah Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran.
Menanggapi kerja sama yang telah terjalin cukup rapi dalam beberapa tahun
terakhir, redaksi Pandu Pajak berkesempatan untuk berbincang dengan
Dekan Fakultas Ekonomi UPN Veteran, Dr Erna Hernawati S.E.,Ak.,M.M..
Beliau berkenan membagikan pandangan beliau terhadap kegiatan bersama
yang telah dilakukan dan menanggapi
peran mahasiswa dalam perpajakan.
Bagaimana awalnya berdirinya tax
center di UPN Veteran?
Awalnya saya meihat di beberapa
universitas telah ada tax center. Saya
cari tahu apa itu tax center sebenarnya.
Lalu saya melihat ternyata di beberapa
universitas sering melaksanakan berbagai kegiatan tax center ini dan kegiatannya bagus-bagus. Akhirnya saya
inisiatif untuk membuat tax center dan
difasilitasi oleh Kanwil DJP Jakarta
Selatan atas pendiriannya pada tahun
2012.
Selama ini bagaimana peran tax
center bagi mahasiswa?
Kita masih baru berdiri dalam
setahun ini, selama ini kegiatan yang
dilakukan bisa dikatakan telah cukup
maksimal. Kegiatan yang bagus antara

Dekan Fakultas Ekonomi UPN Veteran, Dr Erna Hernawati S.E., Ak.,M.M..

lain sosialisasi perpajakan bagi mahasiswa mengenai pengisian SPT Tahunan.


Ternyata sosialisasi tersebut tak hanya
berdampak bagi mahasiswa juga bagi
pihak internal terutama para dosen
yang selama ini masih bingung dalam
pengisian SPT Tahunan. Selain itu
kegiatan mahasiswa yang ikut dalam
Sensus Pajak Nasional (SPN) memberikan mahasiswa pemahaman terkait pajak.
Atas kegiatan tersebut, apakah ada
hasil positif yang dicapai?
Tentu saja ada hasil positif yang
dicapai. Terutama bagi pihak internal
seperti dosen maupun pihak akademisi
lainnya. Setelah ada sosialisasi pengisian
SPT Tahunan yang dilakukan, kita mulai
sadar pajak. Jadi mulai tahu kalau setahun sekali harus menyampaikan SPT
Tahunannya. Dulu sebenarnya juga
sadar harus menyampaikan SPT

PANDU PAJAK

KANWIL JAKARTA SELATAN

Tahunan namun banyak yang kesulitan


dalam pengisiannya. Bisa dikatakan dulu
istilahnya seharusnya yang paham pajak
itu hanya orang ekonomi, padahal orang ekonomi juga belum tentu bisa juga
mengisi SPT Tahunan.
Setelah ada tax center, ada sosialisasi
kita jadi paham mengisi pajak. Makanya
setiap ada sosialisasi pengisian SPT
hampir semua dosen dan pihak akademisi mengikutinya supaya gak susahsusah lagi mengisi pajak. Bahkan kita
jadi bisa rame-rame ngisi pajak barengbareng.
Sebenarnya apa masalah yang
umumnya dihadapi oleh pihak
akademisi dalam pengisian SPT
Tahunannya?
Kita masih kesusahan dalam pengisian antar lampiran-lampirannya, masih
bingung dengan hubungan antara kolom yang satu dengan kolom yang lain.

FEBRUARI 2013

SUMBANG SUARA
Apalagi pengisiannya yang hanya
setahun sekali sering membuat lupa.
Misalnya tahun lalu telah diajari, tapi
baru diulang lagi tahun depan jadinya
sering lupa. Selain itu ada juga yang
bilang kalau pajak itu kan harusnya orang ekonomi yang paham, padahal kan
yang namanya pajak dan mengisi SPT
Tahunan itu kan bagi semua. Dokter
pun harus paham pajak kan ya.
Bagaimana dengan bukti potong,
adakah masalah yang dialami?
Kalau bukti potong terhadap pajak
yang dipotong tidak ada masalah selama
ini. Bendahara universitas telah taat
dalam memberikannya kepada para
pegawai saat ada pajak yang dipotong.
Ada pajak yang dipotong pasti ada bukti
potong yang diberikan. Relatif tidak
ada masalah. Masalahnya muncul pada
saat bukti potong yang diberikan kepada pegawai untuk dillaporkan. Pada
saat ini barulah pegawai bingung bagaimana cara melaporkannya dan menghitungnya dalam SPT Tahunan. Akhirnya
banyak yang belum sadar melaporkan
pajaknya sampai akhirnya ada sosialisasi
dari pihak Kanwil DJP Jakarta Selatan
sehingga kita semua mulai sadar.
Terhadap masalah ini apa masukkan yang bisa Saudara berikan?
Saya berharap Kanwil DJP Jakarta
Selatan harus melakukan sosialisasi
perpajakan lagi. Perlu ada sosialisasi lagi
terkait perpajakan. Misalnya seperti
pengisian SPT Tahunan, setelah ada
sosialisasi kan ternyata ada efek positif
dimana pihak internal mulai sadar pajak.
Dulu kita bingung, sudah punya NPWP
tapi kurang bisa mengisi SPT Tahunan
kita. Sekarang sudah mulai sadar.
Sosialisasi perlu lebih intensif dilakukan.
Bayangkan pihak terdidik seperti
kita saja belum terlalu menyadari
bagaimana mengisi SPT Tahunan apalagi
pihak lain. Terutama saat ini seperti
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) perlu ada sosialisasi bagi mereka mengenai pajak-pajaknya. Mereka
juga masih banyak yang belum sadar
mengisi SPT Tahunannya. Sosialisasi
perlu lebih ditingkatkan lagi lah agar
semua masayarakat paham pajaknya.
Harapan kedepannya dengan
adanya tax center UPN?
PANDU PAJAK

