I. DEFINISI
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan Hepatitis B Virus (HBV),
menyebabkan inflamasi hepar yang disebut hepatitis. Hepatitis B akut menyebabkan
inflamasi hepar, muntah, ikterus, dan dapat juga menimbulkan kematian, walaupun
jarang. Hepatitis B kronik pada akhirnya dapat menyebabkan sirosis hepatis dan kanker
hepar.
Infeksi HBV merupakan penyebab utama hepatitis akut, hepatitis kronik, sirosis
dan kanker hati di seluruh dunia. Sekitar 25% dari carrier HBV akan berkembang
menjadi hepatitis kronik aktif yang seringkali berlanjut menjadi sirosis. Resiko
berkembangnya kanker primer hati juga meningkat secara bermakna pada carrier. Sekitar
25-40% penderita HBV akut sangat beresiko mengalami sirosis dan karsinoma
hepatoselular.
II. EPIDEMIOLOGI
Sekitar sepertiga populasi dunia, atau lebih dari 2 miliar orang telah terkena HBV.
Angka ini termasuk 350 juta penderita carrier kronik HBV.
- Prevalensi tinggi terdapat di Cina dan Asia Tenggara, sekitar 8% terkena HBV
kronik kebanyakan akibat transmisi vertikal ketika melahirkan.
1
III. ETIOLOGI
HBV merupakan hepadnavirus: hepa dari hepatotropik dan dna karena virus
berupa virus DNA. HBV merupakan virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm
yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti. Virus rusak bila terpajan cairan
empedu / detergen, tidak terdapat dalam tinja, menyebabkan penyakit hati kronik, dan
viremia persisten.
Inti HBV menggandung, double stranded DNA partial (3,2 kb) dan:
Protein polymerase DNA dengan aktivasi reverse transcriptase
Antigen B core (HbcAg), merupakan protein struktural
Antigen hepatitis B e (HbeAg), protein non-struktural yang berkorelasi
secara tidak sempurna dengan replikasi aktif
Selubung lipoprotein HBV menggandung:
Antigen permukaan hepatitis B (HbsAg), dengan tiga selubung protein:
utama, besar dan menengah
Lipid minor dan komponen karbohidrat
HbsAg dalam bentuk partikel non infeksius dengan bentuk sferis 22 nm
atau tubular
HBV terdiri atas 6 genotipe (A-H), satu serotipe utama dengan banyak subtipe
berdasarkan keanekaragaman protein HbsAg.
Transmisi HBV terjadi akibat terpajan darah yg terinfeksi atau cairan tubuh yang
mengandung darah. Penularan hepatitis virus melalui darah dapat terjadi dengan cara
parenteral seperti pada transfusi darah / produk darah berulang, penyalahgunaan obat
secara intravena atau terpapar alat suntik yang terkontaminasi, secara seksual dan secara
perinatal yaitu penularan vertikal ibu ke bayi. Tanpa intervensi, ibu yang HbsAg positif
2
memiliki faktor resiko 20% menularkan HBV ke anaknya pada saat melahirkan. Faktor
resiko sebesar 90% jika ibu juga HbeAg positif. HBV dapat ditularkan antar anggota
keluarga yang serumah, mungkin akibat kontak cairan tubuh seperti misalnya saliva yang
mengandung HBV.
Kelompok resiko tinggi terkena HBV :
imigran dari daerah endemis HBV
pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang terinfeksi
pria homoseksual yang secara seksual aktif
pasien rumah sakit jiwa
pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertentu
dari plasma
kontak serumah dengan carrier HBV
pekerja sosial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan
darah
bayi baru lahir dari ibu terinfeksi, dapat terinfeksi pada saat atau segera
setelah lahir.
V. PATOFISIOLOGI
Cara utama penularan HBV adalah melalui parenteral dan menembus membran
mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata sekitar 60-90 hari.
Penanda serologis pertama yang dipakai untuk identifikasi HBV adalah antigen
permukaan (HBsAg), positif kira-kira 2 minggu sebelum timbulnya gejala klinis dan
biasanya menghilang pada masa konvalesen dini,tetapi dapat pula bertahan 4-6 bulan.
Penderita dengan HBsAg yang menetap selama lebih dari 6 bulan disebut carrier HBV.
Adanya HBsAg menandakan bahwa penderita dapat menularkan HBV ke orang lain. HBs
Ag dapat ditemukan pada hampir semua cairan tubuh orang yang terinfeksi : darah,
semen, saliva, air mata, cairan asites, air susu ibu, urin, bahkan feses.
