Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Dioda

Dioda memiliki dua buah elektroda, yaitu Anoda dan Katoda. Anoda

adalah elektroda positif, sedangkan Katoda adalah elektroda negatif. Jika Anoda

dihubungkan pada kutub positif sumber tegangan arus searah (baterai, adaptor)

dan Katoda dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan arus searah , arus

listrik akan mengalir dengan mudah dari Anoda ke Katoda. Hal seperti ini dapat

dikatakan dioda mendapatkan tegangan panjar maju (Forward bias). Sebaliknya

jika Katoda dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan arus searah dan

Anoda dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan arus searah, arus

listrik tidak dapat mengalir dari Katoda ke Anoda. Keadaan ini disebut dioda

mendapat panjar mundur (Reverse bias).[1] Dari kejadian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa arus listrik pada dioda hanya dapat mengalir dari Anoda ke

Katoda, namun tidak dapat mengalir ke arah sebaliknya.

ANODA KATODA

Gambar 2.1 Simbol Dioda

Dioda ini dibuat dari bahan semikonduktor beda tipe pembawa muatan

yang saling dipertemukan, contohnya germanium, silikon dan selenium. Dioda

tidak dapat konduksi dengan baik hingga potensial barrier-nya dilampaui. Inilah

4
sebabnya mengapa arus kecil pada beberapa persepuluh volt pertama. Setelah

mendekati 0,7 V, elektron pada pita konduksi dan hole pada pita valensi mulai

melewati junction dalam jumlah yang besar. Inilah sebabnya arus mulai

bertambah dengan cepat. Ketika di atas 0,7 V, setiap pertambahan 0,1 V

menghasilkan pertambahan arus yang curam.

Tegangan di mana arus bertambah dengan cepat disebut tegangan knee

(tegangan lutut) dari dioda. Untuk dioda silikon, tegangan lutut sama dengan

potensial barrier kira-kira 0,7 V. Dioda germanium mempunyai tegangan knee

sekitar 0,3 V.

2.1.1 Dioda menurut bahan pembuatnya dan kegunaannya

 Dioda germanium, digunakan sebagai pendeteksi sinyal dan sering

digunakan pada pesawat radio penerima.

 Dioda silikon dan selenium, digunakan sebagai penyearah.

 Dioda Zener, digunakan sebagai penstabil tegangan.

 Dioda cahaya, digunakan sebagai peraga. [9]

2.1.2 Dioda Infra Merah [10]

Selain oleh matahari, cahaya dapat dibangkitkan oleh bahan

semikonduktor yang disebut electroluminescense. Seperti pada dioda P-N

junction, dioda infra merah ini bekerja pada kondisi tegangan maju.

Dioda infra merah ini terbuat dari bahan gallium arsenide (GaAs). Dengan

mengkombinasi kedua bahan tersebut, akan terbentuk pita energi dengan muatan

5
elektron yang berbeda. Pada saat dioda infra merah diberi tegangan maju, akan

terjadi perpindahan elektron dari pita konduksi melewati junction menuju pita

valensi dan berpasangan dengan hole sekaligus mengeluarkan energi. Energi ini

dalam bentuk cahaya. Cahaya yang dipancarkan dioda infra merah memiliki

kisaran frekuensi dari 30 KHz sampai dengan 50 KHz. Pada dioda infra merah

dipilih bahan gallium arsenide, agar energi yang dikeluarkan dalam bentuk

cahaya lebih banyak dibanding panas. Sedangkan pada bahan silikon lebih banyak

menghasilkan panas. Dioda yang tidak memancarkan cahaya contohnya dioda

zener maupun dioda biasa. Lambang dan bentuk dari dioda infra merah tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut dibawah ini:

ANODA KATODA

Gambar 2.2 Simbol Dioda Infra Merah

2.1.3 Photodioda [10]

Photodioda ini merupakan sambungan substrat tipe N-P yang dirancang

untuk beroperasi bila dibiaskan dalam arah terbalik. Dengan demikian tegangan

mundur ini akan memperluas daerah pengosongan. Perubahan pada daerah

pengosongan ini merupakan prinsip kerja photodioda.