Bayangkan pihak terdidik seperti kita saja


belum terlalu menyadari bagaimana mengisi SPT Tahunan
apalagi pihak lain. Terutama saat ini seperti Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) perlu ada sosialisasi bagi mereka
mengenai pajak-pajaknya. Mereka juga masih banyak yang
belum sadar mengisi SPT Tahunannya. Sosialisasi perlu
lebih ditingkatkan lagi lah agar semua masayarakat
paham pajaknya.

Sosialisasi perpajakan perlu terus dilakukan, terutama di sektor UMKM

Tax center kita kan masih seumur


jagung, masih mulai bergerak dalam
setahun terakhir. Saya sudah cukup
puas dengan pencapaian berbagai
kegiatan selama ini. Komitmen kita
untuk peduli pajak mulai ditumbuhkan
lewat adanya tax center. Dalam setahun
sudah terlihat adanya efek positif atas
kehadiran tax center dimana mahasiswa
dan pihak akademisi telah sadar akan
pajaknya.
Mahasiswa mulai tahu pentingnya
pajak bagi pembangunan, kemana saja
dana pajak itu digunakan sehingga
mereka yang nantinya berpotensi
menjadi calon wajib pajak telah paham
pajak sejak dini. Kita mulai membenahi
tax center lagi dengan berbagai
kegiatan-kegiatan positif lainnya. Sebisa
mungkin menjangkau masyarakat di
tahun ini, pihak yang belum kita sosialisasikan pajak pada tahun lalu.
KANWIL JAKARTA SELATAN

Harapannya terhadap pihak DJP?


Sebagai perwakilan orang yang
terdidik, kita hanya berpikir bahwa DJP
saat ini telah punya niatan positif untuk
mengubah imagenya selama ini. Kita
hanya bisa membantu DJP untuk
melakukan perubahan tersebut. Lewat
tax center ini kita membantu DJP membangun kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah lagi.
Pemerintah harus amanah dalama
melaksanakan tugasnya. Memotivasi
pemerintah dalam pengelolaan pajak
secara tepat. Harus ada rasa keadilan
dalam pemotongan pajak antara wajib
pajak.
Semoga setelah ini semua tercapai,
masyarakat semakin percaya lagi
dengan DJP. Kita siap kerja bersama
dengan DJP karena kegiatan ini saling
menguntungkan bagi DJP dan UPN
Veteran.

FEBRUARI 2013

EDU PAJAK

Mudahnya Mengisi SPT


Tahunan PPh Orang Pribadi

agi masyarakat Wajib Pajak dan petugas pajak, bulan


Maret biasanya adalah bulan yang sibuk karena
adanya batas waktu penyampaian SPT Tahunan yang
tanggal 31 Maret untuk Wajib Pajak orang pribadi.
Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan, batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sekarang adalah 30 April. Salah
satu kesibukan Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) adalah
mempersiapkan untuk pengisian SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi bagi kita yang sudah mempunyai NPWP, tentu saja
NPWP orang pribadi.
Bagaimana cara mengisi SPT Tahunan PPh OP? Banyak
wajib pajak menganggap pengisian SPT tersebut sulit padahal
sebenarnya cukup mudah. Pada kesempatan kali ini Pandu
pajak akan menjelaskan bagaimana cara pengisian SPT
Tahunan, khususnya SPT Tahunan PPh OP dengan berbagai
bentuk. Mudah-mudahan dapat membantu.
SPT Tahunan PPh OP ada 3 jenis yaitu Bentuk Formulir
1770SS, Bentuk Formulir 1770S dan Bentuk Formulir 1770.
Setiap WP OP harus mengisi salah satu dari ketiga bentuk
SPT tersebut . Kemudian sebagai WP OP kita harus mengisi
formulir yang mana?
1. Bentuk Formulir 1770 diperuntukkan bagi Wajib Pajak
yang mempunyai penghasilan:
i. dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan
pembukuan atau Norma Penghitungan Penghasilan
Neto;
ii. dari satu atau lebih pemberi kerja
iii. penghasilan lain
2. Bentuk Formulir 1770S diperuntukkan bagi Wajib Pajak
yang mempunyai penghasilan
i. dari satu atau lebih pemberi kerja;
ii. dari dalam negeri lainnya; dan/atau
iii. yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau
bersifat final,
3. Bentuk Formulir 1770 SS adalah bagi Wajib Pajak:
i. yang mempunyai penghasilan hanya dari satu
pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari
pekerjaan tidak lebih dari Rp60.000.000,00 setahun
dan
ii. tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan
berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi.