Penanda yang muncul berikutnya biasanya adalah antibodi terhadap antigen ini
(anti-HBc) yang terdeteksi segera setelah timbul gambaran klinis hepatitis dan menetap
3
untuk seterusnya, antibodi ini merupakan penanda kekebalan paling jelas dari infejsi
HBV. IgM anti-HBc terlihat pada awal infeksi dan bertahaln lebih dari 6 bulan. Adanya
predominasi antibodi IgG anti-HBc menunjukan kesembuhan dari HBV di masa lampau
atau infeksi HBV kronis. Cara terbaik untuk menentukan kekebalan yang dihasilkan oleh
infeksi spontan adalah dengan mengukur anti-HBc
Antibodi yang muncul berikutnya adalah antibodi terhadap antigen permukaan
(anti-HBs) yang timbul setelah infeksi membaik dan berguna untuk memberikan
kekebalan jangka panjang.
Antigen e (HBeAg) merupakan bagian dari HBV yang larut dan timbul
bersamaan atau segera setelah HBsAg menghilang. HBeAg selalu ditemukan pada semua
infeksi akut dan hal ini menunjukan adanya replikasi virus dan penderita dalam keadaan
sangat menular. HBeAg yang menetap mungkin menunjukkan infeksi replikatif yang
kronis. Antibodi terhadap HBeAg (anti-HBe) muncul pada hampir semua infeksi HBV
dan berkaitan dengan hilangnya virus-virus yang bereplikasi dan menurunnya daya tular.
Carrier HBV merupakan individu yang hasil pemeriksaan HBsAg nya positif
pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan yang berjarak 6 bulan atau hasil pemeriksaan HBsAg
nya positif tetapi IgM anti-HBc nya negatif dari 1 spesimen tunggal.
4
Gejala klinik hepatitis dibagi menjadi 3 stadium berdasarkan gejala ikterus:
a. Pre ikterus / prodromal (1-21 hari)
Panas badan ringan : tidak enak badan dan mudah lelah
Gejala saluran pernapasan : terdapat gejala seperti flu dan faringitis
Gejala saluran pencernaan : abdominal discomfort / perut begah, mual,
muntah, dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa
kecap
Gejala konstitusional : arthralgia, mialgia, dan sakit kepala
Nyeri abdomen : biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrium
Warna urin bertambah coklat gelap karena peningkatan bilirubin
Warna tinja menjadi pucat karena sterkobilin menurun.
b. Ikterus (1-4 minggu)
Jaundice pada sklera dan kulit, karena bilirubin berdifusi ke dalam jaringan.
Pruritus
Demam
Penurunan berat badan
Gejala saluran pernapasan, pencernaan, dan konstitusional berkurang sampai
hilang.
Hepar membesar, dapat dipalpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri
tekan pada 70 % pasien
Urin berwarna gelap, seperti air teh pekat
Feses berwarna dempul
c. Post ikterus (2-4 bulan)
Jaundice dan gejala lain mulai berkurang
Malaise
Hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati masih ada
Warna air seni mulai lebih muda lagi
Biasanya akan makin membaik dalam 2-3 minggu
5
VII. DIAGNOSIS
Anamnesis
Identitas pasien
Keluhan utama
- Timbulnya gejala non spesifik yaitu anoreksia, mual, muntah, demam dan
nyeri abdomen ringan pada kuadran kanan atas atau epigastrium.
- Dalam beberapa hari atau minggu mulai timbul ikterus, tinja pucat, dan
urin berwarna gelap (bilirubin direk) dan feses berwarna pucat (lebih
sedikit sterkobilin).
- Ada rasa gatal atau pruritus yang bersifat menetap.
Riwayat kontak dengan pasien hepatitis
Gaya hidup
Pemeriksaan Fisik
Didapatkan sklera dan kulit berwarna oranye-kuning muda atau tua, pada
pemeriksaan palpasi ditemukan pembesaran hepar.
Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Laboratorium :
6
1. Tes Serologis
1) HBsAg
2) Anti-HBs
3) Anti-HBc
HBc hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam
darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen
dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini
berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal
sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam
7
darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi anti-HBc (IgM
dan IgG) dihasilkan.
4) HBeAg, anti-HBe,
Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas virus yang sedang
berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya, sedangkan
kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus
dan risiko penularan yang lebih kecil.
5) HBV-DNA
8
jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini
bekerja dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali
untuk mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50
sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah.
Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus
hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA
yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif.
Metode hybridization
Suatu tes yang kurang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR,
metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai dengan
itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hanya ketika banyak partikel-
partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata lain,
dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan
suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah
aktif.
