Anda di halaman 1dari 8

allah swt = dewa bulan

Share
Sunday, January 17, 2010 at 11:19pm
KESAKSIAN HADITS
Orang akan melihat Tuhan seperti BULAN

- Kami bersama Nabi SAW: beliau menengok ke bulan yakni bulan empat
belas. Maka beliau berkata: "Sesungguhnya kamu semua akan melihat
Tuhanmu, sebagai mana kamu melihat bulan ini." (Hadist Shohih Buchor y 315 )

-Orang banyak bertanya:


"Dapatkah kami melihat Tuhan kita nanti di hari kiamat?
Jawab Nabi:
"Masihkah kamu sangsi untuk dapat melihat bulan purnama pada empat
belas yang tidak berawan?"
Jawab mereka:
"Tidak Ya Rasulullah"
Sabda nabi SAW:
"Sesungg uhnya k amu akan melihat ALLAH seperti itu!"
Pada hari Kiamat akan dikumpulkan seluruh manusia lalu Allah berfirman:
"Siapa yang menyemba h sesuatu maka hendaklah mengikut sesemba hannya itu".
Diantara mereka itu ada yang mengikut MATAHARI, ada yang mengikut
BULAN, ada yang mengikut THAGHUL. Maka tinggalah umat Islam ini,
termasuk di dalamnya orang-orang munafik (Hadist Shohih Buchory 441)
Harus shalat waktu ada gerhana
Karena itu kalau ada gerhana MATAHARI atau BULAN, d ipe rintahka n shalat.
Shalat gerha na:
"Karena itu apabila kamu melihat gerhana, maka segeralah pergi shalat.
Shalatlah hingga ALLAH memberi cahaya terang kembali kepadamu" (Hadist
Shohih Buchor y 856)
Nabi Muhammad sendiri juga melakukan shalat waktu melihat gerhana
(Hadist Shohih Buchory 855, 856, 857)

QS 2:189. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa.
Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.

Perhatika n juga ucapa n nabi ini:

QS. 27 An Naml: 91
"Aku hanya diperintahka n unt uk menyemba h Tuhan negeri ini (awloh semba han Quraish
Mekkah) Yang telah dijadikannya suci dan kepunyaan-Nya- lah segala sesuatu, da n aku
diperintahka n supa ya aku termasuk o rang-orang yang berserah diri."

Surat ALBAQARAH (2:62)


Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang
Shabiin, s iapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Siapakah awloh? Awloh adalah batu hajar aswad, "Tuhan" bagi suku Quraish. Sebelum
Muhammad memproklamirkan diri sebagai nabinya awloh, batu hajar aswad sudah demikian
dikultuskan, dan menjadi salah satu penghuni Kaabah di samping 359 berhala lain sembahan
suku-suku di Arab.

Ini dapat kita ketahui dari riwayat pengangkatan batu tersebut sewaktu Kaabah rusak ditimpa
banjir besar. Ingat! Waktu itu Muhammad belum jadi "nabi". Suatu ketika di saat Muhammad
berusia 35 tahun, Kaabah rusak ditimpa banjir. Orang-orang bersepakat membangun kembali
kuil itu, tidak ketinggalan Muhammad. Ketika sampai pada saat mengembalikan Hajar Aswad
(Batu Keramat berwarna Hitam) ke tempatnya semula, timbul kericuha n. Masing- masing merasa
lebih berhak mendapat kehormatan mengerjakan hal itu. Orang bersitegang, hingga seluruh
pekerjaan terhenti karenanya. Akhirnya dimufakati untuk menyerahkan keputusan persoalan
kepada barangsiapa yang esok harinya paling dahulu berada di Masjid al Haram. Ternyata orang
itu ialah Muhammad, padahal dia tidak sengaja berusaha datang lebih pagi. Kemudian,
Muhammad membeberkan selembar kain, mengangkat dan meletakkan batu keramat itu di atas
kain tersebut. Kemudian para kepala keluarga/kelompok/kafilah/orang terkemuka diajak
beramai-ramai mengangkat dan membawa kain itu ke tempat di mana batu hitam akan diletakkan
dan Muhammad sendiri meletakka nnya di atas tempatnya semula. Sejak saat itu Muhammad
mendapat tempat terhormat di hati orang-orang Mekah. Kewibawaan Muhammad naik di mata
rakyat. Dan sejak saat itu pula, Muhammad semakin sering bersemedi di dalam gua angker,
sebuah gua yang sempit dan gelap gulita, namanya gua Hira. Untuk memasuki gua tersebut,
orang harus merangkak. Gua itu terletak di bukit Hira ±9km dari Mekah.

