Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI HITAM TERHADAP PENURUNAN

KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS ( Rattus novergicus) DENGAN DIET


TINGGI LEMAK
EFFECT OF BLACK SOYBEAN MILK SUPPLEMENTATION TO DECREASE OF TOTAL
CHOLESTEROL IN RATS
(Rattus norvegicus) WITH HIGH FAT DIET
Dinar Novianti 1), Setiawati Sigit 2), Budiarto 3)
Biokimia Veteriner, 3)Departemen Kesehatan Masyarakat
Veteriner

1)Mahasiswa, 2)Departemen

ABSTRACT
Research on the effect of black soybean milk feeding on Total Cholesterol (TC) level of
rat has been done. Twenty four male white Wistar rats (Rattus norvegicus) divided into three
groups randomly, were given high fat diet was gained after for 4 weeks (a month). After a
month the first group (P 0) was given high fat diet and aquadest treatment, the second group
(P1) was given high fat diet and black soybean milk feeding, and the third group (P 2) was
given standard food and black soybean milk feeding. After three weeks of treatment, the
blood was taken out from the heart and then TC in blood serum was decreased. The result
showed that high fat diet and black soybean milk feeding has reducing TC blood serum level
of the rats significantly (p<0,05).
Keyword : Black soybean milk, high fat diet, total cholesterol

----------------------------------------- -----

Pendahuluan
Dewasa ini, ketakutan akan kadar kolesterol yang banyak terdapat dalam bahan
pakan asal hewan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi produk pakan asal hewan
(Sitopoe, 1993). Kolesterol dalam makanan telah diindikasikan sebagai faktor pendukung
terhadap

tingginya

angka

kematian

akibat

penyakit

kardiovaskuler.

Penyakit

kardiovaskuler berhubungan secara langsung dengan kolesterol (Paniangvait et al., 1995).


Kolesterol diperoleh dari makanan atau disintesis melalui jalur yang terdapat pada
hampir semua sel tubuh, tetapi terutama di sel hati dan usus (Dawn B. et al., 2000). Beberapa
faktor pendukung yang sering menyebabkan penyakit kardiovaskuler yaitu perokok aktif,

penderita hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, stress, dan konsumsi lemak yang tinggi.
Sedangkan faktor tidak langsung yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler antara
lain jenis kelamin, usia, dan faktor keturunan (Pohl, 1995).
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat berakibat munculnya penyakit
penyakit yang cukup berat pada tubuh manusia dan hewan. Contohnya adalah
aterosklerosis, yaitu suatu kombinasi perubahan tunika intima arteri yang bervariasi, yang
terdiri dari penimbunan lemak, kompleks karbohidrat, darah dan produk darah, jaringan
fibrosa, penimbunan kalsium bersama sama dengan perubahan tunika media (Anwar dan
Kasiman, 1992). Kondisi ini terjadi ketika arteri koronaria, pembuluh darah yang mensuplai
darah kaya oksigen ke organ jantung, menyempit atau tersumbat oleh adanya suatu plak
(plague) dan penumpukan plak ini mengurangi ruang gerak aliran darah (Davidson, 2003).
Hal ini yang dapat menimbulkan manifestasi klinis yang beragam, salah satunya Penyakit
Jantung Koroner (PJK) (Herman, 1991). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
PJK merupakan penyebab nomor satu kematian di Indonesia (Sitopoe, 1993).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa makanan yang rendah kolesterol dan rendah
protein hewani, serta tinggi serat, asam lemak tidak jenuh ganda dan protein nabati
cenderung menurunkan kolesterol darah pada keadaan hiperkolesterolemia (Ulbrich et al.,
1987). Pada hewan dan manusia dengan keadaan hiperkoleterolemia telah dibuktikan bahwa
protein nabati dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Prabowo, 1994). Pada keadaan
normal dengan konsumsi makanan yang bebas kolesterol, protein nabati cenderung tidak
menurunkan kadar kolesterol darah (Beynen, 1990). Diet tinggi kolesterol adalah makanan
yang banyak mengandung asam lemak jenuh antara lain terdapat pada lemak hewani,
minyak kelapa, minyak palem, dan minyak hidrogenasi (Sabir dkk., 2003).

