Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
pada penulis sehingga mampu menyelesaikan refreshing ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Refreshing ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kepaniteraan stase ilmu bedah
serta penyusun berharap pembaca bisa mengetahui serta memahami lebih dalam tentang
pembahasan penyusun yaitu tentang dasar-dasar ilmu kedokteran (preklinik) yang berkaitan
dengan hernia.
Penyusun mengakui masih banyak terdapat kesalahan di dalam pembuatan refreshing
ini sehingga refreshing ini masih belum sempurna. Penyusun harapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk menambah kesempurnaan laporan ini.
Terimakasih penulis ucapkan pada pembimbing dr. Maya, Sp.B yang telah membantu
penyusun hingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan refreshing serta membantu
dalam kelancaran pembuatan refreshing. Terimakasih juga pada semua pihak yang telah
membantu penyusun dalam mencari informasi dan mengumpulkan data guna kelengkapan isi
refreshing.
Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
serta bagi pembaca pada umumnya.

Cianjur, 11 Mei 2016

BAB I
PENDAHUALUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melaluidefek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdisri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oelh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Insiden keseluruhan hernia inguinalis pada orang dewasa di belahan bumi barat
bervariasi antara 10% sampai 15%. Perbandingan Laki-laki dan perempuan dengan rasio 12 :
1. Insiden yang terjadi bervariasi antara 5% sampai 8% pada pasien dengan usia 25 sampai 40
tahun. Hernia yang terjadi pada > 45 % laki-laki pada usia 75 tahun dan lebih tua. Pada tahun
1993, Lichtenstein melaporkan bahwa lebih dari 700.000 operasi hernia dilakukan setiap
tahun di Amerika Serikat.
Hampir 75% hernia abdomen merupakan hernia inguinalis. Untuk memahami hernia
lebih jelas diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis dimana hernia inguinalis
lateralis ditemukan lebih banyak yaitu dua pertiga dari hernia inguinalis. Hernia terjadi
dikarenakan adanya kelemahan pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis
lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita. Perbandingan antara pria dan
wanita untuk hernia inguinalis yaitu 7:1. Prevalens hernia inguinalis pada pria dipengaruhi
oleh umur. Salah satu penanganan pada kasus hernia yaitu dengan herniotomy atau
herniorafy.

BAB II
PEMBAHASAN
HERNIA
A. EMBRIOLOGI
Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai berkembang selama kehamilan 5
minggu kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke
rigi gonad. Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen
pada kutub inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum.
Selama perjalanan turun, gubernakulum melalui dinding anterior abdomen pada tempat
cincin inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan
penonjolan divertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum
dan berherniasi melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis
inguinalis. Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum
turun ke daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28 minggu. Penurunan testis
melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis
(meningkatkan tekanan abdomen). Testis turun kedalam skrotum pada umur kehamilan
29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis.
Selama beberapa minggu terakhir lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi
bersama dan berobliterasi masuk kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna.
Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total
obliterasi akan menghasilkan herna inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal
patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis.
B. ANATOMI
Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada rongga
pelvis. Abdomen terletak diantara diafragma dan pelvis.
Batas dinding perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan menjadi:
Bagian atas adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum. Bagian bawwah dari
medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum dan
krista iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang belakang.
Deskripsi viseral dan kondisi morbid dari isi di dalam abdomen, rongga abdomen
dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner. 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal. Garis
3

horizontal yang membagi abdomen adalah garis transpyloric dan garis Transtubercular.
Sedangkan gars vertikal yang membagi abdomen adalah garis imajiner yang sejajar
dengan midclavicula line.
9 regio abdomen terdiri dari:
1. Regio hipokondria kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondria kiri
4. Regio lumbalis kanan
5. Regio umbilikalis
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio iliaka kanan
8. Regio suprapubik
9. Regio iliaka kiri

1. Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):


1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di
sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini
akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang
garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol
4

2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae


a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal.
b. Lapisan

dalam,

Stratum

membranosum

(fascia

scarpae):

stratum

membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian


inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu
dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama dengan
aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka membentuk
sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus menjadi
batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk
dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah
bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus
abdominis membentuk conjoined tendon.
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus
obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke
depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama
dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined tendon.

4. Fascia transversalis merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus


transversus abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus
pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik
fiksasi yang penting dalam metode perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik
McVay.
5. Lemak extraperitoneal Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung
lemak dalam jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.
6. Peritoneum parietale Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding
abdomen) dan melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang
melapisi rongga pelvis.

