PENDAHULUAN
1
mengenal dan memahami perkembangan sosial emosional anak usia dini atau pra
sekolah untuk bekal menjalankan profesi sebagai pendidik PAUD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Perkembangan Sosial Emosional Pada Masa Usia Pra sekolah
Dalam periode pra sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan
berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku
anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam
masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari
berbagai respon lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai
memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan
kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak-
anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Berkembangnya konsep diri
b. Munculnya egosentris
c. Rasa ingin tahu yang tinggi
d. Imajinasi yang tinggi
e. Belajar menimbang rasa
f. Munculnya kontrol internal
g. Belajar dari lingkungannya
h. Berkembangnya cara berfikir
i. Berkembangnya kemampuan bahasa
j. Munculnya perilaku “buruk”
Baiklah penulis bahas satu persatu sebagai berikut:
a. Berkembangnya konsep diri, secara perlahan pemahamannya tentang
kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya
karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi diri). Segalanya ingin
ia coba, ia merasa dirinya bisa.
b. Munculnya egosentris, diusia ini anak berfikir bahwa segala yang ada
dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi
kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak dalam
bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak
4
lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya. Wajarlah jika saat
seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini
anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan
menyalahkan orang lain.
c. Rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin tahu meliputi berbagai hal
termasuk seksual sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d. Imajinasi yang tinggi, imajinasi yang tinggi di usia ini sangat
mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana
khayalan mana kenyataan. Ia kadang suka melebih- lebihkan cerita. Daya
imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner (teman yang tidak pernah ada),
teman khayalan ini mampu mencurahkan segala pengalaman dan perasaannya.
e. Belajar menimbang rasa, Diusia 4 tahun minat meniru terhadap teman-
temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan
kelompok bersama teman- temannya walaupun kerap terjadi pertengkaran. Hal
ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati anak mulai berkembang,
ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya
bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat
menghibur. pada masa ini anak mulai belajar konsep benar salah.
f. Munculnya control internal, Kontrol internal muncul di akhir masa usia
pra sekolah, perasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika
ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya diusia 5 tahun ia
sudah siap terjun kelingkungan di luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan
diri dengan standar perilaku yang di harapkan.
g. Belajar dari lingkungan, Anak mulai meniru apa yang sering
dilakukannya ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya
misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti apa yang di lihatnya di TV dan
ia pun akan bercita- cita sama seperti profesi orang tuanya. Jadi di usia ini
lingkunganlah yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.
h. Berkembangnya cara berfikir, Anak mulai mengembangkan
pemahamannya tentang hubungan benda antara bagian dan keseluruhan.
Pemahaman konsep waktu belum berkembang sempurna anak belum bisa
membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.
5
i. Berkembangnya kemampuan berbahasa, dibidang masa sebelumnya anak
lebih bisa diajak berkomunikasi, ia mulai mengungkapkan keinginannya dengan
bahasa verbal, namun kadang- kadang ia ingin bereksperimen dengan kata- kata
yang kotor atau yang mengejutkan orang tuanya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa: sejak bayi, seseorang sudah ada emosi yang tampak yang dapat
ditimbulkan melalui rangsangan.
Perkembangan sosial-emosional diperoleh dari kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.
Pada usia dini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan
berbagai karakter.
Setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau
arah tertentu begitupun dengan perkembangan sosial-emosional.
3.2 Saran
Mengetahui pola dan reaksi sosial-emosional terhadap anak sangat penting untuk
menjelaskan keterampilan emosi dan sosial karena anak akan memperoleh manfaat
dari itu yaitu anak-anak dengan keterampilan emosional lebih bahagia, lebih percaya
diri dan lebih sukses di sekolah, dan akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli pada orang lain.
7
DAFTAR PUSTAKA