Anda di halaman 1dari 18

http://www.scribd.

com/doc/12854208/FILSAFAT-INDONESIA-DAN-PROFIL-BEBERAPA-FILSUF
-DUNIA

Filsafat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia s
ecara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak didalami de
ngan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan meng
utarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimas
ukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan
logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan fils
afat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa
penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu
yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lai
n dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Etimologi
* 2 Klasifikasi filsafat
o 2.1 Filsafat Barat
o 2.2 Filsafat Timur
+ 2.2.1 Filsafat Timur Tengah
+ 2.2.2 Filsafat Islam
+ 2.2.3 Filsafat Kristen
* 3 Munculnya Filsafat
* 4 Sejarah Filsafat Barat
o 4.1 Klasik
o 4.2 Abad Pertengahan
o 4.3 Modern
o 4.4 Kontemporer
* 5 Catatan kaki
* 6 Lihat pula
* 7 Pranala luar
[sunting] Etimologi
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari b
ahasa Arab ?????, yang juga diambil dari bahasa Yunani; F???s?f?a philosophia. D
alam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (phi
lia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti ha
rafiahnya adalah seorang pencinta kebijaksanaan . Kata filosofi yang dipungut dari
bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan
aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebu
t "filsuf".
[sunting] Klasifikasi filsafat
Plato (sebelah kiri) dan Aristotle (kanan), menurut lukisan Raffaelo Sanzio pada
tahun 1509
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama ,
menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang
budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena
itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang
budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut
wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: Fi
lsafat Barat , Filsafat Timur , dan Filsafat Timur Tengah . Sementara latar belakang aga
ma dibagi menjadi: Filsafat Islam , Filsafat Budha , Filsafat Hindu , dan Filsafat Kris
[sunting] Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang d
ari tradisi filsafat orang Yunani kuno.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Imma
nuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietz
sche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang men
yangkut tema tertentu.
* Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yan
g ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontolog
i. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
* Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme se
cara harafiah berarti pengetahuan ). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pen
getahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
* Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan ma
nusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas
hidup manusia: etika dan estetika.
* Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia
bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat d
iketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, t
anggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
* Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari
estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari b
erbagai macam hasil budaya.
[sunting] Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususny
a di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi
budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat deng
an agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat
, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat an sich masih lebih
menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta
Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong
.
[sunting] Filsafat Timur Tengah
Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa di
katakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timu
r Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan ju
ga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah
dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka mente
rjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Ero
pa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan k
arya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya y
ang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Na
ma-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibra
n dan Averroes.
[sunting] Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada se
jumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, mesk
i semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani teru
tama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Isla
m. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'menca
ri Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan.'
[sunting] Filsafat Kristen
Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantanga
n zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dal
am zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercaya
an agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafa
t ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agam
a. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura
[sunting] Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7
S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan ke
adaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan dir
i kepada [agama] lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah
yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawaba
nnya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sek
arang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu sa
ja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsaf
at tidak lain hanyalah Komentar-komentar karya Plato belaka . Hal ini menunjukkan p
engaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Buku karangan plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaed
o, dan krito".
[sunting] Sejarah Filsafat Barat
Sejarah Filsafat Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Filsafat Klasik, A
bad Pertengahan, Modern dan Kontemporer.
[sunting] Klasik
"Pra Sokrates": Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes - Pa
rmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles - Democritus - Anaxagoras
"Zaman Keemasan": Sokrates - Plato - Aristoteles
[sunting] Abad Pertengahan
"Skolastik": Thomas Aquino
[sunting] Modern
Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de Spinoz
a- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - Davi
d Hume - William Wollaston - Anthony Collins - John Toland - Pierre Bayle - Deni
s Diderot - Jean le Rond d'Alembert - De la Mettrie - Condillac - Helvetius - Ho
lbach - Voltaire - Montesquieu - De Nemours - Quesnay - Turgot - Rousseau - Thom
asius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn - Lessing - Georg Hegel - Immanuel Kan
t - Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De Bonald - Chateaubriand -
De Lamennais - Destutt de Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran - Fourier - Sa
int Simon - Proudhon - A. Comte - JS Mill - Spencer - Feuerbach - Karl Marx - So
ren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche - Edmund Husserl
[sunting] Kontemporer
Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand R
ussell - Jean-Paul Sartre - Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Fey
erabend- Jacques Derrida - Mahzab Frankfurt
[sunting] Catatan kaki
1. ^ Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan
FEUI. hal. 1

Logika (7), Kata dan Istilah, Kalimat dan Pernyataan


Selamat jumpa lagi semuanya ...!
