Anda di halaman 1dari 20

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

OLEH :
DEWA PUTU RIDA SASTRAWAN

(15.01.1.155)

JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SATYA DHARMA
School of Economics with Spiritual Insight

SINGARAJA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nyalah, pada akhirnya tugas makalah
Sistem Infomasi Manajemen (SIM) yang berjudul Supply Chain Management
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Selain itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu dan membimbing sehingga tugas makalah ini dapat
selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu saran-saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan,
dan semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Singaraja, Juni 2016


Penulis

DAFTAR ISI
Isi

Halaman

Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................

ii

Daftar Gambar.........................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan ..........................................................................................

1
2
2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Supply Chain Management .......................................
4
2.2 Tujuan dan Manfaat Supply Chain Management
2.2.1.............................................................................................Tujuan
Supply Chain Management...................................................
5
2.2.2.............................................................................................Manfaat
Supply Chain Management .................................................
2.3 Pelaku dalam Supply Chain Management...................................
2.4 Hambatan pada Penerapan Supply Chain Management .............
2.5 Solusi untuk Mengatasi Hambatan Supply Chain Management .
2.6 E- Supply Chain Management ....................................................
2.7 Penerapan Supply Chain Management .......................................

6
8
11
12
13
14

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

17

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

Gambar 1. Contoh Simple dari Supply Chain Stages ..............................

Gambar 2. Konsep E-SCM .....................................................................

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis dipasar global seperti kondisi saat ini yang dihadapi di
beberapa negara misalnya saja di Indonesia. Tahun 2015 merupakan tahun
dimana pasar global atau pasar bebas antarnegara di kawasan asia tenggara
atau dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inovasi
produk sangat diperlukan dalam pasar MEA, ini bertujuan untuk
meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan, untuk itu diperlukannya
pengelolaan baik di lingkungan intern ataupun di lingkungan ekstern.
Hubungan antara supplier, customer, dan perusahaan itu sendiri, harus
dikelola dengan baik. Bagaimana agar supplier ikut bertanggungjawab
terhadap kualitas produk, hubungan yang baik dan jangka panjang dengan
supplier dan customer, serta agar distribusi produk dari hulu ke hilir tepat
pada waktunya sampai ke pengguna akhir. Disinilah pengelolaan perlu
dilakukan. Terjadi sebuah kesalahan pada distribusi barang dan jasa akan
membuat kualitas barang dan jasa menurun, dan ini berakibat daya saing
melemah. Untuk meningkatkan distribusi barang dan jasa, serta sharing
informasi dan financial dari hulu ke hilir pada sektor industri kreatif, maka
diperlukan pengelolaan secara komprehensif. Penerapan dan praktek supply
chain management untuk penyediaan barang dan jasa inilah yang sangat
diperlukan bagi sektor industri kreatif, dalam rangka meningkatkan daya
saing industri yang akan memberikan dampak pada kinerja usaha.
Pada era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi informasi semakin
cepat, mendorong perusahaan untuk menerapkan SCM secara elektronik
melalui media internet, yang lebih dikenal dengan electronic supply chain
management (e-scm). Dengan menggunakan e-scm, aliran informasi antar
perusahaan dengan pemasok dan distributor maupun aliran informasi di
dalam perusahaan menjadi lebih cepat. Hal ini dikarenakan internet dapat
menyediakan akses informasi kapan saja ketika informasi tersebut
dibutuhkan. Saat ini perusahaan perlu mempertimbangkan penerapan e-scm
mengingat proses bisnis yang komplek serta banyak pihak yang terlibat di