Saraf-saraf dinding anterior abdomen:

Ramus anterior enam nervus thorakal bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding anterior
vagina muskuli recti abdominis.

Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari anulus
ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas ligamentum
inguinale dan symphisis pubica

Arteriae dinding anterior abdomen:

Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri thoracica
interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior

Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen anterior
dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.

Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding abdomen.

Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta


descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

Vena dinding anterior abdomen:

Vena epigastrika superior (mengalirkan darah ke vena thoracica interna dan vena
iliaca externa)

Vena epigastrika inferior (mengalirkan darah ke vena thoracica interna dan vena
iliaca externa)

Vena circumflexa ilium profunda (mengalirkan darah ke vena thoracica interna


dan vena iliaca externa)

Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos

Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

2. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus


Merupakan otot ileo inguinal yang paling superfisial, yang dimulai dari costa
ke-8 bagian lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superficialis dan fascia
profunda dari otot ini menjadi satu setelah mencapai dinding depan abdomen dan
membentuk suatu poneurosis, dibagian medial dekat dengan tuberkulum pubicum.
Aponeurosis ini pecah menjadi 2 bagian, yaitu: crus superior dan crus inferior.

3. Muskulus Obliqus abdominis Internus


Lapisan otot dibawah MOE kearah sedikit obliq, berjalan dari pertengahan
lateral ligamen inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral muskulus
rectus abdominis.
4. Ligamentum Inguinal (Poupart)

Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.


Terletak mula dari Sias sampai ke ramus superior tulang pubis.
5. Ligamentum Lakunare (Gimbernal)
Merupakan paling bawah dari ligamen ingunal dan dibentuk dari serabut tendo
obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS. Ligamentum ini membentuk sudut
kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamen pektineal. Ligamen ini
membentuk pinggir medial kanalis femoralis.
6. Fasia transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.
7. Segitiga Hasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segitiga yang dibentuk oleh
pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh:
-

Supero-lateral

: pembuluh darah epigastrika inferior

Medial

: bagian lateral rektus abdominis

Inferior

: ligamen inguinal

Segitiga Hasselbach dibentuk oleh ligamen inguinal pada sisi lateral, selubung
rektus di bagian medial, dan pembuluh darah epigastrik inferior pada sisi superior.
Hernia direk terjadi jika ada penonjolan terhadap dinding kanalis inguinalis pada
segitiga Hasselbach (medial sampai inferior pembuluh darah epigastrik).
Sehingga, hernia direk adalah penonjolan peritoneum melewati fasia transversalis
(berdekatan dengan korda spermatika). Kantung hernianya keluar kanal
bersamaan dengan korda spermatika melewati lingkaran externa menuju ke
skrotum. Kantung hernia indirek umumnya ditemukan pada aspek anteromedial
korda spermatika.

8. Kanalis Inguinalis
Kanalis ingunalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm
dan terletak diatas ligamentum inguinal.
-

Anterior : dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus abdominis eksternus dan


1/3 lateralnya muskulus obliqus internus.

Posterior : dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang


bersatu dengan fascia transversalis dan membentuk dinding posterior dabagian
lateral. Bagian medial dibentuk oleh fascia transversa dan konjoin tendo.

Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.

Inferior : dibentuk oleh ligamentum inguinal dan lakunare.

Isi kanalis inguinalis pria:


a. Vas deferens
b. 3 arteri, yaitu:
1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3. Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
10

d. 3 nervus, yaitu:
1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. 3 lapisan fascia:
1. Fascia spermatika eksterna, lanjutan dari fascia innominate
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut muskulus obliqus
abdominis internus.
3. Fascia spermatika interna, perluasan dari fascia transversal.

Terdapat beberapa struktur di dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis


mengandung korda spermatika pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita.
Kanal ini terletak secara oblik diantara lingkaran inguinal dalam atau interna, yang
berasal dari fasia transversalis, dan lingkaran inguinal superfisial atau eksterna yang
berasal dari aponeurosis oblikus eksterna.

11

Korda spermatika berjalan lingkaran interna melewati kanalis inguinalis dan


keluar menuju lingkaran eksterna untuk bergabung dengan testis di dalam skrotum.
Korda spermatika mengandung beberapa struktur termasuk fasia spermatika
superfisial (berasal dari fasia Scarpa dan fasia Camper), fasia spermatika eksterna
(berasal dari muskulus oblikus eksternus), lapisan muskulus kremaster sirkumferens
(bersala dari muskulus oblikus internus), dan arteri spermatika eksterna atau arteri
kremaster, fasia spermatika interna (berasal dari fasia transversalis), vas deferens dan
arteri vas deferens, arteri spermatika interna atau arteri testikular yang berasal dari
aorta, tepat di sebelah inferior arteri renalis, pleksus vena pampiniforme yang berasal
dari vena testicular dan berjalan menuju vena kava di sebelah kanan dan vena renalis
di sebelah kiri, nervus ilioinguinal, dan cabang genital dari nervus genitofemoralis,
dan serat simpatis dari pleksus hipogastrikus.
Kanalis inguinalis dapat dibagi berdasarkan batasannya. Di anterior kanalis
inguinalis terikat oleh aponeurosis oblikus eksternus, di superior oleh oblikus internus
dan muskulus aponeurosis abdominis transversus, dan di bagian inferior oleh ligament
lakunar dan inguinal. Dinding inferiormya dibentuk oleh fasia transversalis. Jika
terjadi defek pada dinding ini, maka perioteneum dan isi dari kavitas abdomen dapat
mengalami herniasi.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil
memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium majus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada
laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tata letak canalis inguinalis
untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus
obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung menjadi
12

datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis inguinalis ke
arah dasar sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus, secara
alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi, dan
permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding abdomen.
Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen dilindungi oleh tungkai
atas.

9. Annulus internus
Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon (tepi bawah muskulus obliqus
abdominis internus, dan muskulus transversus abdominus), dan vasa epigastrika
inferior. Annulus ini merupakan tempat keluarnya funikulus spermatikus dari cavum
abdomen ke kanalis ingunalis. Terletak diantara SIAS dan tuberkulum pubicum ( 11.5 cm diatas ligamentum inguinale).
10. Annulus eksternus
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekat aponeurosis MOE
pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya n.ilioinguinalis dan
funikulus spermatikus ke secrotum (pada wanita berupa round ligament).
11. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v. Femoralis di dalam lakuna varosum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. Safena magna bermuara di dalam v.
Femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis
dari ligamentum iliopektinaele (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh v.
Femoralis dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia
femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan hernia femoralis.
Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter < 4 cm,
dan pada wanita mempunyai diameter lebih lebar dibandingkan laki-laki. Pada sisi
medial femoral sheath dan vena femoralis yang mengandung limfonodus dan lemak.
13

Di sekelilingnya terdapat beberapa bagan rigid yang pada sisi anterior terdapat
ligamentum inguinal, sisi media terdapat lacuna dari ligamentum inguinal, dan pada
sisi posteriornya terdapat bagian pectineus dari ligamen inguinal. Cincin yang sempit
ini beresiko tinggi untuk mengalami inkarserasi (terjepitnya bagian usus). Kanalis
femoralis terletak medial dari vena femoralis di dalam lakuna vaserum dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat vena saphena magna bermuara ddalam vena
femoralis. Foramen ini semoit dan dibatasi oleh pinggr keras dan tajam. Batas kranio
vental dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh oinggir os. Pubis yang
terdiri dari ligament ilio pectineale (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh
(sarung) vena femoralis dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare gimbernati.
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamnetum inguinal.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
C. DEFINISI
Hernia merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal.
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
Komponen hernia terdapat 3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:
1. Kantong hernia (pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, herna adiposa, hernia ntertialis).
2. Isi hernia (usus, omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)
Hernia dapat direduksi ketika isinya dapat kembalikan pada otot-otot disekitar, dan
bersifat inkarserata ketika tidak mampu direduksi. Hernia yang mengalami
strangangulasi sangat membahayakan karena suplai darah tertahan sehingga fatal dan
mempunyai potensi untuk terjadi komplikasi. Strangangulasi hernia lebih sering terjadi
pada ukuran hernia yang besar dan orifisium yang kecil. Pada keadaan ini orifisium yang
kecil menyumbat aliran darah, drainase vena, atau keduanya ke kantung hernia. Adhesi
antara hernia dengan peritoneum dapat menyebabkan penarikan yang dapat menjebak isi
hernia dan menjadi risiko terjadinya obstruksi dan strangangulasi. Hernia strangulasi
yang jarang adalah hernia Richter. Hernia Richter adalah sebagian dari usus yang terjepit
dan stangulasi dapat terjadi tanpa adanya obstruksi usus.
14

D. EPIDEMIOLOGI
Kejadian sebenarnya dari hernia inguinalis tidak diketahui, melalui penerapan
cukup perkiraan akurat yang tersedia, berdasarkan survei yang berbeda.
Hernia inguinalis pada anak-anak yang ditemukan dalam 10 sampai 20 per 1.000
kelahiran hidup. Perbandingan laki-laki dan perempuan dengan rasio 4 : 1. Bayi prematur
memiliki insiden yang lebih tinggi pada hernia inguinalis apporoximately 7% sampai
10%. Semakin kecil bayi prematur, semakin tinggi kejadian hernia.
Insiden keseluruhan hernia inguinalis pada orang dewasa di belahan bumi barat
bervariasi antara 10% sampai 15%. Perbandingan Laki-laki dan perempuan dengan rasio
12 : 1. Insiden yang terjadi bervariasi antara 5% sampai 8% pada pasien dengan usia 25
sampai 40 tahun. Hernia yang terjadi pada > 45 % laki-laki pada usia 75 tahun dan lebih
tua. Pada tahun 1993, Lichtenstein melaporkan bahwa lebih dari 700.000 operasi hernia
dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat.
Tujuh puluh lima persen dari semua hernia dinding perut terjadi pada pangkal paha.
Hernia indirect melebihi hernia direct oleh sekitar 2:1, dengan hernia femoralis membuat
proporsi yang jauh lebih kecil. Hernia inguinalis sisi kanan yang lebih umum daripada
yang di sebelah kiri. Laki-laki : perempuan rasio untuk hernia inguinalis adalah 7:1, di
sana yang kira-kira 750.000 herniorrhaphies inguinal dilakukan per tahun di Amerika
Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 untuk hernia
umbilikalis, hernia insisional 97.000, dan 76.000 untuk miscellaneous hernia dinding
perut.
E. ETIOLOGI
ETIOLOGI HERNIA

15

Batuk

Penyakit paru obstruktif kronik

Kegemukan

Sembelit/konstipasi

Kehamilan

Berat lahir kurang dari 1500 gram

Riwayat keluarga hernia

Asites

Gangguan jaringan ikat bawaan

Sayatan sebelumnya dibagian quadran kanan bawah abdomen

Merokok

Mengangkat beban berat

Faktor risiko yang berpengaruh dalam memprediksi komplikasi pada pasien dewasa
dengan hernia inguinal termasuk usia tua. Pada anak-anak, faktor risiko adalah usia
yang sangat muda, jenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu menjadi sangat penting
untuk mengidentifikasi sub-kelompok yang mungkin berisiko lebih besar untuk
terjadinya komplikasi.
F. KLASIFIKASI
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi eksterna dan hernia interna.
Hernia ekterna adalah herna yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang
atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek
dapatan pada mesenterium, berdasarkan arah hernia dibagi menjadi:
I : hernia eksterna (tampak dari luar)
a. Hernia inguinalis lateralis
b. Hernia inguinalis medialis
c. Hernia femoralis
d. Hernia umbilikalis
II : Hernia Interna (tidak tampak dari luar)
a.

Hernia obturatoria
16

b.

Hernia diagfragmatika

c.

Hernia Foramen winslow

d. Hernia ligamen treit, dll.


Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan (kongenital) dan hernia
yang didapat atau aquisita, yaitu:
1. Hernia bawaan (kongenital) : Timbulnya sejak bayi atau pada anak-anak, umumnya
didapatkan pada hernia ingunalis lateralis disebabkan karena idak menutupnya
prosesus vaginalis setelah proses penurunan testis ke skrotum baik sebagian
maupun seluruhnya.
2. Hernia didapat (acquired): Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia. Hal ini
disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu
yang lama, misalnya pada batuk kronik, gangguan proses berkemih (BPH),
konstipasi kronik, asites dan sebagainya.. insiden ini semakn meningkat dengan
bertambahnya usia karena otot-otot dinding perut yang sudah lemah, manifestasi
klinis umunya adalah hernia inguinalis medialis.
Menurur sifatnya hernia disebut hernia reponsible bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usu keluar ketika berdiri atau mengedan dan masuk lagi ketika berbaring
atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia masih reponsibel, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usu. Bila isi kantong tidak dapat kembali ke
perut, hernia ini disebut hernia ireponsibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan is kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (perlekatan
karena fibrosis). Saat ini hernia masih belum ada keluhan nyeri, dan tdak ada juga
sumbatan usus. Hernia disebut inkarserata atau hernia strangulata bila isinya
terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kanong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
G. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usu kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal ini tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak ukup
kuat pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama seperti pada pembedahan abdominal dan kegemukan.
17

Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada abdomen, kemudian terjadi
hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga akhirnya menyebabkan kantung
yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit
yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
anulus internus ikut mengendur.
Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih kearah vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih kearah transversal dan annulus ingunalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usu ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah
tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan
hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.