Kedelai

merupakan salah satu sumber protein nabati yang digunakan oleh masyarakat Indonesia

yang sangat populer di Jepang. Disamping harganya yang sangat terjangkau, kedelai juga
memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh kita, karena kedelai mengandung zat
zat bergizi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Di Indonesia sendiri, kedelai
merupakan tanaman pangan yang penting kedua setelah padi. Produksi kedelai saat ini
masih belum mencukupi kebutuhan nasional dan impor kedelai terus meningkat
(Abdurachman dkk., 1999).
Salah satu kandungan dari kedelai yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh hewan
dan manusia adalah isoflavon (Takahashi et al., 2005). Sedangkan bentuk olahan kedelai
antara lain tahu, tempe, kecap, dan susu kedelai. Ada beberapa jenis kedelai, salah satunya
kedelai hitam yang dikenal oleh masyarakat sebagai bahan dasar dalam pembuatan kecap.
Kandungan protein nabati kedelai juga terdapat pada produk olahannya seperti susu
kedelai, kedelai fermentasi, yogurt, es krim, dan juga tempe (Bhathena and Velasquez, 2002).
Kedelai hitam mengandung anthocyanin, isoflavon dan mineral Fe yang tinggi
dibandingkan dengan kedelai kuning. Anthocyanin kedelai hitam berfungsi sebagai
antioksidan serta isoflavonnya sangat baik bagi kesehatan kulit tubuh, menekan tekanan
darah dan menurunkan kadar kolesterol total darah (Astuti, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui efek atau
pengaruh pemberian susu kedelai hitam terhadap kadar kolesterol total pada tikus putih
jantan (Rattus novergicus) dengan diet pakan tinggi lemak.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan sampel darah di Balai Besar
Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan September
sampai bulan Oktober 2009. Hewan coba yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah 24

ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Wistar berumur 3 bulan dengan berat
badan 200 g yang didapatkan dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya.
Alat yang digunakan adalah kandang tikus (Rattus norvegicus) berupa kotak plastik
dan tutup kandang tikus yang terbuat dari anyaman kawat, botol tempat minum tikus,
timbangan digital, sonde no. 8, spuit 5cc, tabung penampung darah, spektrofotometer,
hematokrit, sentrifuge, gunting bedah dan kapas. Bahan utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel darah tikus putih dan susu kedelai hitam. Bahan lainnya adalah
eter untuk anestesi, pakan pellet untuk adaptasi dan pakan tinggi lemak yang dibuat
berdasarkan formula ITB. Selain alat dan bahan bahan tersebut juga terdapat alat dan
bahan untuk pemeriksaan kolesterol total darah tikus putih.
Penelitian ini termasuk eksperimental murni menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan ulangan sama. Seluruh kelompok diberikan pakan standart tinggi lemak
formula pakan ITB. Perlakuan yang diberikan terdiri dari 3 perlakuan, yaitu : (P 0) Diberikan
pakan tinggi lemak dengan aquadest sebanyak 1,5 ml/ekor/hari yang digunakan sebagai
kontrol, (P1) pakan tinggi lemak dengan susu kedelai hitam sebanyak 1,5 ml/ekor/hari dan
(P2) pakan standart dengan susu kedelai hitam sebanyak 1,5 ml/ekor/hari. Berdasarkan
rancangan yang digunakan, dilakukan pengacakan untuk mendapatkan 24 unit eksperimen,
dengan demikian masing-masing perlakuan mendapatkan 8 ulangan.
Kerangka operasional penelitian ini dimulai dari tahap adaptasi tikus diberi pakan standart
selama satu minggu dan dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tikus diberikan
pakan tinggi lemak secara ad libitum selama 4 minggu untuk meningkatkan kadar kolesterol
total yang tinggi dalam darah. Setelah 4 minggu kemudian dilakukan perlakuan sesuai
dengan pembagian kelompok tikus percobaan. Hewan coba di tempatkan dalam kandang

plastik berukuran 30 x 40 cm, tiap kandang berisi 4 ekor tikus. Tikus diberikan perlakuan
pemberian pakan tinggi lemak dengan aquadest pada P0, pemberian pakan tinggi lemak
dengan susu kedelai hitam 1,5 ml pada P1, pemberian pakan standart dengan sari kedelai
hitam 1,5 ml pada P2. Tahap perlakuan ini dilakukan selama 3 minggu (Nangoi, 1994). Hal
ini sesuai dengan penelitian terdahulu dengan metode pemberian pakan yang sama, dalam 4
minggu sudah didapatkan rerata kadar kolesterol yang melebihi harga normal kolesterol
total tikus putih (Arwan, 2009). Setelah 4 minggu pemberian diet tinggi lemak, kemudian
dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total tehadap 3 ekor tikus (masing-masing 1 dari
tiap kelompok). Hasil pemeriksaannya yaitu kadar kolesterol totalnya yaitu 100 mg/dl, yang
berarti bahwa kadar kolesterol totalnya telah berada di atas normal. Selanjutnya dilakukan
perlakuan pemberian susu kedelai hitam berbahan dasar kedelai hitam yang dibuat dengan
cara sebagai berikut :
Kedelai sebanyak 625 g direndam dalam air dingin pada suhu ruang (28-30 C) dengan
perbandingan larutan perendam dan kedelai 3:1 selama 8 jam. Kemudian kedelai
tersebut direbus dalam larutan NaHCO3 0,1%, untuk menghilangkan antitripsin selama
15 menit pada suhu 70 C. Kedelai didinginkan dan selanjutnya dicuci dengan air.
Kemudian kedelai digiling menggunakan blender dengan menmbahkan air hangat
hingga mencapai 3 kali jumlah kedelai (kira-kira 1,5 liter). Bubur encer disaring dengan
kain kasa dan filtratnya merupakan sari kedelai mentah. Untuk mematangkan, sari
kedelai dipanaskan sampai mendidih. Setelah itu api dikecilkan dan dibiarkan dalam api
kecil selama 20 menit (Aini, 2003).
Pemberian susu kedelai dilakukan sehari satu kali sebanyak 1,5 ml/200 g berat badan
tikus secara gastric lavage menggunakan sonde selama 3 minggu. Hal ini berdasarkan
penelitian sebelumnya, dimana didapatkan dosis susu kedelai hitam yang dapat

menurunkan kadar kolesterol total adalah 1,5 ml (Nangoi, 1994). Dosis tersebut apabila
dikonversikan ke dosis untuk manusia, yaitu 84 ml/60 kg BB (Supriyanto, 2004).
Setelah perlakuan selama 4 minggu, kemudian dilakukan tahap pemeriksaan darah.
Sebelum pengambilan darah, tikus dipuasakan dahulu selama 3-4 jam tetapi tetap diberikan
minum. Tikus kemudian dianestesi berlebihan menggunakan ether. Setelah hilang
kesadaran, kemudian tikus dibedah menggunakan pisau bedah dan diambil darahnya.
Darah diambil menggunakan syringe 5 ml melalui jantung sebanyak 3 ml dari setiap tikus
putih. Tikus yang telah diambil darahnya tidak digunakan lagi karena telah dikorbankan.
Pemeriksaan darah yang dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total. Penentuan kadar
kolesterol total serum darah tikus dengan metode Cholesterol Oxidase Peroxidase Amino
Phenzon Phenol (CHOD PAP). Kadar kolesterol total serum darah tikus normal 10,0 54,0
mg/dl (Mitruka and Rawnsley, 1981; Loeb and Quimby, 1989). Pengolahan data
menggunakan Analysis of Variant (ANOVA).
Hasil dan Pembahasan
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total darah tikus jantan (Rattus norvegicus) pada
akhir perlakuan pemberian susu kedelai hitam dengan pakan tinggi lemak selama tiga
minggu, dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya di akhir
penelitian. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total yang didapat pada akhir perlakuan
setelah dilakukan analisis data dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata SD kadar kolesterol total tikus putih
Kelompok
Rata-rata SD (mg/dl)
P0 : Kontrol tikus dengan diet tinggi lemak + aquadest 1,5 ml
70.375 a11.019
P1 : Tikus dengan diet tinggi lemak + susu kedelai hitam 1,5 ml
54.625 b7.80
P2 : Tikus dengan pakan standart + susu kedelai hitam 1,5 ml
58.125 b5.303
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf nyata (p < 0,05)

