Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN DAERAH NOMOR 18

TAHUN 2003
tentang
PERIZINAN USAHA PERDAGANGAN
DAN INDUSTRI

DINAS KOPERASI,
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN MALANG
BAB II
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 2

1. Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan


bidang perdagangan dan industri wajib mendapat izin dari
Bupati.
2. Perizinan dibidang Perdagangan dan Industri terdiri dari :
a. Izin Usaha Perdagangan.
b. Izin Usaha Industri, termasuk perluasan usaha industri
dan Tanda Daftar Industri.
3. Tata Cara pemberian Izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Keputusan Bupati sesuai peraturan
perundang–undangan yang berlaku.
BAB IV
IZIN USAHA INDUSTRI
Pasal 12
1. Setiap pendirian industri dan atau perluasan wajib memperoleh IUI.
2. Pembarian IUI/TDO terkait dengan pengaturan, pembinaan, pengendalian,
pengembangan dan pengawasan industri.
3. Perluasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
penambahan kapasitas produksi melebihi 30% dari kapastas produksi
yang telah diizinkan.
4. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi jenis
kelompok industri kecil tertentu.
5. Usaha industri dalam kelompok industri kecil tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
sampai dengan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan, diberikan TDI yang berlaku sebagai IUI.
Pasal 13
1. Terhadap semua jenis industri dalam Kelompok Industri Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya dibawah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib
memperoleh TDI kecuali dikehendaki oleh Perusahaan yang
bersangkutan.
2. Terhadap semua jenis industri dalam Kelompok Industri Kecil dengan
nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima
juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha , wajib memperoleh
TDI.
3. Terhadap semua jenis dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha , wajib memperoleh IUI.
Pasal 14

1. IUI,Izin Perluasan dan TDI belaku selama Perusahaan


Industri yang bersangkutan beroperasi.
2. IUI dan TDI dierikan untuk masing – masing jenis indusri
sesuai klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 5 (lima) digit.
3. IUI dan Izin Perluasan untuk Perusahaan Penanaman Modal
Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri masa berlakunya
diberikan sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang
Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri serta peraturan pelaksanaannya.
Pasal 15
1. Untuk memperoleh IUI dilakukan dengan persetujuan Prinsip atau tanpa
melalui Persetujuan Prinsip.
2. Persetujuan Prinsip diberikan kepada Usaha Industri untuk digunakan
dalam rangka persiapan usaha pembangunan, pengadaan,
pemasangan/instalansi peralatan dan hal – hal lain yang diperlukan dalam
persiapannya.
3. Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan
merupakan izin untuk melakukan produksi komersial dan memiliki masa
berlaku selama 4(empat) tahun sejak tanggal diterbitkannya Izin Prinsip.
4. IUI melalui tahap Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan
Industri yang telah memenuhi Izin Lokasi, Undang – Undang Gangguan,
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan telah
selesai membangun pabrik serta sarana produksi untuk siap berproduksi.
Pasal 16
IUI tanpa melalui Persetujuan Prinsip diberikan bagi usaha
industri yang :
a. Berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat setelah
memenuhi ketentuan yang berlaku di Kawasan
Industri/Kawasan Berikat, dan wajib membuat Surat
Pernyataan.
b. Jenis industrinya tercantum dalam Surat keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 148/M/SK/1995, baik berlokasi
didalam atau diluar Kawasan Idustri/Kawasan Berikat dan
wajib membuat Surat Pernyataan.
Pasal 17
1. Syarat Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 memuat
ketentuan mengenai kesediaan perusahaan Industri :
a. Tidak berproduksi komersial sebelum memenuhi segala
persyaratan yang telah ditetapkan berkaitan dengan
pembangunan pabrik dan saran produksi maupun ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
b. Menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi
selambat – lambatnya 4 (empat) tahun terhitung mulai tanggal IUI
diterbitkan.
c. Menerima segala akibat hukum terhadap pelanggaran atas surat
pernyataan yang telah dibuatnya.
2. Pelaksanaan surat pernyataaan bagi perusahaan industri yang berlokasi di
Kawasan Industri/Kawasan Berikat dipantau oleh perusahaan/pengelola
Kawasan Industri dan hasilnya dilaporkan kepada Bupati melalui Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
3. Pelaksanaan Surat Pernyataan bagi perusahaan industri yang berlokasi
diluar Kawasan Industri/Kawasan Berikat dipantu oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan.
4. Surat Pernyataan merupakan bagian tidak terpisahkan dari IUI yang akan
diterbitkan.
Pasal 18
Surat Pemberitahuan Persetujuan bagi Perusahaan Industri yang didirikan
dalam rangka Penanaman Modal Asing atau Surat Persetujuan Penanaman
Modal dari Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Bagi
Perusahaan Industri dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri yang
berlokasi di Kawasan Industri diberlakukan sebagai IUI.

Pasal 19
1. Apabila IUI atau TDI telah dimiliki oleh Perusahaan industri hilang atau
rusak tidak terbaca, perusahaan industri yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan penggantian IUI/TDI kepad Bupati.
2. Setiap permohonan penggantian IUI atau TDI yang telah rusak atau hilang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan surat asli IUI/TDI
atau Keterangan dai Kepolisian setempat yang mnerangkan hilangnya surat
IUI/TDI tersebut.
3. Selambat – lambatnya 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya pemohonan
penggantian IUI/TDI Bupati mengeluarkan IUI/TDI sebagai pengganti
IUI/TDI yang hlang atau rusak.
Pasal 20
IUI, Izin Perluasan atau TDI yang dikeluarkan berdasarkan Peraturan
Daerah ini, berlaku pula bagi tempat penyimpanan yang berada dalam
komplek usaha industri yang bersangkutan yang digunakan untuk
menyimpan peralatan, perlengkapan, bahan baku, bahan penolong dan
barang/bahan jadi untuk keperluan kegiatan usaha industri tersebut.

Pasal 21
1. Pemindahan lokasi industri wajib memiliki persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari Bupati.
2. Permintaan persetujuan pemindahan lokasi diajukan langsung
kepada Bupati.
3. Selambat – lambatnya 6 (enam) hari kerja Bupati wajib
mengeluarkan persetujuan tertulis dan berlaku sebagai Persetujuan
Prinsip ditempat baru.
Pasal 22

1. Perusahaan industri yang telah mendapatkan IUI, Izin


Perluasan atau TDI yang melakukan perubahan nama,
alamat, dan atau penanggung jawab perusahaan wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Bupati.
2. Selambat – lambatnya 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan perubahan dari perusahaan industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati mengeluarkan
persetujuan atas permintaan perubahan dan perubahan
tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IUI,
Izin Perluasan TDI.
Pasal 23
Sesuai dengan IUI/TDI yan diperolehnya perusahaan industri wajib :
a. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhdap
lingkungan hidup akibat kegiatan usaha industri yang dilakukannya
dengan melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) atau Surat Pernyataaan Pengelolaan Lingkungan
(SPPL) yang berlaku bagi jenis – jenis industri yang telah ditetapkan
sesuai dengan Keputusan Menteri Perindutrian Nomor :
250/M/SK/10/1994.
b. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil poduksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.

Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUI, Izin Perluasan dan
TDI ditetapkan dengan keputusan Bupati.
BAB IV
PEMBIAYAAN

Pasal 25

Perizinan Usaha Perdagangan dan Usaha Industri sebagaimana


diatur dalam Peraturan Daerah ini dikenakan biaya retribusi
sebesar Rp. 0,- (nol rupioah).
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 26
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan izin Usaha dibidang Perdagangan dan
Industri meliputi SIUP, IUI, Izin Perluasan dan TDI yang dilakukan oleh
Bupati atau Kepala Dinas.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakuknan oleh
Bupati atau Kepala Dinas.
3. Pengawasan langsung berupa kegiatan bimbingan dan pengawasan yang
dilakukan dilokasi kegiatan usaha perdagangan dan industri.
4. Pengawsan tidak langsung berupa penyampaian laporan secara tertulis
kepaa pemberi izin usaha oleh perusahaan perdagangan maupun industri
yang telah memiliki izin usaha.
5. Perusahaan yang telah memiliki SIUP dan IUI wajib menyampaikan laporan
kepada Bupati atau Kepala Dinas, secara berkala setiap 6 (enam) bula
sekal dan untuk TDI setiap 1 (satu) tahun sekali mengenai kegiatan
usahanya.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 27
1. Setiap pemegang SIUP, IUI Izin Perluasan dan TDI yang melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan – ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini, yang dapat mengakibatkan gangguan dan
merugikan kepentingan umum dapat dikenekan sanksi administratif.
2. Sanksi asministratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Peringatan secara tertulis.
b. Penghentian produksi untuk sementara waktu.
c. Pencabutan izin produksi atau izin usaha, dan/atau
d. Pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Pasal 28
1. Perusahaan pemegang SIUP diberi peringatan tertulis apabila :
a. Tidak memenuhi kewajiban sesuai ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
b. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan
usaha, dan jenis barang/jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP
yang telah diperoleh.
c. Belum mendaftarkan Perusahaan dalam Daftas Perusahaan.
d. Tidak menyampaikan laporan kegiatan usahanya/dengan sengaja
menyampaikan informasi yang tidak benar.
e. Adanya lapora/pengaduan dari Pejabat yang berwenang ataupun delik atau
pemegang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) bahwa Perusahaan yang
bersangkutan melakukan pelanggaran Haka Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
seperti antara lain Hak Cipta, Paten atau Merek.
f. Adanya laporan /pengaduan dari Pejabat yan berwenang bahwa perusahaan
tersebut tidak memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) kali berturut- turut dengan tenggang waktu yang cukup, setiap
peringatan berjangka waktu 14 (empat belas) hari dengan menggunakan Formulis
Model D.

Anda mungkin juga menyukai