"Bila malam sudah gelap, d ilihatnya sebuah bintang. Ia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi
bilamana bintang itu kemudian terbenam, iapun berkata: 'Aku tidak menyukai segala yang
terbenam.' Dan setelah dilihatnya bulan terbit, iapun berkata: 'Inilah Tuhanku.' Tetapi
bilamana bulan itu kemudian terbenam, iapun berkata: 'Kalau Tuhan tidak memberi petunjuk
kepadaku, pa stilah aku akan jadi sesat.' Dan setelah dilihatnya matahari terbit, iapun berkata: 'Ini
Tuhanku. Ini yang lebih besar.' Tetapi bilamana matahari itu juga kemudian terbenam, iapun
berkata: 'Oh kaumku. Aku lepas tangan terhadap apa yang kamu persekutukan itu. Aku
mengarahkan wajahku hanya kepada yang telah menciptakan semesta langit dan bumi ini. Aku
tidak termasuk mereka yang mempersekutuka n Tuhan." (Qur'an 6: 76-79)
Awloh adalah dewa bulan, yg simbolnya adalah bulan sabit. Ini sudah cukup dikenal oleh
bangsa-bangsa primitif di Timur Tenga h sejak ribuan tahun yg lalu sebelum si Mamad lahir.

“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, Maka Sembahlah
Aku” (QS 20 : 14).

Dalam QS 19 : 65 Tuhan bertanya : “Hal Ta’lamu Lahu Samiyyan”.


Kata “ALLAH” sebenarnya telah ada jauh sebelum munculnya Islam. Kata
ini kemungkinan diambil dari sebutan sansekerta untuk Dewi Dhurga

Tayma terletak 230 mil dari Medina. Tempat lain di daerah Utara juga
telah digali. Ukiran-ukiran di batu da n mangkuk- mangkuk yang dipaka i
untuk ritual kegamaan pada “putri-putri allah” telah di temukan dan
didokumentasikan. Tiga putri dari allah, Al-Lat, Al- Uzza, dan Manat,
seringkali terlihat dengan simbol bulan sabit diatasnya-dewa bulan,
(bahkan Prof. Muhhamad Mohar Ali, pengajar sejarah Islam di
Universitas Islam di Madinah, menyatakan dalam kuliah Pra-Islam di
Arab, bahwa prasasti yang ditujukan untuk ‘allah’ pada masa sebelum
Islam telah ditemukan di daerah Utara, daerah dimana dewa bulan di
sembah). Dapat terlihat bahwa tiga putri ‘allah’ sangat penting d i
daerah Utara Arab.
Kerajaan Saba terletak di daerah Selatan Arab. Orang dari Saba disebut
Sabean. Ini adalah tempat asal “Ratu Seba” (Kejadian 1026, Ayub
1:15,6:19,1 Raja-Raja 10:15,). Kata, “Sheba” dalam bahasa Inggris
mengacu pada asal katanya dari bahasa Ibrani – Saba. Kerajaan ini
cukup dikenal dalam sejarah, dan dikenal baik bahwa orang Sabean
menyembah dewa bulan, dan bintang, bahkan kata Saaba dalam bahasa Arab
berarti “bintang”.

Kerajaan Saba menguasai seluruh daerah Selatan Arab sampai pada


perbatasan Yémen dengan Arab, dan ada kemungkinan lebih luas lagi.
Pengaruhnya melebihi daerah kekuasaan mereka, bahkan sampai ke kota
Mekah Al-qur’an menyebutka n juga mengenai Sabean (Sura 2:62, S ura
5:69, Sura 22:17, Sura 27:29). Lebih dari itu, Sabean adalah kaum
pedagang, sehingga pengaruh mereka tersebar kemanapun karavan mereka
pergi, bahkan sampai daerah barat Mekah dan Medinah, melewati laut
Merah di Afrika. Kaum Sabean menyembah dewa bulan mereka di Sudan, dan
Etiopia. Suku Saba dan penyembah berhala lainnya mempunyai banyak
sebutan yang berbeda untuk dewa bulan mereka. Dia diberi nama seperti
llumqah, atau Al- maqah, Wadd, Amm, Haiubas, Hubal, Ilah dan Sin.

Sin adalah dewa yang sama yang disembah di Haran sampai ke Utara.
Penyembah dewa bulan di Haran juga menyebut diri mereka sebagai kaum
Sabean. Pada awal 1940, Gertrude Caton Thompson menemukan kuil dewa
bulan di Hureidha, di tempat Kerajaan Saba dulu berada. Dia menemukan
21 prasasti dari nama dewa-Sin, di sekitar kuil itu. Ada kemungkinan
bahwa itu adalah dewa bulan yang dia temukan. Kuil dewa bulan di
temukan juga di Awan, masih di daerah kerajaan kaum Sabean. Pada tahun
1950, Wendell Philips, W.E Albright, Richard Bower, dan yang lainnya
menemuka n lebih banyak bukti penyembahan dewa bulan di kota2 Qataban,
dan Timna, dan di ibukota kuno kerajaan Saba, Marib.

Anda mungkin juga menyukai