Anda di halaman 1dari 8

PENUGASAN BLOK PENGOBATAN RASIONAL

“ANALISIS RESEP”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ARMIATI/07711217

NIM : 07711217

KELOMPOK TUTORIAL : 2

TUTOR : dr.GAMMA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008
5

AMEBIASIS

I. PENGERTIAN

Amebiasis adalah keadaan terinfeksi oleh amebae,terutama oleh Entamoeba


histolytica.(3,7).

II. SEJARAH PENYAKIT

Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh losch di Rusia (1875) dari
tinja seorang penderita disentri. Pada autopsi, losch menemukan Entamoeba
histolytica bentuk trofozoit dalam ulkus besar, tetapi losch tidak mengetahui
hubungan kausal antara Entamoeba histolytica dengan kelainan ulkus.

Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan Entamoeba histolytica


bentuk kista, sedangkan Schaudinn (1903) memberi nama spesies Entamoeba
histolytica dan membedakannya dengan ameba yang juga hidup dalam usus besar
yaitu Entamoeba coli.

Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filipina membuktikan


dengan eksperimen bahwa Entamoeba histolytica merupakan penyebab koalitis
amebic dan Entamoeba coli merupakan parasit komensal dalam usus besar.(1,2,7)

III. ETIOLOGI

Dari berbagai spesies amuba, hanya Entamoeba histolytica yang patogen pada
manusia. Sebagai host definitif, individu–individu yang asimtomatis mengeluarkan
tropozoit dan kista bersama kotoran mereka. Infeksi biasanya terjadi setelah menelan
air atau sayuran yang terkontaminasi. Kista adalah bentuk infektif pada amubiasis,
hidup di tanah, kotoran manusia, dan bahkan pada air yang telah diklorinasi. Setelah
kista tertelan, dinding kista dicerna oleh usus halus, keluarlah tropozoit imatur.
Tropozoit dewasa tinggal di usus besar, terutama di caecum. Sebagian besar tropozoit
kecil dan tidak invasif. Individu yang terinfeksi kemungkinan asimtomatis atau
berkembang menjadi desentri amuba. Strain Entamoeba histolytica tertentu dapat
menginvasi dinding colon strain ini berbentuk tropozoit besar. Pertahanan tubuh
penderita juga berperan dalam terjadinya amebiasis invasif.

Amebiasis invasif dapat menyebabkan perdarahan usus besar, perforasi, dan


pembentukan fistula. Bila terjadi perforasi biasanya pada daerah caecum infeksi
amuba invasif pada tempat-tempat yang jauh meliputi paru, otak, dan terutama hepar.
Distribusi yang luas ini menunjukkan bahwa amuba dapat menginvasi organ melalui
penjalaran lokal atau melalui sistem sirkulasi. Abses pada hepar diduga berasal dari
invasi sistem vena porta, pembuluh limfe mesenterium, atau melalui penjalaran
intraperitoneal. Dalam parenkim hepar terbentuk tempat-tempat mikroskopis di mana
terjadi trombosis, sitolisis, dan pencairan, suatu proses yang disebut hepatitis amuba.
Bila tempat-tempat tersebut bergabung terbentuklah abses amuba.(4,6)

IV. MORFOLOGI

Dalam siklus hidupnya terdapat 3 bentuk yaitu:

(1) Bentuk histolitika

Besarnya 20-40 mikron, inti entameba ada satu dengan kariosom letak sentral,
endoplasma dengan vakuol-vakuol, mempunyai eritrosit, ektoplasma
membentuk pseudopodium.

(2) Bentuk minuta


5

Besarnya 10-20 mikron, mempunyaisatu entameba dengan kariosom letak


sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, tanpa eritrosit, ektoplasma
membentuk pseudopodium.

(3) Bentuk kista

Besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu atau empat inti, terlihat kromatoid.
(1,4)

V. PATOLOGI KLINIS

Amebiasis dibedakan atas:

(a) Intestinal: akut dan kronik

Infeksi menahun (kronik) dapat menimbulkan kolon yang mudah terkena


radang. Amebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14 minggu.