dalam perusahaan tersebut. Dengan menerapkan escm ini diharapkan


perusahaan dapat terus berkembang untuk menghadapi persaingan bisnis
(Rudy, Octavia, Tjong, Harsoyo, 2008).
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Pengertian SCM, Tujuan
dari SCM, beberapa hambatan serta solusi dalam penerapan SCM, e-SCM
serta Penerapan SCM.
1.2 Rumusan Masalah
Penerapan Supply Chain Management (SCM) untuk penyediaan barang
dan jasa yang sangat diperlukan bagi sektor industri kreatif, dalam rangka
meningkatkan daya saing. Untuk itu ada beberapa Rumusan masalah yang
akan dijelaskan dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Supply Chain Management (SCM) ?
b. Apa tujuan dan Manfaat dari Supply Chain Management (SCM) ?
c. Siapa saja para pelaku dari Supply Chain Management (SCM) ?
d. Apa saja Hambatan dalam penerapan Supply Chain Management (SCM) ?
e. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan Supply Chain Management
(SCM) ?
f. Apa pengertian E- Supply Chain Management (SCM) ?
g. Bagaimana penerapan Supply Chain Management (SCM) ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut ;
a. Untuk mengetahui pengertian dari Supply Chain Management (SCM).
b. Untuk memahami tujuan dari Supply Chain Management (SCM)
c. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Supply Chain Management
(SCM)
d. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam penerapan Supply Chain
Management (SCM).
e. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi hambatan Supply Chain
Management (SCM).
f. Untuk memahami pengertian dari E- Supply Chain Management (SCM) ?.
g. Untuk mengetahui penerapan Supply Chain Management (SCM) ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain Management merupakan salah satu proses yang krusial
dimana arus pertukaran bahan baku, informasi serta keuangan antar
perusahaan terjadi. Konsep kerja sama ini kemudian berkembang menjadi ESCM dengan menggunakan internet, intranet maupun extranet sebagai media
komunikasi secara online dan realtime, untuk memastikan bahan baku baik
dari pemasok maupun barang jadi ke konsumen selalu tersedia sesuai
kebutuhan (Rudy, Agustinus, Chandra, Tanring, 2008).

Supply chain

management adalah salah satu alat paling penting yang digunakan untuk
mengembangkan perusahaan. Beberapa faktor yang merupakan faktor efektif
dalam menentukan supply chain management yaitu, orientasi pelanggan,
berbagi

pengetahuan,

adopsi

teknologi

informasi

(TI),

kemitraan,

kepemimpinan, pelatihan dan komunikasi. Peranan komunikasi penting dalam


menentukan

kinerja

dalam

industry

manufaktur

(Arumugam

dan

Mojtahedzadeh, 2011).
Menurut Anatan dan Ellitan (2009), Supply Chain Management
merupakan konsep perkembangan dari manajemen logistik yang lahir seiring
dengan perubahan paradigma persaingan bisnis dari single alone competition
menjadi network competition. Kondisi ini menuntut organisasi untuk
memfokuskan pada strategi baru melalui pengelolaan koordinasi antar
organisasi terkait yang lebih dikenal dengan suatu rantai pasokan. Menurut
Bramanto (2010) Supply Chain Management sebagai suatu pendekatan
terpadu yang meliputi seluruh proses manajemen material, memberikan
orientasi

kepada

proses

untuk

menyediakan,

memproduksi,

dan

mendistribusikan produk kepada konsumen. Konteks material dalam


pengertian SCM tentunya tidak hanya meliputi bahan baku dan output
(barang jadi) saja, tetapi juga termasuk bahan pembantu, komponen, suku
cadang, work in process (barang setengah jadi) maupun berbagai jenis
perlengkapan (supplies) yang digunakan untuk mendukung aktivitas
operasional perusahaan secara menyeluruh. Namum Menurut Kalakota

(2000) Supply Chain Management adalah sebuah proses payung di mana


produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Supply Chain Management merupakan seperangkat
pendekatan untuk mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan
penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah
yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan
memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen.
2.2 Tujuan dan Manfaat Supply Chain Management (SCM)
2.2.1.
Tujuan Supply Chain Management (SCM)
Menurut Pujawan (2005), tujuan strategis supply chain management
perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya
bertahan dalam persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan persaingan
pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang murah,
berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. Untuk mencapai tujuantersebut
maka supply chain harus beroperasi secara efisien, menciptakan kualitas,
cepat, fleksibel, dan inovatif. Hayati (2014) menyatakan bahwa Tujuan
dari SCM adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari
suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi
yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian
yang cukup besar. Salah satu dampak yang kerapkali terjadi adalah
Bullwhip effect. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dalam
pertukaran informasi antara toko retail, distributor dan perusahaan. Di
satu sisi ketika manajer toko retail melihat peningkatan permintaaan dari
konsumen sejumlah 100 unit maka peningkatan 100 unit ini akan
ditangkap distributor sejumlah 500 unit dan perusahaan akan menangkap
perningkatan permintaan tersebut sebesar 2500 unit. Kalau diperhatikan,
informasi jumlah 100 itu dapat sampai ke pihak perusahaan bagaikan
bola salju yang menggelunding dari atas ke bawah yang semakin lama
semakin besar. Dan hal ini akan menjadi lebih kacau lagi kalau
pemenuhan kebutuhan itu ditangkap pada waktu yang sudah berjalan
cukup lama.