Kali ini saya masih membahas soal logika. Namun, tidak akan memperkenalkan jenis
logika lainnya. Saya hanya ingin menjelaskan kembali beberapa hal pokok, yang b
erkaitan dengan materi utama pembahasan logika. (Waduh, formal banget nih bahasa
nya! ^_^ )
Materi pembahasan logika yang terutama, seperti saya pernah bahas dalam uraian y
ang berjudul Pengantar dan Materi Pembahasan, terdiri dari tiga hal: (1) sejarah
dan aliran, (2) istilah, dan (3) pernyataan. Dua materi (materi ke-1 dan ke-2),
sudah saya singgung sedikit dalam pembahasan lainnya yang terdahulu. Namun, say
a memang belum akan menyinggung pembahasan aliran dalam logika karena yang ini a
gak teknis bin ribet. (nah lho, apa nih maksudnya? :-? )
Sengaja, dalam posting kali ini, saya akan membahas materi ke-2 dan ke-3 saja. U
raian mengenai materi ke-2, akan kita coba bahas apa bedanya "kata" (word) dan "
istilah" (term). Sedangkan dalam membahas materi ke-3, kita akan bahas apa bedan
ya "kalimat" (sentence) dan "pernyataan" (proposition). Langsung kita mulai aja
yuk? :-)
Kata dalam bahasa Indonesia memang bisa dipahami sebagai sesuatu yang menjadi un
sur pembentuk bahasa. Misalnya, ada kata: "miskin". Kata ini akan berarti, hanya
jika kata ini digabungkan dengan kata lain atau dengan tanda bahasa yang menduk
ung.
Misalnya, "Oohh ... , miskin ya?" atau, "Miskin ...?"
Pada kalimat pertama, kata miskin bisa berarti dua hal. Hal ini menunjukkan ungk
apan ketidaktahuan seseorang tentang keadaan sebelumnya yang bersangkutan dengan
pengertian "miskin" itu sendiri. Kedua, ungkapan yang bernada merendahkan dapat
menjadi ungkapan seseorang yang berhadapan dengan keadaan seseorang yang memang
"miskin".
Untuk kalimat kedua, kita akan mengerti kalau kata "miskin" di situ akan berarti
pertanyaan. Juga bisa berarti ungkapan ketidakpercayaan.
Demikianlah, cara kita memahami "miskin" sebagai sebuah kata.
Walaupun begitu, "miskin" juga bisa berarti istilah. Artinya, "miskin" diberikan
pengertian yang bersifat khusus dan akan dipahami secara berbeda dalam bidang t
ertentu. (Bandingkan uraian ini dengan apa yang sudah diperjelas oleh Pusat Baha
sa)
Misalnya, dalam agama Islam, ada ungkapan:
"Kemiskinan itu akan mendekatkan seseorang pada penolakan beragama".
Pun dalam agama Kristiani, khususnya kaum Protestan, memiliki keyakinan:
"Kemiskinan itu harus ditolak, karena kalau kita kaya di dunia ini, maka kita ak
an kaya pula di Surga".
Tapi tidak begitu dalam agama Budhis. Ini tersirat dalam keyakinan:
"Dengan menjadi pengemis, maka seseorang akan mengerti makna kehidupan yang sebe
narnya".
(untuk uraian dalam agama ini, mohon maaf kalau misalnya ada kekeliruan. ralat a
kan dilakukan apabila ada yang keberatan. ^_^ )
Masuk pada bidang sosial, politik, ekonomi, maupun budaya, "miskin" memiliki sat
u pengertian yang kompleks atau amat luas. Istilah ini dapat diartikan macam-mac
am, sesuai dengan "maksud", "tujuan", atau "kepentingan" yang ada dalam pengguna
an "miskin" itu.
Misalnya, ketika ditetapkan Millenium Development Goals oleh masyarakat dunia, k
hususnya oleh PBB, "kemiskinan itu harus dapat diatasi pada tahun 2015" adalah s
logan yang membawa dampak politis yang luar biasa. Masing-masing negara, tentuny
a akan membuat kebijakan ekonomi yang mengarah pada tujuan tersebut. Begitu juga
para politisi akan memakai ini sebagai bagian dari kampanye.
Selain itu, hal ini juga beraspek budaya, karena "miskin" lalu dikaitkan dengan
sikap hidup manusianya. Pun berhubungan dengan sosial, karena "miskin" tidak mun
gkin berada di luar konteks bermasyarakat.
Nah, dengan penjelasan yang serba sedikit, kita mungkin dapat membayangkan seper
ti apa bedanya kata dan istilah. Hal ini sebenarnya terletak pada bagaimana kita
mengartikannya, atau bagaimana kita mendefinisikannya. Semakin teknis suatu kat
a didefinisikan, maka kata itu secara langsung akan menjadi istilah.
Lalu, terkait dengan apa yang disebut dengan kalimat dan pernyataan, kita dapat
membedakannya secara mudah sebenarnya. Misalnya dalam contoh di bawah ini.
1. "Adik makan nasi goreng sebelum berangkat sekolah."
2. "Adik itu makan nasi goreng sebelum berangkat sekolah."
Contoh 1 ini merupakan kalimat lengkap, karena ada S+P+O+K ("Adik" = Subjek + "m
akan" = Predikat + "nasi goreng" = Objek + "sebelum berangkat sekolah" = Keteran
gan).
Contoh 2 ini merupakan pernyataan, serta terdiri dari S+K+P ("Adik" = Subjek + "
itu" = Kopula + "makan nasi goreng sebelum berangkat sekolah" = Predikat)
Dengan memperhatikan contoh tersebut, kita dapat mengenali bahwa kalimat dan per
nyataan hanya berbeda tipis saja, yaitu dibedakan dengan kata "itu". Dalam bahas
a Inggris, kata "itu" yang dimaksud sebenarnya adalah kata "is", yang artinya "a
dalah" itu sendiri. Secara lebih jauh, ciri yang membuat pernyataan itu dibedaka
n dari kalimat adalah sisi pengujiannya. Kalimat (1) di atas, tidaklah perlu diu
ji isinya benar ataupun tidak karena sudah memenuhi syarat kalimat lengkap. Seda
ngkan dalam pernyataan (2), hal ini perlu dibuktikan kembali apakah isinya benar
atau salah, khususnya untuk fakta yang ada pada Predikat dari pernyataannya ter
sebut. (lihat kembali pembahasan saya untuk masalah formal dan material dalam lo
gika dalam artikel ini.)
Jadi, kalau kita boleh mengambil kesimpulan secara singkat, kalimat yang benar h
anya membutuhkan sisi pengujian atas susunannya, sedangkan pernyataan yang benar
hanya akan benar bila teruji sisi susunannya (formal) maupun sisi isi yang terk
andung di dalamnya (material).
Nah, dengan kesimpulan yang terakhir tadi ini, saya bisa menutup artikel mengena
i kata dan istilah, serta kalimat dan pernyataan, dengan baik dong. Kan dah ada
kesimpulannya tuh ...! :-p
Sampai jumpa dalam posting mengenai logika yang selanjutnya.
Diposkan oleh 4im pada jam 17:32 10 komentar
Kategori Arsip: Cabang Filsafat, Logika
I. FILOSOFIS PENDIDIKAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan k
onsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan seba
gai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan sega
la hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.
Berfikir secara sistematis.
3.
Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4.
Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1.
Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafi
sika
2.
Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi
.
3.
Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu a
dalah:
1.
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam
semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran m
aterialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme h
umanistis.
2.
Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang s
ifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif da
n idealisme objektif.
3.
Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi
murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutl
ak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :


1.
Sebagai dasar dalam bertindak.
2.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik ba
ik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cit
a-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam kese
imbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup keman
usiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.
Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme
.
2.
Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realism
e; dan
3.
Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada y
ang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang t
erus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang
telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf keh
idupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang e
ksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuh
an.
3. ESENSIALISME DAN PERENIALISME
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang
mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung ole
h idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semest
a tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam
semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini n
yata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergant
ung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, da
n selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap
orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaika
n diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai p
engalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengena
i nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stim
ulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme,
pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar.
Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai y
ang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti
sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip um
um yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah d
unia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adala
h persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinila
i indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1.
Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, ke
mauan, dan akal (Plato)
2.
Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsaf
at sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3.
Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menja
di aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran,
cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistens
i serta cinta kerjasama.
4. PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pe
ndidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang ber
sangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasion
alnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan t
eori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai
oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negar
a Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan men
entukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan d
an dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentinga
n bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan ne
gara Indonesia.
Filsafat Indonesia adalah filsafat yang diproduksi oleh semua orang yang menetap
di wilayah yang dinamakan belakangan sebagai Indonesia, yang menggunakan bahasa
-bahasa di Indonesia sebagai mediumnya, dan yang isinya kurang-lebih memiliki se
gi distingtif bila dibandingkan dengan filsafat sejagat lainnya.