Ketika energi cahaya yang jatuh pada daerah pengosongan dan menembus

daerah katoda, energi cahaya ini dapat menyebabkan elektron keluar dari pita

valensi dan masuk ke pita pita konduksi dan meninggalkan hole pada pita valensi,

dengan kata lain elektron dan hole menempati daerah masing-masing.

6
Dengan kondisi di atas, maka energi cahaya yang jatuh pada daerah

pengosongan akan meniadakan sambungan. Daerah pengosongan yang semula

menyekat arus ini akan berubah menghasilkan aliran arus elektron-hole. Simbol

pada photodioda adalah sama dengan LED, hanya tanda panah masuk menuju

dioda. Berikut gambar dari photodioda tersebut :

ANODA KATODA

Gambar 2.3 Simbol Photodioda

Transistor

Transistor adalah suatu komponen aktif yang terbuat dari bahan

semikonduktor. Transistor pada dasarnya terdiri atas tiga lapisan bahan, dengan

lapisan tengah memiliki penghantaran (konduktivitas) yang komplementer (saling

melengkapi) dengan penghantaran kedua lapisan sebelah luar. Lapisan tengah ini

sangat tipis dan dikenal sebagai basis (base), sedangkan kedua lapisan sebelah

luar disebut emitor (emitter) dan kolektor (collector). Transistor bipolar dibuat

dengan menggunakan semikonduktor ekstrinsik jenis p dan jenis n, yang disusun

seperti pada gambar 2.4. Pada setiap transistor ada tiga terminal yang akan

disambung ke rangkaian, yaitu kolektor (C), emitor (E) dan basis (B).

7
C C C C

N P

B P B B N B

N P

E E E E

a. Transistor NPN b. Transistor PNP


Gambar 2.4 Susunan dan Simbol Transistor Bipolar

Transistor harus diberi tegangan bias dc agar bekerja. Tegangan bias ini

harus lebih besar dari tegangan VBE transistor. Tegangan VBE untuk transistor yang

dibuat dari bahan germanium adalah sebesar 0,2 – 0,3 volt, sedangkan untuk

transistor silikon adalah sebesar 0,6 - 0,7 volt.

Pada transistor dapat didefinisikan tiga daerah kerja berdasarkan tegangan

bias yang diberikan pada terminalnya, yaitu :

1. Daerah aktif

Ini adalah daerah yang dipakai jika transistor berfungsi sebagai penguat.

Sering juga disebut daerah operasi normal.

2. Daerah Cut Off

Pada daerah ini transistor dapat dianalogikan sebagai saklar tertutup atau

off. Hal ini dikarenakan arus yang mengalir sangat kecil.

3. Daerah Saturasi/Jenuh

Pada daerah ini transistor dapat dianalogikan sebagai saklar terbuka atau

on. Hal ini dikarenakan arus kolektor yang mengalir maksimum.

8
2.2.1 Karakteristik Transistor Bipolar dan Garis Beban

Setelah mengetahui secara garis besar tentang ketiga daerah kerja

transistor, berikut ini dapat dilihat grafik karakteristik transistor dan letak daerah-

daerah kerja tersebut. Grafik IC terhadap VCE adalah grafik karakteristik yang

sering dipakai. Grafik ini menyatakan karakteristik transistor. (di gambar :

quiscent)

Ic Active region
IB
Vcc / Rc
Saturation q (quiscent point)
region

Vcc VCE
Cut off region

Gambar 2.5 Grafik Karakteristik dan Garis Beban Transistor

Garis beban menyatakan segala kemungkinan harga Ic dan VCE untuk

suatu rangkaian. Garis beban dan grafik karakteristik dapat digabung sebagai

grafik yang menyatakan daerah kerja dari suatu transistor dalam rangkaian. Suatu

titik keadaan transistor pada suatu rangkaian yang dinyatakan sebagai nilai I B, IC

dan VCE dalam grafik disebut titik kerja Q. Pada grafik dapat dikenali yaitu :

1. Daerah Cut off

Dengan nilai IB ≈ 0 dan VCE maksimum.

2. Daerah Aktif

Dengan nilai 0<IB<IBsat, terletak antara daerah cut off dan saturasi.

9
3. Daerah Saturasi

Dengan nilai IB dan IC maksimum dan VCE minimum.

Transistor merupakan sebuah komponen aktif elektronika yang dapat

berfungsi sebagai saklar. Caranya transistor dioperasikan secara bergantian

didaerah saturasi dan cut off. Dalam hal ini merupakan “saklar” adalah terminal

Kolektor-Emitor dengan arus IC (IE) yang melaluinya. Sedangkan arus IB

merupakan “pengontrol saklar” yang menentukan apakah saklar tertutup atau

terbuka. Pada saat saturasi transistor seperti saklar tertutup dari kolektor ke

emitor, sedangkan pada saat cut off transistor seperti saklar terbuka.

Sifat-sifat daerah saturasi (saklar tertutup) :

− VCE ≈ 0 atau short sehingga seperti saklar tertutup;

− IC ≈ ICmax, yaitu arus yang melalui “saklar” CE;

− IB ≥ IBsat, yaitu arus pengontrol saklar yang menentukan

bahwa transistor memasuki daerah saturasi;

Sifat-sifat daerah cut off (saklar terbuka)

− VCE = max atau open sehingga saklar terbuka;

− IC = IE ≈ 0, yaitu arus yang melalui saklar tidak ada;

− IB ≈ 0, yaitu arus yang pengontrol saklar yang menentukan

bahwa transistor memasuki daerah cut off. [9]

2.2 Gerbang Logika [1]

Gerbang logika (logic gate) merupakan dasar pembentuk sistem digital.

10
Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner. Tegangan yang digunakan

dalam gerbang logika adalah tinggi (high) atau rendah (low). Dalam tugas akhir

ini tegangan tinggi berarti biner 1 (5 volt), sedangkan tegangan rendah berarti

biner 0 (0 volt). Gerbang logika ini hanya merespon terhadap tegangan tinggi dan

rendah sedangkan diantara 0 dan 1 tidak merespon.

Semua sistem digital disusun hanya menggunakan tiga gerbang logika

dasar. Gerbang-gerbang dasar ini antara lain adalah gerbang AND, gerbang OR,

dan gerbang NOT.

2.3.1 Gerbang AND

Jenis gerbang pertama yang dibahas adalah gerbang AND. Gerbang ini

memberikan keluaran hanya bila semua masukan berlogika “1” (satu). Gambar

berikut merupakan lambang gerbang AND yang mempunyai dua-masukan .

Y
B

Gambar 2.6 Simbol Gerbang AND dua masukan

Terdapat empat kemungkinan untuk dianalisa, jika terminal A maupun B

diberikan logika “1” (satu) atau logika “0” (nol), antara lain :

1) Jika A = Logika “0” dan B = Logika “0” maka outputnya

(Y) = Logika “0”.

2) Jika A = Logika “0” dan B = Logika “1” maka outputnya

11
(Y) = Logika “0”.

3) Jika A = Logika “1” dan B = Logika “0” maka outputnya

(Y) = Logika “0”.

4) Jika A = Logika “1” dan B = Logika “1” maka outputnya

(Y) = Logika “1”.

Agar lebih mudah dipahami, dapat dilihat tabel kebenaran gerbang AND

di bawah ini :

Tabel 2.1 Tabel Kebenaran Gerbang AND

Masukan Keluaran

A B Y

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gerbang AND mempunyai keluaran

berlogika “1” (high) bila A dan B berlogika “1” (high).

Berikut ini adalah blok diagram IC 74LS08 yang berisi empat buah

gerbang AND 2 masukan.

12
VCC

14 13 12 11 10 9 8

1 2 3 4 5 6 7

GND

Gambar 2.7 Diagram Blok IC 74LS08

2.3.2 Gerbang OR

Gerbang OR merupakan jenis rangkaian digital dasar yang lain. Gerbang

ini menghasilkan keluaran Logika “1” bila salah satu A atau B, atau kedua-duanya

berlogika “1”. Gambar berikut memperlihatkan sebuah gerbang OR dua-masukan

dengan A dan B yang merupakan masukan-masukannya dan Y adalah

keluarannya. Jika dianalisa, gerbang OR ini dengan memberikan masukan Logika

”0” atau Logika “1”, maka terdapat empat kemungkinan untuk dianalisa :

1) Jika A = Logika “0” dan B = Logika “0” maka outputnya (Y) =

Logika “0”.

