PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia. Penyebab tersering Community Acquired Pneumonia
(CAP) disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, namun 30-40% infeksi ini
disebabkan oleh patogen pernafasan atypical. Tiga penyebab utama yang tersering
adalah Mycoplasma pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae dan Legionella
pneumophila. Infeksi yang disebabkan kuman patogen ini memberikan gejala dan
tanda yang tidak khas sehingga sering tidak terdiagnosa. 1 Pneumonia atypical
dapat juga disebabkan oleh virus-virus saluran pernafasan seperti virus influenza,
Adenovirus, Respiratory Syncytial Viruses (RSVs). Data menunjukkan bahwa
virus menyebabkan 18% kasus CAP yang memerlukan perawatan di rumah sakit.4
Pada suatu studi surveilans yang berbasis populasi, dilaporkan bahwa
Mycoplasma pneumoniae merupakan patogen dominan yang menyebabkan 1/3
kasus Community Acquired Pneumonia. Chlamydia pneumoniae menjadi
penyebab 8,9% kasus Community Acquired Pneumonia sedangkan Legionella
menyebabkan 3% kasus.2
Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Zaki dan Godal melaporkan bahwa
Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumoniae,
Coxiella burnetti, Adenovirus, dan virus influenza merupakan patogen-patogen
yang menyebabkan Community Acquired Pneumonia. Streptococcus pneumoniae
(22%) diikuti oleh Haemophillus influenza (18%), Mycoplasma pneumoniae (5%)
dan Legionella pneumophila (5%) merupakan bakteri yang paling sering diisolasi.
Penyebab tersering reaksi serologis yang positif adalah Chlamydia pneumoniae
(30%) dan Adenovirus (30%).2
1.2 Definisi
Istilah pneumonia atypical atau walking pneumonia pertama kali
dicetuskan pada tahun 1938 untuk merujuk pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri atau patogen lain yang tidak biasanya berhubungan dengan pneumonia.
Gejala dan gambaran radiologi walking pneumonia berbeda dari pneumonia
konvensional dan biasanya menunjukkan gambaran infeksi ekstraparu.3
Terdapat 5 patogen yang paling sering menyebabkan pneumonia atypical,
antara lain : Legionella pneumonie, Chlamydophila pneumonia, Mycoplasma
pneumoniae, Coxiella burnetti, dan Chlamydophila psitacci. Infeksi pada
umumnya berhubungan dengan anak-anak di pusat-pusat daycare, usia lanjut,
perokok, dan pasien dengan penyakit kronis atau kelainan imunodefisiensi.3
Kebutuhan
antibiotik
untuk
mengcover
patogen
atypical
masih
azithromycin,
tetracycline
dan penicillin
penyebab
pneumonia
atypical
seperti
BAB II
Manifestasi Klinis, Diagnosis dan Terapi
2.1 Mycoplasma pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae merupakan organisme yang terkecil diantara
organisme yang hidup bebas. Kuman ini tidak memiliki dinding peptidoglycan,
namun memiliki membran plasma sterol. Kuman ini menempel pada epitel
saluran pernafasan dan mengambil nutrien esensial eksogen untuk tumbuh dan
dapat hidup intraselular. Kuman ini menyebabkan kerusakan sel-sel epitel dan
silia dengan memproduksi hydrogen peroxida dan superoxide, proses ini
difasilitasi adanya koinfeksi dengan patogen lain.2
Pada laporan yang dikeluarkan oleh Center for Disease Control and
Prevention (CDC) tentang kejadian luar biasa di Colorado, menekankan
pentingnya
infeksi
Community
Acquired
Pneumonia
yang
disebabkan
Mycoplasma pneumoniae. Infeksi oleh kuman ini memiliki masa inkubasi 1-3
minggu diikuti dengan onset gejala yang gradual / perlahan. Pasien tidak akan
mencari pengobatan sampai beberapa hari atau beberapa minggu dikarenakan
onsetnya yang perlahan.2
Spesies ini merupakan yang terpenting dari keluarga Mycoplasmataceae.
