Anda di halaman 1dari 8

BAB 5

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


SEPARATISME

Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku
merupakan masalah bersama bangsa Indonesia yang sampai dengan
saat ini masih belum dapat dituntaskan. Separatisme dan
penanganannya telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik,
baik berupa sarana pendidikan dan pemerintahan serta infrastruktur
lainnya dalam jumlah yang cukup besar. Otonomi khusus di Aceh dan
Papua yang diyakini menjadi langkah strategis dan efektif untuk
penyelesaian separatisme secara menyeluruh dan damai tampaknya
masih belum dapat meredakan keinginan kedua daerah itu untuk
memisahkan diri. Keinginan kuat dan upaya bangsa Indonesia untuk
menyelesaikan separatisme secara damai dan menyeluruh ini terus
diupayakan dengan melakukan perundingan damai sebagai bagian dari
upaya rekonsiliasi.
Dalam rangka menyelesaikan masalah separatisme di Aceh
secara damai, bermartabat dan menyeluruh, Pemerintah Republik
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam kurun waktu
terakhir ini secara intensif melakukan perundingan informal di
Helsinski yang difasilitasi oleh Crisis Management Inisiative.
Berbagai issue penting yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
dalam perundingan damai tersebut diharapkan akan menjadi landasan
yang kokoh dalam penyelesaian masalah separatisme di Aceh.
Sementara upaya penyelesaian separatisme di Aceh
menunjukkan tanda-tanda yang positif, serta gerakan separatisme di
Papua yang secara bersenjata mulai melemah, justru berpotensi untuk
meningkatkan intensitasnya. Dukungan pihak asing, seperti dukungan
dua anggota konggres Amerika Serikat, meskipun tidak mewakili
sikap negara dan Pemerintah Amerika Serikat akan dapat
meningkatkan moral kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Pemerintah Republik Indonesia terus mengupayakan langkah-langkah
diplomasi yang dilaksanakan agar pemerintah Amerika Serikat tidak
mendukung upaya dua anggota kongres tersebut. Di samping itu
Pemerintah RI terus mengupayakan keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat Papua, sehingga ide separatis dapat dihilangkan, dan
penyelesaian masalah Papua dapat diatasi secara komprehensif,
menyeluruh dan berbartabat dalam kerangka otonomi khusus bagi
Provinsi Papua.

I. Permasalahan yang Dihadapi


Upaya penyelesaian gerakan separatis GAM telah menunjukkan
kemajuan yang berarti dengan telah dicapainya butir-butir
kesepakatan bersama dalam perundingan informal di Helsinki.
Namun, perlu terus diupayakan adanya kerja sama dalam memelihara
suasana yang kondusif khususnya dalam melalui pelaksanaan butir-
butir kepakatan yang telah dicapai. Tidak dapat dihindari
kemungkinan adanya pihak yang melakukan gangguan keamanan
berupa penghadangan, penculikan, penyanderaan, serta pemerasan
terhadap masyarakat.
Gerakan separatis di Aceh telah banyak melibatkan penggunaan
sumberdaya nasional, serta akibatnya telah menimbulkan korban jiwa
dan harta benda yang tidak kecil. Pemerintah RI terus mengupayakan
penyelesaian konflik di Aceh dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia melalui perundingan dengan pihak GAM.
Tidaklah mudah mengupayakan penyelesaian konflik di Provinsi
NAD, mengingat pengalaman masa lalu yang telah ditunjukkan oleh
pihak GAM dalam kesepakatan maupun komitmennya.
Dari beberapa perundingan informal yang dilaksanakan telah
mencapai kemajuan yang berarti bagi kedua belah pihak karena telah
berhasil memasuki tahap pembicaraan konkrit serta teknis di
lapangan. Sampai saat ini telah berhasil dibahas hal-hal yang berkaitan
dengan Security Arrangements dan otonomi khusus. Dari pihak GAM
telah mengajukan sejumlah permintaan berkaitan dengan otonomi
khusus beserta segala implikasinya yang berisikan antara lain,
kewenangan pengelolaan di bidang politik (pemilihan kepala daerah

