R
ancangan Undang-Undang Penataan Ruang (RUU PR) hirarki penataan ruang, integrasi ruang daratan-lautan-udara, kriteria
diharapkan dapat menjadi landasan pembangunan pada teknis dan standarisasi dalam penataan ruang, kejelasan
jangka waktu 10-20 tahun mendatang. Demikian disampaikan kelembagaan, sinergi berbagai kelembagaan, kepastian hukum,
oleh Pimpinan Pansus RUU PR Nasir Djamil, saat menyampaikan insentif dan disinsentif, peran serta masyarakat dan keterbukaan
kata sambutannya dalam acara Round Table Meeting – Asosiasi akses, pertimbangan sumber daya alam, pengakuan hak ulayat,
Sekolah Perencana Indonesia (ASPI) di Jakarta (13/10). Acara ini sinkronisasi UUPR dengan UU terkait lainnya, serta kehadiran lembaga
diselenggarakan oleh ASPI, bekerja sama dengan Ditjen Penataan yang mampu menangani konflik.
Ruang dalam rangka memberi masukan kepada RUU PR yang sampai
Dirjen Penataan Ruang Hermanto Dardak selanjutnya mendukung
saat ini masih terus dibahas di Pansus Penataan Ruang DPR RI.
pernyataan Nasir. Hermanto menyampaikan bahwa RUU PR ini
Selain itu, Nasir juga menyampaikan pokok pikiran yang berkembang mengandung muatan baru, termasuk sanksi pidana, Dewan
dalam proses pembahasan RUU PR tersebut, antara lain kejelasan Pengawas, serta mekanisme insentif dan disinsentif.
LIPUTAN
D
elegasi Indonesia di bawah Indonesia kembali menyatakan investasi, (2) mendorong pertumbuhan
pimpinan SAM Menko komitmennya bagi keberhasilan kerjasama sektor pertanian, agro industri, dan
Perekonomian Bid. Investasi & IMT-GT. pariwisata, (3) perkuatan pembangunan
Kemitraan Pemerintah-Swasta, Firman infrastruktur sebagai dukungan bagi
Dalam pertemuan kali ini, Provinsi Lampung
Tamboen, menghadiri the 13th IMT-GT (Indo- integrasi IMT-GT, (4) meningkatkan
(Indonesia) dan Negara Bagian Negeri
nesia Malaysia Thailand – Growth Triangle) koordinasi antar sektor, dan (5) perkuatan
Sembilan (Malaysia) ditetapkan sebagai
Senior Officials Meeting (SOM) pada 12 – 13 kelembagaan dan mekanisme kerjasama.
anggota baru IMT-GT. Masuknya kedua
September 2006 lalu di Selangor, Malaysia. Lebih lanjut, Indonesia selaku koordinator
provinsi/negara bagian tersebut diharapkan
Sementara itu pada the 13th IMT-GT Ministe- the 2nd IMT-GT Leaders Summit melaporkan
akan memberikan kontribusi bagi kemajuan
rial Meeting (MM) yang dilaksanakan 14 Sep- bahwa pertemuan para kepala
IMT-GT. Selain itu Asian Development Bank
tember 2006 di tempat yang sama, delegasi pemerintahan tersebut akan
(ADB) juga telah ditetapkan sebagai mitra
Indonesia dipimpin oleh Ketua BKPM, M. diselenggarakan pada 10 Desember 2006
pembangunan (development partner) IMT-
Luthfi. Pada kedua pertemuan ini, Dep. PU di Cebu City, Filipina. Pertemuan ini akan
GT. Peran ADB sebagai mitra pembangunan
diwakili oleh Ditjen Penataan Ruang. diselenggarakan bersamaan dengan the 12th
adalah dalam memberikan saran, bantuan
Asian Summit pada 8-13 Desember 2006.
