Anda di halaman 1dari 6

c 

   
    



   

  

 



  c 


 

     c c   




i 
Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Di dalam Al-Quran ada 2 kata, yaitu SHIYAM dan SHAUM.
Kedua-duanya berasal dari kata yang sama, yang artinya menahan. Orang yang menahan diri disebut
Shaim.

SHAUM di dalam Al-Quran berarti menahan diri untuk tidak bicara, sedangkan
SHIYAM di dalam Al-Quran berarti menahan diri dari hal-hal yang buruk menurut Allah

Seringkali kata dalam Al-Quran tapi pemaknaannya dipersempit oleh hokum (fiqh). Seperti shalat,
sebenarnya bermakna doa. Tapi dalam hukum (fiqh) itu adalah gerakan tertentu yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut fiqh, walaupun tidak khusyu tapi kalau sudah melakukan
gerakan2 tertentu yg diawali takbir dan diakhiri salam, maka sudah bisa dikatakan itu shalat. Namun
sebetulnya menurut Al-Quran, dia belum shalat yang sesungguhnya. Hukum hanya mengatur yang
nampak saja, tapi tidak mengatur yang esensi.

Begitu juga dengan makna SHIYAM. Shiyam menurut hukum adalah tidak makan, minum dan seks sejak
terbit matahari sampai terbenam matahari. Tapi sebenarnya makna dalam Al-Quran adalah bukan hanya
sampai di situ, tapi juga menahan diri dari segala yang buruk.

Untuk apa SHIYAM ? Kata Allah dalam Al-Quran, adalah agar kita menjadi ³Tattaqun´.Surat Al-
Baqarah ayat 183. Apa arti Tattaqun ? Tattaqun adalah ³kamu menjadi orang-orang yang terhindar dari
segala bencana, musibah baik di dunia maupun di akhirat kelak´.

Manusia dalam hidupnya selalu menginginkan kesempurnaan. Orang yang kayapun ingin lebih kaya lagi.
Orang menginginkan dirinya dan orang lain menjadi orang-orang yang terbaik dan lebih sempurna dari
waktu ke waktu. Bahkan lingkungan tempat tinggalnya pun ingin lebih sempurna dan sempurna lagi.
Karya-karya-nya pun disempurnakan terus menerus. Sesuatu dinilai sempurna jika memenuhi tiga hal,
yaitu indah, baik dan benar.

Untuk kesempurnaan ini, manusia menemukan bahwa Allah itulah yang Maha Sempurna, karena itu
manusia ingin meneladaniNya. (Mempunyai sifat yang Maha Sempurna, karya-karya Allah sangat
sempurna dan penuh ketelitian. Allah itu Maha Baik, Maha Indah dan juga Dialah Kebenaran itu sendiri
(Al-Haq). PerbuatanNya tidak ada kesalahan atau error disana sini, walaupun jutaan bahkan triliyunan
karyaNya. Tidak ada kita mendengar God Error, tapi manusia selalu melakukan Human Error. Manusia
ingin memperkecil kesalahan yang diperbuatnya, mengecilkan nilai Human Error. Berapa banyak
musibah yang diakibatkan oleh Human Error. Manusia ingin sempurna seperti sempurnaNya sang Maha
Sempurna. Manusia ingin meneladaniNya. ±RED).

Puasa adalah upaya untuk meneladaniNya. Itulah yang dimaksud ³Puasa untukKu, dan Akulah yang akan
membalas-Nya´ dalam sebuah hadits. Shalat, Zakat, Haji juga untuk Allah, namun semuanya bukan untuk
meneladani Allah. Sedangkan Puasa adalah untuk meneladani Allah, agar menjadi sempurna.

Dalam menuju kesempurnaan lingkungan, metode menghilangkan kotoran adalah yang lebih diutamakan
daripada menghiasinya. Begitu juga dengan sifat yang buruk dan dari hal-hal yang buruk itu lebih
diutamakan untuk dibersihkan. Mana yang lebih dulu : menahan marah atau membaca Quran di bulan
Ramadhan ? Jawabannya adalah menahan marah. Apa gunanya parfum jika belum mandi ? Dan
umumnya masyarakat melakukan mandi dan pakai parfum namun masih main kotor pula. Ini adalah
bahasa kiasan.
Apa hal yang buruk dalam diri manusia ? Yang tidak baik dari diri manusia adalah nafsu ammarah kepada
keburukan. Puasa adalah untuk mengatur nafsu sehingga tidak selalu menjadi ammarah kepada
keburukan, tapi menjadi nafsu yang muthmainnah dan nafsu yang selalu menyuruh kepada kebaikan.

á 
   
Setiap kali menjelang Idul Fitri, arus mudik demikian besar. Banyak penduduk kota yang kembali ke
kampung halaman, bersilaturahim sambil berlibur, bernostalgia, bahkan mungkin juga ± sebagaimana
disinyalir oleh beberapa pengamat ± memamerkan sukses yang telah diraih di kota.ide mudik sendiri,
selama dikaitkan dengan silaturahim, merupakan ajaran yang dianjurkan oleh agama.hal ini dapat dilihat
dari akar kata dan pengertian silaturahim.

