WAWANCARA
Gadiza: Bapak, ketika Anda terpilih, apakah siap menempati posisi Ketua ataupun Wakil
Ketua. Karena Pak Patrialis mengatakan belum ada peringkatnya?
Busyro: Ya, untuk ketua maupun bukan ketua buat saya tidak begitu ada perbedaan
signifikan. Yang penting kepemimpinan kolegial sama-sama kita lakukan di sana.
Gadiza: Bapak kemarin sempat ditanyakan, dalam seleksi anggota KY Anda dicurigai
melakukan nepotisme. Banyak kerabat yang anda masukkan?
Busyro: Terkait penerimaan calon PNS di Kantor Komisi Yudisial (KY), ada beberapa
pegawai yang masuk dan punya hubungan keluarga dengan dengan jajaran kesekjenan.
Tapi tidak mengenai diri saya. Dari awal Saya menjaga ketat tak satupun keluarga,
saudara, kerabat jadi pegawai di KY. Setelah itu, Saya membuat keputusan cukup
kencang dalam bentuk Nota Dinas Seleksi Calon Pegawai Negeri di KY. Mulai tahun
lalu, tidak bisa lagi dihubungkan dengan pertimbangan kekerabatan. Hasilnya
Alhamdulillah tidak ada satupun yang punya hubungan keluarga.
Gadiza: Ada kekhawatiran kepemimpinan Anda tidak tegas. Bagaimana tanggapan
Anda?
Busyro: Bukan soal tegas. Gaya kepemimpinan saya dinilai terlalu kurang vulgar. Saya
memang memilih profil kepemimpinan yang soft dan humble .
Gadiza: Adanya aturan seperti diberikan grasi dan remisi kepada koruptor? Bagaimana
Sikap pribadi Anda?
Busyro: Grasi dan remisi diatur Undang-Undang. Karena akhir-akhir ini menimbulkan
perdebatan publik, sebaiknya dibuat revisi. Saya sendiri sudah menyiapkan bahan-bahan
untuk mengusung revisi. Juga UU yang terkati dengan bagaimana satu sistem penciptaan
Good Governance itu berjalan dengan legalitas hukum yang bagus. Saya percaya
sepenuhnya kepada pemerintah dan DPR untuk bisa mengagendakan sejumlah revisi UU
secara sistemik dan meyeluruh.
Gadiza: Apakah Anda siap mempertaruhkan nyawa dan terisoloasi dari kehidupan sosial?
Busyro: Begitu saya memutuskan mendaftar, InsyaAllah secara totalitas Saya lakukan.
Soal nyawa kembali kepada doktrin iman. Dimanapun juga maut bisa ditentukan oleh
yang Maha Menentukan, yaitu yaitu Allah.
Pokok-pokok Masalah:
1. Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas menilai semangat kebanyakan penegak
hukum untuk menangani korupsi terbilang rendah. Terbukti dari tuntutan-tuntutan jaksa
yang umumnya rendah. Ditambah putusan hakin yang membebaskan sejumlah koruptor
tanpa alasan jelas.
2.
Rangkuman Wawancara: