Anda di halaman 1dari 8

EDISI 07 2006

Alunan Melodi Desa - Kota


Menelusuri nusantara Kota,
Dari sini hingga ke tepian……………… Tumbuh dan berkembang
Elok nian bagai negeri kayangan……… Dengan denyut mars yang lantang
Desa, kota, dan kawasan…… Seiring beban yang bergayut menantang
Tumbuh dan berkembang
Saat senja menjelang,
Ikan berenang Kilau matahari mulai redup
Burung, jangkrik riang berdendang Keheningan awal malam tiba, tapi hanya
Apel, nenas, salak menjadi andalan bertahan sejenak
Dalam kawasan perdesaan Esok,
Derap nadi kota kembali menyeruak
Desa, Berpadu dengan alunan melodi desa yang riang
Tumbuh dan berkembang
tidak selalu untuk menjadi kota

BERITA BULAN INI


„ Round Table Meeting ASPI
„ Kawasan Perbatasan KASABA
„ Kunjungan Kerja DPRD Kota Semarang, Kab.
Blitar, Kab. Indramayu, & Kab. Dharmasraya
„ Penataan Ruang Kawasan Sarbagita, Bali
„ RDP Pansus Penataan Ruang DPR RI dengan
Dephut, Deptan, DKP, dan Depkeu

Round Table Meeting ASPI membahas RUU LIPUTAN


Penataan Ruang

R
ancangan Undang-Undang Penataan Ruang (RUU PR) hirarki penataan ruang, integrasi ruang daratan-lautan-udara, kriteria
diharapkan dapat menjadi landasan pembangunan pada teknis dan standarisasi dalam penataan ruang, kejelasan
jangka waktu 10-20 tahun mendatang. Demikian disampaikan kelembagaan, sinergi berbagai kelembagaan, kepastian hukum,
oleh Pimpinan Pansus RUU PR Nasir Djamil, saat menyampaikan insentif dan disinsentif, peran serta masyarakat dan keterbukaan
kata sambutannya dalam acara Round Table Meeting – Asosiasi akses, pertimbangan sumber daya alam, pengakuan hak ulayat,
Sekolah Perencana Indonesia (ASPI) di Jakarta (13/10). Acara ini sinkronisasi UUPR dengan UU terkait lainnya, serta kehadiran lembaga
diselenggarakan oleh ASPI, bekerja sama dengan Ditjen Penataan yang mampu menangani konflik.
Ruang dalam rangka memberi masukan kepada RUU PR yang sampai
Dirjen Penataan Ruang Hermanto Dardak selanjutnya mendukung
saat ini masih terus dibahas di Pansus Penataan Ruang DPR RI.
pernyataan Nasir. Hermanto menyampaikan bahwa RUU PR ini
Selain itu, Nasir juga menyampaikan pokok pikiran yang berkembang mengandung muatan baru, termasuk sanksi pidana, Dewan
dalam proses pembahasan RUU PR tersebut, antara lain kejelasan Pengawas, serta mekanisme insentif dan disinsentif.

Berita Penataan Ruang 01


Dalam diskusi selanjutnya, salah satu pokok pikiran yang dibahas Round Table Meeting kali ini dihadiri oleh para pakar yang tergabung
oleh para peserta adalah mengenai keberadaan Komisi Penataan dalam ASPI, antara lain Budhy Tjahjati (Unkris-Jakarta), Bobby
Ruang (KPR) yang tercantum dalam RUU PR. Peserta diskusi Setiawan (UGM-Yogyakarta),Andi Oetomo (ITB-Bandung), dan Alinda
bersepakat bahwa keberadaan KPR dimaksudkan agar ada M. Zain (IPB-Bogor). tarunas
pemisahan antara lembaga penyelenggara penataan ruang dengan
lembaga pengawas penyelenggaraan penataan ruang, sehingga
KPR merupakan lembaga independen yang berada di luar struktur
pemerintah. Pembentukan KPR dan pemilihan anggotanya
dilakukan oleh DPR dan DPRD.
Anggota KPR terdiri dari perwakilan masyarakat yang memiliki
pemahaman dan kompetensi di bidang penataan ruang, tidak
sedang menduduki posisi pegawai di pemerintahan, serta bukan
anggota legislatif dan yudikatif, tidak terkait langsung atau tidak
langsung dengan kepemilikan dan atau jabatan pada badan usaha
yang terkait dengan penataan ruang, tidak sedang menjadi anggota
partai politik tertentu, serta memiliki integritas yang tinggi. Demikian
beberapa hal yang diusulkan oleh peserta diskusi terkait dengan
keberadaan KPR.
Para peserta Round Table Meeting ASPI, Jakarta 13-15 Oktober 2006