Sebagai suatu tradisi pemikiran abstrak, menurut studi Mochtar Lubis, Filsafat I
ndonesia sudah dimulai oleh genius lokal Nusantara di era neolitikum, sekitar ta
hun 3500 2500 SM (Mochtar Lubis, Indonesia: Land under The Rainbow, 1990, h.7). Ta
pi, sebagai nama kajian akademis (di antara kajian-kajian akademis yang lain, se
perti kajian 'Filsafat Timur' atau 'Filsafat Barat'), Filsafat Indonesia merupak
an kajian akademis baru yang berkembang pada dasawarsa 1960-an, lewat tulisan ri
ntisan M.Nasroen, Guru Besar Luar Biasa pada Jurusan Filsafat di Universitas Ind
onesia, yang berjudul Falsafah Indonesia (1967).
Kutipan
Disusun menurut kronologi
* Sebagai hasil dari falsafah itu dalam alam kenyataan, adalah kebudayaan. D
alam alam kenyataan terdapat bermatjam-matjam kebudayaan dan tiap-tiap kebudayaa
n ini tentu mempunyai atau berdasarkan falsafah sendiri-sendiri pula --M.Nasroen
, Falsafah Indonesia 1967.
* Pantja Sila ini adalah pantjaran dari Pandangan Hidup Indonesia dan pasti
mengandung unsur-unsur dari Pandangan Hidup Indonesia itu didalamnja --M. Nasroe
n, Falsafah Indonesia 1967.
* Saja jakin, bahwa sebelum bangsa Indonesia memeluk agama, Tuhan telah meng
ilhami nenek mojang Indonesia membatja, jaitu mengemukakan ketentuan-ketentuan j
ang terdapat pada alam itu. Nenek mojang Indonesia dengan ketentuan-ketentuan it
u mentjiptakan adat itu dan adat itulah jang mengandung falsafah Indonesia asli
didalamnja--M. Nasroen, Falsafah Indonesia 1967.
* Untuk mengetahui dan menjelidiki falsafah asli Indonesia haruslah mengetah
ui dan menjelidiki adat dan pantun Indonesia--M. Nasroen, Falsafah Indonesia 196
7.
* Kehidupan desa-desa kita diarahkan dan dipengaruhi oleh nenek-moyang sebag
ai filosof, melalui adat, pandangan dan sikap hidup yang diwariskannya dari angk
atan ke angkatan.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.
* Bahasa Indonesia tepat sekali memakai perkataan budi sebagai dasar daripad
a budidaya atau kebudayaan. Hal ini tidak terdapat dalam bahasa Inggris; disana
tidak ada perhubungan antara mind dengan culture atau civilization, sehingga dil
ihat dari suatu jurusan ilmu kebudayaan, yang dalam bahasa Inggris sering disebu
t ilmu sosial, pada hakekatnya kacau. Dalam bahasa Jerman ada suatu kesadaran, b
ahwa pengertian Geist yang sama dengan mind atau budi itu, rapat berhubungan den
gan pengertian kultur; die Geisteswissenschaften boleh disamakan dengan die Kult
urwissenschaften--Sutan Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indo
nesia Dilihat dari jurusan Nilai-Nilai 1977.
* Bagi bangsa Indonesia pandangan hidu itu dapat dipelajari dari khazanah ad
at, istiadat, kebiasaan-kebiasaan di dalam pelbagai kebudayaan daerah--R. Parmon
o, Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia 1985.
* Hasil real dari pemikiran filsafat itu adalah kebudayaan. Oleh karena itu
usaha untuk mempelajari filsafat Indonesia dapat ditempuh melalui kebudayaan dae
rah --R. Parmono, Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia 1985.
* Bangsa Jawa menambahkan tokoh-tokoh dari kebudayaannya sendiri kepada toko
h-tokoh Mahabharata dalam bentuk Semar, Gareng, Petruk, Bagong --Sutan Takdir Al
isjahbana, Kesatuan Asia Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan, Ceramah pada pembe
rian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Sains Malaya.
* Tiba di sini, tibalah kita pada soal local genius, yaitu keistimewaan baka
t dan pembawaan kebudayaan-kebudayaan Asia Tenggara atau Bumantara, yaitu kuatny
a tenaga kekreatifan estetik yang sejalan dengan kecakapan menerima dan mensinte
sis konsep dan pemikiran dari kebudayaan lain dalam suatu integrasi struktur dan
penjelmaan bentuk baru yang seimbang dan agung --Sutan Takdir Alisjahbana, Kesa
tuan Asia Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan, Ceramah pada pemberian gelar Doct
or Honoris Causa di Universitas Sains Malaya.
