Anda di halaman 1dari 3

SARNIS SISKA MARTA

0810333059

TUGAS ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

Kasa Tertinggal Berakibat Osteomyelitis

Mas Parjo datang ke Rumah Sakit Remen Waras karena fraktur di tulang femur. Dokter
Ndang Sun Tiken SpB menangani kasus ini adalah dokter bedah satu-satunya di kota Sarwo
Saras. Parjo dijadwalkan operasi, dengan melalui prosedur-prosedur rutin rumah sakit, informed
concent telah ditanda tangani oleh Parjo sendiri. Parjo sangat sadar dengan apa yang ia tanda
tangani. Sebelum mengoperasi Parjo pada jam 10.00, dr. Ndang Sun Tiken sudah melakukan tiga
operasi elektif satu operasi cito. Malam harinya dr. Ndang Sun Tiken mengoperasi dua operasi
cito. Operasi reposisi Parjo telah berhasil dengan baik, dari foto rontgen pasca operasi, pen telah
menancap pada tempat yang benar, kelurusan tulang telah sesuai dengan yang diharapkan. Parjo
setelah recovery dan perawatan di bangsal yang memadai akhirnya bisa dipulangkan. Belum ada
seminggu, di tempat luka operasi, setiap saat selalu keluar nanah, hingga membuat pembalut luka
selalu diganti.

Parjo bermaksud kontrol lagi ke Rumah Sakit Remen Waras, tetapi ia mendapati antrian
begitu panjang, dan sudah menunggu mulai dari jam 8.00 hingga 11.00 dokter Ndang Sun Tiken
tidak kunjung datang. Berkali-kali ia bertanya kepada perawat poliklinik, selalu saja jawabannya
masih melakukan operasi. Karena tidak nyaman dengan apa yang dialaminya, serta tidak enak
dengan pandangan-pandangan orang di sekitar yang tampaknya jijik melihat kondisi pahanya.
Parjo dan keluarga memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke rumah sakit Arto Wedi yang
letaknya ratusan kilometer dari rumah tinggalnya.

Masuk rumah sakit arto wedi, dengan biaya yang lebih tinggi, Parjo langsung diperiksa
oleh dokter Hangabehi SpBO. FICS. Ahli ortopedi yang sudah terkenal hingga jauh di luar
daerah. Oleh dokter Hangabehi, Parjo segera dilakukan prosedur rutin, roentgen ulang dan segera
dijadwalkan operasi. Kembali dilakukan prosedur rutin, termasuk informed concent telah ditanda
tangani dan Parjo sadar betul dengan apa yang dilakukannya. Secara umum kondisi Parjo
menjelang operasi baik. Hanya dari luka operasi sebelumnya saja yang terus menerus mengalir
nanah.

Akhirnya operasi debridement untuk mengatasi pus yang terus-menerus mengalir dari
tulang yang didiagnosis mengalami osteomielitis dilakukan. Selama debridement dilakukan
betapa mengejutkan yang dihadapi tim operasi dokter Hangabehi. Mereka menemukan kassa
tertinggal di tulang yang telah direposisi. Masih syukur tulang mau menyatu.

Keluarga pasien ingin mengetahui mengapa terjadi “bencana” demikian pada Parjo.
Dengan terpaksa dokter Hangabehi SpBO FICS menjelaskan ini semua karena adanya kasa yang
tertinggal di ruang antara tulang dan otot. Mendengar penjelasan itu kontan keluarga Parjo marah
dan tidak terima dengan kinerja dokter Ndang Sun Tiken beserta timnya. Mereka sepakat untuk
melakukan somasi dengan melayangkan surat dugaan malpraktik kepada dokter Ndang Sun
Tiken beserta direktur Rumah Sakit Remen Waras lewat kuasa hukum mereka Gawe Ribut SH.
Mereka menuntut ganti rugi senilai 1 miliar rupiah atas kerugian materiil dan imateriil yang
dialami.

ANALISIS MASALAH

Yang ditimpa masalah adalah Rumah Sakit Remen Waras. Sedangkan rumah sakit Arto
Wedi tidak dalam posisi bermasalah. Rumah Sakit Arto Wedi dalam posisi “penemu” kesalahan
yang dilakukan oleh Rumah Sakit Remen Waras.

Dalam kasus ini diasumsikan tidak ada masalah administrasi pada dokter-dokter yang
berpraktik baik di Rumah Sakit Remen Waras maupun Rumah Sakit Arto Wedi.

Jadi tidak ada kasus perbuatan melanggar hukum. Permasalahannya adalah operasi yang
dilakukan oleh dokter Ndang Sun Tiken terdapat bukti kelalaian yaitu kasa tertinggal di ruang
antara otot dan tulang.
Kelalaian yang menimpa Parjo termasuk ke dalam malpraktik. Karena dari segi hukum
malpraktik dapat terjadi karena suatu tindakan yang disengaja (intentional), tindakan kelalaian
(negligence) ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan.

Kelalaian medis adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan
bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila
seseorang dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu (komisi) yang seharusnya tidak dilakukan
atau tidak melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki
kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. Perlu diingat bahwa pada
umumnya kelalaian yang dilakukan orang per-orang bukanlah merupakan perbuatan yang dapat
dihukum, kecuali apabila dilakukan oleh orang yang seharusnya berdasarkan sifat profesinya
bertindak hati-hati dan telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.

Tindakan dr. Ndang Sun Tiken dianggap suatu kelalaian karena damage atau kerugian,
yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan
kesehatan/kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan yang dialami oleh pasien (Parjo).

Berkaitan dengan kasus Parjo tersebut, ketentuan pidana baik berupa tindak kesengajaan
(profesional misconduct) ataupun akibat culpa (kelalaian/kealpaan) di jerat dengan pasal 359
KUHP, Pasal 360 KUHP, Pasal 361 KUHP ), yang menyebabkan mati atau luka karena
kelalaian.

Yang mesti bertanggung jawab atas kasus ini adalah pihak dari rumah Sakit Remen
Waras. Menyebabkan kerugian pasien karena kelalaian dari dokter yang ada di rumah sakit
tersebut. Untuk mengurangi resiko serupa yang akan timbul di masa yang akan datang, pihak
rumah sakit harus mengajukan penambahan dokter bedah ke Departemen Kesehatan pusat.
Untuk mengatasi kesalahan dokter yang overload.

Anda mungkin juga menyukai