Menurut Miranda (2001), tujuan dari supply chain management


adalah

memaksimalkan

persaingan,

meningkatkan

keuntungan

perusahaan dan keseluruhan anggotanya, termasuk customer. Menurut


Chopra dan Meindl (2004) tujuan dari supply chain management adalah
untuk memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan customer.
2.2.2.
Manfaat Supply Chain Management (SCM)
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), adapun manfaatnya jika
kita mengoptimalkan Supply chain yaitu :
1. Mengurangi inventory barang.
Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang
berkisar antara 30% - 40%. Oleh karena itu usaha dan cara harus
dikembangkan untuk menekan penimbunan barang di gudang agar
biaya dapat diminimalkan.
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang.
Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal
(pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri, whosaler, retailer,
sampai kepada konsumen akhir.
3. Menjamin mutu.
Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksinya,
tetapi ditentukan oleh mutu bahan mentahnya dan mutu dalam
kualitas pengirimannya.
4. Mengurangi jumlah supplier
Bertujuan untuk mengurangi

ketidakseragaman,

negosiasi, dan pelacakan (tracking)


5. Mengembangkan supplier partnership
Dengan mengadakan kerjasama dengan

supplier

biaya-biaya

(supplier

partnership) dan juga mengembangkan strategic alliance dapat


menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain.
Secara umum penerapan konsep supply chain management dalam
perusahaan akan memberikan manfaat yaitu sebagai berikut :
1. Kepuasan Pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari
aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan.
Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini
tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang.

Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen


harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan Pendapatan
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan
berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan,
sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan
terbuang percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya Biaya
Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen
akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi
4. Pemanfaatan Asset Semakin Tinggi
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil
baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia
akan

mampu

memberdayakan

penggunaan

teknologi

tinggi

sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan supply chain


management .
5. Peningkatan Laba
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan
menjadi pengguna produk, hal tersebut akan meningkatkan laba
perusahaan.
6. Perusahaan Semakin Besar
Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi
produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
Keenam manfaat di atas merupakan manfaat tidak langsung. Secara umum,
manfaat langsung dari penerapan supply chain management bagi perusahaan
adalah : supply chain management secara fisik dapat mengkonversi bahan
baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir.
Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah
perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber
daya yang dimiliki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk
memberikan nilai pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen.
Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu
memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi
pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran

yang akan berperan. Melalui pelaksanaan supply chain management,


pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati
konsumen. Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh
atribut produk yang diharapkan konsumen tersebut dan mengkomunikasikan
kepada perancang produk. Apabila seleksi rancangan produk sudah dilakukan
dan dilakukan pengujian maka produk dapat diproduksi.
2.3 Para Pemain Utama dalam Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai
dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau
disebut pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat
kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat
dalam supply chain (Hayati 2014):
1. Supplier (chain 1)
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan
mulai. Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan
mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.
2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer
yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai
potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory
carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3)
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan,
dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang
merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail
outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang
hasil produksinyakepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak
banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
7

5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).


Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam
konteks ini sebagai end-user.
Berikut adalah gambar dari para pemain utama dari Supply Chain
Management

Gambar 1. Contoh Simple dari Supply Chain Stages

Dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan :


a. Pelanggan (Customers)
Pembeli saat ini, orang yang berpotensi membeli produk, atau pengguna
dari produk-produk.
b.