* Siapa yang pernah melihat tari Ramayana Thailand, Jawa atau Bali dan perna
h juga melihat tari Ramayana India, akan sadar bahwa ketiga kebudayaan yang pert
ama itu telah membuat seni tari dan drama yang besar dari cerita suci India Rama
yana yang indahnya jauh mengatasi tari dan drama Ramayana India --Sutan Takdir A
lisjahbana, Kesatuan Asia Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan, Ceramah pada pemb
erian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Sains Malaya.
* Shiwa memberikan tarinya kepada Indonesia dan meninggalkan abunya di India
--Sutan Takdir Alisjahbana, Kesatuan Asia Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan,
Ceramah pada pemberian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Sains Malaya.
* Agama Islam dan Nasrani yang jadi lapis terakhir di atas kepercayaan-keper
cayaan lama dan nilai-nilai akar budaya kita, oleh daya sinkretisme manusia Indo
nesia, semuanya diterima dalam dirinya tanpa menimbulkan banyak konflik dalam ji
wa dan diri kita --Mochtar Lubis, Situasi dan Akar Budaya Kita, Pidato Kebudayaa
n di Taman Ismail Marzuki (TIM) 1986.
* Sambil kita mendoa minta rakhmat dan minta perlindungan Allah, kita juga p
ergi ke kuburan nenek moyang kita untuk minta tolong dan bantuan. Kita cari tuyu
l supaya menolong kita cepat kaya, atau minta bantuan ke Gunung Kawi untuk hal y
ang sama --Mochtar Lubis, Situasi dan Akar Budaya Kita, Pidato Kebudayaan di Tam
an Ismail Marzuki (TIM) 1986.
* Pada akhirnya kita harus menjadi diri kita sendiri. Sebab yang lain itu ta
k mungkin menerimanya sebagai bagian dari diri mereka. Engkau bukan bagian dari
diri kami. Engkau berbeda dengan kami. Barangkali Engkau memang hidup seperti ka
mi hidup, tetapi jelas bahwa engkau tidak tumbuh dari akar kami. Engkau beda. En
gkau bukan kami. Lantas, ke mana kita akan menggabung? Pulang ke ibu. Pulang pad
a nilai-nilai Jawa, Batak, Sunda, Bugis, karena ibunda kita memang ada di sana.
Setiap Malin Kundang itu akan menjadi batu --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indon
esia 2003.
* Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, kata Bung Karno. Tetapi siapakah
dia itu? Kita lebih mengenal pikiran-pikiran Gramsci daripada Tan Malaka, pemiki
ran Fromm daripada Ki Hadjar Dewantoro--Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia
2003.
* Berpikirlah dari bawah, dari kenyataan budaya kita yang konkrit ini. Janga
n terlalu banyak membaca buku dan menyimak berita berbahasa Inggris. Bacalah rak
yat. Kita hidup di bumi kontekstual bernama kepulauan Nusantara --Jakob Sumardjo
, Mencari Sukma Indonesia 2003.
* Tetapi, kalau kita ditakdirkan untuk lahir dan tinggal di suatu lokal di p
lanet ini, mungkinkah kita menghindar dari tata nilai yang dilahirkan oleh masya
rakat lokal itu? --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
* Kita lupa bahwa budaya pendidikan negara-negara maju ini bertolak dari keb
udayaan mereka sendiri. Apa yang mereka ajarkan adalah pencapaian-pencapaian bud
aya nenek moyang mereka. Pendidikan negara-negara maju ini, dilihat secara buday
a, merupakan garis lurus perjalanan cara berpikir, cara berbuat dan semua produk
kegiatan itu. Sementara kita mempunyai garis sejarah budaya yang berbeda --Jako
b Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
* Masyarakat Indonesia itu memiliki sejarah cara berpikir mereka sendiri, me
mpunyai sistem pengetahuan mereka sendiri, mempunyai warisan-warisan nilai-nilai
sendiri, mempunyai organisasi sosialnya sendiri --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma
Indonesia 2003.
