Anda di halaman 1dari 40

Jakarta dalam Ancaman

Bencana Ekologis
(Penyebab Sekaligus Korban Pemanasan Global)

Yayan Ruchyana
Materi Pemanfaatan dan Kerusakan Lingkungan
Sumber : Selamet Daroyni
WALHI Jakarta

29 Februari 2008
Hakekat Lingkungan Hidup
 Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang terdapat di
sekeliling kita, seperti udara, air, tanah, hutan, danau,
sungai, binatang, tumbuh-tumbuhan, perumahan,
kendaraan, pabrik dan lain sebagainya.
 Dalam rangka pemanfaatan, selalu muncul berbagai
dampak, baik positif maupun negatif bagi lingkungan
hidup dan sosial masyarakat.
 Perlu ada kebijakan dan kearifan dalam mengelolanya,
sehingga manfaat lingkungan hidup tidak hanya dapat
dinikmati oleh manusia generasi saat ini tetapi juga dapat
dimanfaakan oleh generasi yang akan datang atau
pembangunan yang memperhatikan keseimbangan
antara pertumbuhan ekonomi, sosial dan perlindungan
lingkungan hidup (sustainable development)
Keterkaitan Ekosistem Hulu-hilir

• DAS: penghubung
daratan di hulu dan
wilayah pesisir
• DAS: Penghantar
bahan pencemar
dari hulu ke pesisir
• Melalui DAS,
dampak yang
terjadi di hulu juga
dirasakan di pesisir

Source of Figure : PKSPL IPB


1985-2005
RUTR
26,01%
AIR HUJAN
2000 Jt
M3/th

Run Off 200


1468 Jt JAKARTA
M3/th BOGOR
(73,4%)

Muka Laut
0 532 Jt
m3/th
(26,6%) th
AIR TANAH DANGKAL 492 JT 3/
M3/TH m
-40 40 Jt Jt -40
m3/th 37
AIR TANAH
DALAM
-140 77 JUTA M3/TH -140

-250 -250

Sumber: BPLHD DKI Jakarta. 2006


4. Kondisi Air Situ/Waduk

48 Titik Pantau Kualitas


Situ/Waduk
Kondisi Kerusakan Situ

Jumlah Situ/Waduk di DKI Jakarta adalah 48 Situ


 Persentase Situ/Waduk yang tercemar = 25 % (12 dari 48)
 Persentase Situ/Waduk yang mengalami kerusakan = 25 % (12
dari 48)
 Persentase Situ/Waduk yang berfungsi sebagai tempat rekreasi =
4 % (2 dari 48)
 Persentase Situ/Waduk yang berfungsi sebagai penampung air =
17 % (8 dari 48)
 Persentase Situ/Waduk yang berfungsi sebagai resapan air = 10 %
(5 dari 48)
 Persentase Situ/Waduk yang tidak berfungsi = 6 % (3 dari 48).
(Sumber, BPLHD DKI Jakarta, 2007)
Cakung drain
Cengkareng Drain Banjir Kanal Barat

Renc.Banjir
Kanal Timur
K. Mookervart

K. Angke K. Cakung

K. Jati Kramat
K. Pesanggrahan

K. Buaran
K. Grogol

K. Sunter
K. Krukut

K.Baru Brt K. Cipinang


K. Ciliwung K.Baru Tmr
GRAFIK TIMBULAN SAMPAH DI DKI JAKARTA TAHUN 2005
(6.000 ton/Hari)
KOMPOSISI SAMPAH
Industri Lain-lain
538 (8.97%) 84 (1.4%) 1. Organik : 55,37 %
2. An Organik. : 44,63 %
Pemukiman 2.1. Kertas : 20,57 %
3.178 (52.97%)
2.2. Plastik : 13,25 %
2.3. Kayu : 0,07 %
2.4. Kain/Trkstil : 0,61 %
2.5. Karet/Kulit Tiruan : 0,19 %
2.6. Logam/Metal : 1,06 %
2.7. Gelas/Kaca : 1,91 %
Perkantoran
1.641 (27.35%) 2.8. Sampah Bongkaran : 0,81 %
2.9. Sampah B3 : 1,52 %
2.10 Lain-lain (batu,pasir,dll) : 4,65 %
Pemukiman Pasar VOLUME SAMPAH :
240 (4%)
Pasar Jakarta Pusat : 5.280 m3
Sekolah Jakarta Utara : 4.408 m3
Sekolah 319 (5.32%)
Jakarta Barat : 6.000 m3
Perkantoran
Jakarta Selatan : 6.218 m3
Industri Jakarta Timur : 6.060 m3