Retailers
Orang atau bisnis menjual barang eceran. Retailer disebut juga dengan
pengecer.

c. Distributors/wholesalers
Orang atau perusahaan yang mentransfer barang dari manufakturer ke
retailer atau langsung ke pelanggan dan mentranfer informasi serta biaya
barang dari retailer/pelanggan ke manufakturer.
8

d. Manufacturer
Perusahaan yang mengolah bahan mentah atau bahan setengah jadi
menjadi barang jadi yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan customers
e. Supplier (row material supplier/component)
Orang atau perusahaan yang menyediakan komponen (bahan material)
yang akan diproses oleh manufakturer menjadi sebuah produk.
Setiap stage dalam supply chain terhubung oleh produk, informasi dan
biaya. Aliran supply chain dapat dua arah dan dapat dikelola oleh satu stages
atau satu perantara. Dasar strategi supply chain ada dua sesuai dengan tipe
perusahaan, perusahaan make to stock akan berbeda strateginya dengan
perusahaan make to order. Strategy supply chain menurut tipe perusahaan
umumnya hanya ada dua macam strategi, yaitu push strategy dan pull
strategy. Push strategy merupakan strategi supply chain yang fokus pada
efisiensi aktivitas dan standarisasi. Push strategy bisa dikonotasikan dengan
lean supply. Sedangkan pull strategy merupakan srategy supply chain yang
fokus pada aktivitas yang responsif. Strategi ini sering disebut dengan agile
supply Penentuan strategy push atau pull tergantung dari decoupling point
perusahaan. Semakin sedikit variasi produk, strategi yang cocok adalah push
strategy. Sebaliknya jika variasi produk tinggi, strategi yang cocok adalah
pull system. Sebaliknya apabila variasi produknya.
2.4 Hambatan pada Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain Management merupakan sesuatu yang sangat kompleks
sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya,
sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap
perancangan sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu
implementasi SCM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari
internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini
seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang
akan dialami dalam implementasi SCM yang semakin menguatkan argumen
bahwa implementasi SCM memang membutuhkan dukungan berbagai pihak:

1. Incerasing Variety of Products.


Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini dilihat
semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga dilihat
strategi perusahan yang selalu berfokus pada customer (customer
oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan
pembagian segmen pada customer, maka sekarang konsumen lebih
dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap
individu bukan menurut keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis
produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-masing produk
membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan keinginan dari
konsumen.
2. Decreasing Product Life Cycles.
Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin
kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk mengatur
pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang
tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut
di pasaran.
3. Increasingly Demand Customer.
Supply chain management berusaha mengatur (manage) peningkatan
permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin menuntut
pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat
mendadak dan bukan produk yang standar (customize).
4. Fragmentation of Supply Chain Ownership.
Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang
mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini membuat supply
chain mangement semakin rumit dan kompleks.
5. Globalization.
Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena
pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-

10

pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai


pelosok dunia.
2.5 Solusi untuk mengatasi Hambatan Supply Chain Managemnent (SCM)
Anwar (2011) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mengatasi

hambatan-hambatan

yang

dihadapi

dalam

Supply

Chain

Management yaitu sebagai berikut :


1. Melakukan outsourcing (dengan menggunakan sumber dari pihak luar)
daripada dilakukan sendiri selama ada permintaan yang meningkat.
2. Membeli input secara langsung daripada harus memproduksi lebih
dahulu.
3. Menciptakan strategic partnership dengan supplier.
4. Menggunakan pendekatan just in time dalam melakukan pembelian,
yang mana supplier mengirimkan kuantitas / dalam jumlah kecil
5.
6.
7.
8.
9.

material yang dibutuhkan.


Mengurangi waktu tunggu selama pembelian dan penjualan.
Menggunakan supplier sedikit/seminimum mungkin.
Memperbaiki hubungan antara supplier dan buyer.
Melakukan proses produksi setelah ada order.
Mencapai permintaan yang akurat melalui kerjasama yang lebih dekat
dengan supplier.

