Anda di halaman 1dari 20

BAB I

STATUS PASIEN
1.1 Identitas

Nama

: Tn. A

Umur

: 34 tahun

No. RM

: 7489xx

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kp.Jamaras 02/08, Desa Sarampad, Kec.Cigeunang, Cianjur

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Islam

MRS

: 14-06-2016

1.2 Anamnesis (15- 06-2016) : Autoanamnesis


Keluhan Utama

Nyeri pada jari ke 2 dan 5 kaki kiri


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan nyeri pada jari 2 dan 5 kaki kiri yang
dirasakan sejak 8 bulan SMRS. Awalnya pasien mengaku nyeri hanya pada ujung ibu jari
kaki kiri karena terdapat luka, awalnya berupa luka pada ujung jari, berwarna kemerahan
kemudian perlahan luka menyebar ke seluruh ibu jari kaki kiri, warna berubah menjadi
kekuningan dan kehitaman. Saat ini, ibu jari kaki kiri dirasakan pasien baal dan tidak ada rasa
nyeri, namun luka kemudian muncul pada ujung jari kaki 2 dan 5 kaki kiri. Nyeri dirasakan
pasien terutama saat beristirahat pada malam hari. Saat ini, nyeri dirasakan pasien menetap
dan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri juga dirasakan pasien pada pertengahan tungkai bawah
bagian depan, awalnya terdapat benjolan berisi nanah, kemudian pasien menggaruk benjolan
tersebut karena dirasakan gatal, benjolan tersebut menjadi pecah dan luka.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku, baru sekarang merasakan keluhan seperti ini. Pasien tidak memiliki
tekanan darah tinggi, maupun diabetes mellitus.

1
riwayat

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa. Riwayat tekanan darah tinggi dan
diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan, makanan, dan lainnya

Psikososial
Pasien mengaku merokok sejak pasien masih duduk di bangku SMP, dan dalam sehari
menghabiskan 1 bungkus rokok.

1.3 Status Generalis (15-06-2016)

Kesadaran

: Composmentis

Gizi

: Baik

Tanda Vital
o Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

o Heart Rate

: 80 kali/menit

o Respiratory Rate

: 22 kali/menit

o Temperature

: 36.4C

Kepala

: Normochepal

Mata

: Pupil bulat isokor 3mm, Kornea jernih, Refleks cahaya +/+,


Gerakan bola mata kesegala arah +/+, Conjunctiva anemis -/-,
Sklera ikterik -/-

Telinga

Hidung

: Bentuk normal, sekret - / -, krepitasi - / -

Mulut

: Bentuk normal, bibir kering, sianosis (-), Faring tidak


hiperemis

Leher

: Bentuk normal, KGB tidak teraba membesar, tidak teraba


adanya benjolan

Thorax

Paru-paru

: Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen - / -

o Inspeksi

: Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

o Palpasi

: Fremitus taktil paru kanan sama dengan paru kiri

o Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru

o Auskultasi

: Suara nafas vesikuler + / +, ronkhi - / -, wheezing - / -

o Inspeksi

: Tampak pulsasi ictus cordis pada ICS V parasternal sinistra

o Palpasi

: Teraba ictus cordis di ICS V parasternal sinistra

o Perkusi

: Redup

Jantung

Batas atas

: ICS III parasternal sinistra

Batas kiri

: ICS V midclavicula sinistra

Batas kanan

: ICS V parasternal dextra

o Auskultasi

: Bunyi jantung I-II regular murni, Murmur -/-, Gallop -/-

Abdomen
o Inspeksi

: datar, tidak tampak adanya kelainan

o Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas

o Perkusi

: timpani

o Auskultasi

: bising usus (+) normal

Ekstremitas

: Gerakan bebas, akral hangat, Capillary Refill Time < 2 detik

1.4 Status Lokalis


Inspeksi: tampak digiti I pedis sinistra berwarna kehitaman, pangkal digiti I pedis sinistra
masih berwarna kemerahan. Tampak adanya luka yang sudah menghitam, tidak bisa
digerakkan. Tampak adanya luka pada ujung digiti II dan V pedis sinistra berukuran 1x1
cm, berwarna kekuningan, pus (+), darah (-). Tampak ulkus berukuran 3x2 cm, pus (+),
darah (-)

Palpasi: nyeri tekan pada digiti II dan V pedis sinistra, digiti I terasa dingin, pulsasi digiti
I (-)

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium tanggal 14-06-2016
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Hemoglobin

