Anda di halaman 1dari 4

c 


  

Visited 102 times, 14 so far today 

Bulan Ramadhan adalah bulannya umat islam, dimana Pengampunan Allah SWT
disebarkan dimana ± mana. Di bulan ini umat islam harus berlomba ± lomba mencari
pahala karena pahala pada bulan ini akan dilipatgandakan.
Namun sayang, rutinitas yang telah mereka ³hafal´ ini tidak sedikit darinya yang kurang
bernilai ibadah . Atau, jikapun rutinitas itu bernilai ibadah, masih saja ada ³kotoran-
kotoran´ yang merusak ketinggian nilai ibadah. Hal ini tidak jarang disebabkan karena
banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan hal-hal penting yang harus
diperhatikan pada bulan Ramadhan.
Di antara hal-hal penting yang harus diperhatikan itu:
1- Mengilmui ibadah di bulan Ramadhan.
Ilmu adalah pintu kebaikan. Siapa pun yang menghendaki kebaikan, dia harus memulai
dengan ilmu. Maka seorang muslim yang ingin meraih kebaikan bulan Ramadhan,
pastilah dia harus mengilmui ibadah yang dilakukan di bulan ini. Mengilmui tentang
puasa, tentang tata cara shalat Tarawih, tentang membaca Al-Quran, i¶tikaf, zakat dan
ibadah-ibadah lainnya.
Sangat disayangkan banyak kaum muslimin yang meremehkan hal ini. Padahal, jika
mereka melakukan ibadah tanpa ilmu, bisa jadi ibadah yang mereka lakukan akan
menjadi sia-sia, tidak diterima oleh Allah l. Akhirnya, kita pun banyak melihat
bermunculan berbagai perkara ibadah yang tidak dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya
n di bulan mulia ini. Sehingga apa yang mereka harapkan menjadi kebaikan, berbalik
menjadi kerugian semata. Semoga Allah melindungi kita dari hal ini.
2- Niat ikhlas dalam puasa.
Puasa adalah ibadah yang sangat agung di bulan suci ini. Sampai-sampai Allah pun
mengkhususkan ibadah ini hanya untuk-Nya. Rasulullah bersabda,
Ϫ˶ Α˶ ϱ˶ΰ˸Ο΃ Ύ˴ϧ΃˴ϭ ϲ˶ϟ Ϫ˵ ϧ˴˷Έ˴ϓ ˬ ϡΎ˴ϴμ
˶˷ ϟ΍ ϻ ˴˷ ·˶ ˵Ϫϟ˴ ϡ˴ Ω˴ ΁ Ϧ
˶ ˸Α΍ Ϟ
˶ Ϥ˴ ϋ
˴ Ϟ
˵˷ ϛ˵ ϞΟϭ ΰϋ Ϳ ˵ ΍ ϝ˴ Ύ˴ϗ
³Allah k berfirman, semua amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Puasa
adalah untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya.´ (Muttafaq µalaih)
Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu ibadah, selain harus sesuai dengan
tuntunan Rasulullah .
Sehingga jika kita ingin puasa kita diterima, pertama kita harus mengikhlaskan puasa
kita hanya karena Allah, bukan karena ikut-ikutan rutinitas manusia atau karena niat
yang lain. Selain itu, puasa kita harus sesuai dengan tuntunan atau tata cara puasa
Rasulullah. Dan ini, tentu menuntut kita untuk memperhatikan poin pertama yang kami
sampaikan di atas, yaitu ilmu.
Sekadar mengingatkan, bahwa yang dimaksud dengan niat adalah kehendak dalam
hati untuk melakukan sesuatu amalan. Sehingga dalam tuntunan Rasulullah, niat untuk
ibadah tidak perlu diucapkan dengan lisan, termasuk di antaranya niat untuk berpuasa.
3- Yang wajib lebih utama dari yang sunah.
Semangat yang menggebu terkadang menjadikan seseorang lalai dengan skala
prioritas yang harusnya diperhatikan. Inilah yang sering kita saksikan pada bulan ini.
Kaum muslimin terkadang lebih memerhatikan yang sunah dengan melalaikan yang
wajib. Padahal seharusnya yang wajib harus lebih diperhatikan dari yang sunah,
sedangkan yang sunah diusahakan tidak ditinggalkan.
Sebagai contoh, kita lihat kaum muslimin berbondong-bondong shalat Tarawih
berjamaah ke masjid sampai membuat masjid tak muat, padahal shalat Tarawih tidak
termasuk dalam shalat wajib. Namun sayang, mereka lupa atau lalai shalat berjamaah
di masjid untuk lima shalat waktu yang notabene adalah shalat wajib.
Akan lebih parah lagi, jika ada seorang muslim yang lebih memerhatikan hal yang
mubah-mubah saja dari pada hal yang wajib. Atau bahkan lebih parah dari itu,
memerhatikan hal yang makruh atau haram dengan melalaikan yang wajib. Na¶udzu
billah min dzalik.
4- Mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.
Yang ini, nampaknya banyak dianggap remeh oleh sebagian kaum muslimin. Di antara
mereka ada yang makan sahur jauh sebelum waktu sahar (akhir waktu malam
menjelang terbit fajar). Bahkan di antara mereka ada yang sama sekali tidak makan
sahur. Lalu ketika berbuka pun di antara mereka ada yang mengakhirkannya sampai
menjelang Isya. Semacam ini tentu saja bertentangan dengan tuntunan Nabi n.
Rasulullah bersabda, ³Makan sahurlah, karena ada berkah dalam makan sahur.´
(Muttafaq µalaih)
Dan disebutkan pula dalam hadits Muttafaq µalaih (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
bahwa antara makan sahur Rasulullah dengan adzan shubuh berselang sekitar bacaan