Silaturahim adalah kata majemuk yang terambil dari kata shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata
yang berarti ³menyambung´, dan ³menghimpun´. Ini berarti bahwa hanya yang putus dan yang
berseraklah yang dituju oleh kata shilat. Sedangkan kata rahim pada mulanya berarti ³kasih sayang´
kemudian berkembang sehingga berarti pula ³peranakan´ (kandungan), karena anak yang dikandung
selalu mendapatkan curahan kasih sayang.

Tidak jaranghubungan dantara mereka yang berada di kota dan di kampung sedemikian renggang ±
bahkan terputus ± akibat berbagai faktor. Dan dengan mudik yang bermotifkan silaturahim ini akan
terjalin lagi hubungan tersebut; akan tersambung kembali yang selama ini putus serta terhimpun apa yang
tersentak. Yang demikian inilah yang dinamakan hakikat silaturahim. Nabi saw. Bersabda: ³Tidak
bersilaturahim (namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan
bersilaturahim adalah) yang menyambung apa yang putus´ (Hadis Riwayat Bukhari).

Itulah puncak silaturahim, yang dapat diwujudkan oleh mereka yang mudik dan juga oleh mereka yang
tetap tinggal di kota bila ia berusaha mengingat-ingat siapa yang hatinya pernah terluka oleh ulahnya atau
yang selama ini jarang dikunjungi akibat kesibukannya. Mudik dan kunjungan seperti inilah yang
dinamakan dengan menyambung kembali yang putus, menghangatkan, dan bahkan mencairkan yang
beku.

Sungguh baik jika ketika mudik, atau berkunjung, kita membawa sesuatu ± walaupun kecil ± karena
itulah salah satu bukti yang paling konkret dari rahmat dan kasih sayang. Dari sinilah kata shilat diartikan
pula sebagai ³pemberian´. Dan tidak ada salah seorang yang mudik menampakkan sukses yang diraih
selama ini asalkan tidak mengandung unsur pamer, berbangga-bangga, dan pemborosan. Lebih-lebih jika
yang demikian itu akan mengantar kepada kecemburuan sosial. Menampakkan sukses dapat merupakan
salah satu cara mensyukuri nikmat Allah, sebagaimana sabda Rasul saw.: ³Allah senang melihat hasil
nikmatnya (ditampakkan) oleh hamba-Nya.´

Adapun nikmat Tuhanmu maka ucapkan (sampaikanlah) (QS 93:11). Sebagian mufasir memahami ayat
ini sebagai perintah untuk menyampaikan kepada orang lain dalam bentuk ucapan atau sikap betapa besar
nikmat Allah yang telah diraihnya. Mudik berlebaran adalah hari gembira yang berganda: gembira karena
lebaran dan gembira karena pertemuan. Di sini setiap yang mudik hendaknya merenungkan pesan Ilahi:
Jangan bergembira meampaui batas terhadap apa yang dianugerahkan (Tuhan) kepadamu, (kegembiraan
yang mengantar kepada keangkuhan dan lupa diri). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membangakan diri (QS 57:23).
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari silaturahim yang telah kita lakukan.[
@  
  
  
³Minal µaidin wal faizin,´ demikian harapan dan doa yang kita ucapkan kepada sanak keluarga dan handai
tolan pada Idul Fitri. Apakah yang dimaksud dengan ucapan ini? Sayang, kita tidak dapat merujuk kepada
Al-Quran untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata µaidin, karena bentuk kata tersebut tidak bisa
kita temukan di sana. Namun dari segi bahasa, minal µaidin berarti ³(semoga kita) termasuk orang-orang
yang kembali.´ Kembali di sini adalah kembali kepada fitrah, yakni ³asal kejadian´, atau ³kesucian´, atau
³agama yang benar´.

Setelah mengasah dan mengasuh jiwa ± yaitu berpuasa ± selama satu bulan, diharapkan setiap Muslim
dapat kembali ke asal kejadiannya dn menemukan ³jati dirinya´, yaitu kembali suci sebagai mana ketika
ia baru dilahirkan serta kembali mengamalkan ajaran agama yang benar. Ini semua menuntut keserasian
hubungan, karena ± menurut Rasulullah ± al-aidin al-mu¶amalah, yakni keserasian dengan sesama
manusia, lingkungan, dan alam.

Sementara itu, al-faizin diambil dari kata fawz yang berarti ³keberuntungan´. Apakah ³keberuntungan´
yang kita harapkan itu? Di sini kita dapat merujuk pada Al-Quran, karena 29 kali kata tersebut, dalam
berbagai bentuknya, terulang. Menarik juga untuk diketengahkan bahwa Al-Quran hanya sekali
menggunakan bentuk afuzu (saya beruntung). Itupun menggambarkan ucapan orang-orang munafik yang
memahami ³keberuntungan´ sebagai keberuntungan yang bersifat material (baca QS 4:73)

Bila kita telusuri Al-Quran yang berhubungan dengan konteks dan makna ayat-ayat yang menggunakan
kata fawz, ditemukan bahwa seluruhnya (kecuali QS 4:73) mengandung makna ³pengampunan dan
keridhaan Tuhan serta kebahagiaan surgawi.´ Kalau demikian halnya, wal faizin harus dipahami dalam
arti harapan dan doa, yaitu semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh ampunan dan ridha
Allah SWT sehingga kita semua mendapatkan kenikmatan surga-Nya.