LIPUTAN

PROVINSI LAMPUNG (INDONESIA) DAN NEGARA


BAGIAN NEGERI SEMBILAN (MALAYSIA) MENJADI
ANGGOTA BARU IMT - GT

D
elegasi Indonesia di bawah Indonesia kembali menyatakan investasi, (2) mendorong pertumbuhan
pimpinan SAM Menko komitmennya bagi keberhasilan kerjasama sektor pertanian, agro industri, dan
Perekonomian Bid. Investasi & IMT-GT. pariwisata, (3) perkuatan pembangunan
Kemitraan Pemerintah-Swasta, Firman infrastruktur sebagai dukungan bagi
Dalam pertemuan kali ini, Provinsi Lampung
Tamboen, menghadiri the 13th IMT-GT (Indo- integrasi IMT-GT, (4) meningkatkan
(Indonesia) dan Negara Bagian Negeri
nesia Malaysia Thailand – Growth Triangle) koordinasi antar sektor, dan (5) perkuatan
Sembilan (Malaysia) ditetapkan sebagai
Senior Officials Meeting (SOM) pada 12 – 13 kelembagaan dan mekanisme kerjasama.
anggota baru IMT-GT. Masuknya kedua
September 2006 lalu di Selangor, Malaysia. Lebih lanjut, Indonesia selaku koordinator
provinsi/negara bagian tersebut diharapkan
Sementara itu pada the 13th IMT-GT Ministe- the 2nd IMT-GT Leaders Summit melaporkan
akan memberikan kontribusi bagi kemajuan
rial Meeting (MM) yang dilaksanakan 14 Sep- bahwa pertemuan para kepala
IMT-GT. Selain itu Asian Development Bank
tember 2006 di tempat yang sama, delegasi pemerintahan tersebut akan
(ADB) juga telah ditetapkan sebagai mitra
Indonesia dipimpin oleh Ketua BKPM, M. diselenggarakan pada 10 Desember 2006
pembangunan (development partner) IMT-
Luthfi. Pada kedua pertemuan ini, Dep. PU di Cebu City, Filipina. Pertemuan ini akan
GT. Peran ADB sebagai mitra pembangunan
diwakili oleh Ditjen Penataan Ruang. diselenggarakan bersamaan dengan the 12th
adalah dalam memberikan saran, bantuan
Asian Summit pada 8-13 Desember 2006.
Pada sambutan pembukaan, M. Luthfi teknik, dan bantuan pembiayaan bagi
menyatakan perlunya menetapkan pengembangan IMT-GT. Pada acara penutupan, ketua the 13th IMT-GT
mekanisme untuk meneruskan usulan- Meeting menyatakan bahwa pertemuan
Sebagai tindak lanjut dari IMT-GT Leaders
usulan yang dihasilkan pada SOM dan Fo- singkat ini telah memberi hasil yang
Summit 2005, ADB mempresentasikan
rum Gubernur / Chief Ministers. Luthfi juga menggembirakan. Kawasan IMT-GT
konsep IMT-GT Roadmap 2007-2011 yang
menekankan perlu koordinasi yang lebih memiliki sumber daya alam berlimpah, yang
disusun untuk mempercepat pembangunan
erat antara tiap pemerintah dengan stake- harus dikelola secara benar agar dapat
kerjasama ekonomi, serta sebagai arahan
holders untuk meningkatkan pembangunan memberikan kemakmuran bagi rakyatnya.
pengembangan IMT-GT selama lima tahun
ekonomi, mempromosikan perdagangan, Diyakini bahwa kerjasama IMT-GT akan
ke depan. IMT-GT Roadmap 2007-2011
dan menciptakan jaringan transportasi di mampu membawa kemakmuran bagi
didasarkan pada lima strategic thrust, yaitu
kawasan IMT-GT.Dalam kesempatan ini pula masyarakat di kawasan ini. wil IV
(1) fasilitasi dan promosi perdagangan dan

02 Berita Penataan Ruang


LIPUTAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN ANTAR


NEGARA AKAN DIFOKUSKAN PADA ASPEK
PEMANFAATAN RUANG

D
alam rangka kegiatan Fasilitasi
Keterpaduan Penyusunan Program
Pemanfaatan Ruang Kawasan
Perbatasan Antar Negara di Kalimantan TA
2006, khususnya di Kota Aruk, Kota Entikong,
Kota Nanga Badau, dan Kota Nunukan, maka
Dit. Penataan Ruang Wil. III bekerja sama
dengan Bappeda Prov. Kaltim dan Bappeda
Prov. Kalbar telah menyelenggarakan
lokakarya pada 11 – 13 Oktober 2006 di
Samarinda dan Pontianak.
Lokakarya tersebut dilatarbelakangi
keinginan Ditjen Penataan Ruang untuk
menindaklanjuti upaya-upaya yang telah
dilakukan untuk mengembangkan Kawasan
Perbatasan Antar Negara di Kalimantan.
Selama ini upaya yang dilakukan baru terkait
pada aspek perencanaan tata ruang kawasan
perbatasan antar negara di Kalimantan yang
berupa kebijakan dan strategi spasial, serta
arahan struktur ruang dan pola pemanfaatan
ruang. Untuk menindaklanjuti upaya
Peta Kawasan Perbatasan KASABA
pengembangan kawasan perbatasan antar
negara di Kalimantan tersebut, Ditjen
Penataan Ruang memfokuskan
pengembangan kawasan perbatasan antar fungsi perdagangan,fungsi transit TKI, fungsi penyempurnaan substansi program dan
negara di Kalimantan pada aspek peningkatan keterampilan TKI, serta fungsi kegiatan dengan mengakomodasi masukan
pemanfaatan ruang dalam bentuk kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, yang diperoleh dari lokakarya di daerah, serta
penyusunan program pemanfaatan ruang perkebunan, hasil perikanan tangkap dan tambahan data dan informasi yang diperoleh
melalui sektor-sektor pembangunan. Pada perikanan darat. Sementara itu penyusunan dari instansi terkait di pusat. Untuk
tahap awal telah dipilih 4 kota PKSN (Pusat program jangka menengah pembangunan memfinalkan program jangka menengah
Kawasan Strategis Nasional) yaitu Kota Aruk, 4 kota PKSN tersebut dibagi atas program pemanfaatan ruang kawasan perbatasan di
Kota Entikong, Kota Nanga Badau, dan Kota utama yang meliputi peningkatan fungsi Kalimantan ini, kembali akan dilakukan
Nunukan. 4 kota ini dipilih karena kota-kota PPLB, peningkatan perdagangan, lokakarya di Jakarta. Kemudian dokumen
tersebut telah ditetapkan sebagai lokasi Pos pembangunan fasilitas transit TKI, program jangka menengah 2007 – 2010
Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB), serta telah peningkatan keterampilan TKI, dan pembangunan Kota Aruk, Kota Entikong,
dan sedang disusunnya RDTR kota-kota pembangunan kawasan industri Kota Nanga Badau, dan Kota Nunukan akan
tersebut oleh Pemda masing-masing. pengolahan hasil pertanian. Selain itu ada disosialisasikan agar dapat dijadikan acuan
program pendukung yang meliputi bagi instansi sektoral terkait baik di daerah
Peta Kawasan Perbatasan KASABA peningkatan jalan, peningkatan tenaga listrik, maupun di pusat dalam memprioritaskan
Penyusunan program pemanfaatan ruang peningkatan air bersih, dan pembangunan program pembangunan sektoral di Kawasan
di 4 kota tersebut didasarkan pada fungsi perumahan. Perbatasan Antarnegara di Kalimantan,
ke-4 kota itu yaitu sebagai fungsi PPLB, khususnya di 4 kota tersebut. wil III
Setelah lokakarya ini akan dilakukan

Berita Penataan Ruang 03


LIPUTAN
KOORDINASI RTRW
Sepanjang bulan Oktober - November 2006 ini, Ditjen Penataan Ruang telah beberapa kali menerima kunjungan kerja
dari beberapa daerah yang diwakili oleh anggota DPRD. Kunjungan tersebut dilakukan DPRD dalam rangka melakukan
konsultasi langsung dengan Dirjen Penataan Ruang beserta jajarannya, sekaligus menjaring masukan dari jajaran Ditjen
Penataan Ruang untuk menyusun atau merevisi RTRW di daerahnya masing-masing.

Kunjungan Kerja Komisi C DPRD Kota Semarang


Komisi C DPRD Kota Semarang melakukan kunjungan kerja ke Ditjen
Penataan Ruang, dipimpin oleh Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang.
Komisi C DPRD Kota Semarang bermaksud melakukan konsultasi ke
Ditjen Penataan Ruang, khususnya mengenai regulasi/peraturan
perundang-undangan, pokok-pokok pikiran revisi UUPR, antisipasi
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan terkait dengan kondisi
geografis daerah (matra darat, laut dan udara), dan penyelesaian
terhadap masalah sengketa tanah.
Dalam pertemuan pada akhir Oktober 2006 yang dibuka oleh Dirjen
Penataan Ruang, A. Hermanto Dardak, Komisi C menyampaikan
beberapa isu penataan ruang Kota Semarang, baik yang bersifat
perencanaan, pemanfaatan serta pengendalian pemanfatan ruang.
Lebih lanjut disampaikan tentang kecenderungan guna lahan di
Kota Semarang menjadi penggunaan lahan campuran (mixed used), meliputi penegasan mekanisme insentif dan disinsentif,penyelenggaraan
masalah rob, perlunya ruang terbuka hijau di Kota Semarang serta penataan ruang dan pengenaan sanksi.
aspek pengendalian pemanfaatan ruang berupa regulasi terkait Produk rencana tata ruang juga perlu dilengkapi dengan rencana
masalah sengketa tanah. yang sifatnya rinci seperti RDTR serta perlu ditindaklanjuti dengan
Di sisi lain terdapat keterbatasan informasi mengenai penataan ruang penyusunan zoning regulation yang selanjutnya akan menjadi
dan masalahnya, seperti sengketa tanah yang harus diselesaikan, pedoman bagi perijinan, kata Hermanto. Demikian pula halnya
sehingga sangat diharapkan dukungan dari Ditjen Penataan Ruang dengan ketersediaan ruang terbuka hijau, minimal dalam satu
berupa informasi serta solusi dan alternatif penyelesaiannya. kawasan tersedia 30% dari luas kawasan, kecuali pada kawasan yang
sifatnya lindung akan lebih besar luasannya. Serta yang tidak kalah
Hermanto juga berkesempatan menjelaskan hal-hal yang berkaitan
penting adalah penegasan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran
dengan isu dan permasalahan penataan ruang, serta ilustrasi tentang
Rencana Tata Ruang, baik pelanggar maupun pemberi ijin.
kerangka pengembangan strategis berorientasi ekonomi, keseimbangan
wilayah, dan menjaga keutuhan NKRI serta indikator posisi daya saing Pada akhir pertemuan, Hermanto menyerahkan produk-produk NSPM
Indonesia secara global, sistem perencanaan ruang secara nasional, serta bidang Penataan Ruang kepada rombongan Komisi C DPRD Kota
contoh kasus penataan ruang di Kota Curitiba, Brazil. Disampaikan pula Semarang, serta penyerahan cendera mata berupa plakat dari Komisi
oleh Hermanto tentang pokok-pokok perubahan dalam RUU PR yang C DPRD Kota Semarang kepada Ditjen Penataan Ruang. tm/wil II

Kunjungan Kerja Pansus DPRD Kabupaten Blitar


Ditjen Penataan Ruang juga menerima rombongan Pansus DPRD eksekutif tengah menyusun kajian tentang lokasi ibukota kabupaten.
Blitar dalam rangka pembahasan Revisi RTRW Kab. Blitar, di Jakarta
Menurut Poernomosidhi, kajian lokasi ibukota tersebut bisa beriterasi
(6/11). Kunjungan Pansus DPRD Blitar diterima langsung oleh Dir.
dengan penyusunan RTRW Kab. Blitar untuk dapat dimasukkan
Penataan Ruang Wil. II, IF. Poernomosidhi Poerwo beserta staf.
sebagai bagian dari struktur ruang RTRW Kab. Blitar, sehingga tidak
Pada acara yang lebih bersifat sharing information dan konsultansi perlu saling menunggu. Masalah yang dihadapi adalah kesulitan
tersebut, DPRD Blitar menyampaikan kebutuhan Perda RTRW Kab. dalam pengadaan tanah untuk lokasi ibukota tersebut.
Blitar berkenaan dengan isu utama yaitu adanya rencana penetapan
Poernomosidhi juga menyampaikan beberapa masukan dalam
lokasi ibukota Kab. Blitar yang saat ini menjadi satu dengan Kota
menyusun Raperda RTRW Kab. Blitar yang diharapkan dapat sejalan
Otonom Blitar sehingga hal tersebut menyebabkan Kab. Blitar
dengan RTRW Nasional, dan RTR Pulau Jawa Bali. Selain itu juga
menginginkan adanya pemisahan dan memiliki kawasan perkotaan
dipaparkan antara lain mengenai kerangka pengembangan strategis,
sendiri, serta Revisi RTRW Prov. Jatim dan Revisi UU No. 24/1992
sistem perencanaan pembangunan indonesia, sistem penataan
tentang Penataan Ruang. Disampaikan pula bahwa saat ini pihak
ruang secara nasional, dan mekanisme konsultasi Raperda. wil II

04 Berita Penataan Ruang


Kunjungan Kerja DPRD Kab. Indramayu

Panitia Khusus (Pansus) I DPRD Kab. Indramayu beserta Tim Asistensi


Eksekutif Pemkab Indramayu melakukan kunjungan konsultasi
dalam rangka penyusunan 2 Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) tentang RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Kota
Haurgeulis dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kota Haurgeulis
Tahun 2004-2013.
Ketua Pansus DPRD Kab. Indramayu, Sukarno, pada awal acara
diskusi menyampaikan maksud kedatangan rombongan adalah
untuk mendapatkan arahan dari Dirjen Penataan Ruang, terutama
yang berkaitan dengan masa berlaku suatu rencana tata ruang.
Saat ini Kab. Indramayu memiliki RTRW Kab. Indramayu 1995 –
2004 dengan Perda tahun 1996, serta RUTR dan RDTR Kota
Haurgeulis tahun 1989 – 2009.
Dalam arahannya, Dirjen Penataan Ruang Hermanto Dardak
Tim Pansus DPRD Kab. Indramayu dalam kunjungan kerjanya ke Ditjen PR
dengan didampingi oleh Dir. Penataan Ruang Wil. II IF.
Poernomosidhi dan jajarannya menyampaikan untuk RTRW Kab.
Indramayu yang sudah habis masa berlakunya seyogyanya sudah antara lain mengenai ruang yang perlu ditata karena ruang adalah
memiliki RTRW pengganti. Sementara untuk RUTR dan RDTR Kota milik publik, sehingga perlu diatur pemanfaatannya sehingga terjadi
Haurgeulis sudah perlu peninjauan kembali yang biasanya dilakukan pembangunan yang efektif dan efisien sesuai dengan daya dukung
setiap 5 tahun sekali. lahannya. Pemerintah Pusat sudah menyiapkan aturan Standar
Hermanto juga menyampaikan informasi mengenai Pelayanan Minimal serta berbagai NSPM (Norma, Standar, Pedoman,
perkembangan penyusunan RUU PR yang saat ini sedang dalam Manual) untuk digunakan oleh Pemda dalam menyusun RUTR
proses pembahasan di DPR dan telah melakukan puluhan kali daerahnya masing-masing. Sementara itu, RDTR seyogyanya
pertemuan dengan berbagai sektor, dan pemda (bupati, walikota, dilengkapi dengan peraturan zonasi (zoning regulation), misalnya
dan gubernur) untuk menangkap aspirasi dari berbagai daerah. aturan mengenai jumlah lantai bangunan, lebar garis sempadan,
Salah satu hal yang didapatkan dari pertemuan tersebut adalah ruang terbuka harus berapa persen, dsb. Sesuai dengan RUU PR saat
bahwa Gubernur Prov. Jabar mengatakan bahwa ada keinginan ini, masa berlaku RUTR dan RDTR adalah 20 tahun.
dari Prov. Jabar untuk memiliki kawasan lindung mendekati 50%. Pada hakekatnya kita menata ruang yang akan ditempati oleh
Hal ini perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan RTRW Kab. masyarakat ini dengan tujuan untuk mewujudkan ruang yang aman,
Indramayu yang termasuk di wilayah Prov. Jabar. nyaman, produktif, dan berkelanjutan, demikian jelas Hermanto.
Lebih lanjut Hermanto memberikan pengarahan secara umum, Dengan demikian ruang yang akan kita wariskan kepada generasi
mendatang dapat terjaga kondisinya. wil II

Kunjungan Kerja DPRD Kab. Dharmasraya

Kunjungan selanjutnya ke Ditjen Penataan Ruang adalah dari Kab.


Dharmasraya, Prov. Sumbar. Dirjen Penataan Ruang Hermanto
Dardak dengan didampingi Sesditjen Penataan Ruang dan Dir.
Penataan Ruang Wil. I beserta jajarannya, menerima kunjungan
Pansus DPRD Kab. Dharmasraya tersebut di Jakarta pada 24 No-
vember 2006 lalu. Maksud dari kunjungan Pansus DPRD Kab.
Dharmasraya yang didampingi tim dari Pemda Kab. Dharmasraya
adalah untuk berkonsultasi dalam rangka penyusunan Raperda
RTRW Kab. Dharmasraya tahun 2005 – 2015.
Ketua Tim Pansus DPRD Kab. Dharmasraya Suardi Ayub terlebih
dahulu menyampaikan sejarah berdirinya Kab. Dharmasraya, yang
didirikan pada 7 Januari 2004. Kab. Dharmasraya sebagai hasil
pemekaran dari Kab. Sawahlunto Sijunjung, konon dulunya
merupakan bekas lokasi ibukota Swarnabhumi. Kabupaten ini
memiliki 4 kecamatan dan 21 nagari (desa), terletak di pedalaman
Prov. Sumbar, terdiri dari lahan kebun kelapa sawit, karet, dan
persawahan. Dengan demikian Kab. Dharmasraya merupakan
Rombongan Tim Pansus DPRD Kab. Dharmasraya dan Tim Pemda Kab. Dharmasraya pada
daerah pertanian yang masih perlu dikembangkan dan diolah lebih kunjungan kerja ke Ditjen Penataan Ruang

