Anda di halaman 1dari 2

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/17/khazanah/wisata.

htm

Kesimpulan vs Simpulan
Oleh LIE CHARLIE

DALAM Rubrik "Wisata Bahasa" (Pikiran Rakyat, 10 Juni 2006), Asep Rahmat
menguraikan pandangannya dan menyimpulkan bahwa bentuk "simpulan" lebih tepat
daripada "kesimpulan". Argumennya mengacu kepada analogi bahwa "tayang" atau
"pukul" menjadi "tayangan" atau "pukulan" jika menyatakan "hasil pekerjaan".

Menurut hemat saya, analogi yang diacu sedikit kurang komprehensif. Perhatikan bahwa
"tayang" atau "pukul" (serta beberapa contoh lain yang dikemukakan Asep Rahmat dalam
tulisannya seperti "temuan", "gambaran", "gabungan", "tudingan", "tendangan")
semuanya cenderung merupakan kata kerja; sedangkan "simpul" pada hakikatnya lebih
merupakan kata benda. (Dipakai kata-kata "cenderung" dan "pada hakikatnya" sebab kata
tanpa imbuhan dalam khazanah bahasa Indonesia ada yang sukar dipastikan kelas
katanya).

Untuk "membendakan" kata benda lazimnya memang dipergunakan imbuhan "ke- -an".
Jadi, "kesimpulan" adalah bentuk yang diperoleh dari hasil mengimbuhi kata benda
"simpul" dengan afiks "ke- -an". Kata-kata benda konkret seperti "manusia", "menteri",
"pegawai", "raja", atau "uang" dapat diimbuhi "ke- -an" untuk membentuk kata-kata
"kemanusiaan", "kementerian", "kepegawaian", "kerajaan", atau "keuangan" dengan
makna "hal mengenai" atau "sesuatu yang berhubungan dengan".

Masalahnya cuma soal penentuan kelas kata, sehingga kita dapat sampai pada konklusi
(menghindari penggunaan kata "kesimpulan" maupun "simpulan") penerapan
pengimbuhan yang tepat. Sudah menjadi pengetahuan para linguis bahwa ada kalanya
kata bahasa Indonesia tanpa imbuhan sulit digolongkan kategorinya. Contoh yang
populer, "sapu", apakah termasuk kata benda atau kata kerja? Hanya setelah kita
mengambil keputusan bahwa suatu kata masuk kelas kata apa, pengimbuhan yang tepat
dapat dirumuskan.

**

PENAMBAHAN akhiran "-an" pada kata kerja juga tidak selamanya menunjukkan
bahwa itu semata-mata "hasil pekerjaan". "Pikulan" atau "timbangan", contohnya, selain
bermakna "hasil pekerjaan memikul atau menimbang" juga bisa berarti "alat memikul"
atau "alat menimbang". Sebaiknya memang kita menerima saja kemungkinan bahwa
pengimbuhan bisa menghasilkan makna ganda daripada memaksakan diri memilih salah
satu di antaranya saja.

Imbuhan "ke- -an" lazimnya memang lebih dimanfaatkan untuk membendakan kata sifat
(umpamanya "baik" atau "sulit" menjadi "kebaikan" atau "kesulitan") dan kata keadaan
("putus" atau "mati" jadi "keputusan" atau "kematian"), tetapi dapat pula diterimakan
kepada kata benda dan kata kerja tertentu dengan arti "dikenai oleh" atau "menderita
karena", misalnya makna yang ditunjukkan oleh kata-kata "kemalingan" atau
"kehujanan" ("maling" dan "hujan" kata-kata benda) serta "kecopetan" atau "kecurian"
("copet" dan "curi" kata-kata kerja).

Sama halnya dengan kata "simpul", maka kata "tetap" perlu ditetapkan dulu apakah
dianggap kata kerja atau kata keadaan, barulah kita dapat menetapkan mana bentuk yang
lebih tepat: "tetapan" atau "ketetapan".***

Penulis, Sarjana Tata Bahasa Indonesia lulusan Universitas Padjadjaran, Bandung

Anda mungkin juga menyukai