* Bagi masyarakat Indonesia, filsafat bukan sekadar pengetahuan rasional, te
tapi harus dibuktikan dapat dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Filsafat sebag
ai wacana kurang dilakukan, tetapi filsafat sebagai 'pegangan hidup' sejak dulu
dipraktikkan. Inilah sebabnya, untuk mengetahui 'filsafat' orang Indonesia, kita
perlu membacanya dalam berkas-berkas hasil tindakannya. Filsafat masyarakat Ind
onesia adalah praktik hidupnya sehari-hari. Filsafat Indonesia tidak berwujud di
skusi-diskusi verbal yang abstrak rasional seperti biasa kita baca dalam sejarah
Barat (Eropa-Amerika) --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
* Orang Papua menjalankan filsafat Papua, orang Jawa menjalankan filsafat Ja
wanya, orang Sunda, orang Minang, orang Bugis, orang Melayu, orang Dayak, masing
-masing menjalankan filsafatnya. Bahwa mereka memang demikian, terlihat dari car
anya membangun rumah adat mereka yang berbeda-beda, dalam menganyam ragam hias p
akaian mereka, dalam melukiskan simbol-simbol mereka, dalam jargon-jargon hidup
kesukuan mereka, semuanya berbeda-beda --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia
2003.
* Mengapa sikap politik Bung Karno berbeda dengan Bung Syahrir, Bung Hatta d
an Tan Malaka? Tidak adakah pola pikir pra modern dibelakangnya? Mengapa Habibie
berbeda dengan Gus Dur? Mengapa sikap Sri Sultan Hamengku Buwono IX semacam itu
dalam sejarah RI? Semua itu dapat dijelaskan dari pola pikir struktural masyara
kat lokal yang membesarkan mereka --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003
.
* Lantas nenek moyang kita dulu itu kerjanya apa? Mencangkul melulu? Yang je
las, bangsa apa pun, memiliki tradisi pemikiran mereka sendiri. Orang Aborigin s
aja punya --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
* Meskipun pada usia sepuluh tahun saya dibawa ke desanya Foucault, tetap sa
ja Klaten saya bawa-bawa. Dan orang sana juga tahu (meskipun bahasa Perancis say
a cas cis cus) saya tetap orang udik pedalaman Jawa --Jakob Sumardjo, Mencari Su
kma Indonesia 2003.
* Saya bisa menikmati musik Jazz atau komposisi Mozart atau Beethoven, tetap
i apabila saya mendengarnya saya tidak pernah merasa melihat diri saya sendiri d
an berada di rumah sendiri. Saya bisa berjingkrak-jingkrak mendengarkan musik ro
ck atau reggae, tetapi tetap merasa tidak di rumah sendiri. Ini berlainan dengan
apabila saya mendengar lagu keroncong, gending-gending Jawa dan Madura, degung
dan kecapi Sunda, atau gamelan Bali. Di sana saya merasa di rumah dan melihat di
ri sendiri. Suatu jenis musik bisa dikatakan sebagai hasil kebudayaan bangsa, ap
abila ia lahir dan tumbuh, serta dicipta oleh seniman yang hidup di negeri tempa
t bangsa itu besar dan tumbuh. Unsur-unsurnya mungkin dipengaruhi oleh kebudayaa
n lain di luarnya, tetapi ia bukan hasil tiruan dan jiplakan, bukan karena di-xe
rox. Tumbuhnya pula bukan disebabkan oleh adanya industri hiburan, melainkan dis
ebabkan oleh kreativitas dan keperluan masyarakat pendukungnya itu sendiri --Abd
ul Hadi WM, Islam, Tradisi Estetika dan Sastranya di Indonesia 2006

* Filsafat
Filsafat
* January 8, 2008 12:34 pm
* Iman K.
* 10 Comments
Share this Article
* Facebook
* Twitter
* Delicious
* Digg

Tags:
Filsafat
Filsafat Islam
Maknawi
Pengantar Filsafat
Pengertian Filsafat
Dewasa ini filsafat tidak mendapatkan perhatian dan pembahasan yang cukup dari k
ita semua, untuk itu mudah-mudahan tulisan ini bisa menambah pengetahuan kita te
ntang filsafat sebagaimana adanya filsafat.
pengantar filsafat
pengantar filsafat
Sebelum membicarakan filsafat ada baiknya kita membicarakan sedikit pengantar te
ntang cara mendefinisikan suatu perkara. Ini penting karena masih banyak diantar
a kita salah kaprah dalam menerima arus informasi global. Cara pendefinisian di
bagi menjadi dua. Pertama adalah pendefinisian Verbal (lafzhi) dan yang kedua ad
alah pendefinisian Arti Nyata (Maknawi).
Pendefinisan verbal (lafzhi) adalah cara mendefinisikan dengan maksud menjelaska
n pengertian dari kosa kata yang digunakan atau menjelaskan pengertian dari isti
lah yang digunakan (linguistik).