05 - 2
dan partai lokal), ekonomi, pendidikan, sumber daya alam, pelabuhan,
perikanan, pemberian amnesti, proses penarikan aparat keamanan non
organik sebagai konsekuensi terhadap penarikan persenjataan GAM
dan Pemerintah RI saat ini sedang membahas permintaaan tersebut
dengan tetap mengacu pada kerangka NKRI dan tetap berlandasakan
pada konstitusi yang berlaku di republik Indonesia antara lain dengan
pemberian otonomi khusus bagi Provinsi NAD.
Saat ini kondisi mental dan kesejahteraan rakyat Aceh masih
belum pulih akibat separatisme dan penanganannya, serta bencana
tsunami 26 Desember 2004. Saat ini merupakan periode yang sangat
penting dalam membangun kebersamaan rakyat Aceh sebagai bagian
integral bangsa Indonesia. Keberhasilan rehabilitasi dan rekontruksi
Aceh akan secara signifikan membangun kepercayaan dan
kebersamaan rakyat Aceh terhadap anak bangsa Indonesia lainnya
dalam wadah NKRI.
Menghadapi ide separatis yang berkembang di Papua, meskipun
secara bersenjata masih bersifat sporadis, namun gerakan separatime
di Papua sangat berpotensi menimbulkan masalah yang serius di masa
mendatang, karena adanya campur tangan pihak asing. Pengakuan
negara asing meskipun tidak memiliki landasan hukum yang kuat,
seperti yang dilakukan oleh negara Vanuatu yang memberikan izin
pembukaan perwakilan OPM di negaranya, dan upaya dua orang
anggota kongres AS yang memprakarsai RUU luar negeri AS,
merupakan benih kesulitan di masa yang akan datang apabila upaya
diplomasi luar negeri tidak dilakukan secara intensif akan menjadi
bom waktu bagi keutuhan wilayah NKRI. Pemahaman terhadap
multikulturisme yang belum sepenuhnya utuh serta kesejahteraan dan
keadilan sosial yang dihadapi oleh sebagian masyarakat Papua juga
akan menjadi lahan yang subur bagi separatisme di Papua. Sementara
itu, sikap sebagian elit politik di Papua tampaknya juga turut
memberikan andil bagi berlanjutnya penyelesaian masalah
separatisme di Papua.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai


Langkah-langkah kebijakan dalam pencegahan dan
penanggulangan separatisme adalah (1) pemulihan keamanan untuk

05 - 3
menindak secara tegas separatisme bersenjata yang melanggar hak-
hak masyarakat sipil; (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah rawan konflik atau separatisme melalui perbaikan akses
masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan pemerataan
pembangunan antardaerah; (3) meningkatkan kualitas pelaksanaan
otonomi dan desentralisasi; (4) mendeteksi secara dini dan
pencegahan awal potensi konflik dan separatisme; (5) melaksanakan
pendidikan politik secara formal, informal, dialogis, serta melalui
media massa dalam rangka meningkatkan rasa saling percaya; (6)
menguatkan kelembagaan pemerintah daerah di bidang pelayanan
publik; dan (7) menguatkan komunikasi politik pemerintah dengan
masyarakat.
Dalam penyelesaian masalah separatis di Aceh, Pemerintah
Republik Indonesia bertekad menyelesaikan secara damai,
komprehensif, dan bermartabat dalam bingkai NKRI. Dengan
berpedoman pada Memorandum of Understanding (MoU) antara
Pemerintah RI dengan GAM yang ditandatangani pada tanggal 15
Agustus 2005 di Helsinki, sebagai langkah nyata, Pemerintah RI
dengan negara Uni Eropa dan negara ASEAN akan menandatangani
MoU tentang keikutsertaan Aceh Monitoring Mission (AMM)
sehingga diharapkan upaya damai dapat diwujudkan secepatnya.
Kedua MoU tersebut menjadi prinsip dasar bagi para pihak dan
digunakan sebagai pedoman untuk diimplementasikan dengan
dimonitor oleh AMM.
Saat ini telah tercipta kondisi keamanan yang lebih kondusif,
dan apresiasi positif dari masyarakat yang menyetujui langkah
Pemerintah untuk penyelesaian masalah Aceh secara menyeluruh,
bermartabat, dan berkeadilan.
Selanjutnya, memperhatikan adanya permasalahan di wilayah
Papua, Pemerintah RI telah melakukan upaya yang komprehensif dan
cermat, antara lain (1) meningkatkan upaya politik melalui diplomasi
terhadap Pemerintah dan Senat Amerika Serikat (AS) dalam rangka
meyakinkan sikap dan posisi AS terhadap keabsahan hasil Pepera
Tahun 1969 di Papua (Irian Jaya) yang telah diterima PBB melalui
Resolusi 2504 tanggal 19 November 1969, (2) memantapkan
keefektifan UU No. 21 Tahun 2001 tentang Pemberian Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua sekaligus untuk menunjukkan clean and