Salah satu syarat untuk memperoleh anugerah tersebut ditegaskan oleh Al-Quran dalam surah An-Nur
ayat 22, yang menurut sejarah turunnya berkaitan dengan kasus Abubakar r.a. dengan salah seorang yang
ikut ambil bagian dalam menyebarkan gosip terhadap putrinya sekaligus istri Nabi, Aisyah. Begitu
marahnya Abubakar sehingga ia bersumpah untuk tidak memaafkan dan tidak memberi bantuan apapun
kepadanya.

Tuhan memberi petunjuk dalam ayat tersebut: Hendaklah mereka meaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS
24:22).

Marilah kita saling berlapang dada, mengulurkan tangan dan saling mengucapkan minal µaidin wal faizin.
semoga kita dapat kembali mendapatkan jati diri kita semoga kita bersama memperoleh ampunan, ridha,
dan kenikmatan surgawi. Amin.[]
J   
Tema ttg Taubat :
Dosa ada 2 macam :

- tidak melaksanakn perintah


- melanggar larangan

Taubat artinya kembali. Apabila seorang manusia melakukan dosa maka dg


sendirinya manusia yang tadinya dg dekat Allah, maka menjadi jauh dari
Allah. Karena itu Allah menghendaki manusia KEMBALI dekat dg diriNya.
Allahpun bertaubat dlm artian : Allah kembali mendekati hambaNya dengan
cara mengilhami manusia agar kembali ke dekatNya dan senang apabila ada
manusia telah kembali.

Taubat mengandung 3 unsur pokok :


1. tau dosanya, tau akan akibat perbuatannya (maka manusia harus punya pengetahuan)
2. kondisi kejiwaan yg penuh sesal sehingga mendorongnya utk meminta ampun
3. ada upaya utk menghindari sebab2 menuju ke perbuatan dosanya yang lalu

Tanda2 taubatan nasuha :


1. keadaan manusia menjadi lebih baik dari masa ketika dia berbuat dosa
2. kalo ingat dosanya masa lalu dia menyesal
3. ada rasa was2 kalo2 dosanya yg lalu tdk diterima, shg terus menerus
melakukan upaya2 perbaikan.

Dosa thd manusia ada 2 macam :


1. terambil hartanya, cara bertaubat adl dg mengembalikan hartanya tsb kepada orang yg kita
lukai
2. tercemar/rusak nama baiknya,
cara bertaubat adl dg menjalin hubungan baik dg orang yg dilukai dan
dekat dg Allah agar di akhirat Allah membantu kita dari tuntutan orang
yg kita lukai tsb

sekian semoga bermanfaat

wassalamualaikum wr.wb,
×     
Tiada manusia yang sempurna, karena setiap orang mempunyai
kelemahan. Seseorang yang beriman, tentu mempunyai kesalahan
dan memiliki sifat buruk yang sukar dihilangkan. Tiada orang
Mukmin yang murni atau sempurna.

Pandangan orang jarang ditujukan pada hal-hal yang berada di


pertengahan antara dua hal yang berdekatan. Bagi seseorang
sesuatu itu warnanya putih saja, sebagian yang lain hitam
saja, mereka lupa adanya warna yang lain, tidak putih dan
tidak pula hitam.

Nabi saw. pernah bersabda kepada Abu Dzar r.a., beliau


bersabda, ³Engkau seorang yang masih ada padamu sifat
Jahiliyah.´ Abu Dzar adalah seorang sahabat yang utama,
termasuk dari orang-orang pertama yang beriman dan berjihad,

akan tetapi masih ada kekurangannya.

Juga didalam Shahih Bukhari diterangkan oleh Nabi saw.:

³Barangsiapa yang meninggal bukan karena melakukan jihad dan


tidak dirasakannya (tidak ingin) dalam jiwanya maksud akan
berjihad, maka dia mati dalam keadaan sedikit ada nifaknya.´

Abdullah bin Mubarak meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib


r.a. yang mengatakan sebagai berikut:

³Seorang Mukmin itu permulaannya tampak sedikit putih dalam


kalbunya; setiap kali iman bertambah, maka bertambah
putihlah kalbu itu. Begitu seterusnya, hingga kalbunya
menjadi putih semua.

Begitu juga kemunafikan, pertama ada tanda-tanda hitam dalam


kalbunya; dan setiap melakukan kemunafikan, maka bertambah
pula hitamnya, sampai hatinya menjadi hitam semua.

Demi Allah, jika dibuka hati seorang Mukmin, maka tentu


tampak putih sekali; dan jika dibuka hati orang kafir, maka
tentu tampak hitam sekali.´

Ini berarti seseorang tidak dapat sekaligus menjadi sempurna


imannya atau menjadi munafik, tetapi kedua hal itu bertahap,
yakni sedikit demi sedikit.

Anda mungkin juga menyukai