PNEUMONIA
Disusun Oleh :
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaiakan refreshing yang berjudul Pneumonia dengan tujuan sebagai materi
1. dr. Tety suratika, Sp.PD selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam
2. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Semoga
makalah yang penulis sampaikan ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
berbagai spesies bakteri, mikoplasma, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit. Pneumonia
bukan penyakit tunggal melainkan sekelompok infeksi spesifik yang masing-masing dengan
epidemiologi, patogenesis, gambaran klinis dan perjalanan klinis yang berlainan. Identifikasi
mikroorganisme yang menjadi penyebabnya sangat penting karena sifat infeksi tersebut yang
serius dan pasien umumnya memerlukan terapi antimikroba yang harus segera diberikan sebelum
Etiologi mikroba yang spesifik masih membingungkan pada sekitar sepertiga pasien, misalnya
jika tidak terdapat sputum untuk pemeriksaan, hasil kultur darahnya steril dan tidak terdapat
cairan pleura. Pilihan awal terapi antimikroba seringkali dilakukan secara empiris berdasarkan
keadaan ketika infeksi tersebut didapat, gambaran klinis, corak abnormalitas pada hasil foto
toraks, hasil pewarnaan sputum atau cairan tubuh yang terinfeksi lainnya dan pengetahuan
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari referat ini adalah agar kita khususnya penyusun dapat lebih
DEFINISI
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Sedangkan peradangan paru yang disebabkan
oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis. Pneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru. Pneumonia dapat
disebabkan berbagai spesies bakteri, mikoplasma, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit.
Pneumonia bukan penyakit tunggal melainkan sekelompok infeksi spesifik yang masing-masing
dengan epidemiologi, patogenesis, gambaran klinis dan perjalanan klinis yang berlainan.
Secara klinis, dagnosis pneumonia didasarkan atas tanda-tanda kelainan fisis dan
adanya gambaran konsolidasi pada foto dada. Namun diagnosis lengkap haruslah mencakup
diagnosis etiologi dan anatomi. Pendekatan diagnosis ini harus didasarkan kepada pengertian
patogenesis penyakit hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi, bertanya
proses penyakit dan etiologi pneumonia. Cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi
empiris dan pemilihan anti biotic yang paling sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya.
Pneumonia komunitas (PK) adalah infeksi akut pada parenkim paru pada individu yang
tidak dirawat di rumah sakit atau tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang sebelum
timbulnya gejala. Pneumonia nosokomial (PN) adalah pneumonia yang terjadi > 48 jam atau
lebih setelah dirawat di rumah sakit baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang
memakai ventilator. Pneumonia yang berhubungan dengan pemakaian ventilator (PBV) adalah
pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di
seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi
saluran nafas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas/PK) atau di dalam rumah sakit
(pneumonia nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah
akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. Pneumonia nosokomial di ICU lebih
sering daripada diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47 terjadi
pada pasien yang menggunakan alat Bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun
pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang yang lanjut usia dan sering terjadi pada
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit yang
lain seperti diabetes mellitus (DM), payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan,
insufisiensi renal, penyakit syaraf kronik dan penyakit hati kronik. Faktor predisposisi lain
adalah kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, diabetes mellitus, imunodefisiensi, kelainan atau
kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasive seperti
infus, intubasi, trakeostomi, atau pemasangan ventilator. Perlu di teliti juga factor lingkungan
khususnya tempat kediaman misalnya panti jompo, pengguanaan antibiotic, dan obat suntik IV.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
Suatu infeksi akut parenkim paru yang sesuai dengan gejala infeksi akut, diikuti dengan
infltrat pada foto toraks, auskultasi sesuai dengan pneumonia. Pasien tidak pernah dirawat atau
9% S.pneumoniae
4%
H.influenza
4%
5%
Chlamydia
Legionella spp
6%
56% S.aureus
6% Mycoplasma
10% Gram Neg bacilli
Viruses
FAKTOR RISIKO
Berdasarkan pada : anamnesis, gangguan klinis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan
laboratorium
Diagnosis pasti:
Foto torak terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif + 2 atau lebih gejala sbb :
Batuk-batuk bertambah
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram
disease) oleh antara lain Staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial
(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apical lobus
bawah atau interior lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi
pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa di mana saja. Infiltrat di lobus atas sering
ditimbulkan Klebsiella, tuberculosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi atau
amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.