05 - 4
good governance dari aparat Pemerintah guna mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Papua khususnya dan
Indonesia pada umumnya, (3) memelihara dan meningkatkan stabilitas
keamanan di Provinsi Papua, termasuk di daerah perbatasan dengan
Papua New Guinea guna mendukung kelancaran Provinsi Papua.
Upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan
separatisme ditempuh melalui program-program sebagai berikut.

A. Pengembangan Ketahanan Nasional


Pengembangan ketahanan nasional dimaksudkan sebagai usaha
mengembangkan dan meningkatkan ketahanan nasional, wawasan
nasional dan sistem manajemen nasional, serta wawasan kebangsaan
bagi warga negara dalam rangka mengatasi berbagai aspek ancaman
terhadap kehidupan bangsa dan negara.
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan perumusan
rancangan kebijakan nasional dalam rangka pembinaan ketahanan
nasional untuk menjamin tercapainya tujuan dan kepentingan nasional
dan keselamatan negara dari ancaman terhadap kedaulatan, persatuan,
dan kesatuan. Untuk itu, peneliteian dan pengkajian strategis masalah
aktual yang berkaitan dengan konsepsi pertahanan dan keamanan
nasional, wawasan nusantara, ketahanan nasional, dan sistem
manajemen nasional merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendukung upaya mencapaian tujuan tersebut.

B. Penyelidikan, Pengamanan dan Penggalangan


Keamanan Negara
Penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan keamanan negara
dimaksudkan sebagai usaha meningkatkan kemampuan
profesionalisme intelijen guna lebih peka, tajam, dan antisipatif dalam
mendeteksi dan mengeliminasi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan yang berpengaruh terhadap kepentingan
nasional dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan menanggulangi
separatisme.

05 - 5
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan operasi
intelijen dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan menanggulangi
separatisme, koordinasi seluruh badan-badan intelijen pusat dan
daerah di seluruh wilayah NKRI dalam hal mencegah dan
menanggulangi separatisme, serta pengkajian analisis intelijen
perkembangan lingkungan strategis, pengolahan dan penyusunan
produk intelijen dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan
menanggulangi separatisme.
C. Penjagaan Keutuhan Wilayah NKRI
Penjagaan keutuhan wilayah NKRI dimaksudkan sebagai usaha
mewujudkan kesiapan operasional dan penindakan ancaman baik
berupa invasi/agresi dari luar dan ancaman dari dalam baik ancaman
militer maupun nonmiliter.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan antisipasi dan
pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap gerakan separatis
yang berusaha memisahkan diri dari NKRI terutama gerakan
separatisme bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan
wilayah Indonesia.
Di samping itu, dilakukan pula antisipasi dan pelaksanaan
operasi militer atau nonmiliter terhadap aksi radikalisme yang berlatar
belakang primordial etnis, ras, dan agama serta ideologi di luar
Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan
kekuatan-kekuatan di luar negeri.