Sedangkan pendefinisian Arti Nyata (maknawi) adalah cara mendefinisikan dengan m
engungkapkan makna sebenarnya (hakekat) dari ke apa an sesuatu.
Ketika seseorang bertanya, apakah yang dimaksud dengan merpati . Sering kita temui
bahwa maksud dari sipenanya dapat berbeda-beda. Adakalanya maksud sipenanya ada
lah tentang pengertian dari kata (kosa kata) tersebut, yakni merpati itu apa dari
arti bahasa atau istilah (terminologis). Dan jawaban tentang ke apa an merpati ini
dapat dijawab dengan bermacam-macam istilah dan definisi per-bidang orang yang
ditanyakan, sehingga tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan arti yang banyak
tentang ke apa an merpati dari sisi terminologi. Menurut istilah ahli hewan, merpa
ti adalah sejenis burung yang masuk kedalam katagori unggas, dan akan berbeda la
gi definisi ke apa an merpati ini jika masuk kedalam kamus departemen perhubungan,
maka yang disebut dengan merpati adalah sebuah pesawat terbang yang dikelola ole
h sebuah maskapai penerbangan yang masuk kedalam katagori pesawat yang berplat
merah (Perusahaan pemerintah).
Dalam menjawab pertanyaan semacam itu (tentang kosakata) ada kemungkinan semua j
awaban yang di kemukakan adalah benar. Dan disini dibutuhkan kejeli-an dan ketel
itian kita untuk mengetahui secara jelas tentang arti dan penggunaan dari kosa k
ata yang dipakai.
Jika kita akan mengdefinisikan suatu hal atau akan menjelaskan ke apa an suatu ist
ilah yang memiliki definisi lebih dari satu, maka kita harus mengatakan bahwa ke
apaan ini menurut istilah ahli fulan ini artinya ini dan menurut istilah ahli fulan
itu artinya adalah itu . Menjelaskan ke apa an sesuatu dengan cara memaparkan pendap
at-pendapat dari beberapa ahli-ahli yang berbeda bidang inilah yang disebut den
gan pendefinisian verbal.
Tetapi sering juga kita menanyakan ke apa-an sesuatu BUKAN bermaksud untuk mempe
rtanyakan arti dari kosa kata yang digunakan melainkan tentang Hakekat (Arti Ny
ata) dan makna sebenarnya dari susuatu itu. Misalnya ketika kita bertanya, apaka
h yang disebut dengan Nabi , tentu yang kita tanyakan bukanlah tentang arti dari
kata nabi diletakkan untuk apa? Karena kita semua sudah tahu bahwa kata nabi dil
etakkan dan diperuntukkan untuk manusia dengan syarat dan ketentuan yang khusus,
bukan kepada yang lainnya semisal kepada tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Pertanyaan tentang hakikat dan substansi dari nabi tadi misalnya, jawaban subtans
i terhadap ini hanya satu, tidak boleh lebih dan tidak mungkin semua jawaban ten
tang pertanyaan ini adalah benar. Jawaban untuk menjawab pertanyaan semacam inil
ah yang disebut dengan pendefinisian Arti Nyata (Maknawi/Hakiki)
Untuk menelaah suatu perkara, maka kedua cara pendefinisian ini haruslah digunak
an secara berurutan dan hirarkis. Jika tidak demikian maka akan terjadi bias mak
na (paralogisme) antara maksud dan tujuan sipenanya dengan hakekat yang sebenarn
ya. Dalam hal ini mencari arti dari kosa kata yang akan digunakan (pendefinisian
Verbal) haruslah lebih didahulukan, setelah jelas dan teliti dalam penggunaan
kosa kata tersebut barulah kita bisa mencari tahu makna hakikinya ( Arti Nyatany
a) .
Urutan tentang tata cara pendefinisian ini sungguh penting dan strategis dalam m
encari dan menggali substansi dari suatu perkara, cara berurutan seperti ini bis
a menghindari perselisihan yang tidak perlu. Karena jika tidak demikian maka bis
a dibayangkan betapa rumitnya dan repotnya kita mencari tahu tentang arti sebuah
kata . Jika saja masing-masing pihak mendefinisikan arti kata dengan bermacam-macam
istilah dan bahasa yang sesuai dengan bidangnya, maka besar kemungkinan orang y
ang terakhir menemui kata tersebut akan lebih banyak berselisih ketimbang mengerti
.