13.9 g/dL

13.5 - 17.5 g/dL

Hematokrit

38.7 %

42 - 52 %

Leukosit

12.8 103/uL

4.8 - 10.8 103/uL

Eritrosit

4.63 106/uL

4.7 - 5.1 106/uL

Trombosit

640 103/uL

150 - 450 103/uL

MCV

83.4 fL

80 - 94 fL

MCH

30 pg

27 - 31 pg

37 g/dL

33 - 37 g/dL

HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap

CHCM

CH

31 pg

MCHC

36 %

33 - 37 %

RDW-CV

11.8 %

10 - 15 %

HDW

2.9 g/dL

2.2 - 3.2 g/dL

MPV

7.3 fL

8 - 12 fL

Neutrofil %

71.5 %

40 - 70 %

Limfosit %

16.2 %

26 - 36 %

Monosit %

8.9 %

3.4 - 9 %

Eosinofil %

1.3 %

0-7%

Basofil %

0.40 %

0 - 0.2 %

LUC %

1.8 %

0-4%

Neutrofil %

9.03 103/uL

1.8 - 7.6 103/uL

Limfosit %

2.05 103/uL

1 - 1.43 103/uL

Monosit %

1.12 103/uL

0.16 - 1.0 103/uL

Eosinofil %

0.2 103/uL

0 - 0.8 103/uL

Basofil %

0.05 103/uL

0 - 0.2 103/uL

LUC %

0.23 103/uL

0 - 0.4 103/uL

SGOT

27 U/L

< 40 U/L

SGPT

25 U/L

< 42 U/L

Ureum

10.4 mg%

10 - 50 mg%

Kreatinin

0.5 mg%

0.5 - 1.1 mg%

Natrium

126.1 mEq/L

135 - 148 mEq/L

Kalium

4.74 mEq/L

3.50 - 5.30 mEq/L

Calcium

1.13 mmol/L

1.15 - 1.29 mmol/L

Differential

Absolut

KIMIA KLINIK
Fungsi Hati

Fungsi Ginjal

Elektrolit

Glukosa Darah

Gula Darah Sewaktu

158 mg%

74 - 106 mg%

Glukosa Darah Puasa

98 mg%

70 - 110 mg%

Glukosa Darah 2 jam


PP

106 mg/dL

< 145 mg/dL

Non reactive

Non reactive

IMUNOSEROLOGI
Hepatitis Marker
HBsAg

1.6 Diagnosis Kerja


Buergers disease at regio pedis sinistra
1.7 Terapi
Farmakoterapi:
Ceftriaxone 1x1 gr
Ketorolac 2x30 mg
Infus RL
1.8 Rencana Tindakan
Amputasi digiti I pedis sinistra (telah dilakukan sims amputation setinggi metatarsal pada
tanggal 23-06-2016)
1.9 Prognosis
Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad functionam : Bonam


Quo ad sanastionam : Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Pembuluh Darah


Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh
melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm,
dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri
tidak terdapat katup.
End arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya
tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang memperdarahi daerah
yang berdekatan. End arteri fusngsional adalah pembuluh darah yang cabang-cabang
terminalnya mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri yang
berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk mempertahankan jaringan
tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.
2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantng; banyak
vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih kecil
atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali
bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering
diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.
3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang
menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada
7

ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.

Gambar 1. Anatomi pembuluh darah


II.2 Histologi Struktur Pembuluh Darah
Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini
dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan elastic.
Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.

Gambar 2. Histologi pembuluh darah

II.3 Buerger Disease/ Tromboangitis Obliterans


II.3.1 Definisi
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit oklusi
kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama
mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh
darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat
dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya
obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi
atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga
mengurangi aliran darah ke jaringan.

Gambar 3. Buerger Disease


II.3.2 Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 12-20 kasus per 100.000 penduduk.
Penyakit ini juga dikaitkan dengan tindakan amputasi, terutama pada pasien
dengan Buergers disease yang tetap merokok, 43% menjalani 1 atau lebih amputasi
dalam kurun waktu 7 tahun. Penyakit ini memiliki prevalensi tinggi di negarai India,
9

Korea, Jepang, dan keturunan Yahudi. Penyakit ini lebih umum pada pria dengan
perbandingan pria-wanita sebesar 3:1. Akan tetapi, rasio ini diperkirakan akan berubah

seiring

meningkatnya

jumlah

wanita

perokok.

Umumnya

pasien Buergers

disease berusia antara 20-45 tahun.

