ERITRASMA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada :
dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes, Sp.KK
Disusun Oleh :
Elmira Apriliani
20100310095
2016HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Oleh :
Elmira Apriliani
20100310095
Maret 2016
Mengetahui,
Dokter pembimbing,
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Umur
: 48 tahun
: Islam
Alamat
: Trirenggo, Bantul
Pekerjaan
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
Keluhan Utama
Gatal dan panas di selangkangan
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien Ny.M, 48 tahun, datang dengan keluhan gatal dan panas di daerah
selangkangan. Keluhan dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Keluhan
Alergi (-)
Asma (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
Alergi (-)
Asma (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
C. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
D. STATUS DERMATOLOGIS
Lokalisasi
Efloresensi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan.
F. DIAGNOSIS BANDING
Tinea korporis
Kandidiasis
Dermatitis seboroik
G. DIAGNOSIS KERJA
Eritrasma
H. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Nonmedikamentosa
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad kosmetikum
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang lebih dari 100 tahun
dianggap sebagai penyakit jamur. Burchard melukiskan penyakit ini sebagai penyakit
kulit
yang
disebabkan
berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung dengan ditemukan struktur seperti
hifa halus pada tahun 1859. 1
Eritrasma ialah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang
disebabkan oleh Corynebacterium minutissimum, ditandai dengan adanya lesi berupa
eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.1
B. EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi dari eritrasma belum banyak diuraikan. Insidens eritrasma
dilaporkan sekitar 4% di dunia. Penyakit ini bersifat universal, namun lebih banyak
terlihat di daerah tropik. Eritrasma lebih banyak pada dewasa muda. Namun penyakit
ini dapat menyerang semua usia, pasien termuda yang pernah dilaporkan menderita
eritrasma adalah anak usia satu tahun. Frekuensinya sama pada pria dan wanita.
Namun, eritrasma pada regio kruris lebih banyak ditemukan pada pria. Studi pada
tahun 2008 menemukan bahwa eritrasma interdigitalis lebih umum terjadi pada
wanita (83% dari 24 pasien). Orang-orang yang banyak keringat, kegemukan,
peminum alkohol dan debilitas lebih sering terkena penyakit Pada ras kulit hitam
lebih banyak daripada kulit putih. Daerah beriklim panas lebih sering terkena daripada
daerah dingin. Higiene buruk berperan penting dalam menimbulkan penyakit.Panas
dan lembab juga mempermudah timbulnya penyakit.2
C. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium minitussimum. Bakteri ini tidak
membentuk spora dan merupakan basil yang bersifat aerob atau anaerob yang
fakultatif,
dan
katalase-positif
diphtheroid.2
Corynebacterium
minitussismum
D. PATOGENESIS
Cukup lama kelompok jamur actynomicetes yaitu Nocardia minutissima diduga sebagai
penyebab. Saat ini kuman batang gram positif yang ditemukan pada pemeriksaaan eritrasma diketahui
sebagai corynebacterium minutissimum.4
Bakteri ini bersifat lipofilik, tidak memiliki spora, aerob dan katalase positif. Organisme
lipofilik ini berkolonisasi pada daerah yang kaya akan lipid atau sebum seperti axillae. Bakteri
mempermentasikan glukosa, dextrose, sukrosa, maltose dan manitol. 5
Corynebacterium minutissimum berada pada lapisan superficial stratum korneum, dan tidak
berpenetrasi kepada lapisan epithelium yang masih baik atau jaringan ikat dalam keadaan normal.
Bakteri ini menginvasi bagian superficial stratum korneum pada kondisi yang cenderung panas dan
kelembaban, organisme ini berkembang biak akibat gangguan pada flora normal yang diikuti oleh
kerusakan pada barrier kulit, sehingga menyebakan stratum korneum menjadi tebal. Bakteri ini dapat
dilihat di rongga antar sel, seperti juga di sel-sel, menghancurkan fibril-fibril keratin. Bakteri ini
menghasilkan porfirin seperti pada hampir seluruh corynebacteria. Substansia fluoresensi adalah
senyawa porfirin yang larut air sehingga tidak bisa dilihat pada daerah yang baru saja dicuci. 2
E. GEJALA KLINIS
Lesi
kulit
dapat
berukuran
sebesar
miliar
sampai
plakat.
