Anda di halaman 1dari 28

Kajian Tematis

Meningkatkan Tata Pemerintahan Daerah


Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Juli 2004

Laporan independen ini disusun oleh Nina Shatifan, Rahmi Yunita, Riant Nugroho
Dwidjowijoto dan Muhamad Abas dan tidak mesti mewakili pandangan UNDP atau
BAPPENAS.
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Singkatan dan Akronim


APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, National Budget (and Expenditure)
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Regional Budget (and Expenditure)
Bappeda Badan Perencana Pembangunan Daerah, Regional Development Planning Agency
Bappenas Badan Perencana Pembangunan Nasional, National Development Planning Agency
Bawasda Badan Pengawas Daerah, Regional Auditor Agency
Bedup Bekal Hidup, Capital (Security) Funds
BKN Badan Kepegawaian Nasional, National Personnel Agency. Sebelumnya bernama BAKN, Badan
Administrasi Kepegawaian Negara, National Personnel Administration Agency
BPS Biro Pusat Statistik, Statistical Central Bureau/Agency
Camat Kepala unit administrasi kecamatan yang merupakan pegawan negeri sipil
CBO Community Based Organization, Organisasi Berbasis Masyarakat, merujuk pada organisasi
rakyar/masyarakat yang dipimpin oleh pemimpin informal/lokal
DAU Dana Alokasi Umum, General Allocation Fund (Hibah Umum)
DAK Dana Alokasi Khusus, Specific Allocation Fund (Hibah Khusus)
Diklat (Pusat) Pendidikan dan Pelatihan, Education and Training (Center)
DPR Dewan Perwakilan Rakyat, National Parliament/Legislature
DPRD Dewan Perwakilan Daerah, Regional/Local Parliament/Legislature
HAM Hak Asasi Manusia, Human Rights
IDP Internally Displaced People, pengungsi (dalam tapal batas suatu negara)
Jadup Jaminan Hidup, Life (Security) Funds
PRSP Poverty Reduction Strategy and Programme, Program dan Strategi Pengentasan Kemiskinan
Kesbanglinmas (Badan) Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat/(Board for) National Unity and People’s
Protection
KK Kartu Keluarga, Family Card/Identity
KPK Komite Penanggulangan Kemiskinan, Committee for Poverty Alleviation
KTP Kartu Tanda Penduduk, Citizen Identity Card. Ada tiga jenis KTP: nasional, daerah, dan sementara,
tergantung program KTP di daerah yang bersangkutan.
MDG Millennium Development Goals, Tujuan Pembangunan Milenium, visi PBB untuk abad ke 21.
MenPAN Menteri Negara Pendayagunaan Apatur Negara, State Minister for State Apparatus Utilization or
State Minister for State Apparatus Efficiency Increasement ( kadang-kadang diterjemahkan sebagai
State Minister for State Apparatus Reform)
MOF Minister of Finance, Menteri Keuangan
MOHA Minister of Home Affairs, Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
NGO Non Government Organization, or Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
PAD Pendapatan Asli Daerah, or Local/Regional (indigenous) Revenue.
Pemda Pemerintah Daerah, Regional or Local Government, yang merujuk pada pemerintah Propinsi, Kota,
atau Kabupaten. Dalam laporan ini yang disebut sebagai pemerintah kabupaten dapat berarti
pemerintah Kota atau Kabupaten.
Pemkab Pemerintahan Kabupaten, Municipality Administration
Pemkot Pemerintah Kota, City Administration
Pemprov Pemerintah Propinsi, Province Administration
Perda Peraturan Daerah, Law at the regional/local leve.
Posko Pos Komando, Commanding Office, pos militer/polisi di daerah pascakonflik dengan tugas
memantau gerakan konflik
PPK Program Pengembangan Kecamatan, Kecamatan Development Program (KDP); proyek
pembangunan mikro dari Bank Dunia
Satkorlak Satuan Koordinasi Pelaksana, Provincial Disaster and Emergency Coordinating Unit
Sekda Sekretaris Daerah, Regional Secretary. Merupakan kantor tingkat kedua dalam pemerintah daerah
setelah gubernur, bupati, atau walikota. Dapat disamakan dengan Sekretaris Negara,State Secretary
pada tingkat nasional.
SK Surat Keputusan, Letter of Decision
UU Undang-Undang, tingkat nasional.

2
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Kata Pengantar

Unit Pencegahan Krisis dan Pemulihan (Crisis Prevention and Recovery Unit/CPRU) yang
bernaung di bawah United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia telah aktif di
Maluku Utara dan Maluku selama tiga tahun terakhir ini dengan kegiatan utama prakarsa-prakarsa
pemulihan multisektoral yang melengkapi upaya Pemerintah Republik Indonesia melakukan
pemulihan pascakonflik, pembinaan perdamaian jangka panjang, dan pembangunan yang
berkelanjutan. UNDP juga sedang mengembangkan program tiga tahun di Sulawesi Tengah yang
bertujuan mendukung proses perdamaian, melakukan tindakan jangka pendek yang ditujukan bagi
masyarakat rentan, dan merancang program untuk masa depan melalui kerjasama dengan
pemerintah setempat dan masyarakat madani. Di ketiga propinsi tersebut UNDP bekerja sama
dengan berbagai mitra pada tingkat propinsi dan kabupaten seperti Pemerintah, lembaga-lembaga
PBB, LSM Internasional, dan organisasi masyarakat madani.
Pada tahun 2004, CPRU bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
memulai suatu proses perencanaan dalam rangka mengidentifikasi tantangan dan peluang utama
pencegahan krisis dan perdamaian yang berkelanjutan di daerah-daerah yang bergejolak di
Indonesia. Dari proses tersebut akan diperoleh prioritas-prioritas tahapan program selanjutnya di
daerah propinsi, serta revisi strategi dan prioritas Program Pencegahan Krisis dan Pemulihan
secara keseluruhan. Analisis di daerah tersebut menekankan tiga propinsi - Maluku Utara, Maluku
dan Sulawesi Tengah - tempat CPRU/UNDP telah mendukung berbagai program semenjak tahun
2001. Masing-masing analisis propinsi memiliki tiga komponen, yaitu (i) lokakarya multi-
pemangku kepentingan (multistakeholder) tingkat propinsi, (ii) penelitian yang mencakup tinjauan
pustaka, survei persepsi lokal serta studi kasus, dan (iii) kajian tematis atas aspek-aspek utama
pencegahan krisis dan pembangunan perdamaian yang telah diidentifikasi. Kajian-kajian tingkat
propinsi yang diamanatkan oleh UNDP mencakup isu tematis (a) pembangunan ekonomi daerah
dan pengelolaan sumber daya alam, (b) tata pemerintahan daerah yang demokratis, (c) media
massa dan informasi, (d) kohesi sosial dan pemuda, dan (e) perempuan dan jender. Kesimpulan
utama kajian-kajian tersebut dirangkum dalam makalah sintesis yang bersama dengan semua
laporan tematis lainnya dapat dilihat di website UNDP Indonesia www.undp.or.id.
Kajian tematis berikut membahas isu peran pemerintahan daerah dalam konflik dan pembangunan
perdamaian dan disusun oleh tim pengkaji terdiri dari Nina Shatifan, Rahmi Yunita, Riant
Nugroho Dwidjowijoto, and Muhamad Abas. Tim ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
yang telah membantu pelaksanaan kajian ini dan atas waktu yang disediakan untuk berbincang
dengan tim pengkaji di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
UNDP mengucapkan terima kasih kepada Bappenas dan peer reviewer lainnya. Penelitian ini
terlaksana berkat dukungan dana Department for International Development Inggris dan UNDP.

3
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Daftar Isi

1. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 5
1.1 Tata Pemerintahan dan Tanggapan Pascaperang.............................................................................. 5
1.2 Tata Pemerintahan Daerah dan Perdamaian ...................................................................................... 6
1.3 Mengkaji Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara................................................. 6

2. TATA PEMERINTAHAN DI SULAWESI TENGAH...................................................... 9


2.1 Pemerintah dan Lembaga-Lembaga Pemerintahan............................................................................ 9
2.2 Administrasi Pemerintahan................................................................................................................. 10
2.3 Pelayanan Publik ................................................................................................................................ 11
2.4 Pengelolaan Fiskal dan Keuangan..................................................................................................... 12
2.5 Masyarakat Madani............................................................................................................................. 12
2.6 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)....................................................................................... 14
2.7 Badan Perwakilan Desa (BPD) .......................................................................................................... 14

3. TATA PEMERINTAHAN DI MALUKU UTARA .......................................................... 16


3.1 Pemerintah dan Lembaga-Lembaga Pemerintahan.......................................................................... 16
3.2 Administrasi Pemerintahan................................................................................................................. 17
3.3 Pelayanan Publik ................................................................................................................................ 18
3.4 Pengelolaan Fiskal dan Keuangan..................................................................................................... 18
3.5 Masyarakat Madani............................................................................................................................. 18
3.6 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) ....................................................................... 20
3.7 BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) ................................................................................................ 21

4. MASALAH TATA PEMERINTAHAN DI DAERAH-DAERAH PASCAKONFLIK DI


INDONESIA ......................................................................................................................... 22
4.1 Tingkat Nasional ................................................................................................................................. 22
4.2 Pemerintah Daerah............................................................................................................................. 22
4.3 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) ....................................................................... 24
4.4 Badan Perwakilan Desa ..................................................................................................................... 24
4.5 Masyarakat Madani............................................................................................................................. 25
4.6 Risiko-risiko Di Masa Depan............................................................................................................... 26
4.7 Peluang bagi Penyediaan Dukungan................................................................................................. 27

4
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

1. Pendahuluan
1.1 Tata Pemerintahan dan dengan konflik” (conflictual peace) seperti
Tanggapan Pascaperang di Afghanistan) dapat membantu
mengarahkan intervensi sesuai dengan
Mempromosikan tata pemerintahan yang
konteks lokal.
baik telah menjadi komponen penting dalam
tanggapan-tanggapan pembangunan sesudah • Fleksibilitas strategi diperlukan dalam
peperangan sipil. Secara global, tanggapan- merumuskan dan melaksanakan program,
tanggapan seperti ini mencakup penyusunan namun harus ada tujuan-tujuan yang jelas,
konstitusi dan desain tatanegara; pendirian seperti membangun kapasitas pemerintah
lembaga-lembaga pengawas (watchdog daerah dan hubungan antara pemerintah
institutions); komisi kebenaran dan prosedur- tingkat pusat dan daerah. Kuncinya adalah
prosedur pengadilan pidana; desentralisasi dan untuk mencapai tujuan-tujuan ini tanpa
tata pemerintahan daerah; pembaruan sektor berkompromi dan juga tanpa pengharapan
keamanan; pemilihan umum; penyusunan yang tidak realistis bahwa tujuan-tujuan
sistem-sistem pemilu dan partai-partai politik; tersebut dapat dicapai dengan segera.
penyediaan dukungan bagi organisasi- • Pendekatan proses vs. pendekatan proyek -
organisasi pembela hak-hak asasi manusia; suatu pendekatan tata pemerintahan daerah
proyek-proyek pemberdayaan, terutama yang difokuskan untuk membangun kapasitas
mendorong kerjasama di antara masyarakat- dan proses-proses, bukan hanya
masyarakat yang terbagi dan komite-komite pelaksanaan pelayanan.
perdamaian. • Tingkat pemerintahan dekonsentrasi dan
Pertemuan-pertemuan belum lama ini yang desentralisasi secara strategis sangat
diselenggarakan oleh UNDP telah membantu penting. Selain menjadi unsur operasional
merumuskan beberapa kesimpulan mengenai dari model, tingkat pemerintahan
sifat intervensi pemerintah dalam program- dekonsentrasi sering menjadi titik masuk
program pascakonflik yang dapat membantu utama untuk melakukan intervensi.
mengarahkan penyusunan program di masa • Perlu mempromosikan dialog agar dapat
depan.1 Kesimpulan-kesimpulan ini adalah: memperjelas strategi dan membenarkan
• Dibutuhkan perspektif jangka-panjang dan tujuan dan sasaran daripada suatu
kepemilikan lokal yang kuat bila pendekatan tata pemerintahan daerah.
melaksanakan upaya-upaya pemulihan • Mempromosikan HAM merupakan cara
pascakonflik dan pendekatan tata untuk membangun kepercayaan diri, dan
pemerintahan daerah. dengan demikian adalah penting untuk
• Para pelaku pemberian bantuan perlu menetapkan landasan bagi tata
menyesuaikan kebijakan-kebijakan mereka pemerintahan demokratis, pascaperang.
dengan jenis-jenis situasi lokal pascaperang • Koordinasi bantuan yang berbasis di
– “kebijakan satu untuk semua” tidak lembaga-lembaga pemerintah
cocok untuk semua kasus. Suatu tipologi penyelenggara dapat menjadi pendekatan
dari konteks konflik (mis. “perdamaian yang efektif dan berkelanjutan.
penerapan sendiri” (self-enforcing peace) • Langkah-langkah pertanggungjawaban
seperti di Timor Timur; “perdamaian yang diperlukan untuk memastikan tata
dimediasi” (mediated peace) seperti di pemerintahan yang demokratis, tetapi ada
Bosnia dan Kamboja; dan “perdamaian banyak bentuk dan struktur
pertanggungjawaban.
1
Laporan Penyelenggaraan Lokakarya “Pendekatan • Desentralisasi mempunyai keuntungan-
Tata Pemerintahan Lokal Terhadap Pemulihan keuntungan yang jelas dalam situasi-situasi
Pascakonflik” oleh Lembaga Administrasi Negara, pascaperang dimana pemerintah pusat
dan diselenggarakan bersama oleh UN Capital dalam keadaan lemah atau harus
Development Fund dan UNDP Bureau of Crisis
Prevention and Recovery; Konferensi UNDP Oslo
menghadapi tentangan, namun suatu
Centre (Mei 2004) – CMI Background Paper – Tata struktur nasional yang bersifat
Pemerintahan dalam Situasi Pascakonflik. mengimbangi memang diperlukan.