M.pneumoniae bersifat ekstraselular, hidup bebas sebagai obligat aerob dan hanya
menginfeksi manusia. Dalam bentuk kokus ukurannya antara 0,2-0,3 nm dan
dalam bentuk batang dengan panjang 1-2 nm dan lebar 0,2 nm. Kuman ini tidak
memiliki dinding sel sehingga resisten terhadap penicillin, cefalosporin,
vancomycin dan antibiotik lain yang menghambat sintesa dinding sel. Kuman ini
hanya dapat tumbuh pada media aseluar buatan dan memerlukan waktu 6 jam
untuk bereplikasi. Antigen utamanya adalah glycolipid dan protein membran.3
Epidemiologi
Infeksi M.pneumoniae lebih sering terjadi pada anak-anak di pusat-pusat
daycare dan anak-anak usia 5-15 tahun. Kuman ini menyebabkan 10-20% kasus
Community Acquired Pneumonia dan 60% nya terjadi pada anak-anak.
Komplikasi ekstraparu terjadi pada 25% kasus. Kuman ini juga merupakan
penyebab utama pneumonia pada militer. Kuman tersebut berkolonisasi di hidung,
tenggorokan, dan trakea dan ditransmisikan melalui aerosol pernafasan. Penyakit
pernafasan yang disebabkan oleh M.pneumoniae sering terjadi pada musim panas
dan musim gugur.3 Setiap tahun, sebanyak 2 juta kasus baru pneumonia yang
disebabkan oleh M.pneumoniae dilaporkan di Amerika Serikat dengan 100.000
kasus memerlukan perawatan di rumah sakit.3
M.pneumoniae merupakan penyebab utama pneumonia atypical diantara
anak dan dan remaja. Meskipun sering menyebabkan infeksi saluran pernafasan
ringan seperti nyeri tenggorokan, faringitis, rhinitis dan trakeobronkitis, namun
dapat juga menyebabkan infeksi serius seperti pneumonia atau abses paru. Infeksi
oleh kuman ini juga berhubungan dengan eksaserbasi asma, PPOK, dan dapat
menyebabkan kejadian luar biasa pada skala yang sama dengan epidemi flu.3
Gambaran Klinis
Infeksi biasanya asimptomatis. Pada kasus infeksi yang berulang / rekuren
atau infeksi pada anak-anak, gejala yang muncul sebagai berikut :
menyebabkan pneumonia.3
Manifestasi yang jarang terjadi antara lain mialgia dan gejala
gastrointestinal.
Komplikasi
ekstraparu
sekunder
meliputi
L.pneumoniae
M.pneumoniae
C.pneumoniae
Penebalan
Nodul
Volume
bronchovas
centrilo
loss
cular
bular
bundle
+
++
-
+++
+
Konsolidasi
Efusi
pleura
+++
+++
(inhomogen)
+
++
(anak)
-
Namun sensitivitasnya
tergantung pada
waktu
pengambilan sampel pertama, apakah berada pada fase awal atau fase lanjut dari
perkembangan penyakit dan juga tergantung pada ketersediaan sampel serum
pasangannya pada interval waktu 2-3 minggu. Pemeriksaan serologi juga meliputi
pemeriksaan immunoglobulin (IgM), yang lebih sensitive dibandingkan uji fiksasi
6
komplemen, meskipun respon IgM dapat tidak spesifik bahkan tidak muncul,
terutama pada pasien dewasa. Pemeriksaan hibridisasi DNA merupakan
pemeriksaan yang cepat, spesifik, meskipun kurang sensitive.3
Saat ini banyak klinisi menggunakan pemeriksaan RT-PCR (Reverse
Transcription Polimerase Chain Reaction) yang memiliki sensitivitas dan
spesifisitas tinggi. RT-PCR dilakukan dengan sampel yang diambil dari apusan
nasofaring dan orofaring dan bronchoalveolar lavage dan mengisolasi bakteri atau
mendeteksi DNA dan imunoglobulin di mucus atau sampel darah dari pasien yang
terinfeksi.3 Meskipun pemeriksaan PCR merupakan metode diagnostik yang
efektif untuk M.pneumoniae, penggunaannya menjadi terbatas karena tidak
adanya standarisasi dan harganya yang mahal serta tidak adanya panduan terhadap
jaminan kualitas untuk mengevaluasi keefektivan metode tersebut. Selain itu,
pemeriksaan PCR sering tidak tersedia di rumah sakit kecil dan di daerah atau
negara-negara miskin.3
macrolide.
erythromycin,
Antibiotik
tertracycline,
yang
terutama
direkomendasikan,
doxycycline
atau
antara
lain
fluoroquinolone.