2.6 E-Supply Chain Management


Salah satu kunci sukses dalam menciptakan SCM yang baik terletak pada
pengelolaan informasi supply chain. Informasi supply chain dapat
diwujudkan dalam bentuk e-Supply Chain Management (e-SCM). e-SCM
didefinisikan sebagai sebuah taktik dan strategi yang diterapakan dalam
teknologi internet sebagai channel system yang menghubungkan semua
organisasi yang terlibat dalam supply chain untuk meningkatkan pelayanan
atau memberikan manfaat kepada pelanggan (Ross,2003).
Pada era sekarang ini dimana pihak-pihak yang terlibat dalam supply
chain memiliki akses yang memadai ke jaringan internet, maka penerapan eSCM menjadi mungkin untuk dilakukan dalam rangka mengelola informasi
yang terjadi. Jadi ketika aktivitas supply chain dengan menggunakan internet,
intranet maupun extranet sebagai media komunikasi secara online dan

11

realtime, dimanage secara elektronis maka hal itu dikenal dengan esupply
chain. (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Konsep e-scm digambarkan sbb.:

Gambar 2. Konsep e-SCM

Beberapa manfaat dari penerapan e-SCM

menurut Kearney (2003)

adalah :
a. Mengurangi biaya transaksi sebesar 90%.
b. Menurunkan biaya pembelian barang dan pelayanan sebesar 2 sampai 6
persen.
c. Membantu mengurangi biaya dan memperbaiki performance dengan
memperkuat kebijakan procurement dalam desain produk dan SCM.
d. Melalui perbaikan kualitas informasi, accessibility dan waktu, e-SCM
membantu dalam supply chain lebih transparan untuk mencapai tujuan
bersama.
2.7 Penerapan Supply Chain Management
Dalam hal ini penerapan supply chain management di masa seperti ini
cocok di terapkan, karena system ini memiliki kelebihan dimana mampu memanage aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply. Dalam hal ini,
model SCM mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi
dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk
memenuhi tuntutan konsumen. Penggunaan SCM bagi perusahaan12

perusahaan beberapa bidang di negara-negara berkembang, termasuk


Indonesia, saat ini masih sangat terbatas. Dimana hubungan antara setiap sub
sistem yang terlibat pada umumnya masih tersekat-sekat, sehingga sulit untuk
bersaing di pasar bebas. Hal tersebut dapat dilihat antara sub sistem hulu
sampai dengan sub system hilir yang disebabkan oleh sub sistem banyak
diperankan oleh pengusaha dalam skala produksi kecil, dan tidak memiliki
posisi tawar yang kuat.
Di Indonesia bisa diterapkan secara maksimal dengan memperbaiki
beberapa kekurangan yang menghambat system ini, dalam hal ini solusi yang
dapat dilakukan yaitu harus mentransformasikan struktur yang tersekat dan
terpisah tersebut kepada struktur integrasi yang vertikal. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memadukan sub sistem hulu sampai dengan hilir dalam
satu keputusan manajemen. Upaya tersebut dikembangkan dengan bentukbentuk yang mampu mengakomodasipelaku-pelaku industri dari setiap sub
sistem yang ada.
Beberapa langkah yang bisa diambil untuk perbaikan system sehingga
SCM ini dapat berkembang secara baik di Indonesia antara lain;
1. Penekanan pada upaya pembangunan dan pemeliharaan dalam rantai,
yaitu pembentukan hubungan antar rantai agar lebih spesifik, misalnya
pada volume, mutu, distribusi, tergantung kekurangan pada bidang usaha
sehingga terbentuk pola yang terpadu dan saling terkait;
2. Pengontrolan terhadap persediaan pasokan harus dilakukan sehingga
effisien dalam biaya, misalnya dalam hal ini jumlah pasokan disesuaikan
dengan jumlah produk yang dapat dijual yang menghasilkan kestabilan
persediaan bahan baku dan tidak terjadi penumpukan stok yang berakibat
pada peningkatan biaya penyimpanan;
3. Dalam penentuan lokasi dan transportasi dalam rantai jaringan dibuat
dengan perhitungan dan memperhatikan dampak terhadap biaya
persediaan, dalam hal ini akan berpengaruh pada tingkat kepekaan
konsumen, oleh karena itu evaluasi terhadap hal ini sangat perlu
dilakukan;
4. Pembentukan