5
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Laporan ini mengkaji situasi dan (terutama berhubungan dengan agama dan
kesempatan-kesempatan untuk memberi suku). Kurangnya transparansi mendorong
dukungan kepada tata pemerintahan daerah timbulnya desas-desus sedangkan kurangnya
yang demokratis di dua propinsi, yaitu pertanggungjawaban (akuntabilitas) akan cepat
Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, yang menimbulkan asumsi terjadinya korupsi dan
belum lama ini mengalami konflik etnis di ketidakadilan. Semua risiko ini menjadi lebih
Indonesia.2 parah apabila, seperti di Sulawesi Tengah dan
Maluku Utara, pemerintah daerah tidak
mempunyai kerangka kebijakan yang memadai
1.2 Tata Pemerintahan Daerah dan
untuk menangani desentralisasi dan pemulihan
Perdamaian
pascakonflik, kapasitas yang rendah untuk
Tata pemerintahan yang baik dibutuhkan menciptakan perdamaian dan pembangunan
untuk membuat perubahan-perubahan dalam lokal, kurangnya partisipasi yang berarti dari
mengalokasi dan menempatkan kekuasaan dan masyarakat setempat dan pengerahan sumber
sumber daya di dalam pemerintah dan daya yang kurang efektif.
masyarakat luas, yang dapat menangani alasan-
alasan dasar timbulnya konflik serta
1.3 Mengkaji Tata Pemerintahan di
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
Sulawesi Tengah dan Maluku Utara
membangun perdamaian yang berkelanjutan.
Di Indonesia, desentralisasi jelas merupakan Tujuan misi ini adalah untuk melakukan
salah satu kunci untuk membangun kajian di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara
perdamaian berkelanjutan mengingat bahwa agar dapat memberi rekomendasi kepada
tanggung jawab utama untuk pembangunan UNDP mengenai opsi-opsi strategis untuk
daerah dan kesejahteraan masyarakat kini memperkuat tata pemerintahan daerah yang
terletak pada pemerintah daerah. demokratis dan pembangunan perdamaian di
lokasi-lokasi ini.3
Jika ditangani dengan baik, desentralisasi
dapat mendukung pembangunan perdamaian Tim kami memusatkan perhatian pada
dengan mendorong tindakan-tindakan yang keterkaitan antara tata pemerintahan
transparan dan bertanggung jawab oleh para berdasarkan sepuluh prinsip tata pemerintahan
pelaku utama, meningkatkan partisipasi lokal yang baik di Indonesia (lihat Boks),
dalam proses pembuatan keputusan publik, pembangunan perdamaian dan desentralisasi
memberdayakan komunitas-komunitas dan sebagai tema pusat pengkajian, dengan
meningkatkan rasa aman rakyat Desentralisasi perhatian khusus kepada kapasitas lembaga-
juga mendorong kohesi sosial dengan lembaga, para pelaku dan sistem-sistem lokal
memperkuat hubungan-hubungan vertikal dan untuk membuat keterkaitan tersebut.4
horizontal. Dengan membuat administrasi lokal
(pemerintah, DPRD, dan LSM) menjadi lebih
efisien dan efektif akan meningkatkan
kredibilitas mereka di mata masyarakat.
Tetapi, jika ditangani dengan kurang baik
dan tanpa mekanisme pertanggungjawaban
yang semestinya, realokasi kekuasaan dan
sumber daya dapat berakibat perebutan
kekuasaan yang mungkin berkembang menjadi 3 Sedianya akan dikunjungi propinsi ketiga, Maluku, tetapi
kekerasan dan menimbulkan trauma. hal ini tidak mungkin dilakukan pada saat misi.
4
Tim Tata Pemerintahan terdiri dari Nina Shatifan
Pembaruan dapat memperkuat struktur-struktur (Pemimpin), Rahmi Yunita (DPRD), Riant Nugroho
kekuasaan yang tidak seimbang, Dwidjowijoto (Pemerintah Lokal) dan Muhamad Abas
memungkinkan penguasaan sumber daya (masyarakat madani). Tim ini dibantu di Sulawesi Tengah
secara elit, dan perlakuan yang berbeda-beda oleh Muhammad Irfan dan Abdul Rivai dari P4K Universitas
Tadulako dan di Maluku Utara oleh Jusan Yusuf dari
untuk kelompok-kelompok yang berbeda Universitas Khairun dan Ivan Nasution (konsultan UNDP).
Masukan tambahan diberikan oleh Henrik Larsen (UNDP
2
SURF). Misi dilaksanakan di Sulawesi Tengah (Palu dan
Kajian ini mencakup tata pemerintahan lokal tidak kabupaten Poso, Morowali dan Tojo Una-Una) dari 24 Mei -
termasuk masalah-masalah berkaitan dengan sektor 5 Juni 2004 dan di Maluku Utara (Kota Ternate, Tobelo,
keamanan, akses keadilan dan media. Galela, Jailolo dan Bacan) dari 6 -18 Juni 2004.

6
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

perdamaian melalui tata pemerintahan


10 Prinsip Tata Pemerintahan yang lebih baik;
1. Partisipasi - Mendorong semua warga untuk • Mengidentifikasi bidang-bidang khusus di
menggunakan hak mengemukakan pendapat dalam
proses pembuatan keputusan-keputusan yang dalam pemerintahan yang dapat
berkenaan dengan kepentingan publik, baik secara menyumbang kepada penciptaan
langsung maupun tidak langsung. perdamaian berdasarkan kebutuhan-
2. Negara Hukum - Mewujudkan penegakan hukum kebutuhan dan prioritas-prioritas yang
yang adil dan tidak berpihak bagi semua orang, diungkapkan oleh wakil-wakil masyarakat
tanpa kecuali, dengan menghormati hak-hak asasi madani;
manusia dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
3. Transparansi - Membangun rasa saling percaya Mengidentifikasi prioritas-prioritas dari
antara pemerintah dan masyarakat dengan DPRD dan pemerintah (tingkat propinsi dan
menyediakan informasi dan jaminan kemudahan kabupaten) yang berkaitan dengan prioritas-
untuk mengakses informasi yang akurat dan cukup. prioritas masyarakat untuk meningkatkan tata
4. Kesetaraan. Memberi kesempatan yang sama bagi pemerintahan dan yang dapat menyumbang
semua anggota masyarakat untuk meningkatkan kepada penciptaan perdamaian.
kesejahteraan mereka.
5. Responsif - Meningkatkan kepekaan para pelaku Serangkaian pertanyaan dikembangkan
pemerintahan terhadap aspirasi-aspirasi masyarakat. sebagai pedoman wawancara (lihat Lampiran
6. Visi - Mengembangkan daerah berdasarkan visi 1) dan jawaban-jawaban yang diperoleh
dan strategi yang jelas, dengan partisipasi warga ditriangulasi oleh tim untuk mendapat
dalam semua proses pembangunan sehingga dapat penilaian pertama mengenai kapasitas lembaga
menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung untuk melaksanakan tata pemerintahan yang
jawab atas kemajuan daerahnya.
baik. Penilaian ini menggunakan enam
7. Akuntabilitas - Menngkatkan akuntabilitas dari indikator: 1) tersedianya dokumentasi yang
para pembuat keputusan berkenaan dengan semua
masalah yang melibatkan kepentingan publik. berhubungan dengan tata pemerintahan yang
8. Pengawasan - Meningkatkan upaya pengawasan
baik, terutama dokumen perencanaan dan
dalam menjalankan pemerintah dan melaksanakan pedoman tata pemerintahan; 2) pemahaman
pembangunan dengan melibatkan sektor swasta dan yang tepat terhadap tata pemerintahan di antara
masyarakat umum. para pelaku utama yang senior; 3) komitmen
9. Efisiensi & Keefektifan - Menjamin pelayanan kuat atau kesediaan untuk mempraktekkan tata
publik dengan memanfaatkan semua sumber daya pemerintahan yang baik, terutama di antara
yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. para pemimpin; 4) cukupnya kebijakan atau
10. Profesionalisme - Meningkatkan kapasitas dan kerangka hukum untuk mempraktekkan tata
sikap moral dari para pelaksana pemerintahan pemerintahan yang baik; 5) dikembangkan
sehingga mereka mampu memberi pelayanan yang
mudah, cepat, akurat dan terjangkau. strategi untuk melaksanakan tata pemerintahan
Kerangka tata pemerintahan yang digunakan oleh asosiasi
yang baik; dan 6) bukti adanya program dan
pemerintah-pemerintah lokal di Indonesia. tindakan untuk melakukan tata pemerintahan
yang baik. Hasil penilaian ini ditabulasikan
untuk masing-masing propinsi dalam bab-bab
Dalam konteks ini, diperiksa kapasitas selanjutnya.
daripada lembaga-lembaga lokal, para pelaku
dan sistem-sistem untuk membuat keterkaitan Tim bertemu dengan para anggota DPRD
tersebut. Khususnya, tim telah melakukan dan staf sekretariat mereka; kepala-kepala
serangkaian wawancara semi-struktural dan pemerintahan tingkat propinsi dan kabupaten;
mempelajari dokumen-dokumen untuk dapat: dan staf serta wakil-wakil masyarakat madani
termasuk pemimpin pendapat, pemimpin
• Membuat peta dari para pelaku saat ini agama, pemimpin tradisional, kelompok kerja
(pemerintah dan non-pemerintah) dalam tradisional (Pokja) dan LSM-LSM (lihat
hal melaksanakan tata pemerintahan dan Lampiran 2 untuk daftar lengkap orang-orang
menciptakan perdamaian di propinsi dan yang ditemui). Tim juga memperolah
kabupaten; informasi dari berbagai laporan dan dokumen-
• Menilai kapasitas dan kesediaan lembaga- dokumen lain yang disediakan oleh pemerintah
lembaga pemerintah untuk menangani dan UNDP (lihat Lampiran 3). Semua
upaya mencegah konflik dan menciptakan informasi ini dianalisa dan dibahas dengan para
pelaku untuk mengidentifikasi kemungkinan

7
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

respons (jawaban) strategis dan titik-masuk


untuk suatu program, dengan mengingat
pelajaran yang dipetik dari pihak-pihak lain
(Pemerintah Indonesia, donor dan program
LSM Internasional).5
Laporan ini terdiri dari bagian-bagian
sebagai berikut (i) temuan-temuan utama untuk
Sulawesi Tengah, (ii) temuan-temuan utama
untuk Maluku Utara, (iii) diskusi dari masalah-
masalah utama, dan (iv) kerangka untuk
mendukung program.

5 Tim mengakui, berhubung singkatnya waktu untuk


pekerjaan lapangan, ada ‘gap’ atau kesenjangan dalam
informasi yang diperoleh.

8
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

2. Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah


2.1 Pemerintah dan Lembaga- Universitas Tadulako diidentifikasi sebagai
Lembaga Pemerintahan calon pelaku tata pemerintahan karena
hubungannya yang kuat dengan pemerintah
Semua Dokumen Perencanaan dan Strategi
daerah (sebagian besar staf senior pemerintah
telah mengidentifikasi ‘tata pemerintahan yang
adalah alumni dari Tadulako) dan pusat
baik’ sebagai suatu tujuan, namun penetapan
penelitian untuk pencegahan konflik, meskipun
tolok ukur untuk tata pemerintahan yang baik
fokusnya sekarang lebih ke tingkat propinsi
masih sangat minim (lihat Lampiran 4 untuk
daripada kabupaten.8 Namun demikian, baik
melihat rangkuman peran dan fungsi lembaga-
universitas dan pusat penelitian membutuhkan
Tabel 1 - Kesenjangan dalam Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah
Informasi berdasarkan persepsi penulis dan dari wawancara.
No Indikator Propinsi Kabupaten Poso Kabupaten Kabupaten
Morowali Tojo Una-Una
1 Dokumentasi Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
2 Pemahaman Sedang Rendah sampai Rendah Rendah sampai
Sedang Sedang
3 Kesediaan/komitmen Sedang Rendah sampai Rendah Rendah sampai
Sedang Sedang
4 Kebijakan Hanya sasaran Hanya sasaran Hanya sasaran Hanya sasaran
kebijakan kebijakan kebijakan kebijakan
5 Strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi
6 Program & tindakan Ada beberapa bukti Ada beberapa bukti Hanya sedikit bukti Kabupaten yang
bahwa administrasi bahwa administrasi bahwa administrasi masih baru
dan program- dan program- dan program- sehingga belum
program didasarkan program didasarkan program didasarkan banyak program.
pada prinsip-prinsip pada prinsip-prinsip pada prinsip-prinsip
tata pemerintahan tata pemerintahan tata pemerintahan
yang baik yang baik yang baik
Kajian Keseluruhan Rendah - Sedang Sedang - Tinggi Tinggi Sedang

lembaga pemerintah tingkat propinsi dan lebih banyak pembangunan kapasitas dan
kabupaten). Dalam Tabel 1 dapat dilihat bahwa jangkauan yang lebih luas bila ingin menjadi
secara umum pemerintah propinsi lebih tinggi mitra yang efektif.
tingkat kesiapannya untuk menjalankan tata
Pelaku dari LSM mencakup Pokja RKP
pemerintahan yang baik, dimana Poso dan
dan KPKP – ST (LSM wanita yang saat ini
Tojo Una-Una tergolong sedang sampai tinggi
didukung UNDP), sedangkan surat kabar ‘Palu
sedangkan Morowali paling banyak
Pos’ dinilai berpotensi menjadi pemantau
kesenjangan.6
praktek tata pemerintahan. Pokja di Sulawesi
Dalam hal pelaku, misi kami menemukan Tengah adalah forum para pemangku
sejumlah orang yang memperlihatkan kepentingan yang dibentuk untuk
kesediaan untuk menangani tata pemerintahan mengkoordinasi komunikasi di antara
yang baik, termasuk Kepala Bagian pemerintah dan masyarakat madani mengenai
Pemerintahan Propinsi, Sekretaris Daerah and masalah-masalah rekonsiliasi. Pokja ini
Sekretaris DRPD di kabupaten Poso, Sekretaris melapor kepada pemerintah namun tampaknya
Daerah dan Wakil-Bupati di Morowali dan hanya ada sedikit pertanggungjawaban di
Kepala Bappeda di Tojo Una-Una.7 antara para anggota, terutama para pelaku dari

6 Ini merupakan kajian pendahuluan berdasarkan triangulasi sehingga memberi kesan bahwa UNDP perlu melakukan
informasi yang dikumpulkan oleh tim melalui wawancara pengkajian lebih lanjut sebagai bagian dari pelaksanaan
mendalam dan dimaksudkan sebagai petunjuk umum saja. program. Sekalipun demikian, ada beberapa lembaga inti
7
Tentu saja para “aktor dalam pemerintahan yang berpotensi yang dianggap sebagai aktor potensial untuk memperkuat
membawa perubahan” (champions) yang diidentifikasi disini tata pemerintahan lokal: Sekda, Bappeda and Bawasda.
8
dapat berubah bersama pemilu yang akan datang dan Pusat Konflik telah mengembangkan model “bunga
kemungkinan dibaginya propinsi menjadi dua dan ada rotasi matahari” untuk memahami konflik di Sulawesi Tengah
pekerjaan yang cukup tinggi pada posisi-posisi senior tetapi dokumen ini belum pernah disebarluaskan.