Lain-lain Jumlah : 27.966 m3


Sumber : WJEMP 2005
Bencana Sampah
Jakarta menghasilkan sampah sebesar 27.966 m ³
(±6.000 ton/hari) atau 2,97 liter/jiwa. Atau dalam satu
tahun gunungan sampai mencapai 185 kali volume
Candi Borobudur (Volume Candi Borobudur = 55.000
m³)
Pada tahun 2001, estimasi sampah padat yang
terkumpul dan diangkut kurang lebih 70% ke TPA
Bantar Gebang, 16,5% terdistribusi ke lokasi-lokasi
informal, dan 13% tidak terkelola (seperti dibuang ke
selokan dan sungai serta sepanjang pinggir jalan).
Sampah menjadi penyebab utama buruknya mutu air
sungai-sungai dan teluk Jakarta
Pada bulan Agustus 2006, setidaknya 3 orang
meninggal dunia akibat terkena longsoran sampah di
Bantar Gebang

Catatan:
Belum ada pengelolaan sampah yang terpadu
Perairan Teluk Jakarta
Konsentrasi Amonia Perairan Teluk Jakarta

M9
M1 M8
M2 M3 M4 M6 M7
M5

Konsentrasi amonia semakin ke arah daratan semakin


meningkat.
Perairan : 0,03 - 0,54 mg/L (rata2 = 0,08 mg/L)
Muara : 0,07 – 12,43 mg/L (rata2 = 4,32 mg/L); pasang
0,07 – 14,73 mg/L (rata2 = 7,58 mg/L); surut
BM = 0,3 mg/L (Kep.Men.LH No.51/2004, untuk Biota Laut)
Sumber : BPLHD Prop. DKI, Juni 2006
Indeks Diversitas Phytoplankton Teluk Jakarta

Cemar Berat

Cemar Sedang

Cemar Ringan

Cemar Sangat Ringan

ng
ong
ng

u
Cak
ng
l

re
a

te r

c
Kam

u
gka

Blen
Cak
e

ra
Sun
ng
k

Mua
Ang
Cen

Kara
ra

ra
ol

ra
ra
Mua

Anc

Mua
Mua
Mua
ra

ra

M9
ra
Mua

Mua

Mua

M1 ra
M7 M8
Mua
M6
M2 M3
M4
M5
Indeks Pencemaran Air
Sungai
al
S. Kam

Kali Cakung
gke

Kali Cakung
Gol B (Air Baku Air Minum)
S. An

rvart Gol C (Perikanan)


S. Ciliwung
Mooke
Gol D (Pertanian & Perkotaan Lainnya)
e
gk
An

S. Pesanggrahan

Kategori Indeks Pencemaran Air


S.

Baik (IP ≤ 1.0 )

Kali Buaran
S. Grogol

Cemar Ringan (1.0< IP ≤5.0)


Cemar Sedang (5.0<IP≤10.0)
Cemar Berat (IP > 10)
Kali Cideng

(Kep.Men.LH No.115/2003
Kali Mampang

Tentang Penentuan Status Mutu Air)


ng

Persentase kategori Indeks Pencemaran:


u
iliw
S. C

Baik = 3%
Cemar ringan = 9%
Cemar sedang = 10%
Cemar berat = 78%
PERSENTASE INDEKS PENCEMARAN (IP)
AIR SUNGAI TAHUN 2005

Ce mar Ring an, 5% Ce ma r S e da ng ,


18 %

Ce mar B e rat, 7 7%
Persentase Indeks Pencemaran (IP) Air Bawah Tanah 2005
1, 7%
2, 13% 1, 7%
2, 13%
8, 7, 47%
53% 4, 27%
5, 33%

Jakarta Utara

Jakarta Barat Jakarta Pusat

1, 9% Jakarta Timur
2, 18%
1, 6% 3, 18%
6, 55% 4, 24%
2, 18%
Jakarta Selatan
9, 52%

Kondisi Baik
1, 6% 3, 18%
Cemar Ringan
5, 29%
Cemar Sedang
Cemar Berat
8, 47%

Sumber : BPLHD Prop. DKI Jakarta


Analisis Kebutuhan Air Tahun 2005

 Estimasi penduduk Jakarta tahun 2005 sebesar 10 juta jiwa.