(b) Ekstra intestinal : hati, paru, kulit, vagina, dan otak

Ada ulkus ameba dibagian mukosa. Bentuk histolitika ditemukan di dasar dan
dinding ulkus. Tinja bercampur lender dan darah. Predileksi di daerah sekum,
rectum, dan sigmoid.(1,4)

VI. GEJALA

Kebanyakan penderita, terutama yang tinggal di daerah beriklim sedang, tidak


menunjukkan gejala. Kadang-kadang gejalanya samar-samar, sehingga hampir tidak
diketahui. Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit, banyak
buang gas (flatulensi) dan kram perut.
Jika disentuh perut akan terasa nyeri dan tinja bisa mengandung darah serta
lendir. Bisa terjadi demam ringan. Diantara serangan, gejala-gejala tersebut
berkurang menjadi kram berulang dan tinja menjadi sangat lunak. Sering terjadi
penurunan berat badan dan anemia.

Bila trofozoit menyusup ke dalam dinding usus akan terbentuk suatu benjolan
besar (ameboma). Ameboma bisa menyumbat usus dan sering disalah-artikan sebagai
kanker. Kadang trofozoit menyebabkan perlubangan pada dinding usus. Jika isi usus
sampai masuk ke dalam rongga perut akan terjadi nyeri perut yang hebat dan infeksi
perut (peritonitis). Invasi trofozoit ke usus buntu dan usus di sekelilingnya bisa
menyebabkan apendisitis (peradangan usus buntu) ringan.

Pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi apendisitis bisa menyebarkan


trofozoit ke seluruh perut. Oleh karena itu, pembedahan bisa ditunda sampai 48-72
jam dan selama itu diberikan obat-obatan untuk membunuh trofozoit.

Di dalam hati bisa terbentuk suatu abses yang berisi trofozoit. Gejalanya adalah
nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah hati, demam yang hilang-timbul, berkeringat,
menggigil, mual, muntah, kelemahan, penurunan berat badan dan kadang sakit
kuning (jaundice) ringan. Kadang-kadang trofozoit menyebar melalui aliran darah
dan menyebabkan infeksi di paru-paru, otak serta organ lainnya. Kulit juga bisa
terinfeksi, terutama kulit di sekitar bokong dan alat kelamin. Selain itu infeksi juga
bisa terjadi pada luka karena pembedahan atau luka karena cedera.(2,6)

VII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja
penderita. Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh
5

tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.

Pada abses hati, kadar antibodi terhadap parasit hampir selalu tinggi.
Antibodi ini bisa tetap berada dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun, karena itu kadar antibodi yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya abses
pada saat ini. Jika diduga telah terbentuk abses hati, diberikan obat pemusnah amuba.
(1,2)

VIII. PENGOBATAN

Diberikan obat pembasmi amuba per-oral (melalui mulut), seperti iodokuinol,


paromomisin dan diloksanid, yang akan membunuh parasit di dalam usus.

Untuk penyakit yang berat dan penyakit di luar usus, diberikan metronidazol
atau desidroemetin. Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap
bentuk histolitika dan bentuk kista. Efek sampingnya ringan, antara lain mual,
muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari
berturut- turut.

Tinja diperiksa ulang dalam waktu 1,3 dan 6 bulan setelah pengobatan, untuk
memastikan bahwa penderita telah sembuh.(1,2,6)

IX. PENCEGAHAN

Perlu ditingkatkan kondisi sanitasi dan higiene perorangan dan


perbaikan/pelestarian lingkungan hidup. Mengingat kelangsungan hidup dari kista
yang bisa mencapai beberapa hari di dalam air dan feses, maka untuk mengurangi
bahaya kontaminasi bahan-bahan makanan perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat
untuk selalu mencuci bersih tangan, barang-barang makanan, terutama buah-buahan
yang tumbuh dengan subur di kawasan kita.(1,5,6)

DAFTAR PUSTAKA

(1) Gandahusada,Srisasi dkk.2004.Parasitologi Kedokteran.Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.hlm.112-120.

(2) Garcia,Lynne S dkk.2002.Diagnostik Parasitologi Kedokteran.Jakarta:


EGC.hlm.5-15.

(3) Hartanto,Huriawati dkk.2006.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta:


EGC.hlm.69.

(4) L.A,Juni Prianto dkk.2002.Atlas Parasitologi Kedokteran.Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.hlm.93-95.

(5) http://www.kalbe.co.id/files/cdk/file/51_12_HepatikAmebiasis.pdf/51_12_He
patikAmebiasis.html

(6) http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/sek-1.htm

(7) http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=20&iddtl=248
5

Anda mungkin juga menyukai