OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang / saluran telinga
luar (meatus akustikus eksterna). Otitis eksterna disebabkan terutama terutama disebabkan oleh
infeksi bakteri, yaitu staphylococcus aureus, staphylococcus albus, dan escherichia coli. Penyakit
ini dapat juga disebabkan oleh jamur, alergi, dan virus. Otitis eksterna dapat juga disebabkan
oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang bersifat non infeksi.
Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu :
1. Udara. Udara hangat /panas dan lembab memudahkan kuman bertambah banyak.
2. Derajat keasaman (pH) liang telinga. PH basa mempermudah terjadinya otitis eksterna.
PH asam memproteksi terhadap kuman infeksi.
3. Trauma mekanik. Trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus
akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan lidi kapas atau
benda lainnya.
4. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah
terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada liang telinga sehingga
menjadi media yang bagus buat pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna sering disebut
sebagai swimmer's ear.
5. Benda asing. Benda asing menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya manik-manik,
biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
6. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).
7. Alergi. Alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal (nikel).
8. Penyakit psoriasis .
9. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
10. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada pasien diabetes.
11. Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat tersebut tidak dibersihkan
dengan baik.
e. Perikondritis
Terjadi bila trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan
perikondrium dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau
akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga. Adakalanya
perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Suatu furunkel
yang tidak memadai pengobatannya merupakan sumber agen potensial, seperti
mikrokokus jenis virulen (Staphyllococcus), streptokokus, atau Pseudomonas
aeruginosa. Diagnosisnya mudah : bagian aurikula yang terlibat membengkak,
menjadi merah, terasa panas dan sangat nyeri tekan. Pengobatan dengan antibiotic
yang adekuat.
f. Dermatitis Ekzematosa
Ahli THT tidak jarang menemukan suatu lesi yang melibatkan meatus acousticus
externus, dan konka di dekatnya yang dicirikan oleh kemeraha, rasa gatal, bengkak,
dan stadium eksudat cair yang diikuti pembentukan krusta. Perbedaan antara
dematosis primer dan infeksi mungkin sulit. Suatu dematitis seboroika atau suatu
reaksi kulit akibat kepekaan terhadap neomisin dapat tampil dengan pola demikian.
Istilah dermatitis ekzematosa seringkali digunakan karena tampilan lesi yang
karekteristik.
Infeksi dan radang kronik :
Infeksi bakteri pada meatus acousticus externus dapat menjadi kronik karena tidak
diobati, pengobatan yang kurang adekuat, trauma berulang, adanya benda asing seperti
cetakan alat bantu dengar, atau otitis media yang terus-menerus mengeluarkan sekret.
Dalam penatalaksaan perlu identifikasi organisme penyebab dan faktor yang mendukung
sifat kroniknya.
Infeksi jamur kronik yang paling sering dijumpai adalah infeksi pada rongga mastoid
yang perlu pembersihan. Setelah pengangkatan debris infeksi, rongga mastoid perlu
diterapi dengan obat tetes anti jamur atau dibedaki dengan kombinasi neomisin dan asam
borat.
Kondisi kronik lain yang sering dijumpai yaitu “gatal kronik pada telinga”. Secara umum
kondisi ini digolongkan dermatosis primer non-infeksi.
Otitis eksterna kronik dapat disebabkan :
Pengobatan. Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.
Trauma berulang.
Benda asing.
Alat bantu dengar (hearing aid). Penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid.
b. Perikondritis berulang
Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan dan destruksi
tulang rawan. Merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan
hidung dan telinga pada 80-90% kasus. Deformitas aurikula menyerupai perikondritis
akut yang infeksius atau telinga bunga kol (cauliflower ear) yang meradang.
Hilangnya tulang rawan menyebabkan telinga menjadi “lemas” dan timbul deformitas
hidung pelana. Peradangan yang bergantian pada kedua telinga (tanpa sebab
predisposisi) atau adanya demam memberi kesan gangguan ini. Dapat ditemukan
tinitus dan vertigo, demikian pula kehilangan pendengaran akibat kolaps meatus
akustikus eksternus. Bila laring, trakea dan bronkus ikut terlibat dapat berakibat suara
menjadi serak dan bahkan kematian akibat kolaps dinding laringotrakea dan bronkus.
Aktivitas penyakit berfluktuasi dan prognosisnya tidak dapat diramalkan. Dapat
berupa serangan tunggal atau dapat pula serangan berulang selama bertahun-tahun.
Pengobatan berupa salisilat dan steroid pada serangan akut, meskipun terdapat
kontroversi mengenai pemberian steroid. Dapson telah digunakan untuk mencegah
serangan berulang. Struktur-struktur yang terserang harus dilindungi dari trauma.
OTITIS MEDIA
Otitis Media Akut
Klasifikasi stadium Otitis Media Akut :
a. stadium oklusi : gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative
dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara. Kadang-kadang membrane timpani
tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
Th/ dekongestan (A < 12 th: HCl ephedrine 0.5% dalam lar fisiologis, A >12 th:
HCl efedrine1% dalam lar fisiologis), antibiotic, analgetic, antipyretic.
b. stadium hyperemia : tampak pembuluh darah melebar di membrane timpani/
seluruh membrane timpani tampak hiperemis atau edem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sulit terlihat, ada
rasa nyeri.
Th/ dekongestan, analgetik, antibiotic local, amoxicillin 40 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis, ampicillin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, eritromicin
40 mg/kgBB/hari.
c. stadium supurasi : edema pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani, menyebabkan
membrane timpani bulging kea rah liang telinga luar. Pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, nyeri telinga bertambah hebat. Bila tekanan di kavum
timpani tidak berkurang, terjadi iskemi akibat tekanan pada kapiler, serta timbul
trombophlebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek
dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture.
Th/ antibiotic local, amoxicillin, ampicillin, eritromicin, miringotomy, antipiretik,
analgesik.
d. stadium perforasi : karena terlambatnya pemberian antibiotic atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane tympani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Nak yang tadinya gelisah
sekarang menjadi tenang, suhu badan menurun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Th/ dewasa: H2O2 3% 5 tetes 3 dd 1 3-5 hari, antibiotic local.
e. stadium resolusi : bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane
timpani perlahan-lahan bisa normal kembali. Bila sujah terjadi perforasi, maka
secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau
virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walau tanpa pengobatan.
Otitis media supuratif kronik
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah otitis media yang berlangsung lebih
2 bulan karena infeksi bakteri piogenik dan ditandai oleh perforasi membran timpani dan
pengeluaran sekret. Dulu kita kenal sebagai otitis media perforata (OMP). Orang awam
biasa menyebutnya congek.
Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :
1. Perforasi sentral (sub total). Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran
timpani. Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani.
2. Perforasi marginal. Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus
atau sulkus timpanikum.
3. Perforasi atik. Letak perforasi di pars flaksida membran timpani.
Sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-
menerus atau hilang timbul. Konsistensinya bisa encer atau kental. Warnanya bisa kuning
atau berupa nanah. Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari
otitis media supuratif sub akut dan otitis media supuratif akut (OMA). Hal ini disebabkan
oleh :
1. Terapi. Terapi lambat diberikan atau terapi tidak adekuat.
2. Kuman. Virulensi kuman tinggi.
3. Pertahanan. Daya tahan tubuh rendah akibat gizi kurang.
4. Higiene. Higienitas yang buruk.
Terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) tergantung dari jenisnya. Prinsip terapi
otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna dengan cara konservatif (medikamentosa)
sedangkan otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna dengan cara pembedahan.
Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik (OMSK)
benigna, yaitu :
1. Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama 3-5 hari. Pengobatan
ini kita berikan bila sekret telinga keluar terus-menerus.
2. Obat tetes telinga. Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan
berikan selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya
pada otitis media supuratif kronik (OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua
antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik.
3. Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin
sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi
terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi
resistensi ampisilin.
Miringoplasti dan timpanoplasti kita lakukan jika sekret telah kering namun perforasi
membran timpani masih ada. Juga setelah kita melakukan observasi selama 2 bulan.
Tanda yang menunjukkan adanya sumber infeksi, yaitu :
1. Sekret masih ada.
2. Infeksi berulang.
Cara mengatasi sumber infeksi, yaitu :
1. Pengobatan.
2. Pembedahan : adenoidektomi & tonsilektomi.
Tindakan pembedahan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna yang
sering dilakukan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Adapun terapi
konservatif (medikamentosa) hanya bersifat sementara dan kita berikan sebelum
melakukan tindakan pembedahan. Jika abses subperiosteal retroaurikuler ada, lakukan
insisi abses diwaktu yang berlainan, sebelum melakukan operasi mastoidektomi.