Lesi
eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatcoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.1 Tempat
predileksi dimulai dari tempat yang paling sering, yaitu toe webspaces (diantara jari kaki)6,7, lipat
paha, aksila3,6,8. Bisa ditemukan di daerah intertriginosa lain (terutama pada penderita
gemuk)1,6,intergluteal, inframamary (submammary)3.Lesi di daerah lipat paha dapat
menunjukkan gejala berupa gatal dan terasa terbakar. Sedangkan lesi pada tempat lain
asimtomatik.1
Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi
tidak menimbulkan dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi
lesi dan pada perabaan terasa berlemak.1
Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antara eritrasma dan
diabetes melitus. Penyakit ini terutama menyerang pria dewasa dan dianggap tidak
begitu menular, berdasarkan observasi pada pasangan suami-isteri yang biasanya
tidak terserang penyakit tersebut secara bersama-sama. Eritrasma tidak menimbulkan
keluhan subyektif, kecuali bila terjadi ekzematisasi oleh karena penderita berkeringat
banyak atau terjadi maserasi pada kulit.1
Gambar 2. Eritrasma.Tampak gambaran merah-kecoklatan pada daerah lipatan ketiak
(kiri) dan daerah inguinal (kanan). Pemeriksaan lampu Wood akan memperlihatkan
efloresensi merah terang.8
F. DIAGNOSIS
1.
ANAMNESIS
Pada anamnesis pasien mengeluhkan rasa gatal dan terasa terbakar pada lesi
di daerah lipat paha , sedangkan lesi pada tempat lain asimtomatik.pasien juga
mengeluhkan adanya bercak-bercak berwarna merah kecoklatan. 1 Kebanyakan
lesi tidak memiliki gejala khusus, tetapi di daerah tropis, iritasi lesi pada daerah
inguinal dapat menyebabkan pasien menggaruk dan terjadi penebalan.6,8
2.
PEMERIKSAAN FISIK
Lesi
kulit
dapat
berukuran
sebesar
miliar
sampai
plakat.
Lesi
eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatcoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.1 Tempat
predileksi dimulai dari tempat yang paling sering, yaitu toe webspaces (diantara jari kaki)6,7,
lipat paha, aksila3,6,8. Bisa ditemukan di daerah intertriginosa lain (terutama pada
penderita gemuk)1,6,intergluteal, inframamary (submammary)3.
3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan pembantu terdiri atas pemeriksaan dengan lampu Wood dan
sediaan langsung.1
Pada pemeriksaan dengan lampu Wood, lesi terlihat berfluoresensi merah
membara (coral-red). Fluoresensi ini terlihat karena adanya porfirin. Pencucian
atau pembersihan daerah lesi sebelum diperiksa akan mengakibatkan hilangnya
fluoresensi. 1
Penelitian menyebutkan bahwa Coproporphyrin III disintesis oleh
Corynebacterium aurimucosum dan Micobacterium oxydans, menyebabkan
akumulasi porfirin dalam jaringan kulit, yang memancarkan efluoresensi merah
membara saat terkena sinar Wood.10
biasanya terlalu diperlukan jika manifestasi klinis khas dan pemeriksaan lampu
Woodpasien positif.6
Gambaran histology menunjukkan organisme terlihat pada stratum korneum
sebagai batang pendek halus, bercabang, berdiameter 1u atau kurang, yang muda
putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid. Pemeriksaan harus teliti untuk
melihat bentuk terakhir ini.1
G. DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit kronik, non-inflamasi pada daerah intertriginosa, yang
berwarna merah kecoklatan, dilapisi skuama halus merupakan tanda eritrasma. 1
Candidiasis dan penyakit yang disebabkan oleh dermatofita pada epidermis dan
dermis bisa menjadi diagnosis banding pada eritrasma.2
Tinea kruris, penyakit ini biasanya gatal dan disertai papula-papula eritematosa dengan
pinggir lesi aktif yang ditutupi oleh skuama halus, lesi kadang-kadang disertai vesikel halus. Tinea kruris
biasanya terjadi pada lipat paha kiri dan kanan. Diagnosis dapat ditegakan dengan ditemukannya jamur
pada pemeriksaan larutan KOH 10%.3
Gambar 4. Tinea kruris.
