“Aku ini binatang jalang, dari kumpunlannya terbuang”
kata Chairil Anwar mengapresiasikan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka. Mungkin semua orang sudah tahu, bangsa ini telah merdeka 65 tahun silam. Namun, apakah bangsa ini telah mendapatkan kemerdekaan yang sejati ? Ataukah bangsa ini hanya mendapat kemerdekaan semu, sebab realita yang terjadi adalah kita masih di jajah oleh aset – aset asing yang berkedok perdagangan bebas. Ataukah generasi sekarang yang tak mampu beradaptasi di abad 21 ini ? Krisis demi krisis melanda, merobohkan pondasi – pondasi negeri kita. Sebanyak 8,59 juta penduduk menganggur, ribuan anak putus sekolah dan jutaan penduduk kelaparan. Orang – orang asing bagaikan dewa di negeri kita, dihormati, dikagumi, dan dengan nyamannya mereka menikmati segala yang ada di negeri ini. Lihatlah kota emas papua, bagaikan Eldorado yang di datangi penjelajah asing bernama freeport, kemudian mereka dianggap dewa dan bebas mengambil semua harta yang ada. Apakah ini salah mereka ? Ataukah kita yang telah ter ‘mindset’ bahwa kita tidak punya kemampuan apapun karena orang asing lebih hebat dalam segala hal daripada kita ? Ketergantungan, itulah yang menyebabkan kita tidak mampu beradaptasi di zaman ini. Keinginan kita untuk mengikuti moderenisasi seperti di dunia barat malah menjadikan kita menjadi tergantung terhadap mereka. Negeri ini hampir seperti kapal pecah yang tak jemu dihantam gulungan ombak. Kita bagaikan seekor ayam yang mati di lumbung padi dan menjadi budak di negeri sendiri. Sekali lagi muncul pertanyaan, apakah generasi saat ini tidak mampu beradaptasi di tengah badai yang melanda negeri ini ? Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menjadi generasi yang bertahan di abad ini ? Persiapan, itulah yang di perlukan untuk menjadi generasi paling adaptif di zaman ini. Seperti kata Bima Arya “masa depan hanya untuk orang – orang yang menyiapkannya hari ini”. Recanakan hidup kita, buatlah pohon rencana kehidupan untuk hari esok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, dan tahun – tahun berikutnya. Lalu persiapkanlah cabang lain bila salah satu cabang kita patah, persiapkan daun lain bila salah satu daun kita layu. Coba perhatikanlah beberapa sajak dalam puisi Chairil Anwar.
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih
Mungkin itulah yang harus dilakukan gerenasi saat ini,
merencanakan hidup, fokus dan pantang menyerah walaupun berbagai kesulitan menghadang. Jangan cuma bisa mengeluh lalu diam saat menghadapi kegagalan tetapi berlari, berlarilah mengejar kegagalan – kegagalan lain untuk mendapatkan keberhasilan sejati karena kegagalan adalah salah satu cara dalam mencapai keberhasilan. Seperti sikap para pahlawan terdahulu, saat mereka berada diantara kegagalan, kegelisahan dan asa mereka tidak stagnan tetapi mengejarnya sambil berlari, lalu lahirlah Boedi Utomo, Sumpah Pemuda, Proklamasi dan hal besar lainnya. Atau seperti kisah Thomas Alpha Edison yang dikatai sebagai orang gagal sebelum ia menemukan bola lampu, ia berkata “Aku tidak pernah gagal, aku hanya menemukan bahwa ada 99 bahan yang tidak cocok untuk di jadikan bola lampu”. Oleh karena itu, persiapkanlah segalanya hari ini agar dapat menjadi generasi yang adaptif.