Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

Sindroma low back pain (LBP) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri
atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.1

ETIOLOGI
LBP lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-harinya melakukan kegiatan mengangkat,
memindahkan, mendorong atau menarik benda berat. Berputarnya tulang belakang di saat tubuh
sedang membungkuk merupakan faktor penyebab yang penting. 22% keluhan terjadi ketika mengangkat
beban, 19% ketika berolahraga, dan sekitar 25% terjadi berangsur-angsur tanpa diketahui
penyebabnya.2
Etiologi LBP adalah multifaktorial antara lain oleh karena proses degeneratif, inflamasi, infeksi,
metabolik, neoplasma, trauma, kongenital, muskuloskeletal, penyakit organ visceral, vaskular, dan
postoperatif.3 LBP juga bisa disebabkan oleh beban berlebihan pada punggung, gerakan yang minimal
(misalnya saat memaksakan diri untuk meraih benda yang jatuh), adanya kelainan atau masalah pada
tendon, ligamen, atau di sekitar tulang belakang, serta terjadinya malposisi pada tulang belakang.4
Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Fungsi penting tersebut
antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting. Saat
kita berdiri, pinggang berfungsi sebagai penyangga sebagian besar berat badan. Saat kita
menggoyangkan pinggul, pinggang akan ikut membantu pergerakan. LBP pada umumnya terjadi di
daerah lumbal, sebab daerah ini menopang hampir seluruh berat badan dan sering menjadi fokus
serangan ataupun stress yang mengenai tulang belakang. Untuk mendeteksi kelainan pada pinggang
dapat dilakukan dengan menyuruh pasien berdiri tegak atau menggoyangkan pinggulnya. Fungsi
terpenting dari semuanya adalah sebagai pelindung susunan saraf yang melintas sepanjang tulang
belakang dan organ yang terdapat di dalam rongga perut.
Penyebab terbanyak dari LBP ini adalah penyebab yang berdasarkan adanya masalah-masalah mekanik
yang seringkali tidak kita sadari terjadinya dan kurangnya kita melakukan aktifitas fisik yang benar,
sehingga perlu pengobatan yang lebih tepat. Maka disinilah peranan rehabilitasi medik dalam upaya
mengatasi nyeri pinggang bawah lebih ditujukan terhadap dampak nyeri terhadap pekerjaan/aktivitas
sehari-hari.3,5

FAKTOR RESIKO
LBP umumnya terkena dengan jumlah yang sebanding pada pria dan wanita, dengan onset lebih sering
pada usia 30 – 50 tahun, dimana penderita LBP meningkat di atas umur 55 tahun. Selanjutnya wanita
memiliki faktor lebih besar karena osteoporosis Faktor risiko terjadinya LBP selain usia adalah kondisi
kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti
duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang
statik), sikap tubuh yang salah, terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan seperti duduk, berdiri,
tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah, membawa beban, menarik beban, membungkuk,
memutar, dan kehamilan dapat menimbulkan nyeri pinggang. 3,6

KLASIFIKASI
Dalam klinik LBP dibagi dalam 4 kelompok :1
I. LBP oleh faktor mekanik
Dimasukan jenis-jenis LBP atas dasar kelainan sistem muskuloskeletal
a. LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak, melakukan gerakan melampaui batas
kemampuan sendi dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau
lama.
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, dimaksudkan adalah sikap tubuh membungkuk ke
depan, kepala menunduk, perut membuncit, dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh demikian
tentunya akan mendorong TBB tergeser ke arah depan. Sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh
tetap terjaga punggung dan bahu ditarik ke arah belakang sehingga timbul hiperlordosis lumbal.
Pergeseran TBB ke arah depan juga terlihat pada wanita-wanita penggemar memakai sepatu tumit
tinggi. Mekanisme yang sama juga mendasari timbulnya LBP pada wanita hamil trimester ke 2 dan ke 3.
Juga penerapan ergonomi yang kurang tepat. Misalnya pada tukang pangkas rambut yang berdiri terus-
menerus, pembuatan kursi sekretaris dengan alas punggung membulat atau pembuatan alas tidur
terlalu tebal dan empuk hingga tubuh seolah-olah terbenam.
II. LBP oleh faktor organik
Proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus intervertebra, atau dalam kanalis spinalis.
a. LBP Osteogenik
1. Radang
2. Trauma
Tidak jarang LBP merupakan keluhan utama pada fraktur vertebra lumbal. Lebih-lebih fraktur spontan
akibat osteoporosis pada usia lanjut. Jenis fraktur ini sering disertai spondilolitesis L5-S1 dan L4- L5.
3. Keganasan
Dapat bersifat primer, multiple mieloma, atau sekunder akibat metastasis.
4. Kongenital
b. LBP Diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebra. Bentuk gangguan yang sering dijumpai
adalah :
1. Spondilosis
Adalah suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebra. Keadaan ini menimbulkan nyeri, berasal
dari 2 macam sumber :
- Osteoartritis
- Radikulitis jebakan
2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Merupakan kelanjutan proses degenerasi diskus intervertebra. Manifestasi kliniknya :
- Herniasi Posterosentral, mengakibatkan LBP oleh penekanan ligamen longitudinal posterior. Tidak ada
kompresi radiks, karena tidak ada iskias.
- Herniasi Posterolateral, sangat mungkin melibatkan radiks karena ke arah postero lateral ini tidak ada
perlindungan ligamen longitudinal posterior. Timbul LBP di sertai iskias.
3. Spondilitis Ankilosa
c. LBP Neurogenik
- Neoplasma
- Arachnoditis
- Stenosis kanal
III. Nyeri Rujukan
Nyeri di pinggang yang bersifat rujukan memiliki ciri khas yaitu :7
- Nyeri hanya dirasakan berlokasi di pinggang tetap.
- Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak ada nyeri tekan,
tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan motilitas pinggang tetap baik. Walaupun demikian
sikap tubuh mempengaruhi bertambahnya atau meredanya ”reffered pain”.
- ”Reffered pain” lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya penyakit viseral.
- Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit viseral mengungkapkan keadaan patologik melalui
manifestasi gangguan fungsi dan ”reffered pain” di daerah lumbal.
IV. Nyeri Psikogenik
Nyeri yang bersifat emosional atau kejiwaan.

DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis penyebab nyeri pinggang dibutuhkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik
yang tepat, dan didukung oleh pemeriksaan penunjang.
Seringkali pasien tidak dapat menunjukkan lokasi sakit pinggangnya secara tepat. Oleh karena itu
berbagai tindakan pemeriksaan dilakukan untuk membangkitkan nyeri pinggang. Pemeriksaan dimulai
pada saat pasien masuk ke dalam ruang periksa. Gaya berjalannya diperhatikan, cara pasien duduk
diobservasi dan juga sikap duduk yang disukainya harus diketahui.8
• Sebagai titik tolak pemeriksaan dapat dipakai tempat nyeri yang ditunjuk pasien atau yang telah
diprovokasi dengan gerakan tulang belakang atau dengan penekanan pada lamina-lamina atupun
dengan tes melipat atau menggulung kulit.
• Mengevaluasi masalah pada saraf, dengan mengevaluasi kekuatan, sensasi dan refleks yaitu
mengerakkan tulang belakang untuk melihat batasan pergerakan yang boleh dilakukan.
• Mengevaluasi peredaran darah, walaupun tidak berhubungan dengan tulang belakang, sirkulasi yang
tidak baik dapat menghantarkan nyeri pada punggung belakang.
Pada pemeriksaan neurologis dapat dilakukan:
a. Pemeriksaan Motorik, dengan memeriksa apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi.
b. Pemeriksaan Sensorik
c. Pemeriksaan refleks, Lasegue, O’Connel, Patrick, Kontrapatrick, Test Gaenslen.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi: Pemeriksaan foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral, untuk
diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
b. Pemeriksaan lain adalah EMG untuk mendiagnosa pasti keterlibatan radiks, pemeriksaan cairan
cerebrospinal, pemeriksaan mielografi, CT-scan, MRI.
c. Pemeriksaan laboratorik

Magnetic resonance image (MRI) scan of the lumbar spine (side view).
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan dari nyeri pinggang terdiri dari :5
1. Medikamentosa
2. Rehabilitasi medik
3. Edukasi
1. Medikamentosa
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan
penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan analgetika, yang umumnya dipakai adalah
golongan analgetika-antipiretik dan analgetika narkotik. Disamping itu dikenal pula obat yang
mempunyai potensi anti inflamasi disamping analgetik dikenal dengan NSAID.

2. Rehabilitasi Medik
Permasalahan rehabilitasi medik pada LBP :
1. Nyeri pada tulang belakang
2. Keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari
3. Keterbatasan dalam melakukan pekerjaan

3. Program Rehabilitasi Medik


1. LBP oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat, bantal panas.
Biasanya kesembuhan setelah 4–5 hari.5
2. LBP oleh faktor mekanik kronik
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu tatalaksana ditujukan pada
latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.2,5
Pemberian latihan tujuannya untuk :
- Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh.
- Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung.

Latihan yang diberikan pada prinsipnya untuk :


- Latihan penguatan dinding perut, otot gluteus maksimus
- Latihan peregangan untuk otot yang memendek, teutama otot punggung dan hamstring.
3. LBP oleh karena fraktur kompresi
Dikenal 2 macam penanganan :5
- Konservatif
Tirah baring 4 – 6 minggu disusul mobilisasi dengan TLSO untuk 4 – 6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil.
Bila tidak stabil, diperlukan tirah baring yang lebih lama 6 – 8 minggu.
Pada umumnya penanganan konservatif memberikan hasil yang cukup bila kedudukan fragmen fraktur
cukup baik.
- Operatif
Merupakan indikasi bila kedudukan fragmen fraktur jelek, sedangkan reposisi dilakukan secara
konservatif.
4. Osteoporosis
Penanganannya dapat berupa latihan-latihan, pemasangan korset, pemanasan dangkal.
5. Keganasan
Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi atau instabilitas belakang dapat diberikan korset.
6. Hernia Nukleus Pulposus
Penanganannya secara konservatif yaitu:
- Tirah baring selama 3-5 hari diatas tempat tidur yang keras.
- Terapi fisik : biasanya SWD
- Traksi pelvis
- Latihan yang memperkuat otot-otot tulang belakang
- Dilakukan tindakan operatif bila terdapat kegagalan tindakan konservatif.

Edukasi
Edukasi penderita (Proper Body Mechanics) :5
a. Waktu berdiri :
- Jangan memakai sepatu dengan tumit yang terlalu tinggi
- Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode jongkok sebentar.
- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah pada lutut.
b. Waktu berjalan :
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa gesa.
c. Waktu duduk
- Busa kursi jangan terlalu lunak
- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang punggung.
- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari paha.
- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi.
d. Waktu tidur
Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar
e. Olahraga.
Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum stabil harus dihindari olahraga yang bersifat
beregu. Yang dianjurkan adalah olahraga perorangan yaitu berenang dan jogging, jangan lari cepat.

Anda mungkin juga menyukai