Epidemiologi
Infeksi oleh L.pneumophila jarang terjadi dan biasanya terjadi pada
individu dengan imunokompromais. Lebih dari 90% infeksi pada manusia
disebabkan oleh L.pneumophila serogrup 1. Bakteri ini dapat ditemukan dimana
saja, namun paling sering ditemukan di air segar, sungai, danau, dan tanah
berlumpur. Bakteri ini juga dapat tumbuh di pendingin udara (Air Conditioner),
pemanas air, ventilasi, dan shower systems. L.pneumophila dapat bertahan hidup
dalam kurun waktu yang panjang pada kondisi iklim biasa dan dapat bertahan
pada suhu 0-68C serta tahan terhadap klorin.3
Legionella menyebabkan 2-9% kasus Community Acquired Pneumonia
dan 1-50% pneumonia nosokomial. Epidemi terbanyak terjadi pada musim panas
dan musim gugur. Sekitar 20.000 kasus penyakit Legionnaires dilaporkan setiap
tahun di Amerika Serikat. Infeksi biasanya mengenai penderita usia pertengahan
9
atau lansia, khususnya mereka dengan komplikasi jantung atau paru-paru. Infeksi
ini juga mudah menyerang perokok dan individu dengan imunokompromais.3
Faktor risiko
Tidak ada laporan kejadian penularan atau transmisi dari manusia ke
manusia pada penyakit Legionnaires.3 Namun pada penelitian lain disebutkan
penularan dapat terjadi dari lingkungan ke manusia dan dari manusia ke manusia.2
Bakteri ini ditransmisikan melalui udara yang terkontaminasi. Kuman ini
dapat juga ditransmisikan secara langsung selama proses pembedahan dan dapat
pula melalui air minum yang tercemar.3 Pada individu dengan imunokompromais,
penerima transplan organ solid, pasien dalam masa pemulihan paska pembedahan,
pasien dengan ventilasi endotrakeal, pasien yang dirawat di ICU atau individu
yang terpapar sistem ventilasi, merupakan individu yang paling berisiko terkena
infeksi oleh kuman ini. Beberapa penelitian mengatakan bahwa intubasi
nasogastrik juga berhubungan dengan risiko infeksi oleh Legionella. Faktor risiko
lainnnya antara lain kontak dengan air yang tidak mengalir (stagnan), sistem
pendingin udara, sungai, danau dan sistem penghangat air rumah tangga.3
Manifestasi Klinis
Uji serologi menunjukkan bahwa infeksi oleh Legionella bersifat
asimptomatis atau tidak bergejala. Gejala infeksi L.pneumophila dapat berupa
gejala pneumonia berat, yang disebut dengan penyakit Legionnaires, atau dapat
berupa kondisi yang menyerupai flu (flu-like) yang dikenal sebagai demam
Pontiac.3
Manifestasi klinis yang klasik pada penyakit Legionnaires dikonfirmasi dalam
penelitian oleh Gupta dkk dan Helms dkk, manifestasi klinis tersebut antara lain :
1. Suhu tubuh diatas 39C
2. Diare
3. Gejala neurologis seperti kebingungan, hiponatremia dan disfungsi hati
(peningkatan tansaminase dan bilirubin)
4. Hematuria
10
90%
Pada analisis subgrup, didapatkan sensitivitas 87% dan spesifisitas 50% ;
positive predictive value sebesar 37% dan negative predictive value
sebesar 92%
Meskipun sensitivitas dan spesifisitas tinggi, 13-22% pasien dengan
penyakit Legionnaires tidak terdiagnosa dengan skor WUH.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahawa skor WUH tidak dapat dipakai untuk
menentukan terapi antibiotik karena spesifisitas yang rendah (50-65%). Skor
WUH mungkin dapat digunakan untuk menyaring pasien-pasien yang akan
dilakukan pemeriksaan Legionella. Jika skor WUH terpenuhi, maka pasien harus
diberikan terapi antibiotik anti-Legionella sebagai terapi empiris tanpa
pemeriksaan laboratorium terhadap Legionella. Namun jika skor tidak terpenuhi,
pemeriksaan Legionella harus dilakukan pada pasien-pasien tersebut untuk
menjaring 13-22% pasien yang tidak menunjukkan sindroma klasik.2
Penyakit Legionnaires ditandai dengan gambaran klinis dan radiologis
yang konsisten dengan pneumonia. Gejala awal meliputi anoreksia, muntah,
mialgia dan sakit kepala. Lebih dari 90% pasien terdapat demam 12-24 jam
setelah onset gejala awal. Demam tinggi, biasanya diatas 39,4C dan biasanya
disertai menggigil dan batuk dengan sputum sedikit atau batuk tidak produktif.