Misal, suatu hari orang yang menciptakan istilah keseluruhan yang berarti adalah s
emua dan bukan sebagian ataupun terbagi-bagi. Makna yang sebenarnya tentang kesel
uruhan ini bisa menjadi bias kalau setiap orang mendefinisikannya sesuai dengan b
idang dan keahliannya dimasa berikutnya, apalagi jika sudah di terjemahkan kedal
am bahasa asing yang beraneka ragam, bisa jadi arti keseluruhan akan menjadi seba
gian ( yang pertama hilang kata bukan -nya) . Jika peneliti berikutnya mengabaikan
pentingnya urutan cara pendefinisian, bisa jadi dia tidak akan memperhatikan la
gi istilah keseluruhan sebagai acuan dari persoalan yang dihadapi dan langsung m
enggunakan istilah sebagian sebagai kata ganti keseluruhan . Sehingga orang terakhir
yang bukan peneliti dan ahli ketika menemui istilah keseluruhan langsung saja ber
anggapan bahwa keseluruhan sama dengan sebagian .
Begitu pula dengan kata filsafat , banyak terjadi kekeliruan umum tentangnya diant
ara para filsuf barat dan para pengikutnya di Timur. Kita bisa mulai bahasan ini
dengan kekeliruan awal dan keluwesan yang tidak perlu yang di ajukan oleh para fi
lsuf belakangan ini. Keluwesan yang tidak perlu ini berawal dari cara pendefinis
ian kata filsafat itu sendiri.
Pengantar Filsafat Manusia
2 02 2007
Filsafat Manusia secara umum bertujuan menyelidiki, menginterpretasi dan memaham
i gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia sebagaimana pula halnya dengan il
mu-ilmu tentang manusia (human studies). Adapun secara spesifik bermaksud memaha
mi hakikat atau esensi manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia sejatinya ada
lah upaya untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manu
sia itu?
Obyek kajiannya tidak terbatas pada gejala empiris yang bersifat observasional d
an atau eksperimental, tetapi menerobos lebih jauh hingga kepada gejala apapun t
entang manusia selama bisa atau memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional.
Metodenya: (1) Sintesis, yakni mensintesakan pengetahuan dan pengalaman kedalam
satu visi yang menyeluruh tentang manusia; (2) Refleksi, yakni mempertanyakan es
ensi sesuatu hal yang tengah direnungkan sekaligus menjadikannya landasan bagi p
roses untuk memahami diri sendiri (self understanding).
Cirinya: (1) Ekstensif, yakni mencakup segala aspek dan ekspresi manusia, lepas
dari kontekstualitas ruang dan waktu. Jadi merupakan gambaran menyeluruh (univer
sal) tidak fragmentaris tentang realitas manusia; (2) Intensif, yakni bersifat m
endasar dengan mencari inti, esensi atau akar yang melandasi suatu kenyataan; da
n (3) Kritis, atau tidak puas pada pengetahuan yang sempit, dangkal dan simplist
is tentang manusia. Orientasi telaahnya tidak berhenti pada kenyataan sebagaimana
adanya (das Sein) tetapi juga berpretensi untuk mempertimbangkan kenyataan yang s
eharusnya atau yang ideal) (das Sollen).
Manfaatnya, secara: (1) Praktis, mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam
keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemaham
an tentang manusia tersebut; dan (2) secara Teoritis, untuk meninjau secara krit
is beragam asumsi-asumsi yang berada di balik teori-teori dalam ilmu-ilmu tentan
g manusia.
Diharapkan dengan mempelajari filsafat manusia, seseorang akan menyadari dan mem
ahami tentang kompleksitas manusia yang takkan pernah ada habisnya untuk senanti
asa dipertanyakan tentang makna dan hakikatnya. Sejauh misteri dan ambiguitas manusi
a ini disadari dan dipahami, seseorang akan menghindari sikap sempit dan tinggi
hati.
___________________
Siapa yang terbiasa menyusuri ngarai terdalam lembah-lembah atau mendaki puncak t
ertinggi gunung-gunung, akan tertawa mendengar keluh-kesah seseorang yang sudah
merasa kecapaian (kelelahan) mengitari pekarangan sempit rumahnya. Dan dia akan
lebih tertawa lagi karena ketika seseorang itu ditanya tentang makna derita dalam
hidup ini, ternyata ia sanggup bercerita panjang-lebar dengan begitu antusiasnya
seolah-olah hanya dialah satu-satunya manusia yang paling berpengalaman dan mem
ahami tentang apa itu penderitaan. Benar-benar sebuah lelucon yang menyebalkan!

Anda mungkin juga menyukai