 Kebutuhan air per orang = 150 ltr/jiwa/hari
 Kebutuhan air Penduduk Jkt. = 547,5 juta m3/th
 Pemenuhan oleh PDAM = 54% (295,6 juta m3/th)
 Pemakaian ABT = 46% (251,8 juta m3/th)
 Potensi ABT = 532 juta m3/th
 Batas aman pengambilan ABT= 30-40% (dari potensi 532 juta m3/th)
= + 186,2 juta m3/th
 Kelebihan pengambilan ABT = 251,8 jt m3/th – 186,2 jt m3/th
= 66,6 juta m3/th
Bencana Banjir
 Paling tidak telah terjadi 39 banjir besar di jakarta
dalam 7 tahun terakhir. Banjir 2007 adalah yang
terbesar dari banjir-banjir sebelumnya seperti pada
tahun 1621, 1654, 1918, 1942, 1976, 1996, dan 2002.
 Banjir 2007, Ketinggian air bervariasi antara 20 hingga
500 cm, menggenangi hampir 70% wilayah DKI
Jakarta.
 Korban meninggal dunia mencapai 80 orang, (Jakarta;
48 orang, Jabar; 19 orang, Banten; 13 orang).
(Bakornas BPB)
 Kerugian material baik aset milik pemerintah, dunia
usaha dan aset milik masyarakat paling sedikit
mencapai Rp. 5,16 triliun. (Bapenas, Feb 2007).
CURAH HUJAN
DI WILAYAH DKI JAKARTA
10 FEBRUARI 1996
G
Pantauan hujan
1. Tj. Priuk : 231 mm
2. BMG : 216 mm
3. Cengkareng: 107 mm
4. Paku Buono : 85 mm
5. Halim Pk : 100 mm
6. Ps Minggu : 300 mm
7. Cileduk : 130 mm

8. Citeko : 31 mm
9. Gunung mas: ?
10. Dermaga : ?

BMG, Nov 2007


PANTAUAN CURAH HUJAN
Terkait kejadian banjir
DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN SEKITAR
Pengukuran jam 07.00 wib 1 Februari s/d jam 07.00 wib
2 Februari 2007
Pantauan hujan
1. Tj. Priuk : 168 mm
2. BMG (kmy) : 235 mm
3. Cengkareng: 122 mm
4. Paku Buono: 178 mm
5. Halim Pk : 127 mm
6. Ps Minggu : 220 mm
7. Cileduk :339.8 mm
8. Kedoya : 185 mm
9. Depok : 46 mm
10. Tambun : 201 mm

11. Citeko : 7.7 mm


12. Gunung mas: 5 mm
13. Dermaga : 16 mm

BMG, Nov 2007


BMG

BMG, Nov 2007


Udara Tercemar
 Jakarta merupakan kota tercemar ke-tiga di Dunia setelah
Meksiko dan Bangkok
 Sumber utama pencemaran udara di DKI Jakarta berasal dari 2
sumber yaitu sumber bergerak dan tidak bergerak
 Hampir 70% pencemaran udara di Jakarta berasal dari emisi
gas buang kendaraan bermotor, setiap 7 kendaraan dimiliki oleh
10 orang
 Kualitas Udara Ambien di Jakarta pada tahun 2005 hanya ada
20 hari dalam satu tahun udara yang berkatergori baik.
 Zat-zat pencemar yang dikelaurkan dari knalpot terdisi atas HC,
CO, Cox, SOx, dan TSP atau debu. TSP merupakan komponen
sangat subtantif untuk Jakarta (parameter paling krisis). (Jica,
1996)
 Pada tahun 2004, besaran CO yang dihasilkan oleh satu orang
penduduk di Jakarta mencapai 0,511 ton, atau perorang
menghasilkan ± 0,08 ton besaran CO pertahun (kompas,
Agustus 2007)
KEBUTUHAN PERJALANAN DENGAN ANGKUTAN UMUM
( Perjalanan / Hari )

5.302.194
7.384.939
Tangerang 9.445.808 Bekasi
847.750 545.310
1.078.663 693.099
1.465.912 940.834

620.702
2002 7,3 Juta Perj/Hari 791.295
1.148.528

2010 9,9 Juta Perj/Hari


2020 13 Juta Perj/Hari

Bogor & Depok


PREDIKSI AWAL (dilakukan tahun 2002)
Ilustrasi Utilisasi Jumlah Kendaraan Terhadap
Luas Jalan di DKI Jakarta

50
Luas (juta m2)

3.300

45 3.000 Unit kend.