Sebagian besar pasien mengeluh sesak nafas dan 60% mengalami perubahan
status
mental.
Nyeri
dada
sering
dikeluhkan
pada
pasien
dengan
Namun pasien dapat juga hanya mengeluh demam saja tanpa gejala pneumonia
11
12
Patogen ini dapat tumbuh setelah 48 jam inkubasi pada suhu 37C pada
kondisi aerob. Koloni ditandai dengan warna biru dan frosted glass appearance.
Pada pewarnaan gram tampak basil gram negatif kecil dan panjang. Sampel harus
diinkubasi dan diperiksa secara rutin minimal 10 hari sebelum dilaporkan hasil
kultur negatif. 3
Legionella dapat diisolasi dari saluran pernafasan dan jaringan dalam 2-4
jam menggunakan direct immunofluorescence. Namun, metode ini dapat
memberikan hasil positif palsu karena adanya reaksi silang dan sensitivitas antara
25-66%.
Imunokromatografi, yang dapat mendeteksi antigen di urine dalam 15
menit, dipertimbangkan sebagai metode deteksi yang baik pada infeksi
L.pneumophila. pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 56-97% dan spesifisitas
97% meskipun hanya akan mendeteksi L.pneumophila serogrup 1.3
Serologi menggunakan imunofluoresens indirek memerlukan waktu 3-4
minggu untuk mendeteksi antibodi. Titer yang meningkat empat kali lipat atau
13
lebih merupakan nilai diagnostik. Pada sampel tunggal, titer 1 : 256 dengan
gambaran pneumonia, merupakan nilai diagnostik. Pemeriksaan ini harus
diinterpretasikan dengan hati-hati karena banyaknya pasien dengan infeksi
asimptomatik.
Pemeriksaan amplifikasi asam nukleat untuk mendeteksi Legionella pada
sampel saluran pernafasan, urine, serum dan leukosit memiliki sensitivitas antara
30-86%. Tabel berikut menunjukkan perbedaan karakteristik metode-metode yang
digunakan utuk mendiagnosa infeksi L.pneumophila.
14
cyclosporine
atau
tacrolimus,
karena
metabolisme
macrolide
15
dimana ukurannya lebih besar dan masih viable meskipun tidak mampu
menginfeksi sel-sel lainnya. Dalam bentuk ini biasanya bersifat resisten terhadap
terapi. Diyakini bahwa C.pneumoniae dapat bertindak sebagai stimulus terjadinya
proses peradangan pembuluh darah sehingga mencetuskan proses atherosklerosis.3
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, C.pneumoniae diperkirakan menyebabkan 300.000
kasus pneumonia setiap tahunnya. Antibodi anti-C.pneumoniae terdeteksi pada
setengah (50%) individu usia 20 tahun. Angka tersebut meningkat sesuai usia dan
antibodi terdeteksi pada 70-80% individu usia lanjut. Infeksi ini merupakan
penyebab 20% infeksi saluran pernafasan bagian bawah dan 70% bersifat
asimptomatis. Dipikirkan sekitar 3-10% dari seluruh kasus Community Acquired
Pneumonia
disebabkan
oleh
infeksi
C.pneumoniae.
Patogen
ini
juga
16
Alzheimer, degenerasi makula yang berhubungan dengan usia, lesi kulit kronis
dan penyakit cerebrovaskular.3
Manifestasi klinis
Infeksi primer oleh C.pneumoniae biasanya asimptomatik.7 Gejala infeksi
saluran pernafasan ringan dan akut ditemukan hanya 10% pada remaja dan
dewasa muda yang terinfeksi.7 C.pneumoniae menyebabkan sinusitis, faringitis
dan pneumonia, meskipun sebagian besar infeksi asimptomatis. Manifestasi awal
dapat menyerupai infeksi virus atypical. Infeksi C. pneumoniae dapat
memberikan gambaran sebagai berikut :
-
Pneumonia terjadi melalui 2 stadium : pada onset awal, gejala sama dengan flu
(faringitis, laringitis, sinusitis) yang diikuti dengan pneumonia moderat.