2) Jika A = Logika “0” dan B = Logika “1” maka outputnya (Y) =

Logika “1”.

3) Jika A = Logika “1” dan B = Logika “0” maka outputnya (Y) =

Logika “1”.

4) Jika A = Logika “1” dan B = Logika “1” maka outputnya (Y) =

Logika “1”.

13
A

Y
B

Gambar 2.8 Simbol Gerbang-OR dua masukan

Tabel 2.2 Tabel Kebenaran Gerbang OR

Masukan Keluaran

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Tabel 2.2 memperlihatkan kondisi masukan-masukan pada suatu gerbang

OR, sehingga jika kita perhatikan gerbang OR memberikan keluaran Logika “1”

bila salah satu A atau B, atau kedua-duanya adalah berlogika “1”.

Di bawah ini adalah blok diagram IC 74LS32 yang berisi empat buah

gerbang OR 2 masukan.

VCC

14 13 12 11 10 9 8

1 2 3 4 5 6 7

GND

Gambar 2.9 Diagram Blok IC 74LS32

14
2.3.3 Gerbang NOT

Jenis rangkaian digital lain adalah gerbang NOT, yang juga disebut

inverter (pembalik). Gerbang NOT hanya memiliki satu masukan dan satu

keluaran. Yang dilakukan hanyalah membalikkan sinyal masukan, jika masukan

berlogika “1” (high), maka keluaran berlogika “0” (low), dan sebaliknya.

A A’

Gambar 2.10 Simbol Gerbang NOT

Tabel 2.3 Tabel Kebenaran Gerbang NOT

Masukan Keluaran

A A’

0 1

1 0

2.4 Relai

Relai adalah alat elektromagnetik yang digunakan dan dioperasikan sebagai saklar

(switch). Relai merupakan perpaduan antara lempengan besi sebagai saklar dan

lilitan kawat sebagai elektromagnet. Relai terdiri dari sebuah kumparan atau

solenoida, sebuah inti feromagnetik dan sebuah armatur yang dapat bergerak dan

merupakan tempat dipasangnya kontak yang dapat berfungsi sebagai penyambung

dan pemutus arus. Relai akan bekerja jika ada masukan sinyal listrik (tegangan /

arus). Pada relai terdapat dua bagian utama, yaitu koil dan kontak.

15
Yang terdapat pada koil adalah:

1. Kumparan; merupakan lilitan kawat tembaga, dimana kumparan tersebut

akan dialiri arus listrik agar dapat menghasilkan medan magnet pada inti besi.

2. Inti besi; inti besi ini akan dililiti oleh kumparan untuk menghasilkan

medan magnet, sehingga inti besi tersebut mempunyai sifat magnetis.

3. Jangkar; terdiri dari besi lunak yang digunakan untuk mengaktifkan

kontak relai setelah jangkar tertarik pada inti besi.

Sedangkan pada kontak yang merupakan saklar (switch) terdiri dari 2

macam kondisi yaitu :

1. Normally Open (ON); yaitu kontak yang terbuka akan menutup

pada saat koil disuplai tegangan.

2. Normally Close (NC); yaitu kontak yang tertutup akan membuka

pada saat koil disuplai tegangan.

RELAI DPDT

Gambar 2.11 Simbol Relai DPDT

2.4.1 Prinsip Kerja Relai

Jika pada koil relai diberikan tegangan yang sesuai dengan tegangan yang

16
dibatasi oleh koil relai, maka arus akan mengalir pada kumparan sehingga inti

besi yang diberi kumparan akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini

akan mengaktifkan kontak relai, jika medan magnet tadi dapat mengalahkan gaya

pegas pada jangkar yang melawannya. Induksi magnet tersebut akan menarik

pegas kontak, yang akan mengubah posisi awalnya menjadi terhubung ke bagian

yang lain. Setelah arus terhenti, maka tidak ada induksi sehingga kontak kembali

pada kondisi semula. Gaya magnet ini bergantung pada banyaknya lilitan

kumparan dan kuat arus yang mengalir pada kumparan.

2.4.2 Jenis Relai

Relai menurut cara kerjanya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Relai yang bekerja dengan arus bolak balik (AC) saja, baik pada koil

maupun kontak.

2. Relai yang bekerja dengan arus searah (DC) saja, baik pada koil

maupun kontak.

3. Relai yang bekerja dengan arus kedua-duanya (AC / DC), baik

pada koil maupun kontak.

Relai yang digunakan untuk prototipe keran wudhu otomatis ini adalah

relai dengan koil yang bekerja pada tegangan 12 VDC dan kontak 250 VAC.

2.5 Catu Daya

Catu daya atau lebih dikenal sebagai power supply, adalah suatu rangkaian

17
yang berfungsi sebagai sumber daya listrik yang digunakan oleh rangkaian-

rangkaian selanjutnya. Rangkaian catu daya mengubah tegangan bolak-balik yang

diterima dari jala-jala sumber tegangan bolak-balik, menjadi tegangan searah.

Voltage Source Vreg LM7805CT


T1 5V
IN OUT
Vin GND
D1
220 V
C1 C2
Bridge
Transformator 3300µF 100µF

Gambar 2.12 Rangkaian Catu Daya Gelombang Penuh

Transformator atau trafo di sini adalah berguna sebagai penurun tegangan

bolak-balik dari jala-jala. Rangkaian penyearah dari dioda bertujuan untuk

membuat tegangan bolak-balik menjadi tegangan positif dan negatif bergantian

seperti fungsi sinusoida yang hanya memiliki tegangan positif atau negatif saja.

Nilai tegangan pada kumparan sekunder transformator dapat dinyatakan dengan

persamaan :

Vrms = 0,707 Vp ................................................................................(2.1)

dimana :

Vrms = tegangan rata-rata (root mean square)

Vp = tegangan puncak

Rangkaian catu daya di atas menggunakan penyearah gelombang penuh,

karena menggunakan empat buah dioda yang dikenal sebagai dioda jembatan

(bridge). Hasil keluaran dari rangkaian penyearah adalah gelombang sinusoida

18
yang sudah disearahkan, tetapi masih belum memenuhi syarat sebagai sumber

tegangan yang diperlukan. Agar menjadi rata, maka hasil keluaran tadi perlu

dilewatkan pada filter yang terdiri dari rangkaian RC atau RL. Rangkaian ini biasa

disebut peredam riak.

IC Regulator adalah IC yang berfungsi sebagai pengatur tegangan yang

membuat suatu tegangan masukan padanya menjadi tegangan keluaran yang

besarnya tertentu sesuai dengan tipe IC tersebut. Dengan menggunakan IC

regulator ini, maka tegangan keluaran menjadi lebih stabil dan untuk lebih

meratakannya lagi dari gelombang-gelombang riak yang tidak diinginkan akibat

tidak stabilnya penarikan arus dari rangkaian, biasanya ditambahkan kapasitor

yang diparalelkan dengan keluaran IC regulator ini.

Vout

0 t

Gambar 2.13 Bentuk Gelombang pada Rangkaian Filter Kapasitor

LM78XX adalah IC regulator yang dirancang sebagai regulator tegangan.

Nilai tegangan output-nya ditentukan oleh angka pada XX-nya. Disini IC yang

digunakan untuk regulator adalah LM7805CT untuk tegangan + 5 Volt dan

LM7812 untuk tegangan +12 Volt.

19
2.6 Generator Frekuensi ( IC 555 ) [7]

Generator frekuensi adalah alat yang dapat menghasilkan frekuensi.

Frekuensi keluaran dari generator frekuensi dapat diubah-ubah besar

frekuensinya. Sinyal generator dapat menghasilkan gelombang sinus atau

gelombang persegi (square) serta gelombang segitiga (sawtooth).

IC ini sering digunakan dalam berbagai rangkaian elektronika sebagai

multivibrator astabil. Terdiri dari komponen-komponen: dua pembanding

tegangan, satu flip-flop, dan sebuah transistor dan buffer keluaran, seperti pada

gambar 2.12. Pembagi tegangan yang terdiri atas tiga resistor sebesar 5 kΩ

menghasilkan tegangan acuan bagi penanding-penanding. Tegangan-tegangan

1 2
acuan itu adalah, masing-masing, /3 dan /3 dari tegangan catu. Timer 555

merupakan IC timer yang dapat digunakan untuk banyak pemakaian.

