05 - 2
dan partai lokal), ekonomi, pendidikan, sumber daya alam, pelabuhan,
perikanan, pemberian amnesti, proses penarikan aparat keamanan non
organik sebagai konsekuensi terhadap penarikan persenjataan GAM
dan Pemerintah RI saat ini sedang membahas permintaaan tersebut
dengan tetap mengacu pada kerangka NKRI dan tetap berlandasakan
pada konstitusi yang berlaku di republik Indonesia antara lain dengan
pemberian otonomi khusus bagi Provinsi NAD.
Saat ini kondisi mental dan kesejahteraan rakyat Aceh masih
belum pulih akibat separatisme dan penanganannya, serta bencana
tsunami 26 Desember 2004. Saat ini merupakan periode yang sangat
penting dalam membangun kebersamaan rakyat Aceh sebagai bagian
integral bangsa Indonesia. Keberhasilan rehabilitasi dan rekontruksi
Aceh akan secara signifikan membangun kepercayaan dan
kebersamaan rakyat Aceh terhadap anak bangsa Indonesia lainnya
dalam wadah NKRI.
Menghadapi ide separatis yang berkembang di Papua, meskipun
secara bersenjata masih bersifat sporadis, namun gerakan separatime
di Papua sangat berpotensi menimbulkan masalah yang serius di masa
mendatang, karena adanya campur tangan pihak asing. Pengakuan
negara asing meskipun tidak memiliki landasan hukum yang kuat,
seperti yang dilakukan oleh negara Vanuatu yang memberikan izin
pembukaan perwakilan OPM di negaranya, dan upaya dua orang
anggota kongres AS yang memprakarsai RUU luar negeri AS,
merupakan benih kesulitan di masa yang akan datang apabila upaya
diplomasi luar negeri tidak dilakukan secara intensif akan menjadi
bom waktu bagi keutuhan wilayah NKRI. Pemahaman terhadap
multikulturisme yang belum sepenuhnya utuh serta kesejahteraan dan
keadilan sosial yang dihadapi oleh sebagian masyarakat Papua juga
akan menjadi lahan yang subur bagi separatisme di Papua. Sementara
itu, sikap sebagian elit politik di Papua tampaknya juga turut
memberikan andil bagi berlanjutnya penyelesaian masalah
separatisme di Papua.
05 - 3
menindak secara tegas separatisme bersenjata yang melanggar hak-
hak masyarakat sipil; (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah rawan konflik atau separatisme melalui perbaikan akses
masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan pemerataan
pembangunan antardaerah; (3) meningkatkan kualitas pelaksanaan
otonomi dan desentralisasi; (4) mendeteksi secara dini dan
pencegahan awal potensi konflik dan separatisme; (5) melaksanakan
pendidikan politik secara formal, informal, dialogis, serta melalui
media massa dalam rangka meningkatkan rasa saling percaya; (6)
menguatkan kelembagaan pemerintah daerah di bidang pelayanan
publik; dan (7) menguatkan komunikasi politik pemerintah dengan
masyarakat.
Dalam penyelesaian masalah separatis di Aceh, Pemerintah
Republik Indonesia bertekad menyelesaikan secara damai,
komprehensif, dan bermartabat dalam bingkai NKRI. Dengan
berpedoman pada Memorandum of Understanding (MoU) antara
Pemerintah RI dengan GAM yang ditandatangani pada tanggal 15
Agustus 2005 di Helsinki, sebagai langkah nyata, Pemerintah RI
dengan negara Uni Eropa dan negara ASEAN akan menandatangani
MoU tentang keikutsertaan Aceh Monitoring Mission (AMM)
sehingga diharapkan upaya damai dapat diwujudkan secepatnya.
Kedua MoU tersebut menjadi prinsip dasar bagi para pihak dan
digunakan sebagai pedoman untuk diimplementasikan dengan
dimonitor oleh AMM.
Saat ini telah tercipta kondisi keamanan yang lebih kondusif,
dan apresiasi positif dari masyarakat yang menyetujui langkah
Pemerintah untuk penyelesaian masalah Aceh secara menyeluruh,
bermartabat, dan berkeadilan.