Tentukan terlebih dahulu termasuk dalam kategori mana


penghasilan kita, apabila kita memiliki penghasilan dari satu
atau lebih pemberi kerja dan kita memiliki penghasilan dari
usaha/pekerjaan bebas, maka formulir yang kita gunakan
adalah 1770. Namun, kalau tidak memiliki penghasilan lain
dari usaha/pekerjaan bebas dan hanya memiliki penghasilan

PANDU PAJAK

1770 SS & Petunjuk Pengisian

final atau bersifat final maka kita menggunakan formulir


1770 S.
Apabila kita hanya memliki penghasilan dari satu pemberi
kerja dengan penghasilan brutonya tidak lebih dari 60 juta
setahun, maka kita menggunakan formulir 1770 SS. Tetapi
kalo lebih dari 60 Juta setahun maka menggunakan formulir
1770 S. Cukup mudah bukan menentukan jenis formulir
mana yang akan kita pakai dalam menyampaikan SPT Tahunan
PPh OP.
Tips mudah dalam pengisiannya adalah sebagai
berikut:
Untuk SPT Formulir 1770 SS :
1. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi
kerja (form. 1721-A1 atau 1721-A2)

KANWIL JAKARTA SELATAN

FEBRUARI 2013

EDU PAJAK
2. Mulailah mengisi SPT Tahunan sesuai data Anda.
3. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada
untuk menghindari permasalahan di kemudian hari (buat
kertas kerja tersendiri).
Untuk SPT Formulir 1770 S :
1. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi
kerja (form. 1721-A1 atau 1721-A2), bila Anda seorang
pegawai.
2. Siapkan bukti pemotongan pajak yang dilakukan pihak
lain berkaitan dengan penghasilan yang pernah Anda
diterima seperti Bukti Pemotongan PPh Pasal 23, Bukti
Pemotongan Hadiah Undian, dan lain lain apabila ada.
3. Siapkan bukti pembayaran pajak yang dibayar sendiri
(Surat Setoran Pajak atau Tanda Bukti Fiskal Luar
Negeri) apabila ada.
4. Siapkan bukti pembayaran zakat atas penghasilan kepada
badan/lembaga amil zakat yang resmi/disahkan
pemerintah apabila ada.
5. Buatlah rekapitulasi penghasilan selama setahun, baik yang
sudah dipotong pajaknya oleh pihak lain atau yang belum.
6. Mulailah mengisi SPT Tahunan setelah data umumnya
terisi.
7. Pengisian dimulai dari lampiran 1770S-I yang menyajikan
penghasilan neto dari pekerjaan dan sumber penghasilan
lainnya. Pergunakan data bukti pemotongan dari pihak
lain untuk mengisinya.
8. Isikan juga apabila Anda memiliki penghasilan yang belum
dilakukan pemotongan oleh pihak lain.
9. Ikuti petunjuk dalam formulir SPT yang bersangkutan
(dalam setiap lembar bagian bawah terdapat petunjuk
yang sangat jelas)
10. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada
untuk menghindari permasalahan di kemudian hari.

Negeri) apabila ada.


9. Siapkan bukti pembayaran zakat atas penghasilan kepada
badan/lembaga amil zakat yang resmi/disahkan
pemerintah apabila ada.
10. Buatlah rekapitulasi penghasilan selama setahun, baik yang
sudah dipotong pajaknya oleh pihak lain atau yang belum.
11. Buat juga biaya-biaya yang berkenaan dengan perolehan
penghasilan tersebut.
12. Mulailah mengisi SPT Tahunan setelah data umumnya
terisi.
13. Pengisian dimulai dari lampiran 1770-I yang menyajikan
penghitungan penghasilan neto. Isikan data laporan
rugilaba pada lampiran 1770-I halaman 1 bila Anda
menggunakan PEMBUKUAN. Bila tidak, Anda dapat
melanjutkan pada halaman 2.
14. Pergunakan data bukti pemotongan dari pihak lain untuk
mengisi penghasilan yang diperoleh dari luar usaha/
pekerjaan bebas.
15. Isikan juga apabila Anda memiliki penghasilan yang belum
dilakukan pemotongan oleh pihak lain.
16. Ikuti petunjuk dalam formulir SPT yang bersangkutan
(dalam setiap lembar bagian bawah terdapat petunjuk
yang sangat jelas sumber angka dan ditujukan kemana)
17. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada
untuk menghindari permasalahan di kemudian hari.
Adapun teknis pengisiannya, tinggal ikuti saja petunjuk
pengisiannya. Anda bisa sekalian minta buku petunjuk
pengisian SPT Tahunannya ke Kantor Pelayanan Pajak atau
dapat diunduh pada website www.pajak.go.id. Selamat mengisi
SPT Tahunan anda.

