Anda di halaman 1dari 3

DATA HASIL MENDENGARKAN

WAWANCARA

Waktu: Jumat, 27 Agustus 2010


Tempat: Metro TV, Breaking News
Pukul: 14.00 WIB
Topik Wawancara: Wawancara dengan Calon Bos KPK, Busyro Muqoddas
Narasumber: Busyro Muqoddas
Pewawancara: Gadiza Fauzi
Hasil Wawancara:
Gadiza: Setelah kemarin melakukan wawancara selama satu jam dengan Panitia Seleksi
Calon Ketua KPK, apakah ada rasa-rasa Anda akan terpilih?
Busyro: Sama sekali nggak. Karena Saya tidak lebih dari mengikuti proses. Selanjutnya
menjadi kewenangan Panitia Seleksi. Saya tidak mengikuti secara aktif.

Gadiza: Bapak, ketika Anda terpilih, apakah siap menempati posisi Ketua ataupun Wakil
Ketua. Karena Pak Patrialis mengatakan belum ada peringkatnya?
Busyro: Ya, untuk ketua maupun bukan ketua buat saya tidak begitu ada perbedaan
signifikan. Yang penting kepemimpinan kolegial sama-sama kita lakukan di sana.

Gadiza: Bapak kemarin sempat ditanyakan, dalam seleksi anggota KY Anda dicurigai
melakukan nepotisme. Banyak kerabat yang anda masukkan?
Busyro: Terkait penerimaan calon PNS di Kantor Komisi Yudisial (KY), ada beberapa
pegawai yang masuk dan punya hubungan keluarga dengan dengan jajaran kesekjenan.
Tapi tidak mengenai diri saya. Dari awal Saya menjaga ketat tak satupun keluarga,
saudara, kerabat jadi pegawai di KY. Setelah itu, Saya membuat keputusan cukup
kencang dalam bentuk Nota Dinas Seleksi Calon Pegawai Negeri di KY. Mulai tahun
lalu, tidak bisa lagi dihubungkan dengan pertimbangan kekerabatan. Hasilnya
Alhamdulillah tidak ada satupun yang punya hubungan keluarga.
Gadiza: Ada kekhawatiran kepemimpinan Anda tidak tegas. Bagaimana tanggapan
Anda?
Busyro: Bukan soal tegas. Gaya kepemimpinan saya dinilai terlalu kurang vulgar. Saya
memang memilih profil kepemimpinan yang soft dan humble .

Gadiza: Adanya aturan seperti diberikan grasi dan remisi kepada koruptor? Bagaimana
Sikap pribadi Anda?
Busyro: Grasi dan remisi diatur Undang-Undang. Karena akhir-akhir ini menimbulkan
perdebatan publik, sebaiknya dibuat revisi. Saya sendiri sudah menyiapkan bahan-bahan
untuk mengusung revisi. Juga UU yang terkati dengan bagaimana satu sistem penciptaan
Good Governance itu berjalan dengan legalitas hukum yang bagus. Saya percaya
sepenuhnya kepada pemerintah dan DPR untuk bisa mengagendakan sejumlah revisi UU
secara sistemik dan meyeluruh.

Gadiza: Apa yang harus direvisi?


Busyro: Keseluruhan memang harus dievaluasi. Bangunan-bangunan filsafat,
kemanusiaan, dan penegakan hukumnya harus jelas di dalam pertimbangan. Pasal-
pasalnya mencerminkan pertimbangan itu. Yang intinya, remisi dan grasi harus jelas
ukurannya.

Gadiza: Apa ukuran yang tepat?


Busyro: Satu sisi mempertimbangkan efek jera terhadap pelaku korupsi, sisi lain
mempertimbangkan aspek-aspek menghormati hak asasi manusia. Bagaiman
memasdukan dua hal itu yang perlu seni tersediri di rumusannya. itu soal teknis aja.

Gadiza: Apakah tepat bila remisi koruptor ditiadakan?


Busyro: Untuk koruptor yang tingkat korupsinya benar-benar kriminal dan
mengorbankan masyarakat secara luas, grasi dan remisi sebaiknya tidak ada.

Gadiza: Apakah hal-hal yang Anda rasa kurang di KPK?


Busyro: Yang sudah dilakukan KPK dua periode ini sudah cukup bagus. Tentu
Kekurangan-kekurangan itu wajar. Dari apa yang sudah dilakukan, saya mengapresiasi
kekurangan atau catatan itu lah yang menjadi misi kepemimpinan siapapun yang terpilih.
Saya optimistis bisa bekerjasama dengan siapapun juga.

Gadiza: Apakah Anda merasa Penuntutan koruptor lamban?


Busyro: Masih lambat. Dari proses penegakan hukum bukan saja lambat, tapi semangat
kebanyakan penegak umum masih rendah. Terbukti dari tuntutan2 jaksa yang pada
umunya rendah dan keputusan hakim yang membebaskan tanpa alasan jelas. Itu
semuanya harus ditata ulang.

Gadiza: Apakah Anda siap mempertaruhkan nyawa dan terisoloasi dari kehidupan sosial?
Busyro: Begitu saya memutuskan mendaftar, InsyaAllah secara totalitas Saya lakukan.
Soal nyawa kembali kepada doktrin iman. Dimanapun juga maut bisa ditentukan oleh
yang Maha Menentukan, yaitu yaitu Allah.

Pokok-pokok Masalah:
1. Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas menilai semangat kebanyakan penegak
hukum untuk menangani korupsi terbilang rendah. Terbukti dari tuntutan-tuntutan jaksa
yang umumnya rendah. Ditambah putusan hakin yang membebaskan sejumlah koruptor
tanpa alasan jelas.
2.
Rangkuman Wawancara:

Anda mungkin juga menyukai