Selanjutnya, memperhatikan adanya permasalahan di wilayah
Papua, Pemerintah RI telah melakukan upaya yang komprehensif dan
cermat, antara lain (1) meningkatkan upaya politik melalui diplomasi
terhadap Pemerintah dan Senat Amerika Serikat (AS) dalam rangka
meyakinkan sikap dan posisi AS terhadap keabsahan hasil Pepera
Tahun 1969 di Papua (Irian Jaya) yang telah diterima PBB melalui
Resolusi 2504 tanggal 19 November 1969, (2) memantapkan
keefektifan UU No. 21 Tahun 2001 tentang Pemberian Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua sekaligus untuk menunjukkan clean and
05 - 4
good governance dari aparat Pemerintah guna mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Papua khususnya dan
Indonesia pada umumnya, (3) memelihara dan meningkatkan stabilitas
keamanan di Provinsi Papua, termasuk di daerah perbatasan dengan
Papua New Guinea guna mendukung kelancaran Provinsi Papua.
Upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan
separatisme ditempuh melalui program-program sebagai berikut.
05 - 5
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan operasi
intelijen dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan menanggulangi
separatisme, koordinasi seluruh badan-badan intelijen pusat dan
daerah di seluruh wilayah NKRI dalam hal mencegah dan
menanggulangi separatisme, serta pengkajian analisis intelijen
perkembangan lingkungan strategis, pengolahan dan penyusunan
produk intelijen dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan
menanggulangi separatisme.
C. Penjagaan Keutuhan Wilayah NKRI
Penjagaan keutuhan wilayah NKRI dimaksudkan sebagai usaha
mewujudkan kesiapan operasional dan penindakan ancaman baik
berupa invasi/agresi dari luar dan ancaman dari dalam baik ancaman
militer maupun nonmiliter.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan antisipasi dan
pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap gerakan separatis
yang berusaha memisahkan diri dari NKRI terutama gerakan
separatisme bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan
wilayah Indonesia.
Di samping itu, dilakukan pula antisipasi dan pelaksanaan
operasi militer atau nonmiliter terhadap aksi radikalisme yang berlatar
belakang primordial etnis, ras, dan agama serta ideologi di luar
Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan
kekuatan-kekuatan di luar negeri.
05 - 6
ketertiban di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, serta
pendekatan persuasif secara intensif kepada masyarakat yang rawan
terhadap pengaruh separatis.
05 - 7
mendukung terlaksananya proses perdamaian dan kelancaran
pelaksanaan tugas Tim AMM di Aceh agar dapat bekerja sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, (2) memberikan amnesti kepada
mantan anggota GAM yang melakukan tindakan makar sesuai dengan
hukum dan prosedur yang berlaku di negara RI serta melalui tertib
administrasi, (3) mengembalikan hak sipil termasuk politik (keinginan
membentuk partai lokal) dengan tetap berpedoman pada undang-
undang, hukum dan prosedur yang berlaku, serta menjaga orientasi
politik mantan anggota GAM untuk tetap berada dalam bingkai NKRI.
Adapun upaya yang ditempuh dalam menghadapi aktivitas
separatis di Papua adalah dengan langkah persuasif yang
mengedepankan langkah perdamaian dan dialog yang merupakan
prioritas utama dan diupayakan sekecil mungkin terjadinya kontak
senjata.
Tindak lanjut yang diperlukan untuk mencegah dan
menanggulangi separatisme ditempuh melalui (1) penguatan
koordinasi dan kerja sama di antara lembaga pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan separtisme; (2) pemulihan keamanan
dan peningkatan upaya-upaya komprehensif penyelesaian separatisme
di NAD dan Papua terutama peningkatan kesejahteraan dan rasa cinta
tanah air; (3) penguatan peran aktif rakyat dan masyarakat terutama
masyarakat lokal; (4) mendeteksi secara dini potensi-potensi konflik
dan separatisme; (5) penguatan komunikasi politik pemerintah dan
masyarakat; dan (6) pelaksanaan pendidikan politik yang berbasiskan
multikultur dan rasa saling percaya.
05 - 8