Analisis pengaruh dari pemberian susu kedelai hitam dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan kadar kolesterol total serum darah tikus (Rattus novergicus) yang disajikan
dalam bentuk rata-rata SD. Data dianalisis menggunakan oneway ANOVA dengan derajat
kepercayaan 95 % .
Analisis of variant (ANOVA) dari kadar kolesterol total menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol P0 dengan kelompok perlakuan P1 (p < 0,05).
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai hitam dengan diet tinggi lemak
dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus jantan.
Perbandingan antara kelompok P1 dengan kelompok P2 menunjukkan tidak adanya
perbedaan nyata antara perlakuan pemberian susu kedelai hitam pada tikus jantan dengan
diet tinggi lemak (P1) dengan perlakuan pemberian susu kedelai hitam dengan diet standard
(p >.0,05).
Hasil penelitian tentang potensi susu kedelai hitam terhadap kadar kolesterol total
tikus (Rattus norvegicus) dengan diet pakan tinggi lemak yang disajikan dalam tabel 1. dapat
dilihat bahwa rata-rata kadar total kolesterol untuk kelompok kontrol (P 0) yaitu 70.375
mg/dl dengan standard deviasi (SD) sebesar 11.019.
Pemberian susu kedelai hitam pada tikus (Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak
memberikan pengaruh penurunan kadar kolesterol total yang berbeda nyata (p < 0,05) bila
dibandingkan kontrol. Akan tetapi tidak didapatkan perbedaan penurunan kadar kolesterol
total darah antar perlakuan (P 1 dan P2).
Pada penelitian ini semua hewan percobaan tikus (Rattus norvegicus) diberikan pakan
tinggi lemak yang mengandung lemak ke dalam pakan. Tingginya kadar total kolesterol
pada P0 dapat diakibatkan oleh pemberian pakan buatan yang mengandung asam lemak
jenuh tinggi (Silalahi et al., 2002). Minyak babi merupakan salah satu bahan sumber asam

lemak jenuh (Soeharto, 2002). Keadaan ini disesuaikan dengan beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya pada hewan, dimana efek hipokolesterolemia dari protein
nabati akan jelas terlihat apabila hewan percobaan mempunyai kadar kolesterol yang tinggi
(Ulbrich, 1991; Beck, 1993).
Tidak turunnya kadar kolesterol total pada P0 yang diberikan perlakuan dengan aqua
memiliki kadar kolesterol yang masih tinggi ini diakibatkan metabolisme dari air tidak
mempengaruhi kadar kolesterol total darah. Dalam tubuh air langsung diabsorbsi di usus
halus yang kemudian masuk ke dalam darah dan diedarkan keseluruh tubuh, dan tidak
mempengaruhi metabolisme lemak (Guyton, 2006).
Pada data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata
antara kelompok kontrol P0 dengan kelompok perlakuan P1 dan P2, hal ini disebabkan
kedelai mengandung komponen yang dapat menurunkan kadar kolesterol total dengan
adanya penghambatan penyerapan kolesterol diantaranya adalah protein (Scheiber, 2001;
Sanders, 2002; Jenkins, 2002), protein pada kedelai mempunyai kemampuan mengikat asam
empedu dan kolesterol dalam lumen usus sehingga memberikan efek penurunan kolesterol
total didalam tubuh (Schrijver, 1990). Isoflavon kedelai dapat berperan sebagai antioksidan,
sehingga berguna mencegah aterosklerosis akibat teroksidasinya LDL dan penyakit
kardiovaskular (Astawan, 2008).
Kedelai juga mengandung asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang dapat
menyebabkan kadar total kolesterol darah menjadi berkurang karena cepat dimetabolisme
oleh hati dan terjadi peningkatan ekskresi dan stimulasi oksidasi kolesterol menjadi garam
empedu sehingga terjadi penurunan kadar total kolesterol darah (Hayes, 1992).
Kandungan lain dalam kedelai yang mempunyai efek hipokolesterolemia adalah
serat (Potter, 1998). Merujuk pada penelitian Nishina (1990) yang membuktikan adanya serat