Bentuk lesi berupa kavitasi dengan air fluid level sugestif untuk abses paru, infeki
anaerob, Gram negatif atau amiloidosis. Efosi pleura dengan pneumonia sering ditimbulkan S.
pneumoniae. Dapat juga oleh kuman anaerob, S. pyogenes, E.coli dan Staphylociccus (pada
pneumonia nekrotikans/ supurativa, abses dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan dan
fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan paru oleh kuman, S. Aereus, K. pneumoniae dan
dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya infeksi sekunder/tambahan, efusi pleura penyerta
yang terinfeksi atau pembentukan abses. Pada pasien yang mengalami perbaikan klinis ulangan
foto dada dapat ditunda karena resolusi pneumonia berlangsung 4-12 minggu.
If require admission, obtain sputum Gram stain & culture and blood cultures
Ideally obtain sputum before antibiotic, but do not delay antibiotic waiting for a sputum
sample
Serotype 1 only
Pneumonia berat bila dijumpai satu atau lebih kriteria dibawah ini :
Pada pneumonia komunitas, terdapat stratifikasi untuk perawatan di rumah sakit. Salah
NAPZA, akan tetapi bila skor PORT < 70, penderita tetap di rawat inap bila:
Selain menggunakan skor Pneumonia Severity Indeks (PSI), ada juga yang menggunakan
skor CURB-65. Kriteria nya meliputi : Confusion (waktu, tempat, orang), BUN level > 20 mg/dl,
Respiration rate > 30 kali per menit, Blood Pressure systolic >90 mm/Hg or diastolic <60mm/Hg
dan Umur 65 tahun. Pasien diindikasikan untuk di rawat inap apabila skor CURB-65 >2.
Pasien berindikasi untuk di rawat di ICU menggunakan criteria dari American Thorasic
Society adalah bila bila pasien PK sakit berat terdapat 1 dari 2 kriteria mayor, atau 2 dari kriteria
minor.
2. Kriteria minor : tensi sistolik < 90 mmHg, mengenai multilobar, PaO2/ FI O2 ratio >
250, Confusion (waktu, tempat, orang), BUN level > 20 mg/dl, Respiration rate > 30 kali
Pada penderita pneumonia nosokomial, criteria diagnostic yang digunakan menurut CDC
sapuan bronkus.
2. Gambaran radiologis berupa infitrat baru yg progresif, konsolidasi, kavitasi, atau efusi
b. Titer antibodi tunggal yg diagnostik (IgM) atau peningkatan 4x titer IgG dari
kuman.
a. Peningkatan produksi sekresi respirasi atau salah satu dari kriteria no.2 di atas.
4. Pasien sama atau < 12 thn yg menunjukkan infiltrat baru atau progresif, kavitasi,
konsolidasi atau efusi pleura pada foto torak ditambah salah satu dari kriteria no.3 di atas.
Hospital Acquired Pneumonia (HAP) : pneumonia yang timbul dalam waktu 48 jam
setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) : pneumonia dalam 48-72 jam setelah intubasi
endotrakeal
Health Care Associated Pneumonia (HCAP) : pasien yang dirawat dalam perawatan
akut, selama > 2 hari karena infeksi dalam waktu 90 hari terakhir; tinggal di panti wreda /
fasilitas perawatan jangka panjang; menerima AB IV / kemoterapi / perawatan luka dlm
30 hari terakhir / HD.
ETIOLOGI
DIAGNOSIS
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta), diagnosis pneumonia
nosokomial adalah sebagai berikut :
Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan menyingkirkan semua
infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit
Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
- suhu tubuh > 38OC
- sekret purulen
- leukositosis
Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS
1. Dirawat di ruang rawat intensif
2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O 2 > 35 % untuk
mempertahankan saturasi O2 > 90 %
3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia multilobar atau kaviti dari
infiltrat paru
4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan atau disfungsi
organ yaitu :
Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)
Memerlukan vasopresor > 4 jam
Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis
Pemeriksaan:
Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan, induksi sputum atau aspirasi
sekret dari selang endotrakeal atau trakeostomi: Dua set kultur darah aerobik dan
anaerobik dari tempat yang berbeda (lengan kiri dan kanan) sebanyak 7 ml. Jika hasil
kultur darah (+) maka sangat penting untuk menyingkirkan infeksi di tempat lain.