9
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

masyarakat madani yang tampaknya staf yang didanai pemerintah dilakukan sebagai
bertanggung jawab kepada konstituen- pelatihan struktural atau fungsional melalui
konstituen yang berbeda. Direktorat Pendidikan dan Latihan.
Tampaknya tidak ada rencana Diklat untuk
2.2 Administrasi Pemerintahan mengadakan pelatihan mengenai tata
Meskipun propinsi-propinsi kini lebih pemerintahan dan sampai sekarang ini hanya
mempunyai peran koordinasi daripada peran dilakukan secara ad hoc melalui perguruan-
pengawasan, didapati bahwa semua perguruan tinggi dan LSM-LSM.
penanganan konflik dan pascakonflik Kurangnya transparansi dalam pengelolaan
dilakukan oleh propinsi.9 Hanya ada sedikit sumber daya manusia di pemerintah tingkat
koordinasi di antara departemen, baik secara propinsi dan kabupaten mendorong timbulnya
horizontal maupun vertikal, tentang persepsi-persepsi dan desas-desus tentang
penggunaan dana dekonsentrasi untuk korupsi, kolusi, nepotisme, dan praktek suap
program-program pemulihan (Dana dalam kaitan dengan kepegawaian pemerintah.
Dekonsentrasi untuk Penanganan Konflik dan Pada tahun 2004 tidak ada rekrutmen untuk
Pascakonflik). Ini akan menimbulkan pegawai negeri sipil di tingkat propinsi
ketegangan apabila masyarakat dan pemerintah maupun di kabupaten Poso dan Morowali.
kabupaten meyakini bahwa dana tersebut Sebagai gantinya, posisi diisi melalui promosi
masuk ke dalam kantong para pelaku dan rotasi, sehingga masalah kontroversial
pemerintah tingkat propinsi, sebagaimana mengenai tidak terwakilinya orang Kristen
terlihat dalam hubungan yang kurang baik dibandingkan Muslim, terutama pada tingkat
antara propinsi dengan kabupaten Poso dan senior, belum tertangani. Pada saat yang sama,
kabupaten Morowali.10 Kabupaten-kabupaten para birokrat senior tidak menganggap masalah
ini cenderung mengabaikan propinsi dan ada ini berpotensi memicu kekerasan di waktu
upaya-upaya untuk menciptakan suatu propinsi mendatang dan mengaku bahwa mereka
baru, Sulawesi Timur, yang akan mencakup menggunakan sistem berdasarkan nilai (merit)
kedua kabupaten tersebut. Karena pemerintah untuk merekrut dan mempromosikan pegawai,
masih sibuk dengan soal pemekaran wilayah, berdasarkan alat penilai dan prosedur-prosedur
maka tidak mengherankan bahwa masalah tata dari Departemen Dalam Negeri dan Badan
pemerintahan dan penciptaan perdamaian tidak Kepegawaian Nasional.11
diutamakan dalam agenda pemerintah.
Walaupun administrasi di bawah
Salah satu masalah utama yang dihadapi desentralisasi dimaksudkan untuk membantu
oleh pejabat-pejabat senior adalah perlunya pembangunan di tingkat desa, dalam praktek
meningkatkan kapasitas staf serta biasanya hanya terbatas pada pelayanan dasar
mengembangkan pelayanan publik yang tertentu. Termasuk menerbitkan kartu tanda
profesional agar dapat melayani masyarakat penduduk (KTP) nasional, kartu keluarga
dengan lebih baik. Morowali, kabupaten yang (KK), akte lahir, dan sertifikat kepemilikan
paling baru, mempunyai kapasitas SDM yang tanah. Lebih lanjut dilaporkan bahwa beberapa
paling buruk (dan juga menunjukkan tata Camat masih tetap bertindak sebagai Kepala
pemerintahan yang paling rendah). Kapasitas Wilayah dan beroperasi seolah-olah kecamatan
yang paling tinggi tentu saja ada pada tingkat tersebut adalah daerah otonomi (peninggalan
propinsi, diikuti oleh kabupaten Poso yang dari UU No. 5 tahun 1974 tentang
eksistensinya jauh lebih lama. Kabupaten Tojo desentralisasi). Ini sangat mempengaruhi
Una-Una masih mempunyai seorang “pejabat perkembangan otonomi desa dan tata
Bupati” sedangkan DPRD akan dilantik pada pemerintahan daerah, menurut Wakil-Bupati
akhir bulan Juli 2004. Satu-satunya pelatihan Morowali dan Kepala Bappeda di Tojo Una
Una.
9
Daerah dekonsentrasi adalah propinsi – lihat Pasal 1-f UU
11
No. 22/1999. Kemungkinan revisi terhadap UU22/1999 akan Pembangunan sumber daya manusia adalah masalah
menimbulkan ketegangan lagi jika berarti lebih banyak pemerintah nasional yang ditangani melalui MenPAN
pengawasan dikembalikan kepada propinsi. dengan dukungan donor, seperti Program Pembangunan
10
Contoh terburuk adalah hubungan antara Gubernur dan Kapasitas Berkelanjutan ADB. Pengembangan kapasita
Bupati Morowali. Pelantikan Bupati tertunda-tunda sampai aparat negara dilakukan oleh departemen-departemen
lebih dari delapan belas bulan dan sekarang ia tidak pernah lainnya, terutama oleh Departemen Dalam Negeri dan
menghadiri rapat propinsi dan lebih banyak berada di Jakarta. Departemen Keuangan.

10
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Akhirnya, terdapat sistem peringatan dini mungkin mendorong orang untuk menjadi
untuk konflik di Sulawesi Tengah dan Poso tergantung pada pimpinan-pimpinan mereka,
yang menjadi tanggungjawab dari Badan yang telah diserahi wewenang untuk membuat
Kesatuan Bangsa dan Perlindungan keputusan dan mewakili rakyat.
Masyarakat (Kesbanglinmas). Namun, Badan
Jika Kabupaten Poso menetapkan
ini tidak memiliki data yang terbaru dan dalam
“peningkatan kapasitas pemerintah untuk
operasinya bersifat birokratis dan berinteraksi
memberi pelayanan terbaik kepada publik
terutama dengan para pemimpin masyarakat,
dalam arti pelayanan yang efisien dan
bukan masyarakat luas. Sistem peringatan dini
efektif”12 sebagai prioritas di samping
di Morowali dan Tojo Una Una menghadapi
pembangunan ekonomi (Rencana Strategis
persoalan yang sama. Secara keseluruhan,
Kabupaten Poso 2000-2004), dalam
tidak ada koordinasi dan kerjasama yang baik
prakteknya sebagian besar anggaran digunakan
di antara Kesbanglinmas, terutama di tingkat
untuk merehabilitasi prasarana-prasarana yang
kabupaten.
rusak seperti pos-pos pelayanan kesehatan dan
2.3 Pelayanan Publik
rumah-rumah penduduk. Ada anggaran yang
dialokasikan untuk ‘pencegahan konflik’ tetapi
Pelaksanaan pelayanan publik secara dokumen-dokumen anggaran tidak merinci
mendasar dipengaruhi oleh proses penetapan bagaimana uangnya digunakan. Juga ada
prioritas oleh pemerintah serta kurangnya modal untuk mengembangkan Koperasi Pasar
keterlibatan masyarakat umum. Prioritas sebagai institusi keuangan pasar lokal
kabupaten Poso adalah pencegahan konflik (tradisional).
dengan meningkatkan keamanan dan
ketertiban, membangun kembali fasilitas Rendahnya mutu pelayanan publik
umum dan rumah-rumah warga yang rusak terutama kelihatan di Morowali dimana tidak
dengan menggunakan dana dekonsentrasi dan ada transportasi teratur, jalan-jalan kurang
mencegah konflik melalui proses-proses terawat, tidak ada rencana untuk memperbaiki
formal seperti Pokja. Di kabupaten Morowali jalan dari Poso ke Morowali yang keadaannya
prioritasnya adalah untuk menentukan lokasi cukup parah dan tidak ada sistem informasi
baru untuk ibu kota Kabupaten dan umum (mis. bagaimana membuat KTP, Kartu
membangun Kantor Pemda, sedangkan Tojo Pellagra, and sertifikat tanah). Di lain pihak,
Una Una memprioritaskan pembangunan masyarakat sepertinya tidak menyadari atau
gedung-gedung pemerintah dan rekrutmen staf. tidak mampu mengeluh tentang tidak adanya
pelayanan publik yang memadai. Dan
Kalaupun ada, partisipasi masyarakat ketidakhadiran Bupati Morowali semakin
dalam merencanakan pelayanan publik sangat mengurangi kemungkinan meningkatkan mutu
lemah. Di Morowali, misalnya, staf Bappeda pelayanan publik.
mengakui bahwa mereka tidak tahu tentang
perencanaan yang partisipatif dan tergantung Perencanaan dan pemantauan juga
pada kecamatan untuk ‘memobilisasi’ terhambat oleh kurangnya data dan kapasitas.
masyarakat, yaitu mengundang orang-orang Sistem data dari Biro Pusat Statistik (BPS)
untuk mengadakan pertemuan guna setempat kurang lengkap, maka data yang
membicarakan tuntutan-tuntutan mereka akan paling dapat diandalkan di Poso diperoleh dari
dukungan pemerintah. Namun dalam Komite Penanggulangan Kemiskinan yang
kenyataan, seringkali ini berarti mengisi menggunakan data statistik BKKBN tentang
formulir saja dan bukan merupakan pelibatan kemiskinan, namun demikian diketahui bahwa
masyarakat yang sesungguhnya. Meskipun ada ketidaktepatan dalam data ini.13
pendekatan Program Pembangunan
Kecamatan (PPK) untuk perencanaan
12 Semua kabupaten melaporkan bahwa mereka telah
partisipatif disetujui oleh BPM di Poso, namun
mencoba menciptakan sistem yang lebih efisien (pelayanan
belum diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan cepat) untuk membuat KTP nasional dengan biaya wajar
perencanaan lain di departemen dan belum (berkisar antara Rp 7000 sampai Rp 25.000) dan selesai
mempengaruhi perencanaan pembangunan di dalam waktu kurang dari satu minggu. Namun demikian,
Bappeda Maluku Utara dan Halmahera Selatan melaporkan
kabupaten. Lagipula, seperti diusulkan oleh bahwa cakupan untuk KTP nasional masih belum tinggi.
Lurah Pamona Utara/Tentena, konflik 13 Ini dibentuk untuk melengkapi program nasional

pengentasan kemiskinan dan menentukan arah untuk

11
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

Dukungan untuk para pengungsi melalui tidak adanya strategi untuk meningkatkan
Jaminan Hidup (Jadup) dan Bekal Hidup inovasi bisnis dan produktivitas, maka
(Bedup) telah membantu banyak keluarga pemerintah daerah akan tetap tergantung pada
membangun kembali desa mereka dan mekanisme-mekanisme tradisional seperti dana
memulai hidup yang baru. Tetapi ada tuduhan- dekonsentrasi serta program-program
tuduhan korupsi di dalam program-program ini pemberdayaan ekonomi dari program-program
yang terutama ditujukan kepada Dinas Sosial. donor.
Di Morowali, dilaporkan bahwa pemerintah
dan aparat keamanan setempat (tentara dan 2.5 Masyarakat Madani
polisi) bersekongkol untuk mempertahankan
Setelah konflik, prioritas masyarakat di
program pascakonflik yang ada sedangkan
Poso adalah keamanan, pembangunan
secara umum ada laporan-laporan bahwa
ekonomi, dan pemekaran kabupaten. Setelah
pengungsi-pengungsi memalsukan data untuk
itu, masalah keadilan dalam merekrut pegawai
mengambil jatah.
negeri sipil dan penempatan pejabat untuk
2.4 Pengelolaan Fiskal dan Keuangan
mencerminkan keberagaman agama. Masih
ada rasa kurang percaya kepada pemerintah
Pengelolaan fiskal dan keuangan yang tingkat propinsi maupun kabupaten yang
buruk mudah sekali menimbulkan ketegangan menangani repatriasi pengungsi karena tidak
di antara kelompok-kelompok masyarakat dan menyeluruh, dan dianggap ada korupsi dalam
antara masyarakat dengan pemerintah. melaksanakan program rehabilitasi. Di
Meskipun Bawasda mempunyai fungsi audit kabupaten Poso, khususnya, penduduk
yang memfokuskan pada prosedur-prosedur mengatakan bahwa mereka belum merasa
akuntansi, belum ada mekanisme untuk aman, dan juga bahwa mereka tidak melihat
menilai kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah daerah mendukung kepentingan
pemerintah. Semua pemerintah daerah masih mereka dalam menekuni mata pencaharian
harus memenuhi persyaratan nasional untuk mereka.
penganggaran berdasarkan kinerja.
Upaya mengumpulkan pendapatan negara Secara umum, masyarakat kurang
juga dapat menimbulkan masalah, contohnya menyadari hak mereka untuk dilibatkan dalam
apabila rakyat mempersepsikan adanya proses pembangunan. Juga tidak ada evaluasi
ketidakadilan mengenai siapa yang harus oleh masyarakat terhadap pemerintah pada
membayar pajak; apabila ada kebocoran dana tingkat desa atau tingkat-tingkat yang lebih
karena terlalu banyak kantor yang menagih lebih tinggi. Penduduk mengeluh bahwa
uang; apabila ada perselisihan di antara kantor- mereka tidak mempunyai akses ke informasi
kantor penagih mengenai siapa yang memiliki dan dokumen-dokumen publik sulit sekali
uang pendapatan itu, terutama jika tidak ada diakses, terutama yang berhubungan dengan
pemahaman mengenai pengumpulan anggaran. Tampaknya belum ada rencana
pendapatan secara terpadu, dan jika pemerintah untuk meningkatkan akses ke informasi. Ini
daerah memungut retribusi yang sifatnya semakin mempertebal rasa tidak percaya
kontra-produktif terhadap pembangunan. kepada pemerintah, terutama di Morowali
Seluruh pendapatan asli daerah (PAD) adalah dimana desas-desus tumbuh subur.
kurang dari lima persen dari seluruh anggaran Masyarakat menanggapi dengan positif
daerah (jauh di bawah tolok ukur 10-20 persen prakarsa-prakarsa seperti Deklarasi Malino,
yang ditetapkan dalam penelitian tahun 1998 proses rekonsiliasi yang didorong oleh forum-
yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada forum desa (a.l. Forum Komunikasi Antar
dan Depdagri tentang kesiapan daerah). Umat Beragama) dan kegiatan-kegiatan untuk
Dengan database yang tidak lengkap, sistem membina perdamaian (olahraga, kesenian, dan
pencatatan yang kurang dikembangkan, dan acara-acara tradisional). Ada pula kesempatan
metode penagihan sederhana seperti penagihan untuk memperkuat tata pemerintahan sebagai
pajak dari pintu-ke-pintu, maka tidak cara untuk membina perdamaian, seperti
mengherankan bahwa tingkat kegagalan terlihat di Kelurahan Poso Pesisir (desa Islam)
pembayaran cukup tinggi. Lagipula, dengan dan Kelurahan Pamona Utara/Tentena (desa
Kristen). Dilaporkan bahwa sistem-sistem tata
perencanaan penanggulangan kemiskinan di kabupaten dan pemerintahan tradisional mulai muncul
propinsi.

12
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

kembali dan ini sangat didukung oleh semua menyelenggarakan forum para pemangku
pemangku kepentingan. Upaya-upaya kepentingan, pertemuan antara daerah-daerah
masyarakat dan rasa lelah terhadap konflik sub-desa dan pelatihan bagi pemimpin-
telah memperkuat tekad masyarakat untuk pemimpin daerah mengenai pencegahan
membina perdamaian dan meningkatkan konflik (lihat Boks 1). Beberapa LSM juga
ketahanan terhadap gangguan para provokator. telah memberi pelayanan langsung termasuk
Juga ada tanggapan positif dari para pejabat penyediaan prasarana, pendidikan, dan
kabupaten Poso mengenai peran media di pelayanan kesehatan bagi para korban konflik.
dalam perdamaian dan rekonsiliasi. Yang lain ada yang bekerja dalam bidang
pemberdayaan ekonomi, kekerasan terhadap
Namun demikian masih belum ada
program jelas untuk membina perdamaian. Prakarsa Membina Perdamaian
Masyarakat mengikuti petunjuk dari pihak
berwenang setempat dan terlibat dalam proses- Pusat Krisis adalah organisasi pemuda dengan 4
program (i) membina perdamaian melalui olahraga
proses formal yang tidak mengenal upaya-
dan rekreasi, (ii) pendidikan dan pelatihan yang
upaya masyarakat atau peran yang dapat berhubungan dengan demokrasi dan HAM, (iii)
dimainkan oleh perempuan dan pemuda. pemberdayaan ekonomi dan (iv) dukungan kepada
Tambahan pula, Pokja Deklama sebagai badan kelompok remaja korban konflik (masyarakat
rekonsiliasi yang diprakarsai oleh pemerintah Nurwana di Tentena). Pusat ini bekerjasama dengan
dianggap tidak efektif karena koordinasinya CWS dan Pemuda Muslim Al-Khairat.
yang lemah dengan kelompok-kelompok lain, (Noldy Tacoh, Executive Director, Crisis Center).
kurangnya kemampuan para fasilitator untuk Konsorsium Pendidikan Damai Sintuwumoroso
menciptakan kerangka untuk perdamaian dan (Aliansi untuk Pendidikan Perdamaian) adalah hasil
rekonsiliasi, tidak ada transparansi maupun lokakarya yang diselenggarakan OCA-UNDP di
Poso. 25 LSM dari Poso membentuk aliansi yang
pertanggungjawaban di dalam pelaksanaan
mencakup Satlak dan Kanwil Pendidikan. Tujuannya
program. Pemerintah cenderung untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
mengandalkan organisasi-organisasi pentingnya perdamaian di antara anak-anak sekolah.
masyarakat daripada LSM-LSM (terutama Langkah pertama adalah mengembangkan
lembaga-lembaga agama) karena mereka kurikulum lokal untuk pendidikan perdamaian serta
tampak lebih bersedia membantu upaya strategi untuk mengajarkan tentang perdamaian,
rekonsiliasi. terutama di Poso.
Iskandar: Eksekutif Direktur Aliansi
Organisasi-organisasi berbasis masyarakat
perempuan, dan pelanggaran HAM.
dapat sangat membantu menciptakan
perdamaian. Pertama, mereka dapat melakukan LSM-LSM di seluruh Indonesia
mediasi antara masyarakat dan pemerintah mempunyai hubungan dikotomis dengan
mengenai kebutuhan rakyat. Kedua, mereka pemerintah. Dalam mendukung tata
dapat mengawasi pelaksanaan program- pemerintahan daerah, LSM-LSM dapat
program terutama yang berhubungan dengan mendukung partisipasi maupun peningkatan
pengungsi. Ketiga, mereka bertindak sebagai kesadaran masyarakat pada saat melakukan
fasilitator untuk membina perdamaian di pembangunan. Kedua, LSM dapat membantu
tingkat masyarakat, melintasi suku, agama, dan memperkuat aliansi strategis di antara
kebudayaan. Keempat, mereka dapat dianggap kelompok-kelompok masyarakat madani untuk
sebagai mitra independen untuk meningkatkan kualitas tata pemerintahan
mensosialisasikan kebijakan-kebijakan dan melalui advokasi. Namun, fungsi LSM untuk
program-program pemerintah. memberi pelayanan membawa mereka lebih
dekat kepada pemerintah sebagai fasilitator
Menurut data Kesbanglinmas, ada tujuh
yang di subkontrak untuk program-program
LSM internasional dan 60 LSM lokal yang
masyarakat (namun bukan sebagai mitra),
bekerja di Sulawesi Tengah. 29 diantaranya
sedangkan fungsi sebagai pendukung
terdapat di Poso, 14 di Tentena dan sisanya di
masyarakat madani justru dapat menempatkan
kabupaten-kabupaten lain. Dua contoh yang
LSM dalam posisi menentang pemerintah.
baik adalah Aliansi LSM untuk pendidikan
LSM-LSM di Sulawesi Tengah melaporkan
perdamaian di Poso serta Pusat Krisis untuk
bahwa mereka menginginkan hubungan yang
remaja yang mengalami trauma di Tentena
lebih dekat dengan pemerintah daerah untuk
(lihat Boks). LSM-LSM terlibat dalam

13
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

memberi pelayanan kepada publik, tetapi Para anggota DPRD yang baru memiliki
masih kurang jelas peran dan tanggung jawab kekurangan yang sama dengan kebanyakan
mereka sebagai pendukung masyarakat politisi Indonesia, yaitu kurangnya
madani. pengetahuan dan pemahaman tentang fungsi
perwakilan yang mereka emban. Banyak yang
Namun sebaliknya, baik pemerintah daerah
tidak mempunyai rencana jelas untuk suatu
maupun masyarakat melihat LSM-LSM
program hubungan konstituen, bahkan banyak
sebagai organisasi yang mementingkan diri
yang tidak melihatnya sebagai masalah yang
mereka sendiri dengan motivasi rendah dan
perlu diperhatikan. Untuk sebagian besar
kurang mampu bekerja dengan kelompok-
anggota, banyak sekali yang harus dipelajari
kelompok masyarakat. LSM-LSM tidak
dalam tahun pertama jabatan mereka.
menunjukkan adanya niat untuk meningkatkan
Sementara itu rakyat mempunyai relatif sedikit
aliansi mereka atau memperkuat ormas di
kepercayaan terhadap DPRD, terutama di
tingkat desa. Satkorlak telah memfasilitasi
kabupaten Morowali dimana Ketua DPRD
koordinasi antara pemerintah dan LSM-LSM
dianggap merupakan sekutu dari Bupati
melalui pertemuan bulanan namun ada
mereka yang kinerjanya rendah. Di kabupaten
keengganan untuk mengevaluasi keefektifan
Poso, DPRD belum menjalankan fungsi
pertemuan-pertemuan tersebut. Hubungan
pengawasan yang semestinya terhadap
antara LSM-LSM dan universitas kabarnya
pemerintah.15
kurang baik sehingga tidak dapat
mengembangkan kemitraan tata pemerintahan Meskipun demikian, kepemimpinan
yang baik. Secara keseluruhan, LSM-LSM dan Sekretaris DPRD di Poso (salah satu dari
ormas-ormas memerlukan pengembangan sedikit pejabat senior perempuan) telah
kapasitas dalam banyak bidang seperti menghasilkan sebuah perpustakaan legislatif,
pengelolaan organisasi, perencanaan, advokasi, prosedur untuk menangani unjuk rasa secara
partisipasi jender, dan keberlanjutan keuangan. efektif, mekanisme untuk mengumpulkan
Setiap upaya untuk bermitra dengan umpan balik dari masyarakat melalui
organisasi-organisasi ini harus kunjungan ke lapangan, suatu forum publik
memperhitungkan hal tersebut.14 yang diadakan setiap tahun untuk
mempresentasikan agenda, hasil yang dicapai,
2.6 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pengeluaran tahun yang lalu, maupun
(DPRD) dilibatkannya universitas untuk membantu
Pemerintah kabupaten telah dibentuk di membuat rancangan peraturan daerah. Yang
Kabupaten Morowali ketika terjadi pemekaran terakhir telah menghasilkan tiga perda dalam
Kabupaten Poso dalam tahun 1999. Kabupaten masa jabatan yang sekarang. Sayangnya,
Poso kemudian dimekarkan lagi dalam tahun mekanisme umpan balik yang diciptakan oleh
2003, sehingga lahir Kabupaten Tojo Una-Una DPRD belum banyak dikenal oleh masyarakat
yang dikelola oleh suatu pemerintah sementara sedangkan LSM-LSM tidak dianggap sebagai
hingga pelantikan DPRD nanti. Partai Golkar organisasi perantara yang kredibel yang dapat
memimpin perolehan suara di banyak dimanfaatkan oleh DPRD untuk memperoleh
kabupaten kecuali di Poso, dimana partai informasi yang relevan dengan fungsinya
Kristen PDS mempunyai enam kursi diikuti sebagai pengawas.
oleh Golkar dengan lima kursi. Ini
2.7 Badan Perwakilan Desa (BPD)
menghasilkan dewan legislatif di Poso yang
lebih terfaksionalisasi dibandingkan kabupaten Sebagai kabupaten yang sudah lama ada,
tetangga dimana Golkar tetap unggul. Dalam pemerintah Poso sudah membentuk Badan
hal Morowali dan Tojo Una-Una, meski Perwakilan Desa (BPD) di banyak desa di
menurun, Golkar tidak dapat dikalahkan wilayah Poso (sebaliknya Morowali belum
sekalipun semua partai Islam bersatu dan memulai proses ini). Meskipun demikian,
membentuk satu fraksi. pemerintah kabupaten Poso mengakui bahwa

14 15
Program ACCESS dari AusAID mendukung Perlu dicatat bahwa mulai tahun depan DPRD tidak
Program Pembangunan Kapasitas Generik untuk LSM lagi berwenang mengeluarkan suara tidak percaya
dan ormas dan akan menjadi sumber informasi dan terhadap seorang kepala wilayah, baik itu bupati atau
keahlian yang sangat berharga. walikota.

14
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

belum pernah dilakukan pembangunan


kapasitas sebagaimana mestinya untuk BPD-
BPD tersebut. Ini sebagian disebabkan sulitnya
merencanakan dan melaksanakan kegiatan di
tingkat desa karena konflik dan juga karena
kurangnya dana untuk melaksanakan PP No.
76/2001. Ini berarti BPD pada umumnya
belum merupakan institusi pemerintah yang
efektif.16 Kegiatan-kegiatan orientasi perlu
dilakukan pada tingkat kecamatan yang
dihadiri oleh kepala desa dan wakil-wakil dari
BPD. Tetapi bahan-bahan yang terbatas berarti
hanya ada sedikit referensi untuk membimbing
para anggota BPD dalam menjalankan peran
mereka17. Badan Pemberdayaan Masyarakat di
Poso menyatakan ingin menerima lebih banyak
dukungan agar dapat memperkuat tata
pemerintahan desa melalui BPD, terutama
dimana Program Pembangunan Kecamatan
sudah bekerja untuk mendukung pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang diterapkan
oleh BPD.18
Komunikasi yang terbatas antara
pemerintah-pemerintah desa dan antara
masyarakat dengan pemerintah daerah tidak
membangun rasa percaya kepada administrasi
publik.. Salah satu anggota DPRD di Poso
mengatakan pemerintah meyakini bahwa
masyarakat di desa tidak dapat menyumbang
banyak kepada perencanaan pembangunan,
namun ia percaya bahwa ini hanya disebabkan
karena masyarakat desa kurang mendapat
informasi yang memadai. Pemerintah perlu
mencari cara-cara untuk menjangkau
pemerintah desa dan masyarakatnya. LSM-
LSM dan media harus ikut berperan di sini
sementara BPD-BPD perlu ditingkatkan
kapasitasnya dan mendapat referensi dasar
mengenai kerangka hukum yang ada.

16
Sebagai contoh, BPD dapat mengusulkan
diberhentikannya kepala desa kepada Bupati, tidak
seperti DPRD, bilamana orang tersebut melanggar
adat desa.
17
Program ini dilaksanakan di kecamatan Poso Pesisir,
seperti dikatakan dalam wawancara dengan BPD
Tambarana-Trans.
18
Menurut Bank Dunia di Jakarta, program KDP
berusaha memperkuat peran pengawasan dari BPD.

15
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

3. Tata Pemerintahan di Maluku Utara


3.1 Pemerintah dan Lembaga- Soselisa dari DPRD Halmahera Utara, Pejabat
Lembaga Pemerintahan Bupati dan Kepala Bawasda Halmahera
Selatan dan Kepala Bappeda Halmahera Barat.
Ketika propinsi Maluku Utara dibentuk,
Pelaku-pelaku tata pemerintahan di antara
kabupaten Maluku Utara yang lama dibagi
LSM atau ormas antara lain Gama Lama
menjadi Halmahera Barat, Halmahera Utara,
Corruption Watch, Yayasan Sanro dan Kepala
Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula; dan
Lembaga Penelitian, Universitas Khairun.
kabupaten Halmahera Tengah menjadi
Banyak lulusan universitas kini menduduki
Halmahera Tengah, Halmahera Timur dan
posisi-posisi administrasi publik tingkat tinggi
Kota Tidore. Semua kabupaten baru semula
dan universitas memiliki pusat penelitian dan
merupakan bagian dari kabupaten Maluku
pengkajian untuk pencegahan konflik. Surat
Utara dan diharapkan sudah berfungsi penuh
kabar Maluku Utara Pos berpotensi menjadi
pada awal 2005. Pada umumnya, hubungan
badan pemantau praktek tata pemerintahan.
antara pemerintah propinsi dan pemerintah-
pemerintah kabupaten di sini lebih sehat Tabel 2 memperlihatkan bahwa Kota
daripada di Sulawesi Tengah. Masalah yang Ternate mempunyai kinerja terbaik dalam
utama tampaknya berhubungan dengan hubungan dengan tata pemerintahan, diikuti
pemulihan pascakonflik di mana Dinas Sosial Halmahera Utara dan Selatan.19 Tim menilai

Tabel 2 - Kesenjangan dalam Tata Pemerintahan di Maluku Utara.


Informasi berdasarkan persepsi penulis dan dari wawancara.
No Indikator Propinsi Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Maluku Utara Ternate Halmahera Halmahera Halmahera
Barat Utara Selatan
1 Dokumentasi Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia T.A. dokumen T.A. dokumen
2 Pemahaman Sedang Sedang - Tinggi Rendah Rendah - Sedang Sedang - Tinggi
3 Kesediaan/Komitmen Rendah - Sedang Sedang - Tinggi Rendah Rendah - Sedang Sedang - Tinggi
4 Kebijakan Hanya sasaran Sasaran kebijakan, Hanya sasaran Hanya sasaran Hanya sasaran
kebijakan SK Walikota dan kebijakan kebijakan kebijakan
draf Perda tentang
Transparansi
5 Strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi Tdk ada strategi
6 Program & tindakan Beberapa Dialog publik. Tak ada prinsip Kabupaten baru, Kabupaten baru,
program admin. Website. tata program- program-
publik & Ada metode pemerintahan program dan program dan
tindakan pembelajaran yang mendasari tindakan masih tindakan masih
mencerminkan untuk praktek tata program admin. terbatas terbatas
prinsip-prinsip pemerintahan publik yang
tata pemerintahan rutin
Kajian Keseluruhan Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang
sampai Tinggi
menguasai dana dekonsentrasi untuk para propinsi Maluku Utara relatif lemah dalam tata
pengungsi dalam pelaksanaan program- pemerintahan dan secara umum pemahaman
program yang terkait, terutama di Halmahera maupun komitmen kepada tata pemerintahan
Utara dan Halmahera Barat. juga rendah. Halmahera Barat tidak
menunjukkan bukti jelas adanya prakarsa-
Meskipun semua dokumen perencanaan
prakarsa dalam tata pemerintahan. Halmahera
propinsi dan kabupaten mengidentifikasi ‘tata
Selatan mengambil inisiatif untuk
pemerintahan yang baik’ sebagai tujuan, hanya
melaksanakan strategi rekrutmen putra daerah
Kota Ternate yang tampak serius mengenai
pelaksanaannya. Yang diduga akan menjadi
aktor yang mendorong perbaikan tata 19 Pemerintah nasional dalam kerjasama dengan BIGG19
pemerintahah (champions) adalah Kepala telah melaksanakan prakarsa tata pemerintahan yang baik
dengan pemerintah Ternate sejak 2001. Akibatnya, kota ini
Bawasda di Maluku Utara, Bupati Halmahera mempunyai SK Walikota mengenai Pelaksanaan Tata
Utara, Kepala Bagian Pemerintahan dan Pemerintahan Yang Baik dan draft Perda tentang
Kepala Bagian Kepegawaian di Tobelo, Jakob Transparansi. Pelaku yang paling menonjol adalah Sekda
Ternate.

16
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

untuk sektor publik di lokasi-lokasi yang salah satu LSM melaporkan bahwa beberapa
berbeda untuk mengatasi ketidakseimbangan keluarga pengungsi merasa semakin resah
dalam keterwakilan masyarakat setempat. dengan kurangnya respons dari pemerintah.
Pemerintah di sana bersedia mempromosikan
Pemerintah-pemerintah daerah mendapat
tata pemerintahan yang baik namun fokusnya
pelajaran mengenai pentingnya transparansi
lebih ke peningkatan transparansi daripada
ketika dalam tahun 2004 setelah rekrutmen staf
partisipasi masyarakat.20
untuk Kota Tidore muncul protes masyarakat
3.2 Administrasi Pemerintahan
tentang adanya ketidakadilan dalam proses
rekrutmen. Lebih lanjut, pemerintah propinsi
Secara umum, kesiapan staf administrasi tidak bisa menerima bahwa dominasi suku
untuk menjalankan tata pemerintahan di Makian dalam kepegawaian negeri masih saja
Maluku Utara adalah rendah. Rendahnya menimbulkan rasa tidak senang. Pemerintah
kapasitas ini diperparah oleh kurangnya perlu memperhitungkan sentimen anti-Makian
bimbingan dari Pusat mengenai desentralisasi. yang khususnya dapat meledak pada waktu
Pemerintah Maluku Utara menghadapi tiga pemilihan Bupati Halmahera Selatan kelak.
masalah yang berpotensi menjadi konflik.
Pertama, ada ketidaksepakatan mengenai Diskusi-diskusi dengan lurah dan kepala
lokasi beberapa ibukota. Pada saat ini ibukota desa mengungkapkan adanya kesempatan
propinsi adalah Ternate tetapi berdasarkan untuk bekerja di pemerintah pada tingkat-
undang-undang untuk propinsi yang baru, tingkat paling rendah. Pengkajian di desa
ibukota yang baru adalah Sofifi, di Pulau Ngidiho di Galela kabupaten Halmahera Utara,
Halmahera. Ibukota untuk Kabupaten menemukan bahwa pemerintah desa
Halmahera Barat adalah Jailolo di Pulau mempromosikan tata pemerintahan yang baik
Halmahera, sementara pemerintah yang melalui transparansi dan partisipasi. Diskusi-
sekarang berada di Ternate. Karena belum ada diskusi di Tobelo mengungkap bahwa
prasarana lengkap di lokasi-lokasi yang baru, pelayanan dasar yang berhubungan dengan
maka pemindahan ibukota akan memerlukan kewarganegaraan (KTP, KK, Akte Lahir, dll.)
biaya yang besar sekali. Sebagai contoh, diselenggarakan secara efisien. Namun ada
dilaporkan bahwa harga sewa gedung untuk kekhawatiran dari kepala desa dan camat
kantor-kantor pemerintah di Jailolo sudah tentang panjangnya waktu tanpa gaji atau
melonjak tiga kali lipat. imbalan serta beban kerja yang berlebihan
yang menurut mereka mengurangi motivasi
Kedua, geografi Maluku Utara telah untuk tetap bertahan dalam pekerjaan tersebut.
menciptakan banyak komunitas terpencil yang
sulit dijangkau, riskan (perjalanan lewat laut), Ada sistem peringatan dini dalam
dan mahal untuk dilayani oleh pemerintah. pemerintah propinsi Maluku Utara, yang
Akibatnya terjadi ketimpangan dalam dikelola oleh Kesatuan Bangsa dan
pelayanan publik (tidak merata) yang Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas).
menimbulkan rasa dendam dan ketegangan. Namun sistem ini berbasis militer, bukan
Ketiga, pemerintah pusat hanya sedikit berbasis koalisi antara masyarakat madani dan
melakukan program untuk meningkatkan pemerintah. Ada satu Posko militer/polisi pada
kapasitas aparat daerah. Mendirikan jalan antara Sidangoli ke Tobelo.21 Tidak ada
pemerintahan baru menghabiskan banyak sistem peringatan dini Kesbanglinmas di
energi maupun dana sehingga masalah- tingkat kabupaten dan pemerintah hanya
masalah tata pemerintahan merupakan prioritas mengandalkan pekerjaan dari para pemimpin
paling bawah (dari Kota Ternate). Keempat, adat dan pemimpin agama, LSM, dan ormas.
ada laporan bahwa Dinas Sosial kurang Pemerintah daerah cenderung menganggap
transparan dalam hal-hal yang berhubungan konflik di Ambon sebagai barometer untuk
dengan dana pengungsi. Meskipun pengungsi kekerasan di waktu mendatang, daripada
tidak dianggap sebagai risiko oleh pemerintah, situasi di Maluku Utara sendiri dan dibanding

20 21 Bulan Maret 2004 konflik Ambon merebak dan Gubernur


Perlu dicatat bahwa Halmahera Selatan merencanakan
gelombang transmigrasi baru ke dalam wilayah kabupaten Maluku Utara langsung mengundang semua bupati dan
untuk mengembangkan metodologi pertanian. Ini contoh komandan untuk membentuk tim pencegah konflik untuk
baik dimana perencanaan yang peka konflik merupakan hal mencegah agar dampak konflik Ambon tidak menular.
yang sangat penting.

17
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

dengan Poso, hanya ada sedikit program untuk 3.4 Pengelolaan Fiskal dan Keuangan
perdamaian sehingga pemerintah daerah lebih
Menurut pemerintah propinsi,
memilih pendekatan yang reaktif daripada
pertumbuhan ekonomi adalah 4,2 persen
proaktif.
namun dalam kenyataannya pertumbuhan
3.3 Pelayanan Publik
ekonomi disebabkan oleh ketergantungan yang
Sekalipun pemerintah sudah melakukan kuat pada sektor publik. Akibatnya,
upaya untuk memberi pelayanan yang lebih administrasi publik menjadi sumber yang lebih
efisien dalam pembuatan KTP, Kartu Miskin, besar lagi dari sumber daya ekonomi. Ini juga
dan beberapa sertifikat, belum ada mekanisme dapat mengakibatkan warga (terutama dari
untuk memantau dan mengevaluasi kepuasan golongan elit) berebut untuk menguasai
masyarakat terhadap pelayanan pemerintah sumber-sumber daya ini dan mengurangi
daerah. Satu-satunya mekanisme pemantauan potensi untuk membina tata pemerintahan yang
dan evaluasi adalah Bawasda dan ini pun lebih baik (seperti pengadaan dan rekrutmen yang
ditujukan pada akuntansi daripada kepuasan transparan).
pelanggan/masyarakat. Seperti kebanyakan
Di Kota Ternate, ada banyak pemuda yang
propinsi, database untuk perencanaan dan
menganggur. Di Jailolo dan Galela,
pemantauan tidak memadai dan BPS juga
pertumbuhan ekonomi lebih lambat daripada di
lemah. Akibatnya, Bappeda dan lembaga-
ibukota. Di Bacan, pertumbuhan ekonomi
lembaga lain menyatakan sangat berminat
sudah lebih cepat yang dibuktikan oleh
mendapatkan dukungan dari donor untuk
pembangunan prasarana oleh pemerintah lokal.
mengembangkan database. Memang data yang
Di Jailolo dan Sidangoli (Halmahera Barat),
berhubungan dengan konflik yang diperbaharui
kegiatan ekonominya lebih sedikit dan tidak
oleh Kesbanglinmas pada tingkat propinsi dan
ada program khusus untuk pembangunan
kabupaten sangat sedikit.
ekonomi lokal. Di suatu wilayah pascakonflik,
Perencanaan dari bawah ke atas dilakukan perekonomian akan tumbuh dengan sangat
di Ternate, Halmahera Utara, dan Halmahera lambat.
Selatan. Perencanaan yang bersifat
Sebagian besar anggaran dipergunakan
kemasyarakatan di Halmahera Barat sangat
untuk administrasi (gaji dan pengeluaran rutin)
sedikit. Ada beberapa kegiatan pembangunan
dan hanya di Kota Ternate ada (sedikit) alokasi
kapasitas di tingkat desa, namun biasanya ini
untuk pengukuran tata pemerintahan (mis.
hanya terjadi apabila ada kompetisi desa. Pada
dengar pendapat umum). Prioritas dari
umumnya warga desa kurang memiliki
pemerintah daerah, terutama untuk kabupaten-
kemampuan untuk menyusun dokumen
kabupaten baru (Halmahera Barati, Halmahera
perencanaan. Di Tobelo, misalnya, camat
Utara, dan Halmahera Selatan), adalah untuk
Tobelo menyediakan format di mana warga
melembagakan pemerintahan yang ada tanpa
dapat menulis ‘apa yang mereka inginkan’,
alokasi khusus untuk meningkatkan kualitas
yang biasanya berada di luar kemampuan
pelayanan. Hanya Pemerintah Kota Ternate
pemerintah kabupaten untuk memenuhinya.
dan Halmahera Selatan yang melakukan
Walaupun kini proses perencanaan di
penyusunan anggaran berbasis kinerja dan
kabupaten menggunakan istilah-istilah lain
Kota Ternate menunjukkan kinerja pelayanan
untuk langkah-langkah perencanaan,
yang paling baik, kemudian Halmahera Selatan
sebenarnya prosesnya tetap sama, di mana
dan Halmahera Utara. Pemerintah kabupaten
keputusan sering dibuat oleh para pemimpin
Halmahera Barat ternyata paling kurang efektif
desa sehingga tidak heran bahwa masyarakat
dalam melayani penduduk, ini sebagian
merasa kecewa karena tidak pernah mendapat
disebabkan karena lokasinya jauh dari
apa yang mereka inginkan. Pada umumnya
penduduk selain itu staf seniornya tampak
mereka sama sekali tidak tahu dana apa yang
sudah sangat puas dengan keadaan mereka.
tersedia atau apa prioritas pemerintah atau
Tidak ada mekanisme di daerah untuk
bagaimana proses menentukan prioritas
mengajukan keluhan atau pengaduan.
kebutuhan masyarakat. Keadaan yang tidak
3.5 Masyarakat Madani
transparan seperti ini mudah sekali
menimbulkan gosip dan desas-desus. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan baik pada tingkat desa maupun
kabupaten dilakukan sebagai formalitas, dan

18
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

biasanya melibatkan aparat pemerintah desa perdamaian, seperti pelatihan penyelesaian


serta pimpinan warga tanpa partisipasi konflik, pendidikan tentang perdamaian,
masyarakat yang lebih luas. Partisipasi yang pendidikan non-kekerasan, dialog tentang
rendah ini dibarengi dengan mentalitas proyek pluralisme dan penguatan forum-forum sub-
di antara para anggota masyarakat serta desa. LSM-LSM juga telah mengembangkan
ketergantungan pada dana pemerintah dan evaluasi partisipatif terhadap program-program
kurangnya waktu untuk berpartisipasi karena mereka. Beberapa kelompok telah membentuk
beban pekerjaan sehari-hari sudah banyak. suatu aliansi LSM dan dalam beberapa kasus
Kemampuan BPD yang rendah juga membentuk kemitraan dengan pemerintah
membatasi proses-proses pembangunan namun ini biasanya terbatas pada pelaksanaan
partisipatif. Pada tingkat kabupaten, prosesnya program.22 Karena tidak ada koordinasi yang
terbatas pada Bappeda dan dinas teknis dan semestinya antara LSM-LSM dengan
masyarakat tidak mempunyai suara dalam pemerintah, maka timbul perasaan saling
menentukan prioritas, penganggaran, atau mencurigai. Khususnya, LSM-LSM melihat
evaluasi program. Kurangnya transparansi dan cara pendekatan yang biasa digunakan oleh
pertanggungjawaban umum berarti bahwa pemerintah justru merusak upaya mereka
masyarakat tetap tidak tahu tentang rencana- untuk melibatkan masyarakat luas. LSM-LSM
rencana pemerintah. Sementara itu LSM-LSM advokasi biasanya menjaga jarak dengan
tidak mengambil inisiatif untuk mendorong pemerintah karena menganggap pemerintah
perencanaan partisipatif di tingkat desa dan melanggar hak-hak masyarakat, sebaliknya
kabupaten, sedangkan kesadaran masyarakat pemerintah mengkritik LSM-LSM karena
mengenai apa saja yang menjadi hak mereka selalu cepat ‘mencari-cari masalah’ tanpa
perlu ditingkatkan. menawarkan solusi. Hubungan antara LSM-
LSM dan masyarakat biasanya terbatas pada
Di tingkat komunitas, ada upaya-upaya
masalah pelaksanaan program.
untuk meningkatkan solidaritas sosial dan
menghidupkan kembali kebudayaan lokal yang Para LSM, ormas dan mahasiswa dapat
selama ini ditelantarkan, antara lain menjadi agen perubahan pada tingkat lokal.
kebudayaan Saruma (Bacan), Basudara Namun demikian, semuanya menyadari
(Ternate) dan Hibualamo (Tobelo). Nilai-nilai keterbatasan kapasitas masing-masing dalam
budaya ini dapat menjadi tuntunan untuk melakukan advokasi, komitmen mereka yang
membina perdamaian di tingkat lokal bersama rendah dalam mengembangkan kelompok-
dengan forum komunikasi dan konsultasi kelompok komunitas, minimnya partisipasi
antar-agama seperti FKKAUB. Juga ada minat dari masyarakat madani serta kelemahan
yang kuat dari komunitas-komunitas untuk mereka dalam menggalang dana. Para
memperkuat lembaga-lembaga tradisional agar pemimpin ormas khususnya, merasa bahwa
berfungsi sebagai mekanisme komunikasi. pemerintah mengandalkan mereka pada waktu
Tetapi, masih saja belum ada upaya sistematis terjadi konflik, tetapi begitu keadaan aman
untuk mencoba mengidentifikasi berbagai kembali maka peran mereka tidak diakui.
potensi konflik dan membuat peta dari Selama ini belum ada upaya mengembangkan
masalah-masalah yang muncul di dalam kapasitas ormas untuk meningkatkan
masyarakat. partisipasi masyarakat dan ormas-ormas itu
sendiri tidak terlibat dalam proses perencanaan
LSM-LSM secara aktif menyediakan jasa
pembangunan.
pelayanan untuk masyarakat, seperti bantuan
prasarana untuk perumahan, pendidikan, LSM-LSM internasional juga bekerjasama
kesehatan, membagikan paket bantuan untuk dengan pemimpin-pemimpin LSM daerah
pengungsi, advokasi mengenai masalah- namun biasanya terbatas pada pengalihan
masalah lingkungan hidup dan memberi modal pengetahuan dalam hal pembangunan
untuk kegiatan produktif. Mereka juga bekerja
untuk masalah kekerasan terhadap perempuan 22Tujuan aliansi adalah 1) meningkatkan kekuatan menawar
dan pelanggaran hak-hak manusia. Kegiatan- (bargaining power) dalam memperjuangkan kepentingan
kegiatan mereka dilakukan secara terpadu masyarakat di hadapan pemerintah daerah, misalnya aliansi
LSM untuk memberantas korupsi, 2) koordinasi antara
dengan program-program pemberdayaan mereka sendiri agar program-program dapat dilaksanakan
masyarakat yang berhubungan dengan secara terpadu.

19
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

perdamaian guna mendukung kegiatan LSM Setelah dibentuk propinsi Maluku Utara,
internasional di lapangan. Tidak adanya empat kabupaten baru - Halmahera Utara,
koordinasi yang kuat antara LSM-LSM Halmahera Selatan, Halmahera Timur dan
internasional dengan LSM-LSM daerah Kepulauan Sula - akan memiliki DPRD
menimbulkan kecurigaan bahwa LSM-LSM mereka yang pertama setelah pelantikan
internasional tidak mempunyai komitmen anggota-anggota yang baru. Ini berarti mereka
untuk membangun kapasitas LSM lokal dan tidak mewarisi suatu struktur, baik dalam
bahwa mereka tidak bersedia mendorong bentuk aturan-aturan atau staf yang
terciptanya transparansi dan berpengalaman, pada waktu mereka datang ke
pertanggunggugatan kepada masyarakat. kantor. Kebanyakan anggota yang baru terpilih
Namun, beberapa komunitas merasa bahwa belum mempunyai cukup pengetahuan tentang
LSM-LSM internasional banyak menyumbang fungsi perwakilan. Beberapa ide untuk
kepada pemberdayaan masyarakat, sementara kegiatan di bidang perwakilan telah diusulkan
yang lain melihat LSM-LSM internasional kepada tim. Seorang anggota legislatif
sebagai tidak adil karena menyalurkan bantuan merencanakan untuk memakai prasarana
kepada kelompok-kelompok tertentu saja. partainya di tingkat desa untuk
Sebaliknya, LSM-LSM internasional tersebut mempertahankan hubungan dengan
berargumentasi bahwa pemberian bantuan
Anggota Legislatif dan Konstituen
mereka selalu dikoordinasikan dengan
PPDK telah mendirikan kepengurusan partai
pemerintah, termasuk penetapan daerah tingkat desa yang dikukuhkan dengan Surat
sasaran dan kelompok-kelompok sasaran. Keputusan partai untuk seluruh masa jabatan
DPRD. Dewan partai ini akan membantu para
anggota menjembatani aspirasi-aspirasi rakyat di
3.6 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT desa dan memantau perkembangannya.
DAERAH (DPRD) Direncanakan untuk membuat daftar tentang hal-
hal yang menurut penduduk desa dibutuhkan oleh
DPRD Halmahera Barat yang terdahulu masyarakat, dan kemudian memverifikasikannya.
dianggap oleh para pemilih maupun anggota- Saya telah belajar dari preseden buruk di
anggotanya yang baru terpilih, sebagai tidak kabupaten Maluku Utara dimana para anggota
memiliki praktek tata pemerintahan yang baik. DPRD, setelah terpilih, memutuskan hubungan
Sebaliknya Kota Ternate telah dibantu oleh dengan para pemilih (elektorat) mereka.
beberapa program donor dan mencapai hasil Pak Abdul Kahfi Iskandar Alam, anggota DPRD
yang menggembirakan dalam masa jabatan
konstituennya. (lihat Boks – Anggota Legislatif
terakhir, antara lain telah menghasilkan dua
dan Konstituennya).
peraturan daerah inisiatif. Kota Ternate juga
menunjukkan tingkat transparansi yang cukup Namun demikian, pendekatan ini tidak
baik. dimiliki oleh partai-partai yang lebih besar.
Kebanyakan anggota tidak tahu sama sekali
Sementara Partai Golkar mendominasi
bagaimana menggalang dukungan, baik dari
percaturan politik di Indonesia bagian timur
partai mereka sendiri atau dari sekretariat untuk
setelah Pemilu yang terakhir, telah terjadi
kegiatan hubungan konstituen. Ketidaktahuan
pergeseran kekuatan di mana sekitar 10 partai
ini menunjukkan kurangnya pemahaman
mempunyai wakil-wakilnya di dalam DPRD
bahwa fungsi perwakilan mereka akan tetap
yang beranggotakan 20 sampai 25 orang,
berlanjut dan bahkan berkembang setelah
sehingga susunan DPRD terbagi-bagi menjadi
mereka terpilih.
beberapa fraksi. Karena anggota DPRD
tersebut merupakan satu-satunya atau Meskipun semua anggota prihatin akan
setidaknya salah satu dari beberapa wakil kemungkinan timbulnya kekerasan karena
partainya, ia semakin jelas terlihat oleh konflik di masa depan, kurangnya kesadaran
masyarakat. Lebih banyak laki-laki yang mereka tentang fungsi sebagai wakil rakyat
terpilih karena mereka lebih sering berada pada dapat berdampak dalam keadaan pascakonflik
urutan teratas dalam daftar, akibatnya hanya di mana berbagai kelompok yang berbeda-beda
sedikit perempuan yang terpilih untuk menjadi ingin merasa diperhatikan dan didengar. Untuk
anggota badan pembuat kebijakan ini. itu, penguatan DPRD di Maluku Utara perlu
menekankan pembangunan kapasitas untuk
melatih fungsi perwakilan, baik di antara para

20
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

anggota maupun di dalam sekretariat dengan referensi tertulis. Kepala desa hanya diundang
memperhitungkan keragaman budaya pada ke kantor kecamatan, dijelaskan prosedurnya,
waktu merencanakan pembangunan. dan kemudian diminta melaporkan hasilnya.
3.7 BADAN PERWAKILAN DESA
Hasilnya adalah kapasitas yang rendah dan
(BPD)
tindakan yang sedikit. Namun, ada beberapa
Sementara tata pemerintahan di desa-desa contoh di mana BPD sudah mengusulkan
menjadi lemah setelah konflik di Sulawesi diberhentikannya kepala-kepala desa yang
Tengah, situasinya menjadi lebih buruk di korup, dan bahkan satu orang sudah
Maluku Utara karena akses yang buruk di diberhentikan di Halmahera Selatan.
daerah di mana banyak desa hanya dapat Pemerintah propinsi tampaknya
dijangkau dengan transportasi air yang cukup memainkan peran dalam memberi bimbingan
mahal. Ini sangat mempengaruhi hubungan kepada BPD-BPD yang baru. Semua
antara desa dengan pemerintah kabupaten, pemerintah kabupaten melaporkan bahwa
terutama desa-desa yang letaknya jauh dari mereka telah menyusun rencana program
Ternate. Yang lebih memperparah keadaan, orientasi bagi BPD dan para kepala desa untuk
kebanyakan aparat desa tidak mampu tahun anggaran berikutnya, sementara
beroperasi secara memadai, termasuk kabupaten Halmahera Selatan sudah
menyediakan prasarana dasar untuk sebuah melaksanakan program tersebut tahun ini.
kantor desa, dan tidak ada bimbingan Mereka mengatakan bahwa kurangnya dana
mengenai peran-peran dan fungsi-fungsi membatasi jumlah buku pedoman yang dapat
ataupun penghargaan untuk staf atas masa diproduksi untuk para anggota BPD dan kepala
bakti mereka kepada masyarakat. desa.
Kabupaten-kabupaten yang dikunjungi
oleh tim di Maluku Utara mulai meminta desa-
desa mendirikan BPD dalam paruh kedua
tahun 2003, dan hanya sedikit yang tidak dapat
melakukannya (yaitu sekitar 10 desa di
Halmahera Selatan) karena beberapa alasan.
Tetapi, cara kabupaten meminta desa-desa
mendirikan BPD, tidak disertai dengan

21
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

4. Masalah Tata Pemerintahan di Daerah-Daerah Pascakonflik


di Indonesia

4.1 Tingkat Nasional • Hanya lapisan atas birokrasi yang diganti


Retorika reformasi belum mewujudkan dan kebanyakan pejabat belum sepenuhnya
perubahan-perubahan yang berarti di dalam memahami prosedur-prosedur dan standar-
pemerintah pusat untuk melengkapi standar yang baru maupun reformasi
desentralisai kekuasaan ke daerah-daerah. demokratis sehingga pola kerja dan sikap-
Semua pemerintah daerah mengatakan bahwa sikap yang lama masih ada; dan
bimbingan dari pemerintah pusat sehubungan • Partai-partai politik tetap tidak mempunyai
dengan pengaturan pembagian kekuasaan basis yang berarti di tingkat akar rumput.
masih kurang23 sementara UU No. 22 tahun
1999 hanya memberi sedikit penjelasan dan 4.2 Pemerintah Daerah
tidak banyak mendorong pengarusutamaan tata Keadaan tata pemerintahan di kedua
pemerintahan di dalam pemerintah. Koordinasi propinsi ini mirip dengan wilayah-wilayah lain
antara kabupaten dan propinsi untuk di Indonesia. Pemerintah-pemerintah daerah
pemakaian dana dekonsentrasi untuk harus menghadapi tantangan merasionalisasi
pembangunan ekonomi/pengentasan pendanaan dan menetapkan harga untuk jenis-
kemiskinan belum efektif sehingga masyarakat jenis pelayanan publik agar dapat
masih mengalami program pembangunan yang menggunakan sumber-sumber daya secara
sasarannya kurang tepat sehingga tidak ada lebih efisien, namun belum memiliki
dampak jelas. Sehingga secara umum terjadi wewenang penuh maupun dana atau kapasitas
jurang yang semakin membesar di antara untuk mengelola pengadaan jasa pelayanan.
harapan publik dan hasil desentralisasi dan Sebagai contoh, pada tingkat nasional masih
otonomi daerah. Beberapa masalah yang diperdebatkan apakah pemerintah-pemerintah
mempengaruhi laju perubahan: daerah harus mentaati standar nasional atau
• Perbedaan yang signifikan antara lembaga- perlu diberi kelonggaran untuk bereksperimen
lembaga di tingkat pusat mengenai dengan cara-cara inovatif. SK No. 105/2000
pengembangan kebijakan yang dan Kepmendagri 29/2003 untuk penyusunan
berhubungan dengan desentralisasi; anggaran berbasis kinerja mencerminkan
• Konflik kepentingan antara Departemen keinginan agar pemerintah-pemerintah daerah
Dalam Negeri dan Departemen Keuangan mengikuti standar nasional pembuatan
tentang masalah pengelolaan keuangan; anggaran dan syarat-syarat pelaporan keuangan
(walau untuk kantor departemen di daerah
• Konflik antara Badan Kepegawaian
agak membingungkan dan sulit diterapkan)24.
Negara (BKN), Lembaga Adminstrasi
Meskipun demikian, pihak otoritas di
Negara (LAN) dan Menteri Negara
kabupaten-kabupaten yang dikunjungi
Pemberdayaan Aparatur Negara
tampaknya lebih suka mengikuti pedoman dari
(MenPAN) mengenai pembaruan sistem
pemerintah pusat daripada menciptakan cara
kepegawaian negeri (PNS);
mereka sendiri.
• Belum ada perhatian yang sungguh-
sungguh dari DPR terhadap pembaruan Walaupun pemerintah-pemerintah daerah
sistem PNS; sekarang menerima jauh lebih banyak
pendapatan, yang hampir seluruhnya berasal
• Beberapa departemen dan faksi-faksi di dari transfer fiskal pemerintah pusat, mereka
dalam departemen, tampaknya menentang tidak dapat berbuat banyak karena sebagian
perubahan dan perencanaan dari atas ke
bawah masih merupakan kebiasaan yang
24
mengakar dalam organisasi. Pengalaman dari BIGG (USAID) di wilayah lain
Indonesia menunjukkan bahwa penganggaran berdasarkan
kinerja dapat dilakukan tapi membutuhkan cukup banyak
23
Sebagai contoh, aturan-aturan sektoral baru per sektor, waktu dan tenaga. Disarankan untuk memulai dengan skala
seperti Kepmendagri No. 29/2003 tentang Penganggaran kecil pada departemen-departemen berorientasi pelayanan
Berdasarkan Kinerja oleh Departemen Dalam Negeri dimana hasil dan akibat lebih mudah diidentifikasi dan
menciptakan masalah baru bagi desentralisasi. diukur.

22
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

besar dana tersebut digunakan untuk proses-proses dan prosedur yang lemah untuk
membayar gaji dan biaya operasional dasar. perencanaan, partisipasi, penganggaran,
Dalam setiap departemen, alokasi tahunan pengelolaan keuangan, pengelolaan sumber
cenderung selalu sama kecuali ada prioritas daya manusia, dan koordinasi. Selain itu,
baru yang diusulkan oleh Bupati (atau oleh kesetaraan jender tidak diarusutamakan di
DPRD namun ini jarang terjadi). Sekalipun dalam sektor publik pada tingkat manapun,
demikian, pengalaman dari propinsi-propinsi pelayanan publik belum bersifat ‘gender-
lain mengesankan bahwa masalah utama dari inclusive’, perempuan tetap kurang terwakili
pemerintah-pemerintah daerah bukan masalah dalam posisi-posisi senior, sedangkan kantor-
kurangnya sumber daya melainkan lebih kantor yang bertanggung jawab atas
merupakan persoalan bagaimana pemberdayaan perempuan (yang ada)
memanfaatkan sumber daya yang ada (dan mempunyai status dan otoritas yang rendah
sumber daya lain yang belum digali) secara sekali. Ada himbauan dari beberapa pihak agar
efektif.25 Sebagai contoh, kabupaten-kabupaten transparansi dan pertanggungjawaban
baru mengalokasi sejumlah besar dana untuk pemerintah ditingkatkan pada semua tingkatan.
membangun prasarana pemerintah dengan Orang menginginkan praktek rekrutmen yang
terpaksa ‘mengabaikan’ pelayanan publik. lebih terbuka26, informasi yang lebih jelas
tentang program-program pemerintah, akses
Dokumen-dokumen anggaran kurang
yang lebih baik terhadap pelayanan dasar, dan
berguna untuk perencanaan karena berisi
agar masyarakat lebih mempunyai ‘suara’
banyak angka namun hanya sedikit informasi
dalam pembangunan daerah. Hingga sekarang
yang dapat menjelaskan bagaimana anggaran
belum ada mekanisme untuk warga yang ingin
berkaitan dengan tujuan pembangunan atau
melaporkan kecurigaan tentang perilaku yang
tujuan pelayanan publik. Misalnya, meskipun
meyimpang atau melanggar kecuali melalui
beberapa pemerintah daerah mengalokasi
DRPD yang ternyata kurang dihormati oleh
sebagian anggaran mereka untuk keadaan
masyarakat. Demikian pula, meskipun
darurat sesuai dengan garis pedoman nasional,
Bawasda memantau kinerja pemerintah, ini
hanya sedikit bukti bahwa pihak otoritas
lebih merupakan latihan mengaudit daripada
memahami perlu adanya program atau
menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap
kebijakan yang peka konflik. DPRD akan
kinerja pemerintah dan sangat diragukan
mengalami kesulitan dalam mengkaji rencana
apakah semua departemen dapat diaudit
anggaran yang kini lebih menantang karena
dengan seksama.
tidak lagi disusun berdasarkan pengeluaran
rutin dan pengeluaran untuk pembangunan Mungkin tidak salah bila dikatakan bahwa
melainkan sesuai dengan fungsi-fungsi kebanyakan pemerintah daerah belum
administrasi utama dan kegiatan-kegiatan merupakan badan tata pemerintahan walaupun
pelayanan publik. Sekarang lebih sulit melihat setiap kabupaten mempunyai aktor-aktor yang
seberapa banyak dana anggaran dialokasikan bisa diandalkan. Konsep tata pemerintahan
untuk pembangunan dan anggaran masih tetap sendiri belum dipahami dengan baik dan ada
digunakan lebih sebagai cara mengalokasi dan risiko bahwa konsep ini akan dianggap sebagai
mengendalikan pengeluaran, daripada sebagai ide dari donor yang menuntut kewajiban-
alat untuk mengelola pembangunan. Seluruh kewajiban tertentu dari sektor publik tanpa ada
proses pengganggaran harus lebih transparan manfaat yang jelas. Pemerintah-pemerintah
dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga mungkin juga akan merasa terancam dengan
para anggota DPRD, kelompok-kelompok kewajiban adanya partisipasi masyarakat
masyarakat madani yang berminat, dan staf madani dan transparansi yang lebih tinggi
pemerintah dapat memberikan lebih banyak sehingga praktek-praktek mencari tambahan
sumbangan secara lebih efektif. penghasilan akan berkurang. Membangun
‘struktur-struktur keterlibatan’ penting sekali
Tata pemerintahan diperlemah oleh
untuk memantau kinerja pemerintah dan
kekurangan-kekurangan struktural dan
sebaiknya mencakup dukungan kepada
sistematis dalam administrasi publik termasuk
jaringan lembaga-lembaga tradisional dan
25 26
Contoh, lihat Local Solutions for Local Development – Ada demonstrasi menentang pemerintah di Tidore pada
Issues Paper, Area Focus Approach Scoping Mission tahun 2003 karena masyarakat merasa tidak ada transparansi
Document, Juni 2004, Canberra dalam rekrutmen pegawai.

23
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

mekanisme-mekanisme baru seperti forum untuk membangun database tenaga ahli yang
warga. Ini dapat didukung melalui peraturan- dapat diakses oleh DPRD atau menciptakan
peraturan daerah mengenai transparansi dan perpustakaan peraturan perundang-undangan
partisipasi dan dengan memperkuat BPD serta propinsi. Peran sekretariat mungkin adalah titik
kelompok-kelompok yang ada. yang paling mudah untuk melakukan
intervensi karena secara politis paling sedikit
4.3 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT mengandung kontroversi., terutama dalam
DAERAH (DPRD) DPRD baru. Menunjukkan kelebihan dan
DPRD selalu merupakan pencerminan dari keuntungan dari suatu sekretariat yang lebih
pembuatan peraturan perundang-undangan di kuat adalah salah satu cara untuk mendorong
tingkat nasional. Sebelum reformasi, DPRD para anggota DPRD agar mempertimbangkan
hanya merupakan badan stempel untuk untuk mengalokasi lebih banyak dana untuk
keputusan-keputusan yang diambil untuk fungsi ini. Paket bantuan dapat terdiri dari
pemerintah daerah, tetapi sekarang UU proses menciptakan sistem
mengenai Tata Pemerintahan memberi pencatatan/pembukuan yang lebih baik
wewenang kepada DPRD untuk benar-benar sehingga akan meningkatkan transparansi;
bertindak sebagai badan legislatif yang menetapkan standar prosedur administrasi
mewakili rakyat. Ini berarti, misalnya, bahwa termasuk menyusun buku pedoman prosedur-
DPRD dapat mengeluarkan suara tidak percaya prosedur administrasi; dan meningkatkan
terhadap kepala daerah dan fasilitas-fasilitas fisik dan peralatan.
memberhentikannya dari jabatan tersebut. Namun demikian, harus ada itikad politik
Dalam konteks ini, DPRD sudah diberi mandat sebelum melakukan kegiatan-kegiatan
untuk semua fungsi yang diperlukan untuk tata pembangunan kapasitas. Jika program
pemerintahan dan untuk menciptakan sistem intervensi tidak dimulai pada awal masa bakti
check-dan-balance antara kedua cabang DPRD, maka tata tertib sudah telanjur
pemerintah daerah: fungsi perancangan untuk diberlakukan dan beberapa praktek akan sudah
membuat peraturan daerah, fungsi pengawasan menjadi kebiasaan. Komitmen perlu
untuk memantau pelaksanaan peraturan, dan dikembangkan dengan memperkenalkan
fungsi penyusunan anggaran untuk praktek-praktek yang sukses di daerah lain
memastikan bahwa pemerintah tidak kepada para pelaku utama di DPRD, misalnya
mempunyai kewenangan tanpa batasan-batasan melalui study tour atau lokakarya gabungan.
daam membuat anggaran. Menciptakan permintaan dari konstituen juga
Pemilu 2004 telah memunculkan politisi- merupakan cara untuk menimbulkan itikad
politisi baru yang masih segar dengan politik yang lebih besar dengan mendorong
semangat besar untuk memperbaiki situasi. Ini dibentuknya forum-forum di mana masyarakat
dapat dilihat sebagai kesempatan yang ideal mengungkapkan kepentingannya, melatih
untuk mendukung mereka dalam membangun organisasi-organisasi masyarakat madani
pertanggungjawaban pemerintah daerah mengenai advokasi dan mempersiapkan
dengan memperkenalkan praktek-praktek baru. mereka untuk memberi kesaksian dalam
Ini akan menghasilkan politik yang lebih sehat dengar pendapat, dan melatih wartawan
seiring dengan semakin independennya kedua tentang bagaimana menghadapi masalah-
cabang pemerintah tersebut setelah masalah legislatif. Jika komitmen jelas ada,
diberlakukan undang-undang yang menetapkan maka para anggota akan senang menerima
pemilihan kepala daerah secara langsung pada bantuan dalam menyelenggarakan dengar
penghujung tahun ini atau pada awal tahun pendapat umum maupun dalam program media
2005. dan program konstituen.

Sekretariat DPRD pada umumnya lemah 4.4 Badan Perwakilan Desa


dan dalam bidang pembuatan peraturan DPRD
Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2001
perlu meningkatkan kapasitas dari staf komisi-
tentang Garis Pedoman Pengaturan
komisinya. Melatih komisi dan staf penelitian
Administrasi Desa menetapkan adanya dewan
bisa menjadi satu pilihan apabila anggaran
desa yang disebut Badan Perwakilan Desa
memungkinkan rekrutmen staf yang permanen.
(BPD). Badan ini bertanggung jawab untuk
Jika tidak ada dana maka pilihan lain adalah
membuat peraturan-peraturan desa, mengawasi

24
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

pemakaian anggaran dan pertanggungjawaban mentor untuk staf departemen dan penyedia
kepala desa, dan mempertahankan adat jasa lainnya (jika dikerjakan oleh pihak lain).
setempat. BPD yang efektif, misalnya, adalah Namun, karena tanggung jawab untuk
BPD yang berfungsi sebagai badan perwakilan mendukung BPD mungkin berada pada Bagian
kelompok-kelompok yang berbeda di desa,27 Tata Pemerintahan Umum dan Pedesaan di
namun pemerintah daerah belum mempunyai bawah kantor Sekretaris Daerah tingkat
perda mengenai administrasi tingkat desa kabupaten, PMD kabupaten atau PMD
sebagaimana disyaratkan oleh Peraturan propinsi, maka lembaga-lembaga ini perlu
Pemerintah. Namun demikian, ada beberapa berkoordinasi secara lebih efektif dan bekerja
model yang memberi contoh yang baik. bersama.
Bahayanya adalah bahwa desa mungkin akan
mendirikan BPD dengan perwakilan yang 4.5 Masyarakat Madani
kurang tepat (misalnya, didominasi kaum Penduduk kini menghadapi kesulitan-
elit),28 tanpa landasan hukum dan kurang kesulitan ekonomi yang lebih besar karena
partisipasi publik. kehilangan mata pencaharian dan ditariknya
BPD memerlukan program orientasi dasar dana investasi dari daerah ini karena ditimpa
dan pembangunan kapasitas, maupun referensi krisis ekonomi, kemudian konflik-konflik.
dasar mengenai kerangka hukum.29 Suatu Ketergantungan kepada pemerintah menjadi
program tata pemerintahan di tingkat desa semakin tinggi dan swadaya masyarakat
mungkin akan lebih efektif jika dijalin ke menjadi sangat rendah. Bertahun-tahun
dalam program tingkat kabupaten untuk melakukan perencanaan dari bawah ke atas
penguatan tata pemerintahan. Dengan ternyata tidak menghasilkan kesejahteraan bagi
mendukung kedua pihak diharapkan dapat komunitas maupun kelompok-kelompok
meningkatkan kemampuan BPD untuk khusus. Koordinasi yang buruk antara
memainkan perannya secara lebih efektif dan pemerintah kabupaten dan pemerintah propinsi
menghasilkan praktek-praktek baik yang dapat menghasilkan duplikasi program pembangunan
disebarluaskan oleh pemerintah dan diulangi di di desa-desa yang kadang tidak sesuai dengan
daerah lain, terutama di daerah di mana ada kebutuhan desa tersebut. Status perempuan
kegiatan pembangunan perdamaian. Salah satu belum meningkat30, kaum muda yang
pendekatan adalah untuk memperkuat tata berpendidikan sulit mencari pekerjaan dan
pemerintahan (melalui pembangunan kapasitas adanya pengungsi-pengungsi masih merupakan
BPD dan program-program kepemimpinan) di tantangan terhadap kohesi sosial dan
beberapa desa tertentu (mencakup agama atau pembangunan manusia (terutama di bidang
suku yang berbeda-beda) dalam kerjasama kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan
dengan pemerintah kabupaten agar ekonomi). Kurangnya koordinasi antara
melembagakan pendekatan ini di dalam pemerintah tingkat desa, kecamatan dan
administrasi publik. Ini dapat dilakukan dengan propinsi berarti bahwa persoalan-persoalan
memberi bantuan teknis kepada BPM atau yang muncul di tingkat desa jarang sekali
Pemda misalnya, untuk melatih dan menjadi sampai ke tingkat kabupaten apalagi ke tingkat
propinsi dan sebaliknya, kebijakan-kebijakan
27
Desa Tambarana Trans memiliki BPD dengan 6 orang tingkat propinsi dan kabupaten hampir tidak
anggota dimana tiga komunitas agama diwakili secara pernah sampai ke masyarakat di desa (terutama
proporsional: 3 wakil Hindu mewakili 250 KK, 2 orang
perempuan dan kaum miskin).
Muslim mewakili 110 KK Islam dan 1 orang Kristen
mewakili sisa 400HH masyarakat desa yang beragama Ada sedikit organisasi masyarakat madani
Kristen. Sistem perwakilan ini menghasillkan hanya 1
perempuan terpilih yang beragama Kristen. (OMM) atau media yang mengupayakan lebih
28
Peraturan Pemerintah hanya mensyaratkan bahwa BPD
mempunyai paling sedikit 5 anggota yang dipilih dari
30
penduduk desa sesuai dengan Peraturan Daerah (Peraturan Khususnya kekerasan dalam rumahtangga terhadap
Pemerintah nomor 76/2001, pasal 31). perempuan dan anak-anak diidentifikasi dalam kedua
29 BPD juga perlu memahami peraturan-peraturan pajak di propinsi sebagai masalah yang menuntut perhatian dan
daerah yang bersangkutan, karena desa tidak dapat penanganan segera. Pedoman Teknis Pelaksanaan dan
membebankan pajak atas barang yang sama dengan Pengelolaan Program untuk Kemajuan Perempuan di
pemerintah kabupaten. Untuk itu perlu ringkasan dari semua Tingkat Sub-Nasional (Instruksi No. 17/1996) bertujuan
kerangka hukum yang berkaitan untuk membantu BPD meningkatkan koordinasi program-program pembangunan
mendorong pembangunan desa tanpa melanggar peraturan perempuan di tingkat sub-nasional,, yang dijalankan oleh
kabupaten. gubernur.

25
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

banyak transparansi dan sikap anti-korupsi. konflik di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah.
Upaya memperkuat jaringan OMM untuk Dari sudut pandang tata pemerintahan, risiko-
berbagi informasi, mempromosikan risiko ini dapat dikelompokkan sebagai
pendidikan kewarganegaraan, dan memastikan berikut:
agar informasi yang disampaikan kepada
1. Masalah kritis adalah bahwa kelompok-
masyarakat tidak berat sebelah memang perlu
kelompok tertentu masih tetap merasa
dilakukan, namun pertama-tama OMM perlu
resah karena diperlakukan sebagai ‘warga
kesempatan untuk merenungkan peran apa
kelas dua’ dan melihat kurangnya
yang dapat mereka mainkan dalam mendorong
kepedulian pemerintah terhadap masalah
terciptanya tata pemerintahan yang demokratis.
sosial dan kesejahteraan mereka. Pencarian
Belum ada suatu Koda Etik untuk LSM-LSM
pekerjaan di sektor publik masih menjadi
maupun OMM-OMM di kedua propinsi. Juga
masalah yang sangat kontroversial karena
ada banyak ruang untuk pemerintah daerah dan
merupakan salah satu dari tiga sumber
LSM-LSM untuk bekerja bersama dalam
utama pendapatan penduduk (selain
membina tata pemerintahan dan perdamaian
pertanian dan perdagangan). Persaingan
melalui kegiatan-kegiatan yang mendukung
yang ketat membuat orang sangat waspada
pemberdayaan masyarakat dan ekonomi.
terhadap kemungkinan adanya nepotisme
LSM-LSM mungkin perlu ditugaskan di lokasi
dan diskriminasi berdasarkan agama atau
yang lebih tepat agar dapat bekerja secara
suku dalam promosi dan rekrutmen
intensif dengan kelompok-kelompok dalam
pegawai, dan kemungkinan bahwa orang
jumlah yang lebih sedikit agar dana dapat
bisa ‘membeli’ jabatan (Ini ditunjukkan
disebar untuk jangkauan yang lebih luas.
dalam sentimen anti-Makian di Maluku
(misalnya, alokasi pekerja padat karya)
Utara dan kekhawatiran bahwa seorang
walupun perlu ada pembangunan kapasitas
Bupati Kristen akan dipilih di wilayah
secara besar-besaran bila ingin efektif. Ada
Poso yang sebagian besar penduduknya
beberapa LSM yang tampaknya mempunyai
beragama Islam.)
kemampuan baik untuk menjangkau dan
mengelola masyarakat yang lebih luas, dan ini 2. Kelompok masalah kritis kedua berkisar
perlu dikembangkan lebih lanjut. tentang persepsi adanya kurang rasa
hormat dari pemerintah dan pihak-pihak
4.6 Risiko-risiko Di Masa Depan lain terhadap identitas dan warisan budaya
Seperti di tempat-tempat lain di Indonesia, penduduk lokal, sehingga terjadi perebutan
upaya pembangunan sosial dan ekonomi di dan perjuangan untuk mempertahankan
propinsi-propinsi ini dilakukan di lingkungan sumber-sumber daya seperti tanah dan
di mana aturan-aturan dan lembaga-lembaga hutan yang dianggap sebagai milik
dipersepsikan mempunyai sikap berat sebelah masyarakat adat setempat. Ini tampak jelas
terhadap kelompok tertentu dan lokasi sekali dalam perdebatan dengan
geografis tertentu. Komunitas-komunitas di masyarakat Kao mengenai tapal batas
kedua propinsi menghadapi ketidakpastian wilayah Malifut yang baru di Maluku
dalam hal mengakses keadilan dan kesempatan Utara dan akses memperoleh keuntungan
bekerja, tersedianya pelayanan dasar, dan dari tambang-tambang yang ada disana.31
komitmen pemerintah untuk memberantas Juga ada keresahan pada komunitas-
korupsi. Banyak persoalan yang dialami oleh komunitas yang merasa terancam dengan
para pengungsi dan/atau mereka yang kurang transparannya pemerintah daerah
menderita trauma karena konflik masih belum dalam mengalokasi hak pertambangan dan
diselesaikan hingga kini. Adanya persepsi hak pengusahaan hutan yang dapat
ketidakadilan, ketersisihan, dan nepotisme mempengaruhi kehidupan dan sumber
terus memupuk rasa dendam dan frustrasi dan mata pencaharian mereka.
mengakibatkan penduduk sangat kurang
percaya kepada pemerintah daerah dan kohesi
sosial pun buruk. 31
Camat Kao misalnya, mengatakan bahwa komunitas-
Kajian tematis UNDP tentang Kohesi komunitas Kao di Malifut tertarik untuk membentuk
kecamatan baru, yaitu Kao Selatan (lihat Cutura, J dan
Sosial (untuk Sulawesi Tengah dan Maluku) Watanabe, M (2004), Decentralisation and Violent Conflicts:
berisi analisa terperinci mengenai dinamika The Case of North Maluku, Indonesia, Bank Dunia, Jakarta).

26
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

3. Persepsi adanya korupsi dalam ketidakpuasan di antara warga untuk


menggunakan dana publik, praktek kolusi memberi momentum kepada munculkan
dalam pembuatan kontrak dan pengadaan kerusuhan sosial dan kekerasan.
barang publik, serta mekanisme
pertanggungjawaban yang buruk dari 4.7 Peluang bagi Penyediaan
pemerintah dan DPRD menciptakan Dukungan
kelompok risiko ketiga, yaitu yang timbul Tidak ada informasi tentang apa yang
karena kurang transparansi dan pembuatan dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
keputusan yang kurang partisipatif dalam menghadapi masalah-masalah ini. Bahkan,
memberi pelayana publik, pengawasan dan baik pemerintah propinsi maupun pemerintah
pemeriksaan terhadap program-program kabupaten di kedua propinsi ingin menganggap
pemerintah. Ditemukan tiga jenis konflik sebagai masalah yang pada dasarnya
penyalahgunaan dana selama misi: (i) uang ‘sudah selesai.’ Pejabat-pejabat senior pada
dialokasi kembali ke program lain tanpa umumnya menegaskan bahwa apabila terjadi
konsultasi, (ii) nilai kontrak untuk proyek konflik di masa depan maka kemungkinan
prasarana dilambungkan sehingga besar merupakan ulah dari provokator-
memberi keuntungan bagi pihak yang provokator dan harus ditangani sebagai
memberikan kontrak, (iii) dana diambil tindakan kriminal dan diproses melalui
untuk keperluan pribadi. kepolisian dan pengadilan. Ada pengakuan di
4. Potensi munculnya rasa saling tidak antara para pejabat bahwa transparansi dan
percaya di antara masyarakat merupakan partisipasi penting untuk mencegah konflik,
risiko lebih lanjut bila desa-desa dan namun pada saat yang sama tampaknya hampir
daerah-daerah menjadi semakin homogen tidak ada kritik mengenai sejauh mana hal-hali
dalam suku dan/atau agama dengan hanya ini ada di dalam kabupaten atau bagaimana
ada sedikit saluran komunikasi di antara dapat ditingkatkan.
kelompok-kelompok yang berbeda itu. Akibatnya, masyarakat harus mencari
Pemekaran kabupaten sebagai cara untuk sendiri strategi-strategi untuk membangun
mengatasi masalah pembagian kekuasaan perdamaian, sedangkan pemerintah-pemerintah
dan alokasi sumber daya. meningkatkan daerah cenderung mengandalkan prosedur
risiko, karena garis pembedaan agama dan operasi standar yang telah ditetapkan oleh
kesukuan semakin jelas. Pusat untuk menangani konflik-konflik yang
5. Tidak adanya tindakan dari pemerintah tidak peka konteks dan tidak berfokus pada
(termasuk DPR) terhadap sejumlah kajian atas risiko atau tindakan pencegahan.
masalah kualitas hidup yang sangat Perencana-perencana senior (seperti Bappeda
mempengaruhi mata pencaharian dan dan Pemda), ketua lembaga, dan Bawasda
kesejahteraan penduduk sudah jelas membutuhkan peningkatan kesadaran
menimbulkan keresahan di dalam masyarakat dan dukungan untuk dapat melihat
masyarakat yang dapat saja menjadi lebih pentingnya analisa konflik ketika melakukan
parah. Termasuk di sini semakin perencanaan dan mengalokasi sumber daya di
banyaknya pengangguran pemuda, antara pihak-pihak yang bersaing dan
masalah pengungsi yang tidak memantau pemakaian sumber daya ini.
terselesaikan, kurangnya dukungan bagi Sekalipun banyak halangan dan tantangan,
mereka yang menderita trauma, dan tim telah mengidentifikasi beberapa pijakan
kurangnya tindakan dari pemerintah untuk untuk mulai membangun di kedua propinsi,
meminimalkan kerusakan lingkungan termasuk:
karena penebangan liar dan pertambangan
• Setiap propinsi mempunyai
liar.
administrasi/pemerintah kabupaten yang
6. Jika pemerintah tidak menangani baru yang membutuhkan bantuan dari luar
ketegangan-ketegangan dan pemicu- untuk dapat memberikan pelayanan publik.
pemicu ini secara efektif, maka selalu ada • Ada contoh-contoh dari kepemimpinan
kemungkinan bahwa kaum elit akan pemerintah dan komitmen berkaitan
terlibat perebutan kekuasaan dan
memanfaatkan rasa dendam dan

27
Tata Pemerintahan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara

dengan tata pemerintahan serta komunikasi


yang lebih baik dengan masyarakat.32
• Garis pedoman dan kebijakan nasional
untuk desentralisasi dapat dipakai sebagai
titik awal untuk memperbaiki dan
meningkatkan kinerja pemerintah daerah,
termasuk garis pedoman untuk
penganggaran berbasis kinerja dan
pengembangan standar minimum
pelayanan publik.
• Ada minat dari pihak-pihak pemerintah
yang berkepentingan untuk meningkatkan
perencanaan yang partisipatif.
• Ada kemajuan yang tetap pada
pembangunan prasarana-prasarana di
semua lokasi.
• Para manajer senior mempunyai perhatian
besar terhadap profesionalisme di sektor
publik.
• Ada beberapa contoh dari masyarakat
madani yang menjadi lebih pro-aktif dalam
hal-hal kebijakan publik.
• Ada jaringan-jaringan dan kelompok-
kelompok pembina perdamaian yang aktif
di dalam masyarakat.
• Ada komitmen yang sangat tinggi di antara
anggota-anggota DPRD yang baru pertama
kali menjabat, untuk melayani konstituen
mereka.
• Ada peluang-peluang baru untuk
memperbaiki cara meningkatkan
pendapatan.

32
Misalnya, Kota Ternate telah meluncurkan sejumlah
prakarsa untuk membangun kerangka bagi kegiatan prakarsa
tata pemerintahan dan mengharapkan dukungan lebih lanjut
untuk pelaksanaannya.

28

Anda mungkin juga menyukai