larut maupun tidak larut dalam diet dapat menurunkan kadar kolesterol total darah, karena
salah satu fungsi serat adalah menghambat absorbsi kolesterol makanan dalam lumen usus
(Linder, 1992; dan Beck, 1993).
Pada hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang nyata pada penurunan total
kolesterol antar perlakuan, kedelai hitam, berdasarkan penelitian oleh Takahashi et al., 2005,
diketahui memiliki kandungan anthocyanin yang

tinggi yaitu 29 0,56 mg/g. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Nielsen et al., 2005; Frank et al., 2002 membuktikan
anthocyanin tidak memberikan efek yang nyata terhadap penurunan total kolesterol.
Anthosianin pada kedelai hitam mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi (Astadi et. al.,
2009), yang memiliki kemampuan menangkal radikal bebas menyebabkan peroksidase
lemak (Stipanuk, 2000; Takahashi et al., 2005).
Oksidasi merupakan kejadian alamiah dalam proses metabolisme tubuh untuk
menghasilkan energi, namun proses ini menghasilkan radikal bebas yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit (Halliwell dan Gutteridge, 1984). Secara alamiah semua
organisme memiliki mekanisme untuk mengatasi radikal bebas (Mau dkk., 2002). Namun
mekanisme pertahanan diri oleh antioksidan ini dapat melemah akibat penuaan atau
penyakit, sehingga sangat diperlukan asupan antioksidan dari luar melalui makanan
(Turkoglu dkk., 2006).
Kerusakan oksidatif dapat menyebabkan peroksidasi pada membran lipid, sehingga
menyebabkan kerusakan fosfolipid dan lipoprotein. Keikutsertaan antioksidan dalam
metabolisme aerob dapat mengimbangi kerusakan oksidatif (Sato dkk., 1996), asupan
antioksidan dari tanaman dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Malencic dkk., 2000),
Kerusakan oksidatif dapat memicu timbulnya penuaan dini dan penyakit degeneratif
aterosklerosis (Maxwell dan Lip, 1997). Perubahan LDL (Low Density Lipoprotein) menjadi

bentuk LDL teroksidasi yang dimediai oleh radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan
dinding arteri dan kerusakan bagian arteri lainnya. Oksidasi LDL juga dapat meningkatkan
pengerasan dinding pembuluh darah arteri (atherosclerosis) (Langseth, 1995). Pemberian
antioksidan dapat menurunkan tingkat kerusakan oksidatif (Rose dkk., 1982).
Keadaan yang tidak berbeda nyata antar perlakuan pada penelitian ini dapat
disebabkan oleh keadaan habitat tumbuh (lingkungan dan kondisi tanah), dan umur kedelai
hitam pada saat dipanen (Maesan dan Samoadmadja, 1993).
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian susu kedelai
hitam dengan diet tinggi lemak dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus jantan
(Rattus norvegicus). Saran-saran yang bisa diberikan adalah susu kedelai hitam dapat
dijadikan pengobatan alternatif bagi penderita hiperkolesterolemia dan perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang analisis kandungan susu kedelai hitam. Efek pemberian susu
kedelai hitam yaitu dapat menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL darah pada tikus putih
dengan diet tinggi lemak. Disarankan untuk mengkonsumsi susu kedelai hitam untuk
menurunkan nilai rasio kolesterol total yang tinggi (di atas normal).
Ucapan Terima Kasih
Ibu Setiawati Sigit, MS., drh. sebagai pembimbing utama dan Bapak Budiarto, MP.,
drh. sebagai pembimbing serta yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran serta
nasehat kepada peneliti.
Daftar Pustaka
Adisarwanto, T. 1993. Budidaya dan Pola Tanam Kedelai pada Lahan Sawah, Balai
Penelitian Tanaman Pangan Bogor dan Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang,
Bogor