Berita Penataan Ruang 05


terarah dengan teknologi canggih untuk meningkatkan derajat sektor dalam satu wilayah secara terpadu. Hermanto juga
kesejahteraan masyarakat, demikian Suardi. mengatakan bahwa masyarakat perlu dilibatkan, baik dalam proses
penyusunan RTRW maupun saat implementasinya, karena RTRW
Sebagai daerah yang baru dimekarkan, Kab. Dharmasraya sangat
itu merupakan salah satu alat bagi masyarakat dan swasta dalam
memerlukan berbagai perda, sebagai payung hukum untuk berbagai
melaksanakan pembangunan.
kebijakan yang akan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah, kata Suardi. Raperda RTWR Kab. Dharmasraya 2005 Selanjutnya Hermanto menekankan perlunya RDTR, agar jelas mana
– 2015 ini telah disampaikan kepada DPRD. Kemudian DPRD yang boleh dan tidak boleh dibangun sehingga pada akhirnya akan
membentuk Tim Pansus untuk membahas raperda tersebut. Agar tercipta tempat tinggal dan bekerja yang nyaman dengan
dapat dilahirkan Raperda yang berkualitas, maka Tim Pansus DPRD aksesibilitas tinggi. Selain itu Hermanto juga mengungkapkan
Kab. Dharmasraya melakukan konsultasi ke Ditjen Penataan Ruang mengenai perlunya keseimbangan antara ruang terbangun dan
untuk mendapatkan arahan dan penjelasan lebih lanjut bagi ruang terbuka hijau, agar tercipta lingkungan yang sehat untuk
penyusunan RTRW Kab. Dharmasraya ini. ditinggali.
Nantinya, Rencana Tata Ruang itu hanya akan terdiri dari 2 macam Berbagai pertanyaan kemudian diajukan oleh Tim Pansus yang
yaitu Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata langsung ditanggapi oleh Dirjen Penataan Ruang beserta staf terkait.
Ruang (RDTR) yang dilengkapi dengan aturan zonasi, demikian Dirjen Acara konsultasi ditutup oleh Sesditjen Penataan Ruang Setia Budhy
Penataan Ruang Hermanto Dardak memulai arahannya. Selanjutnya Algamar seraya menyampaikan harapan agar kabupaten hasil
Hermanto menyampaikan bahwa acuan pembangunan itu pemekaran ini dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
seyogyanya adalah berbasis spasial/wilayah. Dengan demikian masyarakat. Setia Budhy juga mengingatkan agar prinsip penataan
pembangunan tersebut dapat menggabungkan kegiatan berbagai ruang tetap dijaga dalam melaksanakan pembangunan. wil I

BERITA RINGKAS

Pertumbuhan Penduduk yang Pesat menjadi Salah Satu Isu Utama di


Kawasan Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan), Prov. Bali

Guna lahan dengan peruntukan perumahan yang terus bertambah


di Kota Denpasar cenderung mengakibatkan terjadinya urban sprawl
di Kota Denpasar dan sekitarnya yang meliputi Badung, Gianyar,
dan Tabanan. Demikian disampaikan Dirjen Penataan Ruang
Hermanto Dardak dalam pertemuannya dengan tim JICA di Jakarta
(7/11). Beberapa isu utama lainnya juga dijelaskan Hermanto, antara
lain tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Kawasan Sarbagita
sehingga kebutuhan akan infrastruktur pun meningkat, seiring
dengan meningkatnya permintaan terhadap peluang kerja.
Lebih lanjut disampaikan pula mengenai isu alih fungsi lahan
pertanian; kurangnya dukungan sistem transportasi dalam
mengatasi pertumbuhan aktivitas; dominasi kawasan perumahan
di jalur utama Sarbagita Metropolitan Area; pelanggaran yang tidak
terkendali di sekitar area hijau, sungai, dan garis pantai; menurunnya
kualitas pelayanan utilitas (air bersih, limbah padat, limbah cair, dan Peta Arahan Pola & Struktur Pemanfaataan Ruang Tahun 2010 Prov. Bali

pembuangan); serta kurang terintegrasinya struktur dan pola


pemanfaatan ruang, terutama di wilayah perbatasan antar
kabupaten/kota. Hermanto kemudian memberikan gambaran
singkat mengenai arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang Prov.
Bali tahun 2010.
Dalam diskusi kali ini, tim JICA berusaha mendapatkan informasi
awal dari Ditjen Penataan Ruang mengenai Kawasan Sarbagita,
untuk selanjutnya tim JICA melakukan kunjungan lapangan ke Prov.
Bali dengan didampingi staf dan pejabat terkait dari Ditjen Penataan
Suasana diskusi tentang Kawasan Sarbagita antara Ditjen Penataan Ruang dan Tim JICA Ruang. red

06 Berita Penataan Ruang


PEMBERI IZIN DAN PELAKU ALIH FUNGSI LAHAN PERLU LIPUTAN
DIBERIKAN SANKSI TEGAS

P
ansus RUU PR DPR RI kembali menggelar rapat dengar sawah yang terdiri dari lahan irigasi, rawa, dan tadah hujan. Menurut
pendapat umum yang kali ini mengundang Menteri informasi, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten akan mengambil
Kehutanan, Menteri Pertanian, serta Menteri Kelautan dan lahan sawah hampir 4 juta ha, sehingga dalam hal ini Menteri
Perikanan, di Ruang Rapat Komisi V DPR RI (22/11). Masukan dan Pertanian memberi perhatian khusus kepada pola dan struktur
saran secara tertulis disampaikan tiga Menteri tersebut yang pemanfaatan ruang dalam RUU PR ini. RUU PR perlu tegas dalam
dibacakan oleh perwakilan masing-masing. pemberian sanksi yang berat kepada pemberi ijin maupun yang
melakukan perubahan-perubahan alih fungsi lahan tersebut.
Dalam masukan tertulis yang disampaikan oleh SAM Dephut Sutino
Wibowo, Menteri Kehutanan menyatakan pada draft RUU PR Pasal Menteri Kelautan dan Perikanan dalam masukannya secara tertulis
5 ayat 2, kawasan hutan (seperti tertera dalam UU No. 41/1999) yang dibacakan Direktur Tata Ruang Pesisir, Laut, dan Pulau Kecil
tidak disinggung sama sekali sehingga dapat menimbulkan DKP Ferryanto Djais menyatakan, wilayah NKRI sebagai negara
kerancuan hukum dalam pengurusan hutan. Dalam kawasan hutan kepulauan berciri nusantara, terdiri dari wilayah darat dan udara,
terdapat kawasan yang mempunyai fungsi lindung dan kawasan yang membentuk satu kesatuan ruang yang perlu ditata dalam satu
yang mempunyai fungsi produksi. Kawasan hutan produksi yang kesatuan secara terintegrasi. Wilayah NKRI dengan segala sumber
merupakan bagian dari kawasan budidaya tidak dinyatakan secara daya alam dan buatan yang terkandung di dalamnya merupakan
tegas keberadaannya dalam RUU PR. Hal ini dapat membuka kekayaan negara dan bangsa, yang perlu dikelola secara bijaksana,
peluang dilakukannya perubahan kawasan hutan secara mudah berpedoman pada kaidah-kaidah penataan ruang agar memberikan
dan akan menciptakan ketidakpastian usaha di bidang kehutanan. nilai secara optimal untuk kemakmuran dan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat secara berkelanjutan. lin
Menurutnya pula RUU PR ini belum mengatur ketentuan luas mini-
mum kawasan lindung, padahal RUU PR telah mengatur proporsi
ruang terbuka hijau di tingkat kota (pasal 30). Mengingat bahwa
keberadaan kawasan lindung sangat penting untuk menjaga
keseimbangan lingkungan hidup, khususnya dalam pengaturan tata
air dan pengawetan tanah, maka keberadaan kawasan lindung di
tingkat nasional dan provinsi juga perlu diatur proporsinya, seperti
pengaturan proporsi ruang terbuka hijau.
Sementara itu Menteri Pertanian dalam masukan tertulis pula,
menyoroti RPPK yang telah ditetapkan oleh Presiden pada Juni
2005 telah mengamanatkan untuk mewujudkan lahan pertanian
abadi seluas 15 juta lahan sawah dan 15 juta lahan kering.
RUU PR perlu memperhatikan UU No. 12/1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman. Pasal 5 ayat 2 dalam RUU PR juga terkait erat
dengan kawasan pertanian yang harus dipertahankan saat ini dan Pejabat terkait dari Dep. Kehutanan, Dep. Pertanian, dan Dep. Kelautan & Perikanan (dari kiri ke
di masa yang akan datang. Saat ini hanya terdapat 7,5 juta ha lahan kanan), dalam RDP dengan Pansus RUU PR DPR-RI.

LIPUTAN

Bentuk dan Penerapan Insentif-Disinsentif Penataan Ruang akan


Disesuaikan dengan Regulasi Keuangan dan Ditetapkan dalam PP

R
apat dengar pendapat umum dengan Menteri Keuangan
menjadi RDP terakhir Pansus RUU PR DPR RI sebelum masuk
pada sidang pembahasan Daftar Isian Masukan (DIM). RDP ini
dihadiri oleh Dirjen Anggaran (mewakili Menteri Keuangan), Ditjen
Pajak, dan Ditjen Perimbangan Keuangan (23/11).
Achmad Rochjadi, Dir. Anggaran I Dit. Anggaran Dep. Keuangan
menjelaskan bahwa secara terminologi keuangan negara dikenal
istilah eksternalitis, yang berarti kemanfaatan atau ketidakmanfaatan
yang dirasakan oleh suatu daerah tertentu yang dirasakan juga pada
daerah yang lain. Dalam kaitan dengan penataan ruang, kemanfaatan Suasana diskusi dalam Rapat Dengar Pendapat antara Pansus RUU PR DPR-RI dengan Dep.
Keuangan

Berita Penataan Ruang 07


tata ruang bisa jadi bukan hanya dirasakan oleh satu daerah, tetapi pihak, apabila kemanfaatannya hanya dirasakan oleh daerah tertentu
juga dirasakan oleh daerah lain. Achmad mencontohkan, maka insentifnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
pemanfaatan sumber pengairan sungai yang dimanfaatkan mulai Daerah (APBD) dari daerah yang bersangkutan. Namun untuk jumlah
dari daerah hulu hingga hilir. “Kita tidak mungkin membatasi atau besaran insentif memang belum dikenal dalam sistem
pemanfaatan sungai tersebut hanya untuk satu daerah, padahal keuangan di Indonesia. Achmad juga menjelaskan untuk
sungai tersebut juga melewati daerah lain” ujarnya. Sehingga dalam pemanfaatan ruang yang dirasakan lebih dari satu daerah,
menentukan siapa yang seharusnya memberikan insentif sangat berdasarkan UU tentang Otonomi Daerah bisa diadakan kerjasama
tergantung pada daerah mana yang memperoleh pemanfaatan dari antara daerah tersebut untuk mengatur formulasi insentif yang
penataan ruang tersebut, jelasnya. diberikan.
Diusulkannya agar dalam RUU PR dijelaskan lebih rinci definisi Bentuk serta penerapan insentif dan disinsentif akan disesuaikan
kemanfaatan, apakah kemanfaatan nasional atau daerah dengan dengan regulasi keuangan dan akan ditetapkan dalam Peraturan
disertai aturan mengenai besaran insentif yang ditanggung. Apabila Pemerintah, demikian catatan rapat yang dibacakan Ketua Sidang
kemanfaatannya berskala nasional maka insentif dapat berasal dari Syarfi Hutauruk.“Bentuk insentif yang dimaksud yakni siapa yang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dalam memberikan insentif ini, berapa jumlah insentif dan dalam bentuk
bentuk Dana Anggaran Umum (DAU), Dana Anggaran Khusus (DAK) apa insentif tersebut.” demikian jelas Syarfi. Dalam RUU PR yang
maupun bagi hasil. Dana yang berasal dari APBN diberikan melalui saat ini masih dalam tahap pembahasan, masalah insentif dan
departemen yang berkaitan dengan tata ruang tersebut. Di lain disinsentif diatur dalam Pasal 41. lin

nuansa

Infrastruktur jalan sebagai akses untuk perangkutan orang dan barang, merupakan
salah satu unsur penunjang dalam pengembangan wilayah, baik di kawasan
perkotaan maupun di kawasan perdesaan

Pelindung A. Hermanto Dardak Penanggung Jawab Setia Budhy Algamar Dewan Redaksi Ruchyat Deni Dj, Iman Soedrajat, IF. Poernomosidhi H., Wahyono Bintarto, Karyadi
Pemimpin Redaksi Rezeki Peranginangin Redaksi Pelaksana Hadian Ananta Wardhana Pemimpin Usaha Indira Proboratri Warpani Sekretaris Redaksi Sri Sarwoasih Koord.
Liputan Arief Noviar, Sudarto, Darusman Ma'an,Yusuf Suhendy, Setio Djuwono, Endang Sihsetyaningrum Editor Herlin Sukmarini, Indira Proboratri Warpani Desain Tata Letak M. Salahudin
Rasyidi, Mila Mustika Sirkulasi Raditya Hari Murti, Adhi Maskawan Penerbit Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen PU Alamat Redaksi Gedung G-II, Jl. Pattimura no.20,
Keb. Baru, Jakarta Selatan,Telp/Fax : 021 - 7267762, website : www.penataanruang.net / http://penataanruang.pu.go.id, e-mail : newsbpr@yahoo.com, saran/usulan melalui SMS ke 0815 1000
8278, ketik saran <spasi> isi saran. *Redaksi menerima sumbangan berita singkat yang berkaitan dengan penataan ruang. Sumbangan berita paling lambat diterima pada minggu
ke-2 setiap bulannya*

08 Berita Penataan Ruang

Anda mungkin juga menyukai