ISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan
dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.11
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat frekuensi dan kekuatannya hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Kala satu persalinan terdiri atas 2 fase :
a. Fase Laten
b. Fase Aktif
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
- Perineum menonjol.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Sebagian besar kasus perdarahan pasca
persalinan terjadi selama persalinan kala tiga. Selama jangka waktu tersebut, otot-
otot rahim berkontraksi dan plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim.
Jumlah darah yang hilang tergantung pada seberapa cepat proses persalinan kala
tiga ini terjadi. Persalinan kala tiga biasanya berlangsung antara 5 sampai 15
menit.11 Bila waktu yang dibutuhkan lebih dari 30 menit maka persalinan kala tiga
dianggap panjang yang menunjukkan adanya masalah yang potensial. Bilamana
rahim lemah dan tidak berkontraksi secara normal, maka pembuluh darah di
daerah plasenta tidak terjepit dengan cukup dan hal ini akan mengakibatkan
perdarahan yang berat. Maka dari itu, sesaat setelah kelahiran bayi dan adalah saat
yang sangat penting untuk pencegahan perdarahan postpartum.3
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelah itu. Pada saat ini dilakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk
merangsang uterus untuk berkontraksi dengan baik dan kuat, pemeriksaan untuk
memperkiraan kehilangan darah, memeriksa perdarahan dari perineum dan
episiotomi, pencegahan infeksi dan pemantauan keadaan umum ibu.11
6
2.2 Definisi, Faktor Risiko dan Gejala Klinis Umum Perdarahan Pasca
Persalinan
Faktor risiko dari perdarahan pasca persalinan adalah waktu persalinan kala
tiga yang panjang, multiple delivery, episiotomi, fetal macrosomia, riwayat
perdarahan pasca persalinan, dan lain-lain.15,16 Akan tetapi perdarahan pasca
persalinan juga bisa terjadi pada wanita tanpa faktor risiko, oleh karena itu dokter
harus selalu siap untuk mengantisipasi kondisi tersebut pada setiap proses
kelahiran. Strategi untuk meminimalisasikan efek perdarahan pasca persalinan di
antaranya dengan mengidentifikasi dan mengoreksi keadaan anemia sebelum
persalinan.
7
Obat uterotonika yang paling umum digunakan adalah oksitosin, yang telah
terbukti sangat efektif dalam mengurangi kasus perdarahan pasca persalinan
(NNT = 8).17 Cochrane Review18 juga telah mengevaluasi 6 penelitian yang
membandingkan antara penggunaan alkaloid ergot dengan penggunaan oksitosin
pada persalinan kala tiga. Kedua obat tersebut memiliki efektifitas yang sama
namun alkaloid ergot diasosiasikan dengan peningkatan risiko pengangkatan
plasenta secara manual (NNH = 92). Syntometrin (campuran antara ergometrine
dan oksitosin) ternyata lebih efektif daripada pemberian oksitosin saja namun
dikaitkan dengan lebih banyak efek samping seperti sakit kepala, rasa mual,
muntah (NNH = 61) dan tekanan darah tinggi (NNH = 96).19 Berdasarkan data-
data yang tersedia, dosis oksitosin yang paling efektif untuk diberikan adalah 10
unit yang diadministrasikan secara intramuscular atau 20 unit yang dilarutkan
dalam 500 ml saline normal dan diberikan dalam bentuk bolus intravena.17
Pada manajemen aktif persalinan kala 3, penjepitan tali pusat dilakukan segera
setelah kelahiran bayi. Penjepitan segera dapat mengurangi jumlah darah
sebanyak 20%-50% dari plasenta ke bayi.20 Namun penjepitan tali pusat segera
setelah persalinan tidak lagi dimasukkan dalam definisi manajemen aktif
persalinan kala tiga oleh International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO).21 Disarankan untuk menunda penjepitan tali pusat selama 60 detik karena
dapat meningkatkan suplai zat besi yang sangat penting untuk bayi dan dapat
menurunkan kejadian anemia pada bayi. Penundaan penjepitan tali pusat ini tidak
diasosiasikan dengan peningkatan kehilangan darah pada ibu secara signifikan.21,22
2.4
Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Etiologinya.
atau infus cairan, dan bila diperlukan pemberian oksigen tambahan. The Four Ts
bisa digunakan untuk mendeteksi penyebab spesifik dari perdarahan.
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan pasca persalinan secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di
sekitar pembuluh darah yang menyuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Atonia uteri terjadi ketika miometrium tidak dapat berkontraksi.14
Penanganan atonia uteri yaitu dengan masase uterus dengan pemberian obat
uterotonik oksitosin dengan dosis 10 IU yang disuntik intramuscular, atau 20 IU
yang dilarutkan dalam I L saline yang diinfuskan pada kecepatan 250 mL per jam.
Pemberian methylergonovine (methergin) 0.2 mg yang diadministrasikan secara
intramuscular selama interval 2 jam juga memiliki efek yang sama dengan
oksitosin, namun memiliki kontraindikasi pada wanita dengan preeclampsia dan
hipertensi serta memiliki efek samping mual dan muntah. Obat uterotonik lain
yang dapat diberikan yaitu carboprost 0.25 mg secara intramuscular selama
interval 15 menit dengan dosis total 2 mg.7
) )
11
uterus yang menonjol (gambar A) dan diarahkan ke posterior fornix (gambar B).
Uterus dikembalikan pada posisinya dengan mengangkatnya melewati pelvis
menuju abdomen (gambar C).7
- Plasenta inkreta, yaitu keadaan dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke miometrium.
- Plasenta akreta, yaitu keadaan dimana vili khorialis menembus lebih dalam ke
miometrium tetapi belum menembus serosa.
- Plasenta perkreta, yaiu keadaan dimana vili khorialis menembus sampai serosa
atau peritoneum dinding rahim.
plasenta pada uterus dengan pemberian methotrexate secara peroral setiap minggu
sampai level HCG pada ibu mencapai nilai 0) bisa memberikan hasil yang
positif.7
2.4.4 Thrombin
a. Purpura Trombositopenik
b. Hipofibrinogenemia