Gambar 5. Kandidiasis
Dermatitis seboroik, kelainan kulit terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batas agak kurang tegas. Bentuk yang ringan hanya mengenai kulit kepala yang
berbentuk skuama-skuama halus, mulai sebagai bercak kecil. Bentuk berat ditandai dengan bercakbercak berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Dermatitis seboroik biasanya
terdapat di daerah kepala, dahi, glabella, telinga post aurikular, leher, supraorbital, liang telinga luar,
lipatan nasolabialis, areola mammae, lipat paha dan anogenital.1
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari farmakoterapi untuk eritrasma adalah untuk mengurangi
morbiditas, membasmi infeksi, dan mencegah komplikasi.2 Obat topikal, misalnya
salap tetrasiklin 3% juga bermanfaat. Demikian pula obat antijamur yang baru yang
berspektrum luas. Hanya pengobatan topikal memerlukan lebih ketekunan dan
kepatuhan penderita.1
Terdapat penelitian pada 151 pasien berusia lebih dari 18 tahun secara acak
menjadi 5 kelompok dan diberi eritromisin, klaritromisin dosis tunggal, asam fusidic
topikal, krim plasebo, atau tablet plasebo. Krim asam fusidic secara signifikan lebih
efektif daripada terapi lain. Selain itu, kelompok yang menerima klaritromisin
memberikan hasil yang lebih baik pada 48 jam daripada kelompok yang menerima
eritromisin.2
I. EDUKASI
J. PROGNOSIS
Penyakit ini dapat tetap asimtomatik selama beberapa tahun atau mungkin
mengalami periode eksaserbasi. Kambuh kadang-kadang terjadi bahkan setelah
pengobatan antibiotik berhasil. Prognosis cukup baik, bila semua lesi diobati dengan
tekun dan menyeluruh.1,2
BAB III
PEMBAHASAN
kepustakaan, pada pasien eritrasma dapat ditemukan lesi kulit berukuran sebesar miliar
sampai plakat. Lesi eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah
kecoklat-coklatan.1 Tempat predileksi dimulai dari tempat yang paling sering, yaitu toe webspaces
(diantara jari kaki)6,7, lipat paha, aksila3,6,8. Bisa ditemukan di daerah intertriginosa lain
(terutama pada penderita gemuk)1,6,intergluteal, inframamary (submammary)3
Tujuan dari farmakoterapi untuk eritrasma adalah untuk mengurangi morbiditas,
membasmi infeksi, dan mencegah komplikasi. Penatalaksanaannya berupa antibiotik topikal
maupun sistemik, dapat dikombinasikan dengan antifungi topikal. 4 Pada pasien ini diberikan
pengobatan antibiotik topikal dan sistemik, yaitu eritromisin 2 x 500mg, dan krim asam
fusidat 2% dioleskan dua kali sehari. Pasien juga diberikan antihistamin Cetirizine, 1 x 10 mg
untuk keluhan gatal yang dirasakan.
Prognosis pada pasien ini adalah baik selama pasien melakukan pengobatan secara
teratur sesuai anjuran dokter, menghindari faktor resiko, dan menjaga kebersihan serta
kelembapan kulit.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Eritrasma ialah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minutissimum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan
skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.1
2. Faktor predisposisi eritrasma meliputi berkeringat berlebihan / hiperhidrosis,
kegemukan, diabetes mellitus, iklim yang panas, higine yang buruk, lanjut usia, dan
gangguan immunocompromised lainnya.2
3. Lesi
kulit
dapat
berukuran
sebesar
miliar
sampai
plakat.
Lesi
eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatcoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.1 Tempat
predileksi dimulai dari tempat yang paling sering, yaitu toe webspaces (diantara jari kaki)6,7, lipat
paha, aksila3,6,8. Bisa ditemukan di daerah intertriginosa lain (terutama pada penderita
gemuk)1,6,intergluteal, inframamary (submammary)3.
4. Diagnosis banding eritrasma adalah tinea kruris, kandidiasis, dan dermatitis seboroik.
1.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed. Ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008. Hal 334-335.
2. Erythrasma.
Diambil
dari
http://emedicine.medscape.com/article/1052532overview#showall. Diakses 11 Maret 2016.
3. Siregar RS. Eritrasma. Dalam: Hartanto H, editor. Saripati penyakit kulit. Ed ke-3.
Jakarta: EGC; 1996. Hal. 64-5.
4. Warouw, Winsy F. infeksi bakteri lain. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit kulit. Edisi ke-1.
Jakarta: penerbit hipocrates; 2000. Hal 61-2.
5. Burns T, breathnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Rooks textbook of dermatology. 7 th
Editin. United State of America: Blackwell publishing company; 2004. p 2737-9.
6. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatricks Dermatology in general medicine. 7th Ed. United state of America: Mc
Graw Hill; 2008. Page 1708-1710.
7. Blaise G, Nikkels AF, Hermanns-Le T, Nikkels-tassoudji N, Pierard GE.
Corynebacterium-associated skin infections. International Journal of Dermatology:
2008. Vol 47(9). p 884-890(7).
8. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatricks color atlas & synopsis of clinical dermatology.
6thEd.United States: The McGraw-Hill Companies; 2009.
9. Morales ML, Arenas R. Interdigital Erythrasma. Clinical Epidemiologic, and
Microbiologic Findings. Actas Dermosifiliogr. 2008. P 469-73.
10. Yasuma A, Ochiai T. Exogenous coproporphyrin III production by Corynebacterium
aurimucosum and Microbacterium oxydans in erythrasma lesions. Journal of Medical
Microbiology. 2011. P 10381042.