II.3.3 Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada
hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya
perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia
sekolah . Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat
dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari
tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut.
Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat
memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung.
Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang
dimediasi sistem imun.
II.3.4 Patogenesis
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa
penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali
tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan
penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau,
mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III,
meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat
vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLAA54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki
penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi
perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang
mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang
10

berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi
atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari
ujung jari.

II.3.5 Manifestasi klinis


Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia.
Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya.
Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi justru waktu
istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan
berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat
paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih
lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.
Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki
yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin
penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri
istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari
tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila
bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil
bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut menjadi gangren atau
ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai
dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan,
kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki sering
terjadi pada penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang
terkena.

11

Gambar 4. Manifestasi Klinis Buerger Disease

Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata.
Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada fase lebih
lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan
bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia
disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi
arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting.
Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum
tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit kemerahan,
sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang beberapa
milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa
tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu
tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif,
maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.
Gejala klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari
kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari
kemerahan sampai ke tanda selulitis.

12

Gambar 5. Ujung jari pada Buerger Disease yang telah terjadi gangren. Kondisi ini sangat terasa nyeri
dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.

Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari
demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat
diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin
keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh
nyeri iskemia.
II.3.6 Kriteria Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi penyakit
ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria diagnosis
walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu dengan yang
lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit Buerger :
1. Adanya tanda insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain
7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri
iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari
kaki.

13

Gambar 6. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger.


Ulkus iskemik pada jari kaki pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal,
dengan angiographi aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya.

Gambar 7. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan penyakit buerger.

Penyakit Buergers juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih tanda
klinis berikut ini :
a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa
muda dengan riwayat merokok yang berat.
b. Klaudikasi kaki
c. Tromboflebitis superfisialis berulang
d. Sindrom Raynaud
14
II.3.6
Diagnosis Banding

Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik aterosklerotik.
Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi aterosklerotik
diabetes timbul dalam distribusi yang sama seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi
neuropati penyerta biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.
II.3.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti
angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah
normal.
Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya
vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati;
determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka
sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor rematoid, tanda-tanda serologi pada
CREST (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis)
sindrom dan scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi
pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger sangat
dianjurkan.
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran corkscrew dari arteri
yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian
pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan)
atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.

15

Gambar 8. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan merupakan angiogram abnormal
dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya gambaran khas corkscrew pada daerah lengan.
Perubahannya terjadi pada bagian kecil dari pembuluh darah lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri
ulna).

Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.

16

Gambar 9. hasil angiogram abnormal dari tangan

Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus


terjadi pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ
lainnya , tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada
jari, organ lain sperti paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak
terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi belum diketahui.
Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit
ini, yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.
Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah
oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding pembuluh
darah secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan
rekanalisasi.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan
Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari penyakit
Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang
dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui
sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
II.3.8 Terapi
Terapi medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan usaha intensif untuk
meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti merokok,
maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi diberikan.
Sayangnya, kebanyakan pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu ada
progresivitas penyakit. Untuk pembuluh darahnya dapat dilakukan dilatasi (pelebaran)
dengan obat vasodilator, misalnya Ronitol yang diberikan seumur hidup. Perawatan luka
lokal, meliputi mengompres jari yang terkena dan menggunakan enzim proteolitik bisa
bermanfaat. Antibiotic diindikasikan untuk infeksi sekunder.
Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan
nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan panjang
maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi
17

telapak tangan atau simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfat.

Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass) pada
arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.

Gambar 10. Bypass arteri

Simpatektomi dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien


penyakit Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu
dan penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka
waktu yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah
ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan
dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau
tangan dirasakan lebih hangat.
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang terus
18

mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers, gangrene


yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan penanganan

lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan,


lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.
Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari penyakit
buerger:
- Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan panas
atau juga luka karena kimia lainnya.
- Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk
menghindari infeksi
- Menghindar dari lingkungan yang dingin
- Menghindari obat yang dapat memicu vasokontriksi
II.3.9 Prognosis
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami amputasi;
apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangrene, angka kejadian
amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap
merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7
sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada
pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan
klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynauds walaupun sudah benarbenar berhenti mengkonsumi tembakau.

19

DAFTAR PUSTAKA

1.

Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.
2. Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta,2000.
3. Reksoprodjo Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1994.
4. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.

20

Anda mungkin juga menyukai