Pada semua pasien pneumonia nosokomial harus dilakukan pemeriksaan kultur darah.
Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biakan
yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan pandang kecil (lpk) dan sel epitel <
10 / lpk.
Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit
Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan maka dilakukan
pemeriksaan secara invasif: bronchoalveolar lavage (BAL) / aspirasi transtorakal.
Tabel 1. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP
pada pasien tanpa faktor risiko patogen MDR, onset dini dan
semua derajat penyakit (mengacu ATS / IDSA).
Tabel 2. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP
untuk semua derajat penyakit pada pasien dengan onset lanjut
atau terdapat faktor risiko patogen MDR (mengacu ATS / IDSA)
Tabel 3. Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP pada pasien dengan
onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR (mengacu pada
ATS/IDSA )
EVALUASI TERAPI
LAMA TERAPI
Pasien yang mendapat antibiotik empirik yang tepat, optimal dan adekuat, penyebabnya
bukan P.aeruginosa dan respons klinis pasien baik serta terjadi resolusi gambaran klinis dari
infeksinya maka lama pengobatan adalah 7 hari atau 3 hari bebas panas. Bila penyebabnya
adalah P.aeruginosa maka lama terapi 14 21 hari.
RESPON TERAPI
Respons terhadap terapi dapat didefinisikan secara klinis maupun mikrobiologi. Respons
klinis terlihat setelah 48 72 jam pertama pengobatan sehingga dianjurkan tidak merubah jenis
antibiotik dalam kurun waktu tersebut kecuali terjadi perburukan yang nyata.
Parameter klinis adalah jumlah leukosit, oksigenasi dan suhu tubuh. Perbaikan klinis yang diukur
dengan parameter ini biasanya terlihat dalam 1 minggu pengobatan antibiotik.
PENYEBAB PERBURUKAN
PROGNOSIS
Prognosis akan lebih buruk jika dijumpai salah satu dari kriteria di bawah ini, yaitu
1. Umur > 60 tahun
2. Koma waktu masuk
3. Perawatan di instalasi perawatan intensif
4. Syok
5. Pemakaian alat bantu napas yang lama
6. Pada foto toraks terlihat gambaran abnormal bilateral
7. Kreatinin serum > 1,5 mg/dl
8. Penyakit yang mendasarinya berat
9. Pengobatan awal yang tidak tepat
10. Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten (P.aeruginosa, S.malthophilia, Acinetobacter
spp. atau MRSA)
11. Infeksi onset lanjut dengan risiko kuman yang sangat virulen
12. Gagal multiorgan
13. Penggunaan obat penyekat H2 yang dapat meningkatkan pH pada pencegahan perdarahan
usus
BAB III
PENUTUP
Pneumonia merupakan bentuk utama ISNBA yang menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. Pneumonia dapat terjadi secara primer
atau merupakan tahapan lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai peruasan
pneumonia nosokomial yang terjadi di rumah sakit. Penyakit ini menyebabkan angka kematian
di antara pasien terutama yang terinfeksi di ICU. Berbagai aspek penyakit ini perlu dipahami
untuk dapat mengatasinya dengan baik. Terapi empirik perlu segera diberikan dengan pemilihan
antibiotik yang tepat dan selanjutnya dilakukan penyesuaian pemberian AB untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, hingga biaya obat dapat ditekan seoptimal mungkin dengan risiko angka
mortalitas yang sekecil-kecilnya. Tindakan pencegahan perlu diambil untuk mengurangi angka
morbiditas penyakit, khususnya dengan mengurangi faktor risiko untuk terjadinya pneumonia
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
2. American thoracic society. Guidelines for management of adults with Guidelines for the
Management of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and Healthcare-associated
Pneumonia. Am J Respir Crit.Care Med 2005; 171: 388-416.
3. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
4. Barlett JG, Dowell SF, Mondell LA, File TM, Mushor DM, Fine MJ. Practice guidelines for
management community-acquiredd pneumonia in adults. Clin infect Dis 2000; 31: 347-82
10. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan Pneumonia
Nosokomial.2003