TEORI DASAR
2.1 Dioda
Dioda memiliki dua buah elektroda, yaitu Anoda dan Katoda. Anoda
adalah elektroda positif, sedangkan Katoda adalah elektroda negatif. Jika Anoda
dihubungkan pada kutub positif sumber tegangan arus searah (baterai, adaptor)
dan Katoda dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan arus searah , arus
listrik akan mengalir dengan mudah dari Anoda ke Katoda. Hal seperti ini dapat
jika Katoda dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan arus searah dan
Anoda dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan arus searah, arus
listrik tidak dapat mengalir dari Katoda ke Anoda. Keadaan ini disebut dioda
mendapat panjar mundur (Reverse bias).[1] Dari kejadian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa arus listrik pada dioda hanya dapat mengalir dari Anoda ke
ANODA KATODA
Dioda ini dibuat dari bahan semikonduktor beda tipe pembawa muatan
tidak dapat konduksi dengan baik hingga potensial barrier-nya dilampaui. Inilah
4
sebabnya mengapa arus kecil pada beberapa persepuluh volt pertama. Setelah
mendekati 0,7 V, elektron pada pita konduksi dan hole pada pita valensi mulai
melewati junction dalam jumlah yang besar. Inilah sebabnya arus mulai
(tegangan lutut) dari dioda. Untuk dioda silikon, tegangan lutut sama dengan
sekitar 0,3 V.
junction, dioda infra merah ini bekerja pada kondisi tegangan maju.
Dioda infra merah ini terbuat dari bahan gallium arsenide (GaAs). Dengan
mengkombinasi kedua bahan tersebut, akan terbentuk pita energi dengan muatan
5
elektron yang berbeda. Pada saat dioda infra merah diberi tegangan maju, akan
terjadi perpindahan elektron dari pita konduksi melewati junction menuju pita
valensi dan berpasangan dengan hole sekaligus mengeluarkan energi. Energi ini
dalam bentuk cahaya. Cahaya yang dipancarkan dioda infra merah memiliki
kisaran frekuensi dari 30 KHz sampai dengan 50 KHz. Pada dioda infra merah
dipilih bahan gallium arsenide, agar energi yang dikeluarkan dalam bentuk
cahaya lebih banyak dibanding panas. Sedangkan pada bahan silikon lebih banyak
zener maupun dioda biasa. Lambang dan bentuk dari dioda infra merah tersebut
ANODA KATODA
untuk beroperasi bila dibiaskan dalam arah terbalik. Dengan demikian tegangan
Ketika energi cahaya yang jatuh pada daerah pengosongan dan menembus
daerah katoda, energi cahaya ini dapat menyebabkan elektron keluar dari pita
valensi dan masuk ke pita pita konduksi dan meninggalkan hole pada pita valensi,
6
Dengan kondisi di atas, maka energi cahaya yang jatuh pada daerah
menyekat arus ini akan berubah menghasilkan aliran arus elektron-hole. Simbol
pada photodioda adalah sama dengan LED, hanya tanda panah masuk menuju
ANODA KATODA
Transistor
semikonduktor. Transistor pada dasarnya terdiri atas tiga lapisan bahan, dengan
melengkapi) dengan penghantaran kedua lapisan sebelah luar. Lapisan tengah ini
sangat tipis dan dikenal sebagai basis (base), sedangkan kedua lapisan sebelah
luar disebut emitor (emitter) dan kolektor (collector). Transistor bipolar dibuat
seperti pada gambar 2.4. Pada setiap transistor ada tiga terminal yang akan
disambung ke rangkaian, yaitu kolektor (C), emitor (E) dan basis (B).
7
C C C C
N P
B P B B N B
N P
E E E E
Transistor harus diberi tegangan bias dc agar bekerja. Tegangan bias ini
harus lebih besar dari tegangan VBE transistor. Tegangan VBE untuk transistor yang
dibuat dari bahan germanium adalah sebesar 0,2 – 0,3 volt, sedangkan untuk
1. Daerah aktif
Ini adalah daerah yang dipakai jika transistor berfungsi sebagai penguat.
Pada daerah ini transistor dapat dianalogikan sebagai saklar tertutup atau
3. Daerah Saturasi/Jenuh
Pada daerah ini transistor dapat dianalogikan sebagai saklar terbuka atau
8
2.2.1 Karakteristik Transistor Bipolar dan Garis Beban
transistor, berikut ini dapat dilihat grafik karakteristik transistor dan letak daerah-
daerah kerja tersebut. Grafik IC terhadap VCE adalah grafik karakteristik yang
quiscent)
Ic Active region
IB
Vcc / Rc
Saturation q (quiscent point)
region
Vcc VCE
Cut off region
suatu rangkaian. Garis beban dan grafik karakteristik dapat digabung sebagai
grafik yang menyatakan daerah kerja dari suatu transistor dalam rangkaian. Suatu
titik keadaan transistor pada suatu rangkaian yang dinyatakan sebagai nilai I B, IC
dan VCE dalam grafik disebut titik kerja Q. Pada grafik dapat dikenali yaitu :
2. Daerah Aktif
Dengan nilai 0<IB<IBsat, terletak antara daerah cut off dan saturasi.
9
3. Daerah Saturasi
didaerah saturasi dan cut off. Dalam hal ini merupakan “saklar” adalah terminal
terbuka. Pada saat saturasi transistor seperti saklar tertutup dari kolektor ke
emitor, sedangkan pada saat cut off transistor seperti saklar terbuka.
10
Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner. Tegangan yang digunakan
dalam gerbang logika adalah tinggi (high) atau rendah (low). Dalam tugas akhir
ini tegangan tinggi berarti biner 1 (5 volt), sedangkan tegangan rendah berarti
biner 0 (0 volt). Gerbang logika ini hanya merespon terhadap tegangan tinggi dan
dasar. Gerbang-gerbang dasar ini antara lain adalah gerbang AND, gerbang OR,
Jenis gerbang pertama yang dibahas adalah gerbang AND. Gerbang ini
memberikan keluaran hanya bila semua masukan berlogika “1” (satu). Gambar
Y
B
diberikan logika “1” (satu) atau logika “0” (nol), antara lain :
11
(Y) = Logika “0”.
Agar lebih mudah dipahami, dapat dilihat tabel kebenaran gerbang AND
di bawah ini :
Masukan Keluaran
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Berikut ini adalah blok diagram IC 74LS08 yang berisi empat buah
12
VCC
14 13 12 11 10 9 8
1 2 3 4 5 6 7
GND
2.3.2 Gerbang OR
ini menghasilkan keluaran Logika “1” bila salah satu A atau B, atau kedua-duanya
”0” atau Logika “1”, maka terdapat empat kemungkinan untuk dianalisa :
Logika “0”.
Logika “1”.
Logika “1”.
Logika “1”.
13
A
Y
B
Masukan Keluaran
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
OR, sehingga jika kita perhatikan gerbang OR memberikan keluaran Logika “1”
Di bawah ini adalah blok diagram IC 74LS32 yang berisi empat buah
gerbang OR 2 masukan.
VCC
14 13 12 11 10 9 8
1 2 3 4 5 6 7
GND
14
2.3.3 Gerbang NOT
Jenis rangkaian digital lain adalah gerbang NOT, yang juga disebut
inverter (pembalik). Gerbang NOT hanya memiliki satu masukan dan satu
berlogika “1” (high), maka keluaran berlogika “0” (low), dan sebaliknya.
A A’
Masukan Keluaran
A A’
0 1
1 0
2.4 Relai
Relai adalah alat elektromagnetik yang digunakan dan dioperasikan sebagai saklar
(switch). Relai merupakan perpaduan antara lempengan besi sebagai saklar dan
lilitan kawat sebagai elektromagnet. Relai terdiri dari sebuah kumparan atau
solenoida, sebuah inti feromagnetik dan sebuah armatur yang dapat bergerak dan
dan pemutus arus. Relai akan bekerja jika ada masukan sinyal listrik (tegangan /
arus). Pada relai terdapat dua bagian utama, yaitu koil dan kontak.
15
Yang terdapat pada koil adalah:
akan dialiri arus listrik agar dapat menghasilkan medan magnet pada inti besi.
2. Inti besi; inti besi ini akan dililiti oleh kumparan untuk menghasilkan
RELAI DPDT
Jika pada koil relai diberikan tegangan yang sesuai dengan tegangan yang
16
dibatasi oleh koil relai, maka arus akan mengalir pada kumparan sehingga inti
besi yang diberi kumparan akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini
akan mengaktifkan kontak relai, jika medan magnet tadi dapat mengalahkan gaya
pegas pada jangkar yang melawannya. Induksi magnet tersebut akan menarik
pegas kontak, yang akan mengubah posisi awalnya menjadi terhubung ke bagian
yang lain. Setelah arus terhenti, maka tidak ada induksi sehingga kontak kembali
pada kondisi semula. Gaya magnet ini bergantung pada banyaknya lilitan
Relai menurut cara kerjanya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Relai yang bekerja dengan arus bolak balik (AC) saja, baik pada koil
maupun kontak.
2. Relai yang bekerja dengan arus searah (DC) saja, baik pada koil
maupun kontak.
Relai yang digunakan untuk prototipe keran wudhu otomatis ini adalah
relai dengan koil yang bekerja pada tegangan 12 VDC dan kontak 250 VAC.
Catu daya atau lebih dikenal sebagai power supply, adalah suatu rangkaian
17
yang berfungsi sebagai sumber daya listrik yang digunakan oleh rangkaian-
seperti fungsi sinusoida yang hanya memiliki tegangan positif atau negatif saja.
persamaan :
dimana :
Vp = tegangan puncak
karena menggunakan empat buah dioda yang dikenal sebagai dioda jembatan
18
yang sudah disearahkan, tetapi masih belum memenuhi syarat sebagai sumber
tegangan yang diperlukan. Agar menjadi rata, maka hasil keluaran tadi perlu
dilewatkan pada filter yang terdiri dari rangkaian RC atau RL. Rangkaian ini biasa
regulator ini, maka tegangan keluaran menjadi lebih stabil dan untuk lebih
Vout
0 t
Nilai tegangan output-nya ditentukan oleh angka pada XX-nya. Disini IC yang
19
2.6 Generator Frekuensi ( IC 555 ) [7]
tegangan, satu flip-flop, dan sebuah transistor dan buffer keluaran, seperti pada
gambar 2.12. Pembagi tegangan yang terdiri atas tiga resistor sebesar 5 kΩ
1 2
acuan itu adalah, masing-masing, /3 dan /3 dari tegangan catu. Timer 555
20
R R R
GND 1 8 VCC
OutPut
Output 3
Stage F/F 6 Threshold
Comp.
Control
Reset 4 5
Voltage
Vref
mengikuti persamaan :
1 1.44
f = = .................................................................................(2.2)
T ( R A + 2 RB )C
hubungan yang linier antara input dan output, yang biasanya mencegah output
21
pada op-amp saturasi mendekati +VCC atau –VEE. Salah satu aplikasi yang tidak
sesuai dengan hal itu (aplikasi op amp dengan umpan balik) adalah komparator
menunjukkan salah satu hasil dari operasi perbandingan, dan saturasi negatif
gambar 2.15)
Vs
Rb1
Vo
Rb2 t
Vs
Vout
+VCC
- VEE t
tergandeng dengan Rb1. Bila Vs sedikit lebih besar / positif terhadap ground,
Vdiff (V+ - V-) harus dengan cepat mencapai nilai yang cukup untuk
mensaturasikan output. Hal ini pasti terjadi, karena penguatan lup terbuka Avol
dihentikan untuk mempertahankan Vdiff ketika tidak ada resistansi feedback (RF).
Demikian juga, bila Vs sedikit lebih kecil / negatif terhadap ground, maka op-amp
22
akan dengan cepat menuju tegangan saturasi negatif.
Vs
Rb1
Vs Vo
Rb2 t
Vout
+VCC
- VEE t
23
+15V
Vs
13K
Rb1
+2V +2V
Vo
2K Rb2 t
Vs
Vout
+VCC
- VEE t
+15V Vs
+VCC
Rb1
Vo
Rb2 t
- 3V
-15V Vs
-VEE Vout
+VCC
- VEE t
macam tegangan. Dalam pengoperasiannya, tegangan yang satu dicatu oleh suatu
24
acuan yang besarnya tetap, sedang yang lainnya dicatu oleh sinyal masukan yang
+5V
Vref Vin
+5V +5V
(a) (b)
komparator ini yaitu jika VIN(+) = VIN(-), maka akan dihasilkan tegangan keluaran
yang besarnya mendekati Vcc. Jika VIN(+) dijadikan sebagai tegangan referensi dan
VIN(-) adalah tegangan masukan bervariabel, maka keluaran mendekati Vcc jika
berlaku tegangan VIN(-) < VIN(+) pada kedua masukannya (Gambar 2.19 (a)).
Namun hal ini berlaku sebaliknya pada VIN(-) sebagai tegangan referensi dan VIN(+)
25
sebagai tegangan masukan bervariabel yaitu keluarannya hampir sebesar Vcc pada
kondisi VIN(+) > VIN(-) (Gambar 2.19 (b)). Perlu dicatat bahwa semua kondisi diatas
berlaku jika selisih antara VIN(+) dan VIN(-) tidak melebihi dari tegangan Vcc.
PIN CONNECTIONS
Out 1 1 14 Out 4
2 13
Input 1 Input 4
3 12
5 10
Input 2 Input 3
6 9
Out 2 7 8 Out 3
(TOP VIEW)
No Pin Fungsi
1,7,8,14 Vout
2,6,9,13 Vin(+)
3,5,10,12 Vin(-)
4 Vcc
11 Ground
LM324 merupakan salah satu dari sekian banyak komparator yang juga
26
dapat berfungsi sebagai penguat (Operational Amplifier). Salah satu keuntungan
yang didapat dari pemakaian IC adalah jumlah pembanding yang terdapat dalam
maksimumnya, tetapi juga dapat digunakan satu persatu secara terpisah. Dengan
Valve atau keran solenoid adalah kombinasi dari dua dasar unit
fungsional:
Badan keran yang berisi lubang mulut pada tempat piringan atau stop-
Aliran melalui lubang mulut adalah OFF atau diijinkan dengan gerakan inti
dan tergantung pada apakah solenoid diberi energi atau dihilangkan energinya.
Apabila kumparan diberi energi, inti ditarik ke dalam kumparan solenoid untuk
membuka keran. Pegas mengembalikan keran pada posisi aslinya tertutup apabila
Keran solenoid cocok untuk menangani aliran pada satu arah saja. Dengan
tekanan yang diberikan pada bagian atas dari piringan keran. Keran
27
keran empat/tiga jalan. Berikut gambar valve atau keran solenoid dan gambar
Koil solenoid
Per
Inti dapat
digerakan
Inlet Outlet
Keran
NC NO
>
>
Solenoid Per
P P
28