Untuk SPT Formulir 1770 :


1. Siapkan/buat catatan penghasilan bruto atau peredaran
usaha setiap hari selama setahun, bila Anda
diperkenankan menggunakan PENCATATAN.
2. Temukan tarif persentase norma penghitungan
penghasilan neto untuk jenis usaha Anda.
3. Bila menggunakan PEMBUKUAN, siapkan laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi).
4. Buat perbandingan laporan keuangan dengan tahun yang
lalu. Analisis untuk peningkatan/pengurangan yang
mencolok.
5. Buat kertas kerja terlebih dahulu untuk menyesuaikan
laporan keuangan versi akuntansi dengan ketentuan
perpajakan.
6. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi
kerja (form. 1721-A1 atau 1721-A2) bila Anda kebetulan
juga seorang pegawai.
7. Siapkan bukti pemotongan pajak yang dilakukan pihak
lain berkaitan dengan penghasilan yang pernah Anda
diterima seperti Bukti Pemotongan PPh Pasal 23, Bukti
Pemotongan Hadiah Undian, dan lain lain apabila ada.
8. Siapkan bukti pembayaran pajak yang dibayar sendiri
(Surat Setoran Pajak atau Tanda Bukti Fiskal Luar

PANDU PAJAK

KANWIL JAKARTA SELATAN

FEBRUARI 2013

DROPBOX

10

PANDU PAJAK

KANWIL JAKARTA SELATAN

FEBRUARI 2013

SOROT LENSA

Endaryono membuka Workshop SPT ITU Mudah

Kismantoro Petrus membuka Workshop Bendahara Perpajakan

Antusias Mahasiswa Universitas Pancasila Mengikuti Workshop


SPT Itu Mudah

Para Bendahara dengan kontribusi terbesar di wilayah Kanwil DJP Jakarta Selatan

PANDU PAJAK

KANWIL JAKARTA SELATAN

FEBRUARI 2013

11

KPP Madya Jakarta Selatan Jalan Ridwan Rais No. 5A-7, Gambir, Jakarta Pusat 10110, Telp: 021-3447971, 3447972, 3504170. Fax: 021-3447971
KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 KPP
Pratama Jakarta Setiabudi Dua Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 KPP
Pratama Jakarta Setiabudi Tiga Jalan Raya Pasar Minggu No. 11, Pancoran, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-7993028-7992961, Fax: 021-7994253
KPP Tebet Jalan Tebet Raya No. 9, Jakarta Selatan, Telp: 021-8296869,8296937, Fax: 021-8296901 KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu
Gedung Patra Jasa Lantai 1 & 14, Jalan Jend. Gatot Subroto-Jakarta, Telp: 021-52920983, 52921276, Fax: 021-52921274 KPP Pratama Jakarta Kebayoran
Baru Dua Jalan Ciputat Raya No. 2 Pondok Pinang, Jakarta Selatan 12310, Telp: 021-75818842,75908704, Fax: 021-75818874 KPP Kebayoran Baru
Tiga Jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 14 A, Jakarta Selatan 12130, Tel: 021-7245735,7245785, Fax: 021-7246627 KPP Pratama Jakarta Kebayoran
Lama Jalan Ciledug Raya No. 65, Jakarta Selatan 12250, Telp: 021-5843105-5843109, Fax: 021-5860786 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
Jalan Raya Pasar Minggu No. 1, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-79191232 /7949574-5/7990020, Fax: 021-7949575 KPP Pratama Jakarta Pancoran
Jalan T.B. Simatupang Kav. 5 Kebagusan, Jakarta Selatan 12520, Telp: 021-7804462, 7804667, 7804451. Fax: 021-7804862 KPP Pratama Jakarta
Cilandak Jalan T.B. Simatupang Kav. 32, Jakarta Selatan 12560, Telp: 021-78843521-23, Fax: 021-78836258 KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu
Jalan T.B. Simatupang Kav. 39, Jakarta Selatan 12510, Telp: 021-7816131-4 /78842674, Fax: 021-78842440.

Anda mungkin juga menyukai