system

informasi

antara

yang

bertugas

dalam

pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi

13

kepada setiap stakeholder yang dilandasi dengan kepercayaan, dengan ini


akan mendukung kinerja dan produktivitas dari masing masing anggota
rantai.
Dalam penerapan SCM ini perlu juga memperhatikan hal-hal yang perlu
dihindari yang akan menghambat system ini, hal-hal tersebut antara lain;
1. Pengukuran kinerja yang tidak didefinisikan dengan baik.
2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, dan tidak ada ukuran
keterlambatan respon dalam pelayanan.
3. Status data pengiriman yang terlambat dan tidak akurat
4. Sistem informasi tidak efisien
5. Dampak ketidakpastian diabaikan.
6. Kebijakan inventori terlalu sederhana.
7. Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi,dan pengiriman tidak bagus.
8. Analisis metode metode pengiriman tidak lengkap.
9. Definisi ongkos ongkos persediaan tidak tepat.
10. Adanya kendala komunikasi antar organisasi.
Memang saat ini di Indonesia penerapan SCM ini belum bisa
dikembangkan karena mungkin terjadi kendala seperti yang disebutkan di
atas, tapi dengan mengidentifikasi system yang menjadi kendala dan
memperbaiki system tersebut dan mentaati semua aturan dari Supply Chain
Management diyakini perkembangan industri di Indonesia akan semakin
maju karena system ini sudah teruji di beberapa Negara maju dalam sector
industrinya. Inti dari system ini adalah koordinasi antar rantai dan juga
pemikiran untuk memaksimalkan kinerja untuk kepuasan antar rantai, dan
juga kepercayaan didalam rantai tersebut.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Supply Chain Management merupakan seperangkat pendekatan untuk
mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan penyimpanan,
sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat,
lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan
memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen. Adapun tujuan dari
supply chain management adalah memaksimalkan persaingan, meningkatkan
keuntungan perusahaan dan keseluruhan anggotanya, termasuk customer.
Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai
dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau
disebut pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat
kompleks tersebut. Berikut adalah para pemain dalam Supply Chain :
Supplier

(chain

1),

Supplier-Manufacturer

Manufacturer-Distribution
Distribution-Retail

Outlets

(chain
(chain

(chain

1-2),

Supplier-

1-2-3),

Supplier-Manufacturer-

1-2-3-4),

Supplier-Manufacturer-

Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).


Penerapan supply chain management di masa seperti ini cocok di
terapkan, karena system ini memiliki kelebihan dimana mampu me-manage
aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anatan, Lina dan Ellitan, Lena (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Bisnis Modern. Alfabeta, Bandung.
Anwar, Sariyun Naja. 2011. Jurnal Dinamika Informatika (manajemen rantai
pasokan (supply chain management) :konsep dan hakikat. Vol. 3 No. 2
Arumugam, V.C dan R. Mojtahedzadeh, 2011. Relationship between supply chain
management practices and performance in the Iranian industries: A
theoretical approach. International journal of academic research; Vol.
3, No.4 (July) 594-635
Chopra, S and Meindl, P. 2007. Supply Chain Management 3nd Ed. Pearson. New
Jearsy.
Hayati, Enty Nur. 2014. Jurnal Dinamika Teknik (supply chain management (scm)
dan logistic management). Vol. 8 No.1. H-25-34
Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. (2003). Konsep Manajemen Supply
Chain : Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi
Perusahaan Modern di Indonesia, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
Kalakota, Ravi & Marcia Robinson. 2000. E-Business 2.0. Roadmap to success.
Addison-Wesley. USA
Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply ChainManagement, Edisi Pertama. Guna
Widya, Surabaya
Pujawan, N.I & Mahendrawathi, ER. 2010. Supply Chain Management. Edisi
kedua. Guna Wdiya. Surabaya.
Ross, F. D. (2003). Introduction to e-supply chain management:engaging
technology to build market-winning businesspartnership. United
States of America: ST. Lucie Press.
Rudy, Agustinus, Adi Chandra, Zara Elisabeth Tanring (2008), Analisa da n
PErancangan e-Supply Chain
Management (Studi Kasus: PT
Prima Rezeki Pertiwi), Jakarta
Rudy, Octavia N, Tjong N, dan Harsoyo T. 2008. Analis is dan Perancangan ESCM (Stud Kasus: PT. Multi Megah Mandiri). Jakarta: Universitas
Bina Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai