Anda di halaman 1dari 6

III.

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Teluk Palabuhan Ratu Kecamatan Palabuhan


Ratu, Jawa Barat. Studi pendahuluan dilaksanakan pada Bulan September 2007
untuk survey dan penetapan stasiun penelitian. Pengambilan sampel dan
pengukuran di lapangan dilaksanakan pada malam hari dimusim barat satu kali
dalam setiap bulan mulai Bulan November 2007 hingga Bulan April 2008.

= Stasiun pengamatan

Sumber:
Peta Dishidros AL. 2007

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian dan Posisi stasiun pengambilan sampel di


Teluk Palabuhan Ratu.

3.2 Penentuan stasiun penelitian


Perairan Teluk Palabuhan Ratu terletak pada posisi geografis 6o57’- 7o07’
LS dan 106o22’-106o23’ BT dengan panjang pantai lebih kurang 105 km (LON-
LIPI 1975) membentuk cekungan yang menyolok dibagian selatan Pulau Jawa.
Berdasarkan perbedaan ciri fisik maka lokasi stasiun penelitian dibagi atas 9
mencakup muara dan laut lepas.

19
Secara spasial, stasiun terdistribusi menjadi dua bagian mulai dari mulut
muara sungai Cimandiri hingga yang mengarah ke perairan terbuka di Teluk
Palabuhan Ratu. Kelompok pertama mewakili muara sungai yang terdapat di
Teluk Palabuhan ratu yakni stasiun 1, 8 dan 9. Kelompok kedua di daerah laut
lepas yang terdiri dari stasiun 2 hingga 7, dimaksudkan untuk mengetahui
batasan distribusi spesies larva ikan tertentu melalui komposisi dan jumlah yang
tertangkap dimasing-masing kedalaman (Gambar 3; Lampiran 6).
Kedalaman stasiun masing-masing adalah stasiun 2 adalah 25-30 meter,
stasiun 3 dan 4 dengan kedalaman 80-100 meter; stasiun 5 kedalaman > 450
meter; stasiun 6 dan 7 kedalaman > 400 (Gambar 3; Lampiran 6) Perbedaan
kedalaman yang sangat tajam disebabkan oleh Topografi dasar laut (bathymetri)
Teluk Palabuhan Ratu yang curam dengan kadalaman antara 3 - 4 meter
dibagian pantai (perairan pantai/muara) sampai > 200 meter di bagian tengah
perairan teluk, yang merupakan lereng kontinen (Continental Shelf) (PRTK & Dep
ITK 2004).

3.3 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan-bahan kimia


untuk analisis kualitas air, buku identifikasi larva, alat tulis dan botol sampel.
Sedangkan alat yang digunakan adalah perahu nelayan, Global Positioning
System (GPS Tipe Map 198C) untuk menentukan posisi stasiun pengamatan,
termometer (Hg Pembacaan skala) untuk pengukuran suhu, flow meter (For
Plankto net Model OSK 16168) untuk mengukur kecepatan arus dan layangan
arus untuk melihat arah arus, handrefraktometer untuk pengukuran salinitas, Eh-
pH meter (Schott Instrumen Lab 850) untuk mengukur tingkat keasaman,
saringan, timbangan elektrik (AND GR 200), mikrometer (Celiper ketelitian 0,05
mm), mikroskop binokuler (Olympus CH2O) perbesaran 4 kali, water sampler,
net larva (mesh zise 350-500 µm, diameter 60 cm) dan hand counter untuk
menghitung jumlah individu larva ikan.

3.4 Pengumpulan Data dan Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung dengan


menggunakan termometer, flow meter, layangan arus dan titrasi Winkler untuk
pengukuran oksigen langsung di lokasi penelitian. Pengukuran TSS (Total
Suspension Solid), salinitas, pH, nitrat, fosfat dan silika dilakukan di laboratorium

20
Produktivitas Lingkungan (Proling) Fakultas Perikanan dan Ilmu Teknologi
Kelautan IPB. Larva (Ichthyoplankton) dikumpulkan menggunakan net larva
dengan menyisir kolom perairan secara horizontal sejauh 70-100 meter selama
3-5 menit. Penyisiran pada tiap stasiun dilakukan dengan tiga kali ulangan,
Sampel dikumpulkan dan diawetkan dalam formalin 4% untuk selanjutnya diukur
panjang dan ditimbang beratnya. Pengukuran panjang dan berat larva ikan
dilakukan di Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, kemudian diidentifikasi dengan menggunakan Petunjuk
Identifikasi FAO (Smith dan Richardson, 1977); buku identifikasi larva ikan (Leis
dan Carson-Ewart, 2000; dan Niera, et al. 1998).
Parameter fisika kimia perairan yang diukur selama penelitian tercantum
pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan


No Parameter Satuan Alat/metode
A Fisika
o
1. Suhu C Termometer
2. Arus cm/detik Floating method/ estimasi
3. Kekeruhan NTU Turbidimeter
4. Gelombang m Estimasi
B Kimia
1. Salinitas ppt Handfraktometer
2. Tingkat keasaman pH pH meter
3. DO mg/l Titrasi winkler
C Nutrien
1. Nitrat mg/l spectrofotometer
2. Fosfat mg/l spectrofotometer
3. Silika mg/l spectrofotometer

3.5 Analisis Data


3.5.1 Struktur Komunitas Ikan
Indeks keanekaragaman dan dominansi digunakan untuk mengetahui
pengaruh kualitas lingkungan terhadap komunitas larva ikan. Pengaruh kualitas
lingkungan terhadap kelimpahan ikan selalu berbeda-beda tergantung pada jenis
ikan, karena tiap jenis ikan memiliki adaptasi dan toleransi yang berbeda
terhadap habitatnya. Indeks tersebut digunakan untuk memperoleh informasi
yang lebih rinci tentang komunitas ikan.
Indeks keanekaragaman dikemukakan oleh Shannon-Wiener diacu dalam
Bengen (2000), yang dirumuskan sebagai berikut:

21
s
H' ¦ ( pi Log
i 1
2 Pi )

Dengan: H’ = Indeks keaneragaman Shannon-Wiener


S = Jumlah jenis (spesies)
ni = jumlah total individu jenis larva i
N = jumlah seluruh individu dalam total n
Pi=ni/N = sebagai proporsi jenis ke-i
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman
Shannon-Wiener yaitu:
H’ < 1, keanekaragaman rendah
1-3 keanekaragaman tergolong sedang
3 >, keanekaragaman tergolong tinggi.
Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis
ikan yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap habitat indeks
dominansi yang dikemukakan oleh Simpson yaitu (Ludwig dan Reynold, 1988):
s
C ¦ pi
i 1
2

Dengan C = Indeks dominansi Simpson


S = Jumlah jenis (spesies)
ni = jumlah total individu jenis larva i
N = jumlah seluruh individu dalam total n
Pi=ni/N = sebagai proporsi jenis ke-i
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikandominansi spesies
ikan yaitu:
Mendekati 0 = indeks semakin rendah atau dominansi oleh satu spesies ikan.
Mendekati 1 = indeks besar atau cenderung dominansi oleh beberapa spesies
ikan.
3.5.2 Pola Pemencaran/distribusi Populasi

Pola penyebaran larva ikan dalam penelitian ini ditentukan dengan


menggunakan Indeks Morisita (Iį). Indeks ini tidak dipengaruhi oleh luas stasiun
pengambilan sampel dan sangat baik untuk membandingkan pola pemencaran
populasi (Brower et al, 1990). Rumus yang dipergunakan adalah:

22
IG n
¦X i
2
N
N ( N  1)
dengan: Iį = indeks distribusi Morisita
N = jumlah seluruh individu dalam total n
n = jumlah seluruh stasiun pengambilan sampel
™Xi2 = kuadrat jumlah larva jenis i per stasiun untuk total n stasiun
Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut:
Iį < 1, pemencaran individu cenderung acak
Iį = 1, pemencaran individu bersifat merata
Iį > 1, pemencaran individu cenderung berkelompok.
Untuk menguji kebenaran nilai indeks di atas, digunakan suatu uji statistik, yaitu
sebaran Chi-Kuadrat dengan persamaan:

n¦ X 2
x2 N
N
dengan : x2 = Chi-Kuadrat
n = Jumlah pengamatan
™X2 = Jumlah kuadrat larva jenis I yang ditemukan pada tiap stasiun
N = Jumlah seluruh Individu
Nilai Chi-Kuadrat dari perhitungan di atas di bandingkan dengan niali Chi-Kuadrat
tabel statistik dengan selang kepercayaan 95% (Į = 0,05). Apabila nilai X2 hitung
lebih kecil dibandingkan dengan nilai X2 tabel maka tidak berbeda nyata yang
berarti pola sebaran jenisnya bersifat acak.

3.5.3 Kelimpahan Larva Ikan

Kelimpahan larva ikan yang didefinisikan sebagai banyaknya larva ikan


persatuan luas daerah pengambilan contoh dihitung dengan menggunakan

rumus: N n / Vtsr
dengan: N = Kelimpahan Larva ikan ( ind/m3)
n = Jumlah Larva ikan yang tercacah (ind)
Vtsr = Volume air tersaring (Vtsr = l x t x v)
l : Luas bukaan mulut saringan
t : lama waktu penarikan saringan (menit)
v : Kecepatan tarikan (m/menit).

23
3.5.4 Kepadatan Populasi

Kepadatan populasi menunjukkan rataan individu suatu jenis larva ikan


perstasiun dari seluruh contoh yang diamati, yaitu menggunakan rumus:
D = ™Xi / n
Dengan: ™Xi = jumlah total individu jenis larva i
n = luas seluruh stasiun contoh (jumlah keseluruhan Vtsr).
Kepadatan populasi (Ind/m3) yang didapatkan akan digunakan untuk
menganalisis tingkat keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi serta pola
penyebaran spesies larva.

3.5.5 Pengelompokan Habitat berdasarkan Indeks Similaritas Canberra.

Nilai indeks similaritas ini digunakan untuk membandingkan kesamaan


antara stasiun pengamatan berdasarkan parameter fisika kimia perairan dan dan
larva ikan yang diperoleh selama penelitian (Bengen 1999).

1 n ª X1 j  X 2 j º
C ¦« X 
»
N i 1 «
¬ 1 j X 2 j »¼
dengan: Ic = Indeks Canberra
X1j = Nilai Parameter ke j stasiun 1
X2j = Nilai Parameter ke j stasiun 2
n = Jumlah parameter yang dihitung
N = Jumlah total stasiun pengambilan contoh
Pada penelitian ini terdapat 6 parameter fisika kimia air laut yang diukur
yaitu suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat dan fosphat. Hasil
perhitungannya dibuat dalam bentuk matriks similaritas Canberra, dan dari
matriks ini dapat dilihat persentase kemiripan antar stasiun penelitian
berdasarkan parameter fisika kimia perairan. Matriks dan dendrogram dibuat
dengan menggunakan bantuan softwere minitab 14.

3.5.6 Hubungan Kelimpahan Larva Ikan dengan Karakteristik Fisika Kimia


Perairan

Untuk melihat fluktuasi kehadiran larva ikan disajikan dalam bentuk grafik
dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat hubungannya digunakan analisis
regresi.

24

Anda mungkin juga menyukai