Anda di halaman 1dari 5

BAB V

EVALUASI DAMPAK PENTING

5.1 Telaahan Terhadap Dampak Penting


Telaahan terhadap dampak penting yang diperkirakan akan muncul
sebagai akibat kegiatan penambangan pasir laut dan menekankan pada dampak
penting hioptetik yang mengalami perubahan mendasar akibat adanya kegiatan
tersebut. Analisis evaluasi dampak penting yang timbul dikaji dengan
menggunakan kriteria yang berpedoman kepada ukuran dampak penting sesuai
dengan Keputusan Kepala Bapelda No.56 tahun 1994 tentang Pedoman
Mengenai Dampak Penting dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas dampak
5. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
6. Sifat kumulatif dampak
7. Berbalik atau tidaknya dampak

Secara ringkas evaluasi dampak penting yang akan timbul dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik

Kegiatan / Sumber
Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik
Dampak

Tahap Persiapan    
Segi Lapangan Persepsi Masyarakat -
Perekrutan Tenaga Kerja Peningkatan Ekonomi -
Penyediaan Peralatan  - - 
Tahap Operasi    
Pengerukan Pasir Laut Stabilitas Pantai Stabilitas Pantai
  Topografi Dasar Laut Topografi Dasar Laut
  Gangguan Keanekaragaman Hayati -
  Peningkatan Sedimen Peningkatan Sedimen
  Peningkatan Pendapatan Asli -

V-1
Daerah
Lanjutan Tabel 5.1

  Lapangan Kerja -
Peningkatan Pendapatan Asli
Pengangkutan Daerah -
  Lapangan Kerja
  Penurunan Pendapatan Nelayan Penurunan Pendapatan Nelayan
Tahap Pasca Operasi    
Penghentian Proyek  -  -
Pelepasan Tenaga Kerja Pengangguran -

Dari tabel tersebut dapat diketahui prioritas terhadap dampak penting


hipotetik yaitu sebagai berikut :

5.1.1 Tahap Operasi


Stabilitas pantai
Apabila dasar perairan pantai tersebut dikeruk, maka batimetri dasar akan
mengalami perubahan. Perubahan ini akan mengubah pola gerakan air dan
sistem transportasi sedimentasi pantai tersebut, sehingga stabilitas pantai pulau
tersebut terancam. Seperti diketahui bahwa batimetri pulau tersebut maksimal 8
m dengan kelerengan yang landai. Bila pengerukan kira-kira 10 m, maka akan
ada perubahan kestabilan lereng, sehingga kestabilan pantai akan terganggu.
Untuk itu penambangan akan berdampak penting terhadap kestabilan pantai
apabila penggalian pasir terlalu dekat dengan garis pantai. Refraksi gelombang
rona awal maksimum > 7,5 cm/dtk, maka kedalaman yang aman untuk
melakukan penambangan tidak melebihi 8,3 m.

Topografi Dasar Laut


Dampak perubahan topografi dasar laut dari kegiatan pengerukan pasir
tidak dapat dihindarkan. Topografi yang semula setelah kegiatan akan menjadi
berlubang bekas penggalian, perubahan topografi akan menjadi penting karena
tapak proyek dengan pantai yang pada gilirannya akan berpengaruh pada
stabilitas pantai.

Peningkatan Sedimen
Peningkatan sedimen menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air laut
yang menyebabkan terganggunya kehidupan biota air. Penurunan kualitas air

V-2
laut di sekitar lokasi pengerukan, yaitu berupa kekeruhan sebagai peningkatan
kadar zat tersuspensi. Hasil perhitungan sebaran tersuspensi, material lanau /
lempung baru akan mengendap setelah menempuh jarak antara 145,07 – 219,93
meter dari titik pengerukan. Selain itu penurunan kualitas air juga disebabkan
oleh adanya ceceran atau tumpahan minyak sehubungan dengan perawatan
mesin, penggantian pelumas serta pengisian BBM. Dampak turunan dari kualitas
air laut akan berpengaruh terhadap biota perairan laut, baik terhadap jumlah
maupun keanekaragamannya.
Adanya arus dan gelombang akan berdampak terhadap kualitas air.
Ditinjau dari luas persebaran dampak dan berbaliknya dampak, maka adanya
arus dan gelombang yang kuat akan memperluas persebaran dampak dan
memperlambat berbaliknya dampak. Sebaliknya apabila arus dan gelombang
lemah dan tenang akan memperkecil luas persebaran dampak dan mempercepat
berbaliknya dampak.
Jika pengerukan pasir laut dilakukan secara terus-menerus selama 24
jam tanpa henti maka dampaknya akan terjadi selama tahap operasi
pemambangan berlangsung. Akibat lain dari pengoperasian kapal keruk adalah
timbulnya ceceran minyak dan oli.

Penurunan Pendapatan Nelayan


Nelayan yang beroperasi di sekitar tapak proyek akan mengalami
penurunan hasil tangkapan ikannya sekaligus mengurangi pendapatannya. Hal
ini disebabkan pindahnya ikan-ikan ke tempat lain menjauhi lokasi pengerukan
sehingga populasi ikan menurun, dan tentunya akan merugikan nelayan
tradisional.

5.2 Telaahan dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan


Dari hasil evaluasi dampak penting terlihat bahwa perubahan mendasar
dari komponen lingkungan akan terjadi sebagai akibat adanya kegiatan
penambangan pasir laut yang berlangsung pada tahap kegiatannya. Untuk itu
perlu telaahan hasil evaluasi dampak penting dan dasar pengelolaan sebagai
berkut :

V-3
5.2.1 Hasil Evaluasi Dampak Penting
Tahap Operasi
Dampak panting yang terjadi adalah :
 Menurutnya kualitas air laut pada kegiatan laut proses
pengerukan
 Terganggunya kestabilan pantai pada kegiatan proses
pengerukan
 Menurunnya populasi planton dan benthos pada kegiatan proses
pengerukan dan pengangkutan
 Menurunnya pendapatan nelayan pada kegiatan proses
pengangkutan

5.2.2 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan


Pendekatan pengelolaan lingkngan bagi rencana penambangan pasir laut
merupakan upaya tindakan dan mekanisme yang diperlukan ntuk mengelola
lingkungan terhadap akibat yang timbul dari kegiatan penambangan pasir laut
tersebut. adapun pendekatan pengelolaan lingkungan penambangan pasir laut
dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Teknologi
Teknologi yang diterapkan merupakan upaya untuk menanggulangi,
mencegah, mengurangi, memperbaiki dan meningkatkan akibat dampak yang
ditimbulkan oleh rencana kegiatan penambangan pasir laut. Teknologi yang
ditetapkan dalam pengelolaan lingkungan kegiatan pasir laut adalah sebagai
berikut :
1) Pengerukan pasir laut hanya akan dilakukan untuk jenis meterial
lepas/endapan sedimen
2) Kegiatan pengerukan dilakukan secara teratur dan tidak terus menerus
selama 24 jam

2. Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya


Langkah tindakan dalam pendekatan ini diterapkan pada bentuk kegiatan
pemrakarsa perusahaan. Beberapa hal yang dilakukan adalah sebagai berikut :

V-4
a) Kerjasama pemrakarsa dengan pemerintah daerah setempat dalam
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan persiapan operasi
penambangan pasir laut.
b) Memberikan upah dan gaji yang layak terhadap tenaga kerja setempat,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan setempat mengenai gaji
pekerja.
c) Memberikan perhatian dan peran serta pemrakarsa terhadap kegiatan-
kegiatan hari besar seperti kegiatan olahraga, dan meningkatkan
bantuan sosial kepada masyarakat sekitar pulau yang berpengaruh,
seperti membantu fasilitas dana pada bidang kesehatan, pendidikan
serta kesejahteraan sosial.

3. Pendekatan Institusional
Mekanisme pendekatan Institusional dapat dikembangakan dengan
melalui :
1) Mekanisme kerjasama antara PT Bumi Samudra Argomegah dengan
instansi-instansi terkait dalam pengelolaan lingkungan hidup, seperti
Kanwil DPE Provinsi Riau, Bapeko/Bapedalda Batam dan Otoritas Batam
serta Instasi terkait lainnya.
2) Mekanisne pengawasan dan pelaporan program pengelolaan lingkungan
oleh instansi yang berwenangan dan pihak yang berkepentingan.

V-5

Anda mungkin juga menyukai