Pada sambutan pembukaan, M. Luthfi teknik, dan bantuan pembiayaan bagi
menyatakan perlunya menetapkan pengembangan IMT-GT. Pada acara penutupan, ketua the 13th IMT-GT
mekanisme untuk meneruskan usulan- Meeting menyatakan bahwa pertemuan
Sebagai tindak lanjut dari IMT-GT Leaders
usulan yang dihasilkan pada SOM dan Fo- singkat ini telah memberi hasil yang
Summit 2005, ADB mempresentasikan
rum Gubernur / Chief Ministers. Luthfi juga menggembirakan. Kawasan IMT-GT
konsep IMT-GT Roadmap 2007-2011 yang
menekankan perlu koordinasi yang lebih memiliki sumber daya alam berlimpah, yang
disusun untuk mempercepat pembangunan
erat antara tiap pemerintah dengan stake- harus dikelola secara benar agar dapat
kerjasama ekonomi, serta sebagai arahan
holders untuk meningkatkan pembangunan memberikan kemakmuran bagi rakyatnya.
pengembangan IMT-GT selama lima tahun
ekonomi, mempromosikan perdagangan, Diyakini bahwa kerjasama IMT-GT akan
ke depan. IMT-GT Roadmap 2007-2011
dan menciptakan jaringan transportasi di mampu membawa kemakmuran bagi
didasarkan pada lima strategic thrust, yaitu
kawasan IMT-GT.Dalam kesempatan ini pula masyarakat di kawasan ini. wil IV
(1) fasilitasi dan promosi perdagangan dan
D
alam rangka kegiatan Fasilitasi
Keterpaduan Penyusunan Program
Pemanfaatan Ruang Kawasan
Perbatasan Antar Negara di Kalimantan TA
2006, khususnya di Kota Aruk, Kota Entikong,
Kota Nanga Badau, dan Kota Nunukan, maka
Dit. Penataan Ruang Wil. III bekerja sama
dengan Bappeda Prov. Kaltim dan Bappeda
Prov. Kalbar telah menyelenggarakan
lokakarya pada 11 – 13 Oktober 2006 di
Samarinda dan Pontianak.
Lokakarya tersebut dilatarbelakangi
keinginan Ditjen Penataan Ruang untuk
menindaklanjuti upaya-upaya yang telah
dilakukan untuk mengembangkan Kawasan
Perbatasan Antar Negara di Kalimantan.
Selama ini upaya yang dilakukan baru terkait
pada aspek perencanaan tata ruang kawasan
perbatasan antar negara di Kalimantan yang
berupa kebijakan dan strategi spasial, serta
arahan struktur ruang dan pola pemanfaatan
ruang. Untuk menindaklanjuti upaya
Peta Kawasan Perbatasan KASABA
pengembangan kawasan perbatasan antar
negara di Kalimantan tersebut, Ditjen
Penataan Ruang memfokuskan
pengembangan kawasan perbatasan antar fungsi perdagangan,fungsi transit TKI, fungsi penyempurnaan substansi program dan
negara di Kalimantan pada aspek peningkatan keterampilan TKI, serta fungsi kegiatan dengan mengakomodasi masukan
pemanfaatan ruang dalam bentuk kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, yang diperoleh dari lokakarya di daerah, serta
penyusunan program pemanfaatan ruang perkebunan, hasil perikanan tangkap dan tambahan data dan informasi yang diperoleh
melalui sektor-sektor pembangunan. Pada perikanan darat. Sementara itu penyusunan dari instansi terkait di pusat. Untuk
tahap awal telah dipilih 4 kota PKSN (Pusat program jangka menengah pembangunan memfinalkan program jangka menengah
Kawasan Strategis Nasional) yaitu Kota Aruk, 4 kota PKSN tersebut dibagi atas program pemanfaatan ruang kawasan perbatasan di
Kota Entikong, Kota Nanga Badau, dan Kota utama yang meliputi peningkatan fungsi Kalimantan ini, kembali akan dilakukan
Nunukan. 4 kota ini dipilih karena kota-kota PPLB, peningkatan perdagangan, lokakarya di Jakarta. Kemudian dokumen
tersebut telah ditetapkan sebagai lokasi Pos pembangunan fasilitas transit TKI, program jangka menengah 2007 – 2010
Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB), serta telah peningkatan keterampilan TKI, dan pembangunan Kota Aruk, Kota Entikong,
dan sedang disusunnya RDTR kota-kota pembangunan kawasan industri Kota Nanga Badau, dan Kota Nunukan akan
tersebut oleh Pemda masing-masing. pengolahan hasil pertanian. Selain itu ada disosialisasikan agar dapat dijadikan acuan
program pendukung yang meliputi bagi instansi sektoral terkait baik di daerah
Peta Kawasan Perbatasan KASABA peningkatan jalan, peningkatan tenaga listrik, maupun di pusat dalam memprioritaskan
Penyusunan program pemanfaatan ruang peningkatan air bersih, dan pembangunan program pembangunan sektoral di Kawasan
di 4 kota tersebut didasarkan pada fungsi perumahan. Perbatasan Antarnegara di Kalimantan,
ke-4 kota itu yaitu sebagai fungsi PPLB, khususnya di 4 kota tersebut. wil III
Setelah lokakarya ini akan dilakukan
BERITA RINGKAS
P
ansus RUU PR DPR RI kembali menggelar rapat dengar sawah yang terdiri dari lahan irigasi, rawa, dan tadah hujan. Menurut
pendapat umum yang kali ini mengundang Menteri informasi, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten akan mengambil
Kehutanan, Menteri Pertanian, serta Menteri Kelautan dan lahan sawah hampir 4 juta ha, sehingga dalam hal ini Menteri
Perikanan, di Ruang Rapat Komisi V DPR RI (22/11). Masukan dan Pertanian memberi perhatian khusus kepada pola dan struktur
saran secara tertulis disampaikan tiga Menteri tersebut yang pemanfaatan ruang dalam RUU PR ini. RUU PR perlu tegas dalam
dibacakan oleh perwakilan masing-masing. pemberian sanksi yang berat kepada pemberi ijin maupun yang
melakukan perubahan-perubahan alih fungsi lahan tersebut.
Dalam masukan tertulis yang disampaikan oleh SAM Dephut Sutino
Wibowo, Menteri Kehutanan menyatakan pada draft RUU PR Pasal Menteri Kelautan dan Perikanan dalam masukannya secara tertulis
5 ayat 2, kawasan hutan (seperti tertera dalam UU No. 41/1999) yang dibacakan Direktur Tata Ruang Pesisir, Laut, dan Pulau Kecil
tidak disinggung sama sekali sehingga dapat menimbulkan DKP Ferryanto Djais menyatakan, wilayah NKRI sebagai negara
kerancuan hukum dalam pengurusan hutan. Dalam kawasan hutan kepulauan berciri nusantara, terdiri dari wilayah darat dan udara,
terdapat kawasan yang mempunyai fungsi lindung dan kawasan yang membentuk satu kesatuan ruang yang perlu ditata dalam satu
yang mempunyai fungsi produksi. Kawasan hutan produksi yang kesatuan secara terintegrasi. Wilayah NKRI dengan segala sumber
merupakan bagian dari kawasan budidaya tidak dinyatakan secara daya alam dan buatan yang terkandung di dalamnya merupakan
tegas keberadaannya dalam RUU PR. Hal ini dapat membuka kekayaan negara dan bangsa, yang perlu dikelola secara bijaksana,
peluang dilakukannya perubahan kawasan hutan secara mudah berpedoman pada kaidah-kaidah penataan ruang agar memberikan
dan akan menciptakan ketidakpastian usaha di bidang kehutanan. nilai secara optimal untuk kemakmuran dan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat secara berkelanjutan. lin
Menurutnya pula RUU PR ini belum mengatur ketentuan luas mini-
mum kawasan lindung, padahal RUU PR telah mengatur proporsi
ruang terbuka hijau di tingkat kota (pasal 30). Mengingat bahwa
keberadaan kawasan lindung sangat penting untuk menjaga
keseimbangan lingkungan hidup, khususnya dalam pengaturan tata
air dan pengawetan tanah, maka keberadaan kawasan lindung di
tingkat nasional dan provinsi juga perlu diatur proporsinya, seperti
pengaturan proporsi ruang terbuka hijau.
Sementara itu Menteri Pertanian dalam masukan tertulis pula,
menyoroti RPPK yang telah ditetapkan oleh Presiden pada Juni
2005 telah mengamanatkan untuk mewujudkan lahan pertanian
abadi seluas 15 juta lahan sawah dan 15 juta lahan kering.
RUU PR perlu memperhatikan UU No. 12/1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman. Pasal 5 ayat 2 dalam RUU PR juga terkait erat
dengan kawasan pertanian yang harus dipertahankan saat ini dan Pejabat terkait dari Dep. Kehutanan, Dep. Pertanian, dan Dep. Kelautan & Perikanan (dari kiri ke
di masa yang akan datang. Saat ini hanya terdapat 7,5 juta ha lahan kanan), dalam RDP dengan Pansus RUU PR DPR-RI.
LIPUTAN
R
apat dengar pendapat umum dengan Menteri Keuangan
menjadi RDP terakhir Pansus RUU PR DPR RI sebelum masuk
pada sidang pembahasan Daftar Isian Masukan (DIM). RDP ini
dihadiri oleh Dirjen Anggaran (mewakili Menteri Keuangan), Ditjen
Pajak, dan Ditjen Perimbangan Keuangan (23/11).
Achmad Rochjadi, Dir. Anggaran I Dit. Anggaran Dep. Keuangan
menjelaskan bahwa secara terminologi keuangan negara dikenal
istilah eksternalitis, yang berarti kemanfaatan atau ketidakmanfaatan
yang dirasakan oleh suatu daerah tertentu yang dirasakan juga pada
daerah yang lain. Dalam kaitan dengan penataan ruang, kemanfaatan Suasana diskusi dalam Rapat Dengar Pendapat antara Pansus RUU PR DPR-RI dengan Dep.
Keuangan
nuansa
Infrastruktur jalan sebagai akses untuk perangkutan orang dan barang, merupakan
salah satu unsur penunjang dalam pengembangan wilayah, baik di kawasan
perkotaan maupun di kawasan perdesaan
Pelindung A. Hermanto Dardak Penanggung Jawab Setia Budhy Algamar Dewan Redaksi Ruchyat Deni Dj, Iman Soedrajat, IF. Poernomosidhi H., Wahyono Bintarto, Karyadi
Pemimpin Redaksi Rezeki Peranginangin Redaksi Pelaksana Hadian Ananta Wardhana Pemimpin Usaha Indira Proboratri Warpani Sekretaris Redaksi Sri Sarwoasih Koord.
Liputan Arief Noviar, Sudarto, Darusman Ma'an,Yusuf Suhendy, Setio Djuwono, Endang Sihsetyaningrum Editor Herlin Sukmarini, Indira Proboratri Warpani Desain Tata Letak M. Salahudin
Rasyidi, Mila Mustika Sirkulasi Raditya Hari Murti, Adhi Maskawan Penerbit Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen PU Alamat Redaksi Gedung G-II, Jl. Pattimura no.20,
Keb. Baru, Jakarta Selatan,Telp/Fax : 021 - 7267762, website : www.penataanruang.net / http://penataanruang.pu.go.id, e-mail : newsbpr@yahoo.com, saran/usulan melalui SMS ke 0815 1000
8278, ketik saran <spasi> isi saran. *Redaksi menerima sumbangan berita singkat yang berkaitan dengan penataan ruang. Sumbangan berita paling lambat diterima pada minggu
ke-2 setiap bulannya*