50 ayat al-Quran.
Rasulullah juga bersabda, ³Pembeda antara puasa kita dengan puasa Ahlul kitab
adalah makan sahur.´ (Riwayat Muslim)
Adapun tentang menyegerakan berbuka, Rasulullah bersabda, ³Manusia senantiasa
dalam kebaikan selama mereka masih menyegerakan berbuka.´ (Muttafaq µalaih)
Dan yang dimaksud menyegerakan berbuka di sini, segera berbuka setelah terbenam
matahari. Karena jika seseorang menyengaja berbuka sebelum terbenam matahari
padahal dia tahu, maka puasanya tidak sah alias batal.
5- Mulianya waktu.
Keagungan waktu dan urgensi memerhatikannya, sudah tidak kita ragukan lagi.
Sampai-sampai ada yang mengatakan, ³waktu bagaikan pedang, jika tidak kau
patahkan dia yang akan menebasmu.´ Maksudnya, jika waktu ini tidak kita manfaatkan
untuk hal-hal yang baik, niscaya dia bisa menjadi bumerang yang mencelakakan kita.
Nah, di bulan mulia ini, kemuliaan waktu menjadi jauh lebih mulia dari biasanya. Namun
sekali lagi sayang, banyak kaum muslimin yang lalai akan hal ini. Mereka
menghabiskan waktunya di bulan Ramadhan untuk perkara kesenangan jiwa belaka.
Dengan bercanda ria, berjalan-jalan, tidur, ngobrol, begadang, dan seterusnya. Padahal
jika mereka mau memanfaatkannya untuk ibadah seperti membaca Al-Quran, berdzikir
atau yang lain, maka sesungguhnya di bulan ini amal ibadah kita dilipatgandakan
pahalanya.
6- Ramadhan bulan doa.
Di antara rahasia yang sering dilalaikan, bahwa Ramadhan adalah bulan doa. Dalam
surat al-Baqarah ayat 186, Allah menyebutkan sebuah keterangan tentang doa. Bahwa
Allah dekat dengan hamba-Nya, dan Dia mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-
Nya. Jika diperhatikan, ayat ini Allah sampaikan di tengah-tengah ayat tentang puasa.
Hal ini menunjukkan ±sebagaimana dijelaskan para ulama ± bahwa Ramadhan adalah
waktu yang tepat untuk berdoa.
Terlebih lagi Rasulullah telah bersabda, ³Tiga doa yang tidak akan ditolak; doa seorang
tua untuk anaknya, doa orang yang berpuasa, doa orang yang bersafar.´ (Dihasankan
al-Albani dalam Shahihul Jami¶ no. 3032)
7- Antara hemat dan sedekah.
Di antara keistimewaan amalan Nabi n di bulan Ramadhan, beliau n lebih banyak
bersedekah dibandingkan bulan-bulan lainnya. Padahal beliau adalah orang yang
paling dermawan di bulan-bulan yang lain. Nah, tentunya ini menjadi dorongan bagi kita
sebagai umat beliau n, untuk lebih banyak bersedekah di bulan Ramadhan.
Anjuran untuk bersedekah ini tentu menuntut kita untuk lebih berhemat dalam
menggunakan harta untuk keperluan duniawi. Inilah hal yang mungkin banyak
dilalaikan. Yang sering terjadi malah sebaliknya, pengeluaran untuk urusan duniawi;
untuk membeli makanan sahur dan buka, dan juga untuk membeli perlengkapan
menyambut lebaran, lebih diperhatikan dari pada pengeluaran untuk sedekah.
8- Keagungan malam-malam terakhir.
Ada fenomena yang perlu dikoreksi. di awal-awal Ramadhan mereka bersemangat
melaksanakan ibadah seperti shalat Tarawih, membaca Al-Quran dan sebagainya.
Namun semakin mendekati akhir Ramadhan, mereka mulai ³lemas´ dalam ibadah.
Masjid-masjid yang tadinya penuh dengan jamaah, kini tinggal dua atau tiga shaf saja.
Padahal Allah lebih mengagungkan malam-malam terakhir Ramadhan dibandingkan
sebelumnya. Dan Rasulullah n pun bertambah giat dalam beribadah jika telah
memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
9- I¶tikaf.
Di antara sunnah (ajaran) Nabi n yang banyak dilalaikan oleh kaum muslimin adalah
i¶tikaf. Berdiam di masjid dan tidak keluar darinya, dalam rangka mengkhususkan diri
untuk ibadah kepada Allah l. Ibadah ini merupakan kebiasaan yang dilakukan Nabi n
pada 10 hari terakhir Ramadhan. Ibadah yang mulia ini sering tidak bisa dilakukan oleh
kaum muslimin, karena mereka sibuk dengan persiapan menyambut hari raya. Seolah-
olah, mereka sangat gembira dengan hampir selesainya bulan Ramadhan. Padahal
para pendahulu kita yang shalih, merasa sedih ketika harus berpisah dengan bulan
mulia ini. Lalu di manakah posisi kita dibandingkan mereka?
10- Jangan lupakan tujuan puasa.
Kita semua tentu tahu tujuan agung ibadah puasa. Namun, apakah kita sadar ketika
Ramadhan telah berlalu, sudahkan kita mencapai tujuan itu? Ketakwaan, sebagai
tujuan dari ibadah puasa, tidak hanya dituntut pada bulan Ramadhan saja. Bahkan
ketakwaan harus senantiasa diusahakan mengiringi kita di mana pun dan kapan pun.
Rasulullah n bersabda, ³Bertakwalah kamu di mana atau kapan pun kamu berada.´
(Riwayat at-Tirmidzi)


Anda mungkin juga menyukai