Anda di halaman 1dari 1

PEDOMAN PENERJEMAHAN

© 2006, Divisi Humaniora, Penerbit Kanisius

Penerbit Kanisius percaya bahwa menerjemahkan bukanlah pekerjaan yang mudah. Tugas seorang
penerjemah tidak ringan karena ia harus mengusahakan agar gagasan dan maksud penulis persis sampai
kepada pembaca yang berlainan budayanya. Tak pelak lagi, soalnya jauh lebih besar daripada sekadar
mencarikan padanan kata atau kalimat belaka. Kami memaklumi, untuk itu dibutuhkan banyak-banyak
pengetahuan, ketekunan, kepekaan bahasa, pengalaman, dan sebagainya.
Oleh karena itu, Penerbit Kanisius menganjurkan kepada para penerjemah agar memperhatikan beberapa
hal berikut.
1. Berorientasi kepada pembaca
Mungkin Anda memahami kalimat terjemahan yang Anda buat, tetapi apakah orang lain akan dapat
memahaminya juga? Pastikan bahwa karya terjemahan Anda sungguh-sungguh dapat dipahami oleh
orang Indonesia. Dengan kata lain, karya terjemahan Anda harus bersesuaian dengan logika bahasa
orang Indonesia.
2. Setia kepada penulis
Kesetiaan kepada penulis berarti bahwa Anda harus sungguh-sungguh memahami apa yang persis
dimaksudkan oleh si penulis. Huruf, kata, dan kalimat hanyalah simbol atau lambang atau bungkus.
Tangkaplah idenya, gagasannya, dan nuansanya. Itulah yang perlu Anda terjemahkan. Setia kepada
penulis juga berarti jangan "mengkhianati" sang penulis. Adalah haram hukumnya menafsirkan teks
yang tidak Anda yakini persis maksudnya. Dalam kasus Anda ragu-ragu atau tidak tahu bagaimana
menerjemahkan suatu bagian teks, konsultasikan hal itu dengan pihak lain. Manfaatkan kamus, buku
referensi, dan sumber-sumber berwibawa di internet.
3. Mengambil metode terjemahan bebas
Kecuali bila Anda sedang menerjemahkan buku teks filsafat, fisika, teknik, atau sesuatu yang
menuntut penerapan istilah secara ketat, pada umumnya Anda diperbolehkan bahkan dianjurkan
untuk menerapkan metode penerjemahan bebas. Jika perlu, silakan memecah atau memotong
kalimat, menghilangkan atau menambahkan kata, mencari ungkapan lain yang semakna, bahkan
merombak struktur kalimat aslinya. Yang penting, makna dan gagasan penulis sampai kepada
pembacanya. Kami menuntut agar Anda membaca dulu seluruh teks sebelum memutuskan metode
terjemahannya.
4. Mematuhi asas-asas tata bahasa Indonesia yang baku
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari hal ini jarang diperlukan, mau tak mau hal ini harus
diperhatikan oleh penerjemah karena hasil karyanya akan dijadikan buku yang nantinya akan dibaca
khalayak. Demi kelancaran, sedapat mungkin gunakanlah pedoman Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia dan pedoman Ejaan yang Disempurnakan dari Lembaga Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Dalam hal ejaan, kalau ini dirasakan terlalu rumit, silakan serahkan saja perkara ini kepada
editor Kanisius.
5. Bersikap jujur
Penerbit Kanisius percaya bahwa tak ada satu orang pun yang serba sempurna. Kalau suatu ketika
Anda menemukan kosakata yang terasa asing atau struktur kalimat yang sukar ditangkap, atau yang
sukar ditemukan padanannya, dan Anda tidak menemukan solusinya kendati segala upaya dan sarana
yang tersedia, kami anjurkan untuk tidak memaksakan menerjemahkannya. Namun, biarkan kami
mengetahuinya. Berilah tanda pada bagian tersebut atau cantumkan kutipan dalam bahasa aslinya di
antara kurung.
Tim Penerjemah
Hanya dalam kasus khusus tertentu kami dapat menyetujui pembentukan tim penerjemah yang bekerja
sama menerjemahkan satu buku, misalnya untuk menerjemahkan antologi atau ensiklopedi yang men-
cakup berbagai bidang pengetahuan sehingga menuntut spesifikasi yang sesuai pula dari penerjemahnya.
Pada umumnya, kami mensyaratkan satu buku diterjemahkan oleh hanya satu orang penerjemah.
Tarif
Penerbit Kanisius akan memberikan imbalan penerjemahan menurut klasifikasi profesionalitas
penerjemah (yang diukur menurut kemahiran dan pengalaman), klasifikasi naskah (umum atau spesifik,
mudah atau sukar), panjang teks, serta mutu bahasa Indonesia di dalam hasil terjemahan.

juan st. sumampouw - Pedoman Penerjemahan.doc

Anda mungkin juga menyukai