METODE PENELITIAN
= Stasiun pengamatan
Sumber:
Peta Dishidros AL. 2007
19
Secara spasial, stasiun terdistribusi menjadi dua bagian mulai dari mulut
muara sungai Cimandiri hingga yang mengarah ke perairan terbuka di Teluk
Palabuhan Ratu. Kelompok pertama mewakili muara sungai yang terdapat di
Teluk Palabuhan ratu yakni stasiun 1, 8 dan 9. Kelompok kedua di daerah laut
lepas yang terdiri dari stasiun 2 hingga 7, dimaksudkan untuk mengetahui
batasan distribusi spesies larva ikan tertentu melalui komposisi dan jumlah yang
tertangkap dimasing-masing kedalaman (Gambar 3; Lampiran 6).
Kedalaman stasiun masing-masing adalah stasiun 2 adalah 25-30 meter,
stasiun 3 dan 4 dengan kedalaman 80-100 meter; stasiun 5 kedalaman > 450
meter; stasiun 6 dan 7 kedalaman > 400 (Gambar 3; Lampiran 6) Perbedaan
kedalaman yang sangat tajam disebabkan oleh Topografi dasar laut (bathymetri)
Teluk Palabuhan Ratu yang curam dengan kadalaman antara 3 - 4 meter
dibagian pantai (perairan pantai/muara) sampai > 200 meter di bagian tengah
perairan teluk, yang merupakan lereng kontinen (Continental Shelf) (PRTK & Dep
ITK 2004).
20
Produktivitas Lingkungan (Proling) Fakultas Perikanan dan Ilmu Teknologi
Kelautan IPB. Larva (Ichthyoplankton) dikumpulkan menggunakan net larva
dengan menyisir kolom perairan secara horizontal sejauh 70-100 meter selama
3-5 menit. Penyisiran pada tiap stasiun dilakukan dengan tiga kali ulangan,
Sampel dikumpulkan dan diawetkan dalam formalin 4% untuk selanjutnya diukur
panjang dan ditimbang beratnya. Pengukuran panjang dan berat larva ikan
dilakukan di Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, kemudian diidentifikasi dengan menggunakan Petunjuk
Identifikasi FAO (Smith dan Richardson, 1977); buku identifikasi larva ikan (Leis
dan Carson-Ewart, 2000; dan Niera, et al. 1998).
Parameter fisika kimia perairan yang diukur selama penelitian tercantum
pada Tabel 1.
21
s
H' ¦ ( pi Log
i 1
2 Pi )
22
IG n
¦X i
2
N
N ( N 1)
dengan: Iį = indeks distribusi Morisita
N = jumlah seluruh individu dalam total n
n = jumlah seluruh stasiun pengambilan sampel
Xi2 = kuadrat jumlah larva jenis i per stasiun untuk total n stasiun
Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut:
Iį < 1, pemencaran individu cenderung acak
Iį = 1, pemencaran individu bersifat merata
Iį > 1, pemencaran individu cenderung berkelompok.
Untuk menguji kebenaran nilai indeks di atas, digunakan suatu uji statistik, yaitu
sebaran Chi-Kuadrat dengan persamaan:
n¦ X 2
x2 N
N
dengan : x2 = Chi-Kuadrat
n = Jumlah pengamatan
X2 = Jumlah kuadrat larva jenis I yang ditemukan pada tiap stasiun
N = Jumlah seluruh Individu
Nilai Chi-Kuadrat dari perhitungan di atas di bandingkan dengan niali Chi-Kuadrat
tabel statistik dengan selang kepercayaan 95% (Į = 0,05). Apabila nilai X2 hitung
lebih kecil dibandingkan dengan nilai X2 tabel maka tidak berbeda nyata yang
berarti pola sebaran jenisnya bersifat acak.
rumus: N n / Vtsr
dengan: N = Kelimpahan Larva ikan ( ind/m3)
n = Jumlah Larva ikan yang tercacah (ind)
Vtsr = Volume air tersaring (Vtsr = l x t x v)
l : Luas bukaan mulut saringan
t : lama waktu penarikan saringan (menit)
v : Kecepatan tarikan (m/menit).
23
3.5.4 Kepadatan Populasi
1 n ª X1 j X 2 j º
C ¦« X
»
N i 1 «
¬ 1 j X 2 j »¼
dengan: Ic = Indeks Canberra
X1j = Nilai Parameter ke j stasiun 1
X2j = Nilai Parameter ke j stasiun 2
n = Jumlah parameter yang dihitung
N = Jumlah total stasiun pengambilan contoh
Pada penelitian ini terdapat 6 parameter fisika kimia air laut yang diukur
yaitu suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat dan fosphat. Hasil
perhitungannya dibuat dalam bentuk matriks similaritas Canberra, dan dari
matriks ini dapat dilihat persentase kemiripan antar stasiun penelitian
berdasarkan parameter fisika kimia perairan. Matriks dan dendrogram dibuat
dengan menggunakan bantuan softwere minitab 14.
Untuk melihat fluktuasi kehadiran larva ikan disajikan dalam bentuk grafik
dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat hubungannya digunakan analisis
regresi.
24