20
R R R
GND 1 8 VCC

Comp. Discharge Tr.


Trigger 2 7 Discharge

OutPut
Output 3
Stage F/F 6 Threshold
Comp.

Control
Reset 4 5
Voltage
Vref

Gambar 2.14 Diagram Blok IC 555

Frekuensi osilasi bergerak-bebas yang didapat dari rangkaian jenis ini

mengikuti persamaan :

1 1.44
f = = .................................................................................(2.2)
T ( R A + 2 RB )C

Dengan melakukan perubahan/modifikasi pada nilai-nilai RA, RB,

ataupun C akan didapat nilai frekuensi yang diinginkan.

2.7 Komparator Tegangan [5]

Kebanyakan aplikasi op-amp menggunakan umpan balik untuk menjaga

hubungan yang linier antara input dan output, yang biasanya mencegah output

21
pada op-amp saturasi mendekati +VCC atau –VEE. Salah satu aplikasi yang tidak

sesuai dengan hal itu (aplikasi op amp dengan umpan balik) adalah komparator

tegangan atau disebut juga pembanding. Dalam suatu pembanding tegangan,

output dikondisikan agar saturasi. Saturasi positif (mendekati +VCC)

menunjukkan salah satu hasil dari operasi perbandingan, dan saturasi negatif

(mendekati -VEE) menunjukan hasil yang sebaliknya dari perbandingan (lihat

gambar 2.15)

Vs

Rb1
Vo
Rb2 t

Vs
Vout

+VCC

- VEE t

Gambar 2.15 Perbandingan Non Inverting ke tegangan 0 V

Pada gambar 2.15 input terminal negatif pada potensial ground,

tergandeng dengan Rb1. Bila Vs sedikit lebih besar / positif terhadap ground,

Vdiff (V+ - V-) harus dengan cepat mencapai nilai yang cukup untuk

mensaturasikan output. Hal ini pasti terjadi, karena penguatan lup terbuka Avol

dihentikan untuk mempertahankan Vdiff ketika tidak ada resistansi feedback (RF).

Demikian juga, bila Vs sedikit lebih kecil / negatif terhadap ground, maka op-amp

22
akan dengan cepat menuju tegangan saturasi negatif.

Rangkaian membandingkan Vs terhadap 0 V. Jika rangkaian itu

menemukan Vs diatas 0 V ia menghasilkan Vout mendekati +VCC, jika rangkaian

itu menemukan Vs dibawah 0 V ia menghasilkan Vout mendekati –VEE. Hasil ini

disertai dengan bentuk gelombang. Bila koneksi polaritas dibalik untuk

menyerupai inverting amplifier seperti gambar 2.16.

Vs

Rb1
Vs Vo
Rb2 t

Vout

+VCC

- VEE t

Gambar 2.16 Perbandingan Inverting ke tegangan 0V

Vs diatas 0 V menghasilkan Vout mendekati –VEE, dan Vs dibawah 0 V

menghasilkan Vout mendekati +VCC. Perbandingan non inverting ke tegangan

positif di perlihatkan gambar 2.17.

23
+15V
Vs

13K
Rb1
+2V +2V
Vo
2K Rb2 t

Vs
Vout

+VCC

- VEE t

Gambar 2.17 Perbandingan Non Inverting ke tegangan +2V

Perbandingan dengan tegangan negatif diperlihatkan pada gambar 2.18

+15V Vs
+VCC

Rb1
Vo
Rb2 t
- 3V
-15V Vs
-VEE Vout

+VCC

- VEE t

Gambar 2.18 Perbandingan Non Inverting ke tegangan -3V

Sesuai dengan namanya, komparator berfungsi untuk membandingkan dua

macam tegangan. Dalam pengoperasiannya, tegangan yang satu dicatu oleh suatu

24
acuan yang besarnya tetap, sedang yang lainnya dicatu oleh sinyal masukan yang

nilainya berubah-ubah. Tegangan keluarannya berupa sinyal digital yang

menunjukkan hasil dari perbandingan kedua macam tegangan masukannya.

+5V

+5V Vin Vref


Vo Vo

Vref Vin
+5V +5V
(a) (b)

Gambar 2.19 Aplikasi Komparator

Tabel 2.4 Kondisi Tegangan Input & Logika Keluaran

Kondisi Logika Kondisi Logika


masukan Keluaran masukan Keluaran

Vin > Vref 0 Vin > Vref 1

Vin = Vref 1 Vin = Vref 1

Vin < Vref 1 Vin < Vref 0


(a) (b)

Kedua masukan dapat dijadikan sumber tegangan referensi tergantung dari

kebutuhan pemakaian rangkaian. Suatu keadaan yang pasti didapat dari

komparator ini yaitu jika VIN(+) = VIN(-), maka akan dihasilkan tegangan keluaran

yang besarnya mendekati Vcc. Jika VIN(+) dijadikan sebagai tegangan referensi dan

VIN(-) adalah tegangan masukan bervariabel, maka keluaran mendekati Vcc jika

berlaku tegangan VIN(-) < VIN(+) pada kedua masukannya (Gambar 2.19 (a)).

Namun hal ini berlaku sebaliknya pada VIN(-) sebagai tegangan referensi dan VIN(+)

25
sebagai tegangan masukan bervariabel yaitu keluarannya hampir sebesar Vcc pada

kondisi VIN(+) > VIN(-) (Gambar 2.19 (b)). Perlu dicatat bahwa semua kondisi diatas

berlaku jika selisih antara VIN(+) dan VIN(-) tidak melebihi dari tegangan Vcc.

PIN CONNECTIONS

Out 1 1 14 Out 4

2 13
Input 1 Input 4
3 12

VCC 4 11 VEE, GND

5 10
Input 2 Input 3
6 9

Out 2 7 8 Out 3

(TOP VIEW)

Gambar 2.20 Diagram Blok IC LM324

Tabel 2.5 Tabel Konfigurasi Pin IC LM324

No Pin Fungsi

1,7,8,14 Vout

2,6,9,13 Vin(+)

3,5,10,12 Vin(-)

4 Vcc

11 Ground
LM324 merupakan salah satu dari sekian banyak komparator yang juga

26
dapat berfungsi sebagai penguat (Operational Amplifier). Salah satu keuntungan

yang didapat dari pemakaian IC adalah jumlah pembanding yang terdapat dalam

satu kemasannya yang dapat mencapai empat buah dalam pemakaian

maksimumnya, tetapi juga dapat digunakan satu persatu secara terpisah. Dengan

demikian dapat menghemat banyaknya komponen yang digunakan dalam

merancang suatu alat.

2.8 Valve (Keran Solenoid) [2]

Valve atau keran solenoid adalah kombinasi dari dua dasar unit

fungsional:

 Solenoid (elektromagnet) dengan inti atau plunger-nya.

 Badan keran yang berisi lubang mulut pada tempat piringan atau stop-

kontak ditempatkan untuk menghalangi atau mengizinkan aliran.

Aliran melalui lubang mulut adalah OFF atau diijinkan dengan gerakan inti

dan tergantung pada apakah solenoid diberi energi atau dihilangkan energinya.

Apabila kumparan diberi energi, inti ditarik ke dalam kumparan solenoid untuk

membuka keran. Pegas mengembalikan keran pada posisi aslinya tertutup apabila

arus berhenti. Valve dapat mengontrol hidrolis (cairan minyak), pneumatis

(udara) atau aliran air.

Keran solenoid cocok untuk menangani aliran pada satu arah saja. Dengan

tekanan yang diberikan pada bagian atas dari piringan keran. Keran

diklasifikasikan dengan jumlah hubungan dan posisi keran. Misalnya, keran

dengan empat hubungan dan tiga kemungkinan posisi penghubungan dinamakan

27
keran empat/tiga jalan. Berikut gambar valve atau keran solenoid dan gambar

simbol valve 2/2:

Koil solenoid

Per

Inti dapat
digerakan
Inlet Outlet

Keran

Gambar 2.21 Valve (Keran Solenoid)

NC NO
>

>

Solenoid Per

P P

Gambar 2.22 Simbol Keran Solenoid 2/2

28

Anda mungkin juga menyukai