D. Pemantapan Keamanan Dalam Negeri


Pemantapan keamanan dalam negeri dimaksudkan sebagai
usaha meningkatkan dan memantapkan keamanan dan ketertiban
wilayah Indonesia terutama di daerah rawan, seperti wilayah laut
Indonesia, wilayah perbatasan, dan pulau-pulau terluar, serta
meningkatkan kondisi aman wilayah Indonesia dari tindak kejahatan
separatisme.
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan operasi
keamanan dan penegakan hukum dalam hal penindakan awal
separatisme di wilayah kedaulatan NKRI, upaya keamanan dan

05 - 6
ketertiban di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, serta
pendekatan persuasif secara intensif kepada masyarakat yang rawan
terhadap pengaruh separatis.

E. Peningkatan Komitmen Persatuan dan Kesatuan


Nasional
Peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional
dimaksudkan sebagai usaha menyepakati kembali makna penting
persatuan nasional dalam konstelasi politik yang sudah berubah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan pendidikan
politik masyarakat dan sosialisasi wawasan kebangsaan. Di samping
itu, diupayakan pula perwujudan dan fasilitasi berbagai forum dan
wacana-wacana sosial politik yang dapat memperdalam pemahaman
mengenai pentingnya persatuan bangsa, mengikis sikap diskriminatif,
dan menghormati perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

F. Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik


Peningkatan kualitas pelayanan informasi publik sebagai usaha
meningkatkan mutu pelayanan dan arus informasi kepada dan dari
masyarakat untuk mendukung proses sosialisasi dan partisipasi politik
rakyat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan implementasi upaya
proaktif dalam penyediaan informasi yang lebih berorientasi pada
permintaan dan kebutuhan nyata masyarakat, serta memperluas
jaringan informasi dan penyiaran publik untuk mempromosikan nilai-
nilai persatuan dan persamaan secara sosial.

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan


Dengan telah dicapainya kesepakatan damai melalui dialog
antara Pemerintah RI dengan GAM yang diwujudkan dalam bentuk
MoU yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki,
Finlandia, perlu adanya langkah nyata sebagai berikut (1)
menciptakan dan memelihara situasi yang aman dan kondusif untuk

05 - 7
mendukung terlaksananya proses perdamaian dan kelancaran
pelaksanaan tugas Tim AMM di Aceh agar dapat bekerja sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, (2) memberikan amnesti kepada
mantan anggota GAM yang melakukan tindakan makar sesuai dengan
hukum dan prosedur yang berlaku di negara RI serta melalui tertib
administrasi, (3) mengembalikan hak sipil termasuk politik (keinginan
membentuk partai lokal) dengan tetap berpedoman pada undang-
undang, hukum dan prosedur yang berlaku, serta menjaga orientasi
politik mantan anggota GAM untuk tetap berada dalam bingkai NKRI.
Adapun upaya yang ditempuh dalam menghadapi aktivitas
separatis di Papua adalah dengan langkah persuasif yang
mengedepankan langkah perdamaian dan dialog yang merupakan
prioritas utama dan diupayakan sekecil mungkin terjadinya kontak
senjata.
Tindak lanjut yang diperlukan untuk mencegah dan
menanggulangi separatisme ditempuh melalui (1) penguatan
koordinasi dan kerja sama di antara lembaga pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan separtisme; (2) pemulihan keamanan
dan peningkatan upaya-upaya komprehensif penyelesaian separatisme
di NAD dan Papua terutama peningkatan kesejahteraan dan rasa cinta
tanah air; (3) penguatan peran aktif rakyat dan masyarakat terutama
masyarakat lokal; (4) mendeteksi secara dini potensi-potensi konflik
dan separatisme; (5) penguatan komunikasi politik pemerintah dan
masyarakat; dan (6) pelaksanaan pendidikan politik yang berbasiskan
multikultur dan rasa saling percaya.

05 - 8

Anda mungkin juga menyukai