Pneumonia berlangsung antara 1-4 minggu diikuti dengan batuk persisten yang
dapat berlangsung beberapa minggu.3
Diagnosis
Diagnosis harus berdasarkan kecurigaan klinis. Gambaran radiologis yang
sugestif untuk C.pneumoniae antara lain infiltrat subsegmental, biasanya single
patchy, konsolidasi lobar atau sublobar atau infiltrat interstitial dengan
adenopathy hilus. Pada 20-25% kasus dapat tampak sebagai efusi pleura yang
biasanya bilateral.3
17
Infiltrat dapat segmental atau lebih luas pada pasien-pasien usia lanjut,
jarang terjadi efusi pleura. Radiologis dada menunjukkan 50 % kasus mengalami
resolusi dalam 4 minggu. Pada 20 % kasus, resolusi memerlukan waktu yang
lebih dari 9 minggu.8
18
19
20
sel. Antibodi terhadap protein F dan G menetralkan RSV pada studi in vitro,
namun antibodi terhadap protein G tidak mencegah pembentukan syncytium.7
Epidemiologi dan Transmisi
RSV tersebar luas di seluruh dunia dan menyebabkan kejadian luar biasa
pada akhir musim gugur, musim dingin atau musim semi. Virus menyebar melalui
partikel aerosol berukuran besar selama kontak erat dan kontaminasi tangan
dengan sekret infeksius. RSV merupakan patogen nosokomial utama pada bangsal
perawatan anak dan angka serangan meningkat selama kejadian luar biasa di
rumah sakit.
Patogenesis
Replikasi virus umumnya dimulai di saluran pernafasan atas dengan
progresifitas yang perlahan (4-5 hari). Tanda klinis bronkiolitis meliputi air
trapping dan wheezing. Temuan patologis pada bronkiolitis RSV meliputi
nekrosis epitel bronkiolus, hilangnya sel epitel bersilia dan adanya inflamasi
mononuklear peribronkiolus. Sitopatologi yang diinduksi virus dan edema
submukosa menyebabkan obstruksi bronkiolus yang lebih kecil, khususnya pada
bayi, dengan kolaps bagian distal atau air trapping.7
Respon antibodi mukosa dan serum yang timbul hanya memberikan efek
proteksi parsial. Kemampuan respon antibodi berhubungan dengan usia saat
infeksi primer, dimana pada bayi berusia < 8 bulan memiliki level antibodi 10 kali
lipat lebih rendah dibandingkan dengan usia bayi yang lebih tua. Reinfeksi dapat
terjadi dalam beberapa minggu setelah infeksi primer dan terjadi kurang dari 8
minggu pada dewasa yang mengalami infeksi sekunder. Imunitas yang
diperantarai sel merupakan faktor terpenting dalam eradikasi virus.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit tergantung pada usia dan status imunologis
inang. Pada bayi dan anak, gejala infeksi pernafasan atas disertai dengan demam
dan otitis media merupakan gejala yang sering terjadi. RSV nerupakan penyebab
21
utama penyakit saluran pernafasan bagian bawah pada bayi dan anak-anak.
Sekitar 45-90% memberikan gejala bronkiolitis dan 40% pneumonia dan beberapa
dengan croup dan bronkitis.
Gambaran radiologis meliputi penebalan dinding bronkus, peribronchial
shadowing, air trapping, dan patchy multilobar pneumonia.
22
Q. Quinolone memiliki aktifitas invitro yang sangat baik dan mungkin bermanfaat
dalam terapi meningoencephalitis.7
24
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan salah satu dari sekian banyak infeksi penyebab
morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Pneumonia atypical
berkontribusi pada 30-40% dari seluruh kasus Community Acquired Pneumonia,
yang paling sering disebabkan oleh kuman-kuman atypical seperti Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, Legionella pneumophila, Coxiella
burnetti. Kuman-kuman patogen atypical ini harus dipertimbangkan pada kasus
infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Diagnosis sedini mungkin berdasarkan
klinis dan pemeriksaan penunjang yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi.
3.2 Saran
Diagnosis yang tepat dan ditegakkan sedini mungkin berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang tepat sangat
diperlukan dalam menentukan terapi pada pneumonia atypical, mengingat
gambaran klinis dan radiologis yang menyerupai pneumonia typical serta sulitnya
mendapatkan kuman penyebab dengan biakan standar dan pewarnaan Gram.
Kemungkinan terjadinya infeksi campuran antara kuman typical dan
atypical juga harus selalu dipikirkan pada kasus-kasus Community Acquired
Pneumonia.
25