9
MARKER SIGNIFICANCE
HBsAg Indicates infection with HBV
HBcAg Non detectable in serum, only on liver tissue
HBeAg Indicates active HBV infection, HBV replication
Anti HBs Indicates clinical recovery from HBV infection
Anti HBc Indicates active HBV infection (acut and chronic)
IgM anti HBc Early index of acute HBV infection
Anti HBe Seroconvertion indicates resolution in most case
HBV DNA Indicates HBV replication
10
Diagnosis Hepatitis A dan Hepatitis B
- SGOT, SGPT sangat meningkat mulai dari masa prodromal dan mencapai
puncaknya pada saat ikterus
- enzim aminotransferase, AF, & gama GT serum meningkat
- hiperbilirubinemia (bilirubin total, bilirubin direk, dan bilirubin
indirek semuanya meningkat)
3. Tes Darah
a. Protrombin Time (PT) memanjang menunjukkan adanya gangguan
sintesis berat, nekrosis hepatoseluler, dan prognosis buruk
b. hiperglobulinemia
c. Albumin serum menurun
11
d. Neutropenia dan limfopenia ringan disertai limfositosis relatif
4. Pemerikasaan urin
a. bilirubinuria
b. urobilinuria urin
5. Pemeriksaan tinja
Tinja akholis karena sterkobilin menurun.
6. USG
Hepatomegali
7. Virus Marker
a. Imunodifusi radial (Ouchterlony)
b. Counterimmunoelectrophoresis (CIEP)
c. Passive hemagglutination (PHA)
d. Reverse passive hemaglutination (RPHA)
e. Enzyme immunoassay (EIA / ELISA)
f. Radio immuno assay (RIA)
12
a. Pada periode akut dan dalam keadaan lemah diharuskan cukup istirahat.
Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
b. Rawat jalan pasien, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang
akan menyebabkan dehidrasi.
Dietetik
a. Tidak ada rekomendasi diet khusus.
b. Selama fase akut cukup mempertahankan asupan kalori dan cairan yang
adekuat.
c. Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau mual-muntah, sebaiknya diberikan
infus.
Medikamentosa
Hepatitis B akut biasanya tidak membutuhkan perawatan karena sebagian besar
sembuh spontan. Pengobatan antivirus hanya diperlukan pada infeksi agresif (hepatitis
fulminan) atau penderita yang immunocompromised.
Pengobatan infeksi kronik diperlukan untuk menurunkan resiko sirosis dan kanker
hepar. Penderita HBV kronik dengan peningkatan alanin aminotransferase serum
(penanda kerusakan hepar) dan peningkatan DNA HBV secara persisten harus diterapi.
a. Walau tidak ada obat yang benar-benar dapat memberantas infeksi, obat dapat
menghentikan virus bereplikasi, meminimalisasi kerusakan hepar seperti
sirosis dan kanker hepar. Sekarang ada tujuh obat yang direkomendasikan
untuk mengobati infeksi VHB di AS, di antaranya antivirus seperti lamivudin
(Epifir), adefovir (Hepsera), tenofovir (Viread), telbivudin (Tyzeka), dan
entecavir (Baraclude) serta modulator sistem imun seperti interferon alfa-2a
dan interferon alfa-2a pegylated (Pegasys). Kegunaan interferon, yang
diinjeksi tiap hari atau seminggu tiga kali, telah digantikan dengan interferon
pegylated long acting yang dapat diinjeksi hanya seminggu sekali. Beberapa
penderita dapat merespons lebih baik daripada penderita lain, mungkin karena
genotip virus yang menginfeksi atau status herediter pasien. Pengobatan
bekerja dengan menurunkan viral load, yang kemudian menutunkan replikasi
virus di hepar.
13
b. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan,
di mana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih
tinggi.
c. Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
IX. KOMPLIKASI
Karsinoma hepatoseluler
Gagal hati
Anemia aplastik
Sirosis hepatis
Hepatitis berat
Nekrosis hepatik masif
Status carrier ( infeksi virus persisten tanpa gejala )
Penyakit hati kronik
X. PROGNOSIS
14
XI. PENCEGAHAN
Infeksi HBV dapat dicegah dengan vaksinasi. Bayi yang lahir dari ibu penderita
hepatitis B dapat diterapi dengan antibodi HBV (HBIg). Jika vaksin diberikan dalam
waktu 12 jam setelah lahir, resiko terkena hepatitis B menurun sampai 95%. Terapi ini
membuat ibu dapat menyusui anaknya dengan aman.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/hepatitis-b-dan-c
http://www.totalkesehatananda.com/hepatitisb5.html
15