1. Pasal 5
Pada pasal tersebut di terangkan,bahwa jenis bhp terdiri dua secara garis
besar,yaitu bhp penyelenggara dan bhp satuan pendidikan. Yang di maksud bhp
penyelenggara adalah jenis badan hukum pendidikan penyelenggara yang
menyelenggarakan satu atau lebih satuan pendidikan formal yang kedepannya
boleh menjadi bhpm. Dan apabila di definisikan,yang mengacu pada pasal 8 ayat
3,bahwa yang tergolong di dalam bhp penyelenggara adalah
yayasan,perkumpulan,atau badan hukum lain yang telah menyelenggarakan
satuan pendidikan dasar,pendidikan menengah,dan/atau pendidikan tinggi(untuk
ukuran sekarang yang di maksud bhp penyelenggara adalah sekolah-sekolah
swasta dan pergurua-perguruan tinggi swasta).
Sedangkan yang di maksud bhp satuan pendidikan adalah sekolah-sekolah dan
perguruan-perguruan tinggi yang di dirikan pemerintah (negri) yang nantinya di
sebut bhpp dan bhpd dan apabila mengacu pada pasal 5 ayat 3,bahwa bhp satuan
pendidikan merupakan jenis bhp pada satuan pendidikan yang secara implisit
dapat di artikan bhp satuan pendidikan hanya berhak mengelola satu pendidikan
formal.
Di sini terindikasi tindakan diskriminasi yang dilakukan pemerintah dengan cara
memberi batasan yang di buat untuk membatasi bhp satuan pendidikan untuk
membuka satuan pendidikan yang lain. Namun,lain halnya dengan bhp
penyelengara. Satuan ini di berikan kebebasan untuk membuka satuan pendidikan
yang satu jalur bahkan di perkenankan membuka satuan pendidikan pada
tingkatan yang lain yang nantinya tetap masuk ke dalam jaringan bhp
penyelenggara.
Ketentuan ini tragis,dengan membuat regulasi yang demikian. Pemerintah seolah-
olah lebih merestui bhp penyelenggara untuk mengelola pendidikan di negri ini.
Alasannya jelas,dengan regulasi seperti itu,pemerintah tidak susah-susah untuk
mengalokasikan dana dalam kapasitas yang besar di dalam pengelolaan
pendidikan. Karna yang di tnggung tentang pendanaan pada bhp hanyalah bhpp
dan bhpd (lihat pasal 41,tentang pendanaan).
Lalu,apa yang pada tahap selanjutnya menjadi implikasi dari ketentuan tersebut
terhadap pendidikan di indonesia?. Dengan memberikan ruang bebas kepada
pihak swasta di dalam pengelolaan pendidikan,ketakutan yang terbesar adalah
pendidikan akan semakin tinggi,seperti yang terlihat sekarang di berbagai
perguruan tinggi ataupun sekolah-sekolah swasta. Bahkan kemungkinan akan jauh
lebih buruk.
Penulis : Rudiansyah
Status : Dewan presedium SOLMADAPAR