10

Aini, Y.N., Suranto, Setyaningsih R. 2003. Pembuatan Kefir Susu Kedelai (Glycine max (L.)
Merr) dengan Variasi Kadar Susu Skim dan Inokulum. Bio Smart ISSN: 1411-321X
Volume 5, Nomor 2: 89-93
Anderson, J.W.; Johnstone, B.M.; Cook Newell, M.E., 1995. Metaanalysisi of the Effect of Soy
Protein Intake on Serum Lipids. N. Engl. J. Med. 333, 276 282.
Anonimus. 2000. Oksidasi LDL, aterosklerosis dan antioksidan. Forum Diagnostikcum. Vol :
3 Fakultas Kedokteran UI.
Anwar, T.B. dan S. Kasiman. 1992. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung
Koroner. Cermin Dunia Kedokteran. 80:152 156.
Astadi, Ignasius R., Mary Astuti , Umar Santoso , Prihati Sih Nugraheni. 2008. In vitro
antioxidant activity of anthocyanins of black soybean seed coat in
human low
density lipoprotein (LDL). J. Food Chemistry 112 659663.
Astawan, M. 2008. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji bijian. Penebar Swadaya.
Jakarta. hal. 43-46; 104-106.
Astuti, M. 2008. Mengupas Keunggulan Kedelai Hitam. Jakarta
Bahri A T. 2004. Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi. Sumatera Utara :
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Bhathena S. J, Velasquez M. T. 2002. Beneficial role of dietary phytoestrogens in obesity and
diabetes. American Journal of Clinical Nutrition. 2002;76:11911201.
Beck, A.C. 1990. Influence of Dietary Protein on Serum Cholesterol and Atheroschlerosis. Gizi
Indonesia. 15(1):55 60
Beynen, A.C. 1990. Influence of Dietary Protein on Serum Cholesterol and Atheroschlerosis.
Gizi Indonesia. 15(1):55 60
Brody, P.K. 1994. Metabolic Control and Disease. W.B. Saunders Company. Phyladelphia.
London, Toronto. 394 441
Carrol, K.K. 1991. Review of Clinical Studies on Cholesterol-Lowering Response to Soy
Protein. J.Am.Diet Ass. 91;820 827
Colpo, A. 2005. LDL Cholesterol BadCholesterol ,or Bad Science. J. Am. Physiol. Sur
Vol:10 Number 3
Dalimartha, S. 2001. 36 Resep Tumbuhan Obat Untuk Menurunkan Kolsterol, Cet. 4. Penebar
Swadaya. Jakarta. 1 - 11

11

Darmoyuwono, W. 2006. Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Edisi I. Penerbit PT
Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. 2-106
Davidson C. 2003. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada penyakit Jantung Koroner. On
line at : http://www.google.com/ Fortune Star Indonesia - Health - Info Penyakit Penyakit Jantung Koroner1_files\Fortune Star Indonesia - Health - Info Penyakit Penyakit Jantung Koroner1.htm. (Accessed 25 Januari 2008)
Glew, R.H. 1993. Lipid Metabolism II: Pathways of Metabolism of Spesific Lipid. In: T.M.
Devlin (Ed). Textbook of Biochemistry with Chemical Corellation. 3 rd ed. WilleyLiss. Inc. USA. 423 61
Guyton, A.T. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Bag III Ed 7
Herman, S. 1991. Pengaruh Gizi terhadap Penyakit Kardiovaskuler. Cermin Dunia
Kedokteran.73:12 6
Hidajat, O.O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai.Dalam: Kedelai. S. Samoatmadja, Ismanudji,
M. Sumarno, S.M. Manurung, S.O. Yuswadi (ed.). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Pertanian
Imamtriyanto. 2007. Seputar Kolesterol. Halal Guide .INFO - Guide to Halal and Islamic
Lifestyle.Online at:http://www.google.com/seputarkolesterol.htm (Accessed 27
Januari 2008)
Jenkins, D.J.A., Kendall, C.W.C., Jackson, C.J.C., Connelly, P.W., Parker, T., Faulkner. D.,
Vidgen, E., Cunnane, S.C., Leiter, L.A., Josse, R.G. 2002. Effects of High and Low
Isoflavone Soyfoods on Bloods Lipids, Oxidazed LDL, Homocysteine, and Blood
Presure in Hyperlipidemic Men and Women. Am. J. clin. Nutr. 76, 365 372.
Kahlon J. 1991. Aloe vera. On line at : http://www.mcp.edu/herbal/default.htm (Accessed
27Juli 2007)
Kapiotis S, Hermann M, Held I, et al. Genistein, the dietary-derived angiogenesis inhibitor,
prevents LDL oxidation and protects endothelial cells from damage by atherogenic
LDL. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 1997;17:2868-74.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Ed 1. Penerbit UI Press. Jakarta. 6,84
Kirk, Sutherland, Wang, Chartz and Le Beauf. 1998. Dietary Isoflavone Reduce Plasma
Cholesterol And Atherosclerosis in Mice. J. Nutr. 128: 954-959.
Koswara, S. 1992. Tekhnologi Pengembangan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu.
Pustaka Sinar Harapan Jakarta
Kusriningrum, R.S. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya. hal.
44-45.

