Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN KEPERAWATAN DISMINORE

A.
1.

KONSEP DASAR PENYAKIT


DEFINISI
Dismenore adalah haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi
atau penyakit panggul.
Dismenorea adalah nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenorea primer
tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organik.
Intensitas dismonerea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur sekitar 30
tahun.
Menstruasi umumnya disertai nyeri tumpul atau nyeri kram. Nyeri berat
selama menstruasi dinamakan dismenorea.
Jadi dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah nyeri yang dirasakan
wanita saat haid.
2.

EPIDEMIOLOGI
Disminorea primer mengenai sekitar 50-75% wanita yang masih
menstruasi. Sekitar 10% mengalami disminorea berat sehingga mereka tidak bisa
bekerja. Dismoneria sekunder timbul sebagai respons terhadap penyakit organik
seperti PID, endometriosis, fibroid uteri, dan pemakaian IUD.
3.

ETIOLOGI
Dismonere biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin
tertentu, prostaglandin F2 alfa,dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin F2
alfa adalah suatu perangsangan kuat kontraksi otot polos miometrium dan
konstraksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang
secara normal terjadi pada haid, sehingga timbulnya rasa nyeri hebat.
4.

TANDA DAN GEJALA


Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore
adalah
:
a. Dimenore primer
1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3) Sering terjadi pada nulipara
4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
9) Pemeriksaan pelvik normal
10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
b. Dismenore sekunder

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun


Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
Tidak berhubngan dengan siklus paritas
Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
Berhubungan dengan kelainan pelvic
Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
Seringkali memerlukan tindakan operatif
Terdapat kelainan pelvik
5.

PATOFISIOLOGI
Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenorea primer yaitu
prostaglandin uterine yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor emosi/
psikologis. Belum diketahuin dengan jelas bagaimana protaglandin bisa
menyebabkan dismenorea tetapi diketahui bahwa wanita dengan dismenorea
mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa
dismenorea.
Dismenorea primer biasanya timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi.
Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen.

6. KLASIFIKASI
Dismenorea dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dismenorea primer muncul pada permulaan menstruasi saat menarke, dan
biasanya tidak terdapat dasar organik untuk nyeri tersebut, yang diyakini
disebabkan oleh aktivitas abnormal saraf dan otot serviks uterus.
b. Dismenorea sekunder dimulai lebih lambat dan sering kali terkait dengan
penyakit organik yang mendasari ( contoh : endometriosis).
7.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan
dismenore adalah :
Tes laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : normal.
Urinalisis : normal
Tes diagnostic tambahan
Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang
lain.
8.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Dismenorea primer diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa
mengalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat anti-inflamasi
nonsteroid (nonsteroidal anti-inflamatory drugs, NSAID) adalah obat yang efektif
untuk menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah Ibuprofen,
Naproxen, dan Ketoprofen. Disminorea sekunder diatasi dengan memperbaki
penyebab organik.
Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID)
yang menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya ibuprofen, dapat secara
efektik mengurangi kram; asetaminofen kurang membantu, karena bekerja dengan
mekanisme yang berbeda dengan obat-obat anti-inflamasi terdahulu. Inhibitor
prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri muncul atau pada tanda
pertama pengeluaran darah haid. Karena kram akibat haid yang kuat dapat
menyebabkan terjadinya endometris (pertumbuhan jaringan uterus di luar uterus
yang menyebabkan nyeri) keluhan dismenore harus selalu dianggap serius dan
harus dilakukan upaya untuk mengurangi insidensnya.
Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Sarwono (1999),
adalah sebagai berikut :
Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita.
Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul
mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan
psikoterapi.
Pemberian obat analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan sebagai
terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur
dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat
analgesic yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin,
ponstan, acet-aminophen.
Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara
dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer,
atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu

Anda mungkin juga menyukai