Roda 4
40 2.700
(x 1000)
35 2.400

30 2.100

25 1.800

20 1.500

15 1.200
1996

2010
1994

1998
2000
2002
2004
2006
2008

2012
2014
jalan
Tahun kend.
Jika penggunaan kendaraan pribadi tidak dikendalikan,
maka pada tahun 2014 Jakarta akan Macet Total
karena Jumlah (Luas) Kendaraan = Luas Jalan
FAKTA 5 TAHUN TERAKHIR
PERTAMBAHAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR
DI DKI JAKARTA
s.d. Jumlah Pertambahan Pertumbuhan
Tahun Mobil Motor Mobil + Motor Jumlah Mobil Jumlah Motor Jml Mobil + Motor Jml Kend
per Tahun per Hari per Tahun per Hari per Tahun per Hari ( % / Tahun )
2002 1,817,047 1,941,923 3,758,970
2003 1,908,012 2,202,637 4,110,649 90,965 249 260,714 714 351,679 964 9.4
2004 2,016,237 2,534,480 4,550,717 108,225 297 331,843 909 440,068 1,206 10.7
2005 2,110,249 2,887,172 4,997,421 94,012 258 352,692 966 446,704 1,224 9.8
2006 2,161,653 3,242,090 5,403,743 51,404 141 354,918 972 406,322 1,113 8.1
Rata2 236 891 1,127 9.5

PERTAMBAHAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR


DI JADETABEK (WILAYAH HUKUM POLDA METRO JAYA)
s.d. Jumlah Pertambahan Pertumbuhan
Tahun Mobil Motor Mobil + Motor Jumlah Mobil Jumlah Motor Jml Mobil + Motor Jml Kend
per Tahun per Hari per Tahun per Hari per Tahun per Hari ( % / Tahun )
2002 2,191,022 2,816,442 5,007,464
2003 2,310,806 3,310,318 5,621,124 119,784 328 493,876 1,353 613,660 1,681 12.3
2004 2,450,219 3,940,700 6,390,919 139,413 382 630,382 1,727 769,795 2,109 13.7
2005 2,575,373 4,602,852 7,178,225 125,154 343 662,152 1,814 787,306 2,157 12.3
2006 2,657,430 5,309,261 7,966,691 82,057 225 706,409 1,935 788,466 2,160 11.0
Rata2 319 1,707 2,027 12.3

DI JAKARTA
SETIAP HARI, BERTAMBAH KEND BARU SEBANYAK 1.127 KEND  236 MOBIL dan 891 MOTOR
DI JADETABEK
SETIAP HARI, BERTAMBAH KEND BARU SEBANYAK 2.027 KEND  319 MOBIL dan 1.707 MOTOR

SEMENTARA PANJANG/LUAS JALAN RELATIF TETAP !!


PREDIKSI DISESUAIKAN DENGAN FAKTA 5 TAHUN TERAKHIR
JIKA PERTUMBUHAN RATA-RATA KEND BERMOTOR TETAP  9,5% / TAHUN
DAN PERTUMBUHAN RATA-RATA LUAS JALAN TETAP  0,01% / TAHUN
MAKA PREDIKSI PERBANDINGAN ANTARA LUAS JALAN DENGAN LUAS KENDARAAN S.D.
TAHUN 2014 DI DKI JAKARTA ADALAH SBB :
Jumlah Jumlah Luas Luas
Tahun Kend Terdaftar Kend di Jalan Kend di Jalan Jalan
STNK (Asumsi 70%) (m2) (m2)
2007 5,917,099 4,141,969 27,896,161 40,077,740
2008 6,479,223 4,535,456 30,546,297 40,081,748
2009 7,094,749 4,966,324 33,448,195 40,085,756
2010 7,768,750 5,438,125 36,625,773 40,089,765
2011 8,506,782 5,954,747 40,105,222 40,093,774
2012 9,314,926 6,520,448 43,915,218 40,097,783
2013 10,199,844 7,139,891 48,087,164 40,101,793
2014 11,168,829 7,818,180 52,655,444 40,105,803
MACET TOTAL
Prediksi Luas Jalan dan Luas Kendaraan DAPAT TERJADI
di DKI Jakarta (2007-2014) LEBIH CEPAT
60,000,000 YAITU THN 2011
DARI PERKIRAAN
50,000,000
SEMULA THN 2014
40,000,000 (Dengan
m2 memperhitungkan
30,000,000 pertambahan
jumlah sepeda
20,000,000
motor)
10,000,000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Luas Jalan Luas Kendaraan