H. DIAGNOSA
- Pemeriksaan Khusus
a. ZIEMANS TEST
Penderita dalam keadaan berdiri atau bilamana kantong hernia terisi, kita
masukan dulu kedalam kavum abdomen. Untuk memeriksa bagian kanan
digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada
penderita laki-laki ataupun perempuan.
Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakan diatas annulus inguinalis
internus ( 1.5 cm diatas pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari
ketiga dletakan pada annulus inguinalis eksternus dan jari keempat pada fossa
ovalis. Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari
tersebut diatas. Bilamana dorongan pada jari kedua berarti hernia ingunalis
lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada
jari keempat berarti hernia femoralis.

18

b. FINGER TEST
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan
jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus
eksternus sampai dapat mencapai kanalis ingunalis kemudian penderita
disuruh batuk, bbila ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari maka
didapatkan hernia ingunalis lateralis, bila pada samping jari maka didapatkan
suatu hernia ingunalis medialis.

c. THUMB TEST
Penderita dalam posisi tidur terlentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus
internus. Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut
tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar saat mengejan berarti hernia ingunalis
medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.
19

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mencari kemungkinan adanya peningkatan tekanan intra peritoneal, sebagai
penyebab timbulnya hernia bisa dilakukan pemeriksaan lainnya seperti:
- Rectal toucher

: BPH, Stenosis anal, Tumor recti

- Thorax Foto

: Batuk kronik, asma, tumor paru

- USG abdomen

: asites, Tumor abdomen

- Genitalia Eksterna : Striktura urethra, phymosis


J. DIAGNOSA BANDING
1. Hernia Inguinal
- Hidrokel testis
- Limfadenopati
- Abses inguinal
- Varikokel
- Hematoma karena trauma
- Lipoma
- Tumor testis
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan, batuk dan gerak lan disertai
dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain tidak
berhubungan dengan aktifitas demikian.
2. Hernia Femoralis
20

Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber


infeksi di tungkai bawah, perineum, anus atau kulit tubuh kaudal dari umbilicus.
K. PENATALAKSANAAN
1. NON OPERATIF
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi (pemakaian sabuk TRUSS). Indikasinya adalah:
-

Bila menolak oprasi

Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan intra abdominal


(asites, sirosis hepatik, tumor paru)

Hernia inguinalis medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (dengan


mengatasi faktor penyebabnya terlebih dahulu).

2. OPERATIF

Pada hernia inguinalis


-

Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun strangulata

Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponsibilis


ataupun irreponsibilis)

Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu

Macam-macam Operasi
1. Herniotomy : yaitu membuang kantong hernia seproximal mungkin
terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
2. Herniorrhapy : yaitu herniotomy disertai tindakan bedah untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis
(hernioplasty).

Untuk tindakan bedah ini (hernioplasty) ada 3 macam:


-

Bassini : menjaht conjoint tendo dengan ligament ingunal untuk


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Funiculus spermaticus
tetap berada di kanalis inguinalis.

21

Halstei : jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus berada diatas


aponeurosis MOE dibawah kulit

Fergusson : conjoint tendo dijahitkan pada ligamen inguinal diatas


funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus eksternus dimana
tempat funiculus keluar menuju skrotum.

Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk menutup atau
mempertahankan dinding belakang kanalis inguinalis.
L. PROGNOSIS
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan.
Tetapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi, kecuali
pada hernia berulang atau hernia yang besar yang memerlukan penanganan meteri
prostesis. Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah faktor
predisposisinya.

22

BAB III
PENUTUP
Hernia merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal.
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia.
Komponen hernia terdapat 3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:
1. Kantong hernia (pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, herna adiposa, hernia ntertialis).
2. Isi hernia (usus, omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi eksterna dan hernia interna.
Hernia ekterna adalah herna yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang atau
perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan (kongenital) dan
hernia yang didapat atau aquisita.

23

REFERENSI
Fitzgibbons R J. Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual Of Surgery, eigth
edition. US : McGraw-Hills Companies. 920-942.
Gray Henry. 2000. Grays anatomy of human body XII. Surface natomy and Surface
Markings, Bartleby. Philadelphia. 350-351.
Townsend. Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
W. Steve M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook Of Surgery. 16 th Edition. Philadelphia.
Elsevier Saunders. 783-800.
Way L. W. 2003. Hernia and Other Lesions of abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis
and Treatment, ninth edition. Prentice Hall International Inc. 700-710.
Zinner, Michael J. Maingots Abdominal Operation. 11th Editon.
Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill.

24

Anda mungkin juga menyukai