12

Lander, Maria C. 1992. Biochemistry and Metabolism (Biokimia Nutrisi dan Metabolisme).
Penerbit: UI Press, Jakarta. 77 81
Langseth, Lilian, 1995, Oxidant, Antioxidant, and Disease Prevention, International Life
Science Institute press, BelgiumLehninger, L.L.1993. Dasar-dasar Biokimia. Edisi I.
Alih Bahasa: Maggy Thewidjaja. Penerbit Airlangga, Jakarta. 283 367.
Lehninger, L.L. 1993. Dasar-Dasar Biokomia. Ed 1. Alih bahasa: Maggy Thenawidjaja.
Erlangga. Jakarta. 283 367
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis
terjemahan). Penerbit UI. Jakarta.
Loeb, W. F. And F.W. Quimby. 1989. The clinical chemistry of laboratory animals. Pergamon
Press Inc. London
Maesan, L.J.G., Van Der dan S. Samoadmadja. 1993. Proses Sumberdaya Nabati Asia
Tenggara I Kacang-kacangan. Gramedia. Jakarta
Marks, Dawn B., Phd,el. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis (Basic
Medical Biochemistry A Clinical Approach. Penerbit: EGC, Jakarta. 513 518
Mayes, P.A. 1995. Biokimia Harper. Ed XXII: Andri Hartono. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta 2 555
Mayes, P. A. 2000. Biokimia Harper. Edisi XXV. Alih bahasa: Andi Hartono. Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta. 148-159.
Mitruka, B.M. and H. M. Rawnsley. 1981. Clinica biochemical and hematological. Refrence
Values in normal experimental animals and normal humans. Manson publishing
USA, Inc
Montgomery, R., R.L. Dryer, T.W. Coneay dan A.A. Spector. 1993. Biokimia Suatu
Pendekatan Berorientasi Kasus. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 516
518.
Nangoi, L. 1994. Pengaruh Suplementasi Susu Kedelai terhadap Profil Lipid Serum Tikus
Putih dengan Pakan Tinggi Lemak. Thesis Program Pasca Sarjana. Universitas
Airlangga
Norum KR. 2000. Dietary Fat and Blood Lipid. Nutr. Nev. 50 (4) : 30-37.
Paniangvait P, King AJ, Germain BG (1995). Cholesterol oxides in foods of animal origin. J.
Food Sci. 60: 1159-1175.

13

Prabowo, G.I. 1994. Pengaruh Substitusi Tempe Kedelai dalam Diet terhadap Profit Lipid
Serum Tikus dengan Keadaan Hiperkolesterolemia. Thesis Program Pasca Sarjana.
Universitas Airlangga
Pohl, A; Pohl C; Krause S; Gangler P; Losche W. 1995. Hyperlipidemia, atherosclerosis, and
oral inflammatory diseases. Acta Angiologica 1:133137.
Potter, S.M. 1998. Long-Term Intake of Soy Protein Improves Blood Lipid Profiles and
Increase Mononuclear Cell Low-Density-Lipoprotein Receptor Messenger RNA in
Hypercholesterolemic, Postmenopausal Woman. Am. J. Clin. Nuter. 68,545 551
Rho, S. J. 2005. Effect of Black Soya Supplementation on Rats With High Fat Diet. Journal of
The Science of Food and Agricultural. February 2007.
Richmond, W., 1973, Enzymatis determination of total serum cholesterol, clin.
1350-1354.

Chem.