Efek Rumah Kaca
 Efek rumah kaca aalah sebuah proses masuknya panas
matahari ke bumi dengan menembus lampisan atmosfir.
Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan
kembali ke angkasa.
 Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan
kembali ke angkasa terperangkap di dalam bumi karena
aktivitas manusia yang menyebabkan menebalnya
selimut gas rumah kaca di atmosfer.
 Peningkatan Jumlah gas rumah kaca diantaranya
karbodioksida (CO2), metan (CH4), atau dinitro oksida
(N20), sebagian besar terjadi karena penggunaan bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batu bara), kegiatan sektor
kehutanan, pertanian dan perternakan.
 Efek rumah kaca menyebabkan Pemanasan Global. Dan
Pemanasan Global mengakibatkan terjadinya Perubahan
Iklim. Hubungan antara ketiganya adalah sebab-akibat.
Pemanasan Global
 Adalah kondisi terjadinya peningkatan suhu rata-rata
permukaan bumi karena semakin banyaknya jumlah emisi
gas rumah kaca di atmosfer.
 Pemanasan global selalu diikuti dengan perubahan iklim
 Tanda-tanda terjadinya perubahan iklim dapat dilihat dari
meningkatnya curah hujan dibeberapa bagian bumi,
sementara dibagian lainnya mengalami musim kering yang
berkepanjang.
 Ini terjadi karena ada perubahan suhu udara dan curah
hujan secara bertahap dalam jangka waktu puluhan tahun.
Perubahan iklim di Indonesia
• Terjadi kenaikan temperatur sebesar 0,03
0C/tahun dan kenaikan curah hujan sebesar 2
hingga 3 persen per tahun (Hulme dan Sherad,
1999)

• Siklus ENSO (El Nino Southern Oscillation) biasanya


terjadi 3 hingga 7 tahun sekali, sekarang menjadi 2
hingga 5 tahun sekali (Ratag, 2001)
Proyeksi Temperatur Indonesia
28 28
C
0 C
0

27 27

26 26

25 25

24 24
1950 1960 1970 1980 1990 2000 2000 2020 2040 2060 2080 2100

Tahun Tahun

Sumber: Susandi, 2005


Curah Hujan di Indonesia
mm/Tahun

1800
1750
1700
1650
1600
1550
1500
1450
1400
1350
1950 1960 1970 1980 1990 2000

Source: NOAA-CIRES (2005) Tahun


2007

Monumen Nasional

Cilincing

Koja
Tanjung
Priok Pademangan

Penjaringan

Bandara
Soekarno-Hatta
Sumber: Susandi dkk, 2007
2030

Monumen Nasional

Cilincing

Koja
Tanjung
Priok Pademangan

Penjaringan

Bandara
Soekarno-Hatta
Sumber: Susandi dkk, 2007
2050

Monumen Nasional

Cilincing

Koja
Tanjung
Priok Pademangan

Penjaringan

Bandara
Soekarno-Hatta

Sumber: Susandi dkk, 2007


Dampak Perubahan Iklim
 Banjir mengenangi kawasan dataran rendah yang merupakan
kawasan lahan subur untuk pertanian hilang dan lokasi kota-kota di
pinggir pantai semakin sering karena tingginya frekwensi dan
intensitas hujan badai dan angin topan.
 Proses penggurunan karena kekeringan yang berkepanjangan
 Kebakaran hutan semakin sering terjadi
 Ledakan berbagai penyakit trofis seperti malaria dan demam
berdarah
 Berbagai jenis keanekaragaman hayati musnah
 Gagal Panen akibat kekeringan sehingga terjadi kelaparan besar-
besaran
 Nelayan sulit mendapatkan ikat karena kerusakan terumbu karang
di seluruh dunia akibat suhu air laut meningkat
 Terjadinya pengungsian besar-besaran akibat hilangnya mata
pencaraharian
Apa yang Bisa Dilakukan?
 Mulailah segera dengan tindakan nyata dalam keseharian untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut;
 Gali dan cari informasi lebih banyak, (akan lebih mudah
mengubah sesuatu kalau kita benar-benar paham atas satu
permasalahan).
 Aktif menyebarkan kesadaran tentang dampak perubahan iklim
dan pastikan kepedulianmu juga didengar oleh para pembuat
kebijakan
 Ubah gaya hidup kita
 Pilih produk alat transportasi yang ramah lingkungan atau lebih
hemat bahan bakar
 Selalu ingat prisnsif 4R: Reduce (kurangi), Re-use (gunakan
kembali), Recycle (daur ulang) dan Refuse (menolak yang tidak
perlu) dalam menggunakan produk.
 Matikan lampu atau alat elektronik lainnya bila tidak sedang
digunakan
 Hemat air, gunakan kembali sisa-sisa air cucian untuk menyiram
tanaman
 Bila anda Merokok, berhentilah merokok untuk mengurangi emisi
akibat asap rokok anda.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai