Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

POTENSI HUMIN DALAM PENANGANAN LIMBAH CAIR


LOGAM BERAT

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT

Diusulkan oleh :

Mokhammad Abdulghani
NIM. H1A007001 Angkatan 2007

Annisaa Hawarizmi
H1A0070022 Angkatan 2007
NIM. H1A00700

Arum Capriati
NIM. H1A008003 Angkatan 2008

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


PURWOKERTO
2010

i
HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT

1. Judul Kegiatan : Potensi Humin dalam Penanganan Limbah Cair Logam


Berat
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (  ) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Mokhammad Abdulghani
b. NIM : H1A007001
c. Jurusan : MIPA/ Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jenderal Soedirman
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Let. Jend. R. Suprapto Gg.
Kenanga no.24 Batang /
085878707626
f. Alamat e-mail : abdulghani_89@yahoo.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 (dua) orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Roy Andreas , S.Si , M.Si
b. NIP : 19780928 200604 1 002
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Gunung Slamet No.19
RT.001/005 Grendeng Purwokerto /
08153812550

Purwokerto,10 Maret 2010


Menyetujui
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
Fakultas Sains dan Teknik

Gathot Heri Sudibyo, S.T, M.T Mokhammad Abdulghani


NIP. 19722022 200003 1 001 NIM. H1A007001

Pembantu Rektor III Dosen Pendamping


Universitas Jenderal Soedirman

Drs. Kusbiyanto , M.Si Roy Andreas , S.Si , M.Si


NIP. 19560607 198403 1 004 NIP. 19780928 200604 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PKM-GT yang
berjudul ” Potensi Humin dalam Penanganan Limbah Cair Logam Berat
Berat” ini
tanpa suatu halangan yang berarti.
Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Roy Andreas, S.Si, M.Si , selaku dosen pendamping yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan.
2. Teman-teman Kimia UNSOED yang telah memberikan saran dan
semangat selama penulisan PKM-GT ini.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya PKM GT ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PKM-GT ini banyak
kekurangan, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa
kami harapkan demi kesempurnaan PKM-GT ini di masa yang akan datang.
Namun diantara keterbatasan yang ada, kami berharap tulisan kami ini dapat
bermanfaat bagi bidang lingkungan hidup pada khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya.

Purwokerto, 10 Maret 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT.............................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
RINGKASAN................................................................................................... vii
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
Manfaat Penulisan....................................................................................... 2
GAGASAN....................................................................................................... 3
KESIMPULAN................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 7
LAMPIRAN...................................................................................................... 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... 9

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi dari Bahan Humat............................................................. 3


Tabel 2. Absorbsi Inframerah oleh Gugus Fungsional Senyawa Humat.......... 4

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Interaksi Ionik Antara Interaksi Antara Ion Ca2+ dan Mg2+
dengan Gugus Fungsional Humin..................................................................... 5

vi
RINGKASAN

Air sangat esensial untuk kehidupan manusia, yang tidak hanya


menyangkut kuantitas, melainkan kualitas dan kontinuitas ketersediaannya.
Disamping bermanfaat secara positif dalam mempertahankan kehidupan, namun
bila pengelolaanya kurang baik dan air tercemar oleh bahan-bahan berbahaya
seperti logam berat, maka air dapat berakibat buruk bagi kehidupan masyarakat.
Pencemaran air oleh limbah cair logam berat telah terjadi dimana-mana, dan telah
berada di tingkat kritis sehingga sumber air baku untuk air bersih semakin langka
dan diperebutkan, disamping itu biaya pengolahan air yang tercemar relatif tinggi.
Logam berat yang terkandung di dalam limbah, apabila terakumulasi dalam tubuh
dapat menyebabkan kematian.
Penulisan PKM-GT ini bertujuan untuk mengkaji potensi humin yang
diisolasi menggunakan metode ekstraksi alkali pada tanah yang mengandung
humus dalam penanganan limbah cair yang mengandung logam berat.
Penanganan limbah cair yang mengandung logam berat dengan humin berpotensi
untuk digunakan dalam industri, khususnya industri menengah ke bawah. Hal ini
juga akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas air yang digunakan oleh
masyarakat.
Humin dapat digunakan sebagai penurun kesadahan air karena terbukti
mengandung mengandung gugus –COOH, –OH fenolat, –OH alkoholat serta
gugus –C=O sehingga humin perlu dikaji lebih lanjut dengan potensinya sebagai
adsorben dalam pengolahan limbah cair yang mengandung logam berat. Hal ini
berkaitan tentang gagasan bahwa humin yang diisolasi dengan metode alkali dari
tanah humus mempunyai banyak kelebihan yang harus dikaji potensinya lebih
dalam.
Kelebihan humin sebagai adsorben limbah cair logam berat yang murah,
mudah ditemukan dan dapat didaur ulang setelah digunakan sebagai adsorben
merupakan sebagian kecil kelebihan humin. Hal ini berhubungan dengan teknik
implementasi yang bisa dilakukan dengan mulai mengarah pada penelitian humin
dalam skala laboratorium dan kerjasama dengan jurusan teknik untuk
menciptakan alat pengolahan limbah dalam rangka pemanfaatan humin dalam
skala besar untuk digunakan pada industri menengah ke bawah. Humin dalam
penggunaannya sebagai adsorben limbah logam berat akan memberikan dampak
dalam pengolahan limbah yang lebih murah dan efektif, sehingga kualitas air
bersih di daerah industri yang menghasilkan limbah pada khususnya dapat
ditingkatkan.
Rekomendasi yang diharapkan dalam rangka mengatasi tingginya
pencemaran air oleh logam berat adalah dipertimbangkan lembaga negara seperti
Dinas Kesehatan Lingkungan Hidup, Kementerian Riset dan Teknologi serta
Pusat Litbang dapat membantu mengimplementasikan gagasan ini dengan cara
mendanai penelitian-penelitian tentang potensi humin untuk mengurangi
pencemaran air oleh logam berat dan terus mensosialisasikan tentang bahaya yang
ditimbulkan dari logam berat.

vii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air sangat esensial untuk kehidupan manusia, yang tidak hanya


menyangkut kuantitas, melainkan kualitas dan kontinuitas ketersediaannya.
Disamping bermanfaat secara positif dalam mempertahankan kehidupan, namun
bila pengelolaanya kurang baik dan air tercemar oleh bahan-bahan berbahaya,
maka air dapat berakibat buruk bagi kehidupan. Pencemaran telah terjadi dimana-
mana, dan telah berada di tingkat kritis sehingga sumber air baku untuk air bersih
semakin langka dan diperebutkan, disamping itu biaya pengolahan air yang
tercemar relatif tinggi (Soemarwoto, 2001). Salah satu yang merupakan penyebab
terjadi pencemaran air adalah limbah cair yang mengandung logam berat oleh
industri.
Perkembangan industri di Indonesia cukup pesat seiring dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi tersebut memberikan manfaat
yang cukup besar bagi kesejahteraan masyarakat. Perkembangan industri juga
dapat menimbulkan masalah lingkungan berupa limbah industri. Limbah industri
yang di buang langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu
dapat membahayakan ekosistem lingkungan (Achmad, 2004).
Salah satu sektor industri yang sedang berkembang di Indonesia adalah
industri tekstil. Industri tekstil menghasilkan limbah yang sangat berbahaya
karena dapat mencemari lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan oleh
industi tekstil adalah limbah cair yang dapat mencemari perairan dan
menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu, limbah cair tekstil dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Hal tersebut disebabkan karena kandungan limbah tekstil
berupa senyawa beracun dan logam berat seperti zat warna, logam Pb, Cu, Cn,
dan Zn (Ginting, 1995). Logam berat yang terkandung di dalam limbah, apabila
terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kematian.
Limbah cair yang mengandung logam berat sangat mudah mencemari
lingkungan melalui sungai, saluran-saluran irigasi dan masuk ke dalam sistem
sanitasi. Apabila dibiarkan limbah akan mencemari sumur ataupun sumber air
yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk mandi, mencuci, dan untuk
keperluan air minum (Ginting, 1995).Sehingga pencemaran air oleh limbah logam
berat merupakan masalah yang harus segera diselesaikan.
Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan mencatat,
ada 12 ribu industri kecil yang membuang limbahnya ke sungai. Limbah tersebut
biasanya dari industri tekstil, sehingga dapat diperkirakan pula industri daerah-
daerah lain di Indonesia yang berpotensi membuang limbah di perairan,
khususnya industri menengah ke bawah. Industri menengah ke bawah yang ada
pada saat ini seringkali tidak berorientasi terhadap kelestarian lingkungan pada
proses produksinya karena anggapan bahwa perlindungan terhadap lingkungan
pada proses produksi membutuhkan biaya besar sehingga akan mengurangi
keuntungan ekonomi yang didapat. Pemikiran ini tidak mudah diterapkan karena
upaya untuk memperbaiki lingkungan yang tercemar memerlukan biaya yang
sangat mahal
2

Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mengatasi pencemaran air


oleh limbah cair yang mengandung logam berat, salah satunya adalah dengan
metode adsorpsi. Bahan adsorben yang sering digunakan antara lain karbon aktif,
tanah diatome, zeolit, dan lain – lain. Alternatif lain yang dapat digunakan sebagai
adsorben dengan harga yang relatif murah dan mudah diperoleh adalah tanah yang
banyak mengandung humin.
Tanah tersusun dari komponen organik dan komponen anorganik.
Komponen organik tanah terbagi dalam dua kelompok yaitu bahan humat dan non
humat. Bahan non humat meliputi karbohidrat, asam amino, protein, lipid, asam
nukleat dan lignin. Bahan humat merupakan hasil akhir dekomposisi bahan
tanaman di dalam tanah. Bahan humat bersifat reaktif karena mempunyai
elektronegativitas yang besar. Gugus –COOH, –OH fenolat, –OH alkoholat serta
gugus –C=O pada bahan humat mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi
limbah cair zat warna. Berdasarkan karakteristik kelarutannya, bahan humat
digolongkan dalam tiga fraksi asam humat, asam fulvat, dan humin. Humin
merupakan fraksi yang tidak larut dalam alkali, asam atau alkohol (Tan, 1994).
Martin dan Sergio (2004) menyatakan bahwa humin merupakan fraksi
terbesar bahan humat. Sebagai fraksi bahan humat, humin memiliki gugus
karboksilat dan gugus –OH fenolat yang dapat mengadsorbsi limbah cair zat
warna dalam limbah. Namun, masih sedikit penelitian tentang humin dan
pemanfaatan humin sebagai material yang berpotensi menjadi adsorben yang
dapat menjerap logam berat yang terdapat dalam limbah cair yang berasal dari
industri.

Tujuan Penulisan

Penulisan PKM-GT ini bertujuan untuk mengkaji potensi humin yang


diisolasi menggunakan metode ekstraksi alkali pada tanah yang mengandung
humus dalam penanganan limbah cair yang mengandung logam berat.

Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan PKM-GT ini adalah :


1. sebagai bahan informasi ilmiah tentang potensi humin sebagai adsorben yang
relatif murah, mudah ditemukan dan dapat didaur ulang yang diisolasi
menggunakan metode ekstraksi alkali pada tanah yang mengandung humus
dalam pengolahan limbah cair yang mengandung logam berat.
2. sebagai bahan informasi bagi pemerintah, industri dan masyarakat pada
khususnya dalam rangka peningkatan kualitas air bersih.
3. sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih mendalam tentang penggunaan
humin dalam penanganan limbah cair logam berat.
3

GAGASAN

Humin didefinisikan sebagai bahan organik dalam tanah yang berikatan


dengan material anorganik terutama mineral-mineral aluminosilikat atau lempung
dan membentuk suatu kumpulan komposit organo-mineral yang kuat. Humin
merupakan fraksi bahan humat yang tidak larut dalam cairan pada berbagai nilai
pH (Stevenson, 1994 dalam Andreas, 2005). Humin diperoleh sebagai residu
padat yang tersisa sesudah pemisahan sampel tanah humus secara ekstraksi pada
suasana basa. Humin juga dideskripsikan sebagai suatu polimer dengan berat
molekul tinggi (Stevenson, 1982). Humin bersifat asam dan merupakan polimer
organik yang heterogen, mempunyai gugus hidrofobik dan hidrofilik bermuatan,
bersifat polielektrolit yang tahan panas, serta mempunyai rentang berat molekul
yang luas (Sunarsih, 2005 dalam Andreas, 2005).
Humin merupakan komponen yang lebih stabil di dalam tanah, karena
humin memilki berat molekul yang tinggi. Humin tidak terlarut dalam pelarut
kimia dan tetap berikatan kuat dalam mineral koloid tanah ( partikel tanah liat).
Karakteristik ini diasumsikan membuat humin tetap terkandung dalam tanah
untuk waktu yang lama ketika tanah tidak terganggu (Stevenson, 1982).
Penelitian Martin dan Sergio (2004) dengan spektroskopi ESR
menunjukkan bahwa humin merupakan fraksi organik tanah terbesar
dibandingkan fraksi asam humat dan fraksi asam fulvat. Berat molekulnya humin
sangat besar dan komposisi senyawa organiknya sama dengan asam fulvat
ataupun asam humat. Struktur humin tidak diketahui secara pasti, namun humin
merupakan turunan lignin yang saling bergabung melalui reaksi sehingga
menghasilkan senyawa makroorganik (Mayhew and Lawrence, 2004).
Stevenson, (1994 dalam Andreas, 2005), menyatakan bahwa bahan humat
merupakan hasil biodegradasi lanjut lignin karena pengaruh bakteri dalam tanah,
yang menyebabkan lignin mengalami reaksi demetilasi dan oksidasi. Reaksi
tersebut akan mengakibatkan tingginya kandungan gugus –COOH dan –OH
fenolat. Proses biodegradasi lignin selalu disertai dengan pelepasan CO2 sebagai
hasil akhir proses biodegradasi. Pelepasan CO2 menyebabkan penurunan
kandungan oksigen dan karbon pada bahan humat.
Schnitzer dan Khan (1972, dalam Sparks 2003), telah mempelajari bahan
humat dari kawasan artik, subtropis dan tropis. Mereka menemukan bahwa
karakteristik bahan humat dari ketiga tempat tersebut tidak jauh berbeda. Mereka
menemukan rentang komposisi untuk atom C pada bahan humat sebesar 54% –
56%, atom H sebesar 4 – 5% dan atom O sebesar 34% – 36%. Tanah yang netral
perbandingan rentang komposisi atom C,H,dan O sangat sempit, sedangkan untuk
tanah yang lebih asam perbandingan rentang komposisinya lebih luas, pada
umumnya memiliki atom O yang lebih banyak. Tabel komposisi dari bahan humat
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Komposisi dari Bahan Humat
Fraksi Bahan Humat C(%) H(%) O(%) N(%)
Asam humat 55,1 ± 5,0 5,0 ± 1,1 35,6 ± 5,8 3,5 ± 1,5
Asam fulvat 46,2 ± 5,4 4,9 ± 1,0 45,6 ± 5,5 2,5 ± 1,6
Humin 56,1 ± 2,6 5,5 ± 1,0 34,7 ± 3,4 3,7 ±1,3
Sumber : Mac Carthy (2001, dalam Sparks 2003)
4

Menurut Sparks (2003), bahan humat memiliki suatu karakteristik yang


khas yaitu, adanya gugus – gugus asam. Gugus asam yang utama dalam bahan
humat ialah gugus karboksil (–COOH) dan gugus –OH fenolat. Asam fulvat
memiliki keasaman total yang lebih tinggi dari pada asam humat maupun humin,
sedangkan humin memiliki gugus –OH alkohol lebih banyak dibandingkan asam
humat maupun asam fulvat. Beberapa gugus seperti kuinon, dan karbonil juga
ditemukan dalam bahan humat walaupun dalam jumlah kecil. Gugus fungsional
tersebut dapat diketahui dengan analisis menggunakan spektrofotometer infra red
(IR). Absorpsi inframerah oleh gugus fungsional senyawa humat ditunjukan
dalam Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Absorbsi Inframerah oleh Gugus Fungsional Senyawa Humat
Frekuensi (cm-1) Panjang gelombang Gugus fungsi
(λm)
3400-3300 3,94-3,03 OH dan NH stretching
3380 2,95 Hidrogen OH
2985 3,35 CH3 dan CH2
2940-2900 3,4-3,44 CH alifatik
1725-1720 5,79-5,81 C=O pada COOH
C=O stretching dengan amida,
C=C aromatic, Hidrogen
1650-1630 6-6,1 berikatan dengan C=O, ikatan
rangkap berkonjgasi dengan
karbonil dan vibrasi COO
1650-1630 6-6,19 Stretching COO simetris
1460 6,85 C=H alifatik, CC-H3
1440 6,95 CH stretching dengan gugus
metil
1435 6,97 CH bending
1400 7,41 Stretching COO asimetris
1390 7,2 COOH
Stretching C-O, C-O aromatik,
1280-1230 7,6-8,1
ikatan C-O ester, C-OH fenolik
C-C, C-OH, C-O-C ikatan
1179-950 8,5-10,5
glikosidik, SiO2 kotor
1035 9,67 Vibrasi O-CH3
840 11,9 Vibrasi C-H aromatik
Sumber : Tan (1994) dan Stevenson (1982)
Menurut (Buffle dan Stumm, 1994 dalam Sparks, 2003), tipe interaksi dari
ion logam dengan gugus fungsional dari humin dapat dijelaskan menggunakan
konsep asam basa keras – lunak. Penelitian Wisesa (2010) tentang penggunaan
humin dari tanah hutan bakau wanawisata Tritih Cilacap sebagai penurun
kesadahan air, memprediksikan interaksi yang terjadi antara gugus – gugus
karboksilat dan enolat dalam humin dengan ion – ion seperti Ca2+ dan Mg2+ ialah
secara elektrostatik. Menurut Sparks (2003), ion Ca2+ dan Mg2+ merupakan asam
keras. Asam keras yaitu aseptor atom yang memiliki muatan yang besar dan
ukuran yang kecil. Gugus fungsional humin yaitu gugus karboksilat dan enolat
berperan sebagai basa keras, yaitu donor atom yang memiliki polarisabilitas yang
rendah dan elektronegatifan yang tinggi. Asam keras cenderung kuat berinteraksi
5

dengan basa keras. Oleh sebab itu interaksi ion Ca2+ dan Mg2+ dengan gugus
fungsional humin tersebut menyebabkan ion Ca2+ dan Mg2+ dapat teradsorpsi pada
permukaan humin, sehingga kesadahan total dalam air dapat berkurang. Gambar
interaksi antara ion Ca2+ dan Mg2+ dengan gugus fungsional humin disajikan pada
gambar 1 berikut :
O
R C
O_ O_

C a 2+
M g 2+

O_
O_

In te rak si io n ik

O
O C R
R C O_
O_
M g 2+
2+
Ca
O_
_ C R
O
R C O
O

In terak si io n ik

O_
O_

C a 2+ M g 2+

O_
O_ C R
O

Gambar 1. Interaksi Ionik Antara Interaksi Antara Ion Ca2+ dan Mg2+
dengan Gugus Fungsional Humin
Sumber : Wisesa (2010)
Penurunan kesadahan terbukti dapat dilakukan dengan penggunaan humin.
Oleh karena itu, humin perlu dikaji lebih lanjut dengan potensinya sebagai
adsorben dalam pengolahan limbah cair yang mengandung logam berat. Hal ini
berkaitan tentang gagasan bahwa humin yang diisolasi dengan metode alkali dari
tanah humus mempunyai banyak kelebihan yang harus dikaji potensinya lebih
dalam khususnya potensi adsorben yang murah, mudah ditemukan dan dapat
didaur ulang.
Solusi yang pernah ditawarkan untuk mengatasi pencemaran air akibat
limbah cair yang mengandung logam berat adalah penggunaan arang aktif, zeolit,
6

dan fotokatalis TiO2. Namun ketiga solusi tersebut mempunyai kelemahan


masing-masing. Arang aktif yang biasa digunakan sebagai adsorben tidak bisa
didaur ulang kembali setelah penggunaannya sebagai adsoben. Zeolit yang efektif
sebagai adsorben sulit dicari, karena tidak semua daerah mempunyai zeolit
sehingga harganya mahal. Sedangkan fotokatalis TiO2 yang terkenal dapat
mereduksi ion logam berat tidak dapat diimplementasikan pada industri menengah
ke bawah, dikarenakan harganya sangat mahal. Sehingga humin berpotensi
sebagai alternatif adsorben yang dapat di daur ulang dengan HF-HCl, murah, dan
mudah ditemukan di tanah seperti tanah gambut yang masih banyak terdapat di
Indonesia.
Implementasi potensi humin sebagai adsorben dalam rangka mengatasi
tingginya pencemaran air oleh logam berat sangat perlu dilakukan. Pihak-pihak
yang dipertimbangkan yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan ini
adalah Dinas Kesehatan Lingkungan Hidup, Kementerian Riset dan Teknologi
serta Pusat Litbang dengan cara mendanai penelitian-penelitian tentang potensi
humin untuk mengurangi pencemaran air oleh logam berat dan terus
mensosialisasikan tentang bahaya yang ditimbulkan dari logam berat.
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk
mengimplementasikan gagasan ini adalah dengan mulai mengadakan penelitian
yang mengarah pada potensi humin sebagai adsorben dalam skala laboratorium
yang menyangkut tentang proses isolasi, modifikasi, serta interaksi humin dengan
beberapa logam berat. Jadi, bidang ilmu kimia maupun kesehatan masyarakat di
tiap universitas di Indonesia harus mulai mengkajinya baik sebagai penelitian
skripsi, tesis atau disertasi. Selain itu, mengadakan kerjasama dengan jurusan
teknik untuk mendesain alat pengolahan limbah yang menggunakan humin dan
pembuatan humin dalam produk yang siap pakai. Sehingga humin dapat
diimplementasikan dalam skala besar pada industri menengah ke bawah dan
masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas air. Secara umum, perlu
dilakukan tindak lanjut penelitian dan pengembangan dengan cara menghimpun
seluruh keahlian dari instansi, perguruan tinggi, dan pihak swasta agar potensi
humin di Indonesia khususnya untuk penanganan limbah cair logam berat dapat
dikembangkan.

KESIMPULAN

1. Humin dalam tanah humus yang mengandung gugus –COOH, –OH fenolat,
–OH alkoholat serta gugus –C=O berpotensi menjadi adsorben limbah logam
berat yang murah, mudah ditemukan dan dapat didaur ulang setelah digunakan
sebagai adsorben.
2. Teknik implementasi yang dapat dilakukan adalah tindak lanjut penelitian dan
pengembangan dengan cara menghimpun seluruh keahlian dari instansi,
perguruan tinggi, dan pihak swasta agar potensi humin di Indonesia khususnya
untuk penanganan limbah cair logam berat dapat dikembangkan.
3. Humin dalam penggunaannya sebagai adsorben limbah berat akan
memberikan dampak dalam pengolahan limbah yang lebih murah dan efektif,
7

sehingga kualitas air bersih di daerah industri yang menghasilkan limbah pada
khususnya dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Andreas, R.. 2005. Perbedaan Karakteristik Tembaga (II) dan Cadmium (II) pada
Humin dalam Medium Air Tawar dan Air Laut. Thesis . Yogyakarta :
FMIPA UGM. (Tidak dipublikasikan).

Ginting, P. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI Press.

Martin, N. and C.S. Sergio. 2004. Studies of Semiquinone free Radicals by ESR
in the Whole Soil, HA, FA and Humin Substances, J.Braz. Chem. Soc. 15
(1) : 34 – 37.

Mayhew and Lawrence. 2004. Humic Substances in Biological Agriculture. Acres


A Voice For Eco – Culture. Vol. 34.

Schnitzer, M., and S.U. Khan. 1972. Humic Substances in the Environment. New
York: Dekker.

Soemarwoto, O. 2001. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan


Hidup.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sparks, D.L. 2003 . Enviromental Soil Chemistry. London. : Academic Press.

Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reaction. New


York: John Wiley & Son Inc.

Sunarsih, 2005. Studi Adsorbsi Tembaga (II) dalam Sistem Asam Humat Air pada
γ-alumina. Thesis. Program Pascasarjana. Yogyakarta :UGM.

Tan, K.H. 1982. Principles of Soil Chemistry. New York.: Marcel Dekker.

Tan, K.H. 1982. Enviromental Soil Science. New York.: Marcel Dekker.

Wisesa, A.N. 2010. Penurunan Kesadahan Air Menggunakan humin dari Tanah
Hutan Bakau Wanawisata Tritih Cilacap. Skripsi. Purwokerto : Fakultas
Sains Tek. Universitas Jendral Soedirman (tidak dipublikasikan).
8

LAMPIRAN

1. Tanah hutan bakau Wanawisata Tritih Cilacap

(Sampel tanah hutan bakau) (Sampel tanah yang sudah dibersihkan)


( Wisesa,2010)

2. Humin murni dari tanah hutan bakau Wanawisata Tritih Cilacap

Humin murni ( Wisesa,2010)


9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PENULIS I

Nama Lengkap : Mokhammad Abdulghani


Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 11 Juli 1989
Jurusan / Prodi : MIPA / Kimia
Fakultas : Sains dan Teknik
Universitas : Universitas Jenderal Soedirman
NIM : H1A007001
Alamat Rumah : Jl.Let.Jend..uprapto Gg.Kenanga no.24 Batang
No.Telp / HP : 085878707626
Alamat e-mail : abdulghani_89@yahoo.com
Riwayat Pendidikan : TK Al-Hidayah Denasri Wetan
SD Negeri Denasri Wetan 01
SMP N 3 Batang
SMA N 1 Batang
KARYA ILMIAH

Identifikasi Senyawa Antibakteri dari Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica
L.) dan uji Aktivitasnya Terhadap Salmonella typhi sebagai Antitipus.

PERTEMUAN ILMIAH
1. Seminar Hasil Penelitian Dosen “ Semi Sintetis Senyawa 2,4-
dinitrofenilhidrazon Kalanon dari Senyawa Kalanon dan Uji Aktivitas
Terhadap Sel Leukimia L1210 “.
2. Seminar hasil Penelitian Dosen “ Karakteristik Adsorpsi Tembaga (II) Pada
Humin Dalam Medium Air Tawar “.

PENULIS II

Nama Lengkap : Annisaa Hawarizmi


Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 9 April 1989
Jurusan / Prodi : MIPA / Kimia
Fakultas : Sains dan Teknik
Universitas : Universitas Jenderal Soedirman
NIM : H1A007002
Alamat Rumah : Ds. Bendan Rt 09/ IV No.14B Pati
No.Telp / HP : 085726425150
Alamat e-mail : hawarizmia@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan : TK Asyiah 01
SD Negeri 01 Pati
SMP N 1 Pati
SMA N 3 Pati
10

PERTEMUAN ILMIAH
1. Seminar Hasil Penelitian Dosen “ Semi Sintetis Senyawa 2,4-
dinitrofenilhidrazon Kalanon dari Senyawa Kalanon dan Uji Aktivitas
Terhadap Sel Leukimia L1210 “.
2. Seminar hasil Penelitian Dosen “ Karakteristik Adsorpsi Tembaga (II) Pada
Humin Dalam Medium Air Tawar “.

PENULIS III

Nama Lengkap : Arum Capriati


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Juli 1990
Jurusan / Prodi : MIPA / Kimia
Fakultas : Sains dan Teknik
Universitas : Universitas Jenderal Soedirman
NIM : H1A008003
Alamat Rumah : Jl. Permata 7 B:2 n0.10 Jati Kramat Indah 2 Bekasi
No.Telp / HP : 08993380079
Riwayat Pendidikan : SD N 8 jati Kramat
SMP N 23 Bekasi
SMP N 8 Bekasi

Anda mungkin juga menyukai