19:

Sabir, Syed Mubassher., et al. 2003. Estimation of Sterols in Edible Fats and Oils. Pakistan
Journal Of Nutrition 2 (3). 178-181, 2003
Sanders TAB, Dean TS, Grainger D, Miller GJ, Wiseman H 2002 Moderate
intakes of
intact soy protein rich in isoflavones compared with ethanolextracted
soy
protein increase HDL but do not influence transforming growth
factor
_1
concentrations and hemostatic risk factors for coronary heart disease in healthy
subjects. Am J Clin Nutr 76:373377
Scheiber MD, Liu JH, Subbiah MT, Subbiah MT, Rebar RW, Setchell KD 2001 Dietary
inclusion of whole soy foods results in significant reductions in clinical risk factors
for osteoporosis and cardiovascular disease in normal postmenopausal women.
Menopause 8:384392
Sediaoetama, A.D. 1991. Ilmu Gizi Jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta. Hlmn. 54;73 2; 106 159;
197 203; 278 285
Selamihardja, N. 2005. Kiat Mengelola Kolesterol Tinggi. Majalah Intisari
Silalahi, J. 2000. Fats, Oils and Fat substitutes in Human Nutrition. Indonesian Food and
Nutrition Process. 7(2): 56-66.
Sitopoe, M. 1993. Kolesterol Fobia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Shurpalekar, S.R., R. Baldursdottir., H. Sigvaldason., U. Agnarsson., S. Thorgeirsson and N.
Sigfussin. 1992. Predictive Value of Apolipoproteins in a Perspective Survey of
Coronary Artery Disease in a Man. Am. J. Cardiol. 16. Pp 52 61.
Smaolin, A. and M.B. Grosvenor. 1997. Nutrition: Science and Application, 2 nd edition.
Sounders College Publishing.

14

Steinberg, F.M., N. L Guthrie, A. Villablanca, K. Kumar, and M. J Murray. 2003. Soy Protein
Has Favorable Effects on Endhotelial Fuction that are Independent of Lipid and
Antioxidant Effect in Healty Postmenopausal Women. Am. J. Clin. Nutr, 78, 123130.
Stipanuk, M.H. 2000. Biochemical and Physiological Aspects of Human Nutrition. Saunders
Company. 306, 315, 333, 918.
Takahashi, R.,Ohmori, R., Kiyose, C., Momiyama, Y., Ohsuzu, F. and Kondo, K.
2005.Antioxidant Activities of Black and Yellow Soybeans againts Low Density
Lipoprotein Oxidation. J. Agric Food Chem. 53, 4578 82.
Ulbrich, T.L.V and D.A.T. Southgat. 1991. Coronary Heart Disease : Seven Dietary Factors.
Lancet. 338(19):985-91.
Van Steenis, H.B. and P.A. Flecknel. 1992. Experimental and Surgical Technique in The Rat.
Academic Press. Harcout Bace Jovanovich Publisher. London. San Diego, New
York. Boston. Sidney. Toronto. Tokyo.
West, C.E., C.J.K. Spaaij, W.M. Clous, H.P. Twisk, M.P.H. Goertz, R.W. Hubbard, M.W.
Kuyvenhoven, R.V.D. Meer, W.F. Roszkowski, A. Sanchez and A.C. Beynen. 1998.
Comparison of the hypocholesterolemic effects of dietary soybean protein with
those of formaldehydeh-treated casein in rabbits. J. Nutr. 119(6):843-56
Widodo, F.Y. 1994. Studi Perbandingan antara Pengaruh Diet Minyak kedelai dan Minyak
Kelapa Sawit Terhadap Profil Lipid Darah Tikus dengan Diet tinggi Lemak. Thesis.
Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya
Wilson J.D., Foster D.W., Kroenberg H.M. and Larsen PRL, 1998. William Test Book of
Endrocrinology, 9th edition. Philadelphia: W.B. Saunder Company. Pp. 801-806,
1099-1144
Wright, S.M. and Salter, A.M., 1998. Effects of soy protein on plasma cholesterol and bile acid
excretion in hamsters. Comparative Biochemistry and Physiology 119B, pp. 247254

15

Anda mungkin juga menyukai