STATUS PASIEN
1.1 Identitas
Nama
: Tn. A
Umur
: 34 tahun
No. RM
: 7489xx
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
MRS
: 14-06-2016
1
riwayat
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan, makanan, dan lainnya
Psikososial
Pasien mengaku merokok sejak pasien masih duduk di bangku SMP, dan dalam sehari
menghabiskan 1 bungkus rokok.
Kesadaran
: Composmentis
Gizi
: Baik
Tanda Vital
o Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
o Heart Rate
: 80 kali/menit
o Respiratory Rate
: 22 kali/menit
o Temperature
: 36.4C
Kepala
: Normochepal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Paru-paru
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
: Redup
Jantung
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
o Auskultasi
Abdomen
o Inspeksi
o Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas
o Perkusi
: timpani
o Auskultasi
Ekstremitas
Palpasi: nyeri tekan pada digiti II dan V pedis sinistra, digiti I terasa dingin, pulsasi digiti
I (-)
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
13.9 g/dL
Hematokrit
38.7 %
42 - 52 %
Leukosit
12.8 103/uL
Eritrosit
4.63 106/uL
Trombosit
640 103/uL
MCV
83.4 fL
80 - 94 fL
MCH
30 pg
27 - 31 pg
37 g/dL
33 - 37 g/dL
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
CHCM
CH
31 pg
MCHC
36 %
33 - 37 %
RDW-CV
11.8 %
10 - 15 %
HDW
2.9 g/dL
MPV
7.3 fL
8 - 12 fL
Neutrofil %
71.5 %
40 - 70 %
Limfosit %
16.2 %
26 - 36 %
Monosit %
8.9 %
3.4 - 9 %
Eosinofil %
1.3 %
0-7%
Basofil %
0.40 %
0 - 0.2 %
LUC %
1.8 %
0-4%
Neutrofil %
9.03 103/uL
Limfosit %
2.05 103/uL
1 - 1.43 103/uL
Monosit %
1.12 103/uL
Eosinofil %
0.2 103/uL
0 - 0.8 103/uL
Basofil %
0.05 103/uL
0 - 0.2 103/uL
LUC %
0.23 103/uL
0 - 0.4 103/uL
SGOT
27 U/L
< 40 U/L
SGPT
25 U/L
< 42 U/L
Ureum
10.4 mg%
10 - 50 mg%
Kreatinin
0.5 mg%
Natrium
126.1 mEq/L
Kalium
4.74 mEq/L
Calcium
1.13 mmol/L
Differential
Absolut
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Elektrolit
Glukosa Darah
158 mg%
74 - 106 mg%
98 mg%
70 - 110 mg%
106 mg/dL
Non reactive
Non reactive
IMUNOSEROLOGI
Hepatitis Marker
HBsAg
: Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.
Korea, Jepang, dan keturunan Yahudi. Penyakit ini lebih umum pada pria dengan
perbandingan pria-wanita sebesar 3:1. Akan tetapi, rasio ini diperkirakan akan berubah
seiring
meningkatnya
jumlah
wanita
perokok.
Umumnya
pasien Buergers
II.3.3 Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada
hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya
perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia
sekolah . Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat
dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari
tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut.
Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat
memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung.
Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang
dimediasi sistem imun.
II.3.4 Patogenesis
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa
penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali
tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan
penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau,
mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III,
meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat
vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLAA54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki
penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi
perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang
mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang
10
berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi
atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari
ujung jari.
11
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata.
Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada fase lebih
lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan
bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia
disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi
arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting.
Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum
tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit kemerahan,
sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang beberapa
milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa
tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu
tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif,
maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.
Gejala klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari
kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari
kemerahan sampai ke tanda selulitis.
12
Gambar 5. Ujung jari pada Buerger Disease yang telah terjadi gangren. Kondisi ini sangat terasa nyeri
dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari
demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat
diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin
keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh
nyeri iskemia.
II.3.6 Kriteria Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi penyakit
ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria diagnosis
walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu dengan yang
lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit Buerger :
1. Adanya tanda insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain
7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri
iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari
kaki.
13
Gambar 7. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan penyakit buerger.
Penyakit Buergers juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih tanda
klinis berikut ini :
a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa
muda dengan riwayat merokok yang berat.
b. Klaudikasi kaki
c. Tromboflebitis superfisialis berulang
d. Sindrom Raynaud
14
II.3.6
Diagnosis Banding
Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik aterosklerotik.
Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi aterosklerotik
diabetes timbul dalam distribusi yang sama seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi
neuropati penyerta biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.
II.3.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti
angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah
normal.
Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya
vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati;
determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka
sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor rematoid, tanda-tanda serologi pada
CREST (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis)
sindrom dan scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi
pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger sangat
dianjurkan.
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran corkscrew dari arteri
yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian
pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan)
atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.
15
Gambar 8. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan merupakan angiogram abnormal
dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya gambaran khas corkscrew pada daerah lengan.
Perubahannya terjadi pada bagian kecil dari pembuluh darah lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri
ulna).
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.
16
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass) pada
arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.
2. Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta,2000.
3. Reksoprodjo Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1994.
4. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.
20