Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

OLEH :

Nasrullah
H1A 004 039

PEMBIMBING :
dr. A. Rusdhy H.H., SpOG

Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya


Di Lab/SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSU Mataram
2008

1
KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah
sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari Lab/
SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/
RSU Mataram. Dalam penyusunan laporan yang berjudul “Mioma Uteri + Menometroragi”
ini penulis memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, SpOG, selaku Dosen Pembimbing laporan kasus ini.
2. Dr. Edi P. Wibowo, SpOG, selaku kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSU
Mataram
3. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan dan
Kandungan RSU Mataram
4. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K) selaku supervisor
5. Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG selaku supervisor
6. Rekan-rekan dokter muda
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.
Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis
dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter.

Mataram, November 2008

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu
keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala
yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.(1,3)
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari
seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun
(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita
yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini
dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya
hamil 1 kali.(2,3)
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai
tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor
bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal
dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma
tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus
dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang
dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang
baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan
keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.(4)
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 45 tahun dengan diagnosa mioma
uteri, yang selanjutnya ditatalaksana untuk laparotomi dengan Miomektomi. Selanjutnya akan
dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan.(1,5,6)

2.2. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden
mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri
ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor
ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan
jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering
melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini
dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nullipara.(2,3)

2.3. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa
faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)

4
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

2.4. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan
satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus
atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel
embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)
(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-
like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada
miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti
masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah

5
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini. (3)

2.5. Klasifikasi mioma uteri


Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.(3)
1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
• Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan
dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan
memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan
dengan kanker serviks.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak
berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
• Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium
di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.
Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

6
• Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat
besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada
potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.
Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor
mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi
menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara
histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk
pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos
cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri
dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi
secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.

2.6. Gejala klinis


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada
tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : (6)
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara
lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma
endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

7
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung
kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis
tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas
sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan
suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

2.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,
tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus
yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu

8
dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus.
Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan
pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke
arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun
biaya pemeriksaan lebih mahal.

2.8. Diagnosis banding


1. Adenomiosis (7)
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan

2.9. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri
tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya
mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas
penanganan konservatif dan operatif. (3)
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut : (3)
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
- Bila anemia
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan
akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam.
Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada

9
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.(6)

Mioma

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Gambar 1. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri. (5)

2.10. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder
tersebut antara lain : (6)
• Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai

10
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium
atau suatu kehamilan.
• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut
oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur
pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen.
• Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas.
Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi.
Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah
disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila
terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada
uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
• Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : (6)


1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.

11
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Nyonya “Shr”
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sasak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang (Wiraswasta)
Nama Suami : Tuan “And”
Suku/Bangsa : Sasak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang (Wiraswasta)
Status : Nikah ~ 20 tahun
Alamat : Batu Layar
MRS : 12 November 2008 pukul 11.30 WITA
MR : 914287

II. ANAMNESIS :
Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah dan gangguan haid
Penderita kiriman Puskesmas Meninting dengan suspect mioma uteri melalui Poli
kandungan RSU Mataram (10/11/2008) dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 10
hari yang lalu (31/10/2008), perut terasa penuh dan berat serta keras sejak 3 tahun yang lalu.
Penderita juga mengeluh gangguan haid sejak 1 tahun yang lalu. Dalam sebulan siklus :
teratur 28 hari sekali, lamanya haid ±10 hari, darah banyak (5-6 pembalut/ hari) selama 3 hari,
nyeri haid (+), flour albus (+) selama ± 5 hari, warna kuning dan berbau amis.
Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, tidak ada nyeri saat/ sebelum/ sesudah
BAK. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Penderita kadang merasa pusing
dan mual-mual. Pasien MRS melalui poli kandungan dan direncanakan untuk operasi elektif
miomektomi.
Riwayat menstruasi sebelum terjadi gangguan haid :
- menarche : umur 15 tahun.

12
- siklus : teratur 30 hari sekali.
- banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)
- lamanya : 7 hari

Riwayat Perkawinan : suami ke I, menikah 1x selama 20 tahun


Riwayat Kehamilan : Tidak pernah hamil
Riwayat Kontrasepsi:
Penderita mengakui tidak pernah menggunakan kontrasepsi jenis apapun
RPD: Operasi tumor usus sejak 10 tahun yang lalu. Riwayat DM (-), asma (-), hipertensi (-),
kelainan jantung (-), penyakit paru (-), hepatitis (-).
RPK: tidak ada
Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca.

III. PEMERIKSAAN FISIK (10/11/2008)


Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
BB : 41 kg
TB : 144 cm
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
T rectal : 36,7 0C
Mata : anemis +/+, ikterus -/-
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : S1 S2 tunggal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Whez -/-
Abdomen : distensi (-), BU (+) Normal, jaringan perut bekas operasi (+)
Ekstremitas : hangat (+), edema (-/-)

Status Ginekologis
Abdomen : Teraba massa padat, kenyal, mobile ukuran 10 x 8 cm,
Nyeri tekan (-)
Inspekulo : Fluor (+), Fluksus (-), P (+), livide (-).
13
VT : P  (+), nyeri (-)
CU AF --- lebih besar dari normal ~ 8-10 minggu.
APCD ---- nyeri (-), massa (-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (12/11/2008)


 Pemeriksaan Laboratorium : DL, HbsAg, BT, CT, LFT, BUN, SC
12/11/2008
Hb : 6,3 g%, Leukosit : 11.000/mm3
LED : 20, BT : 3’10’’, CT: 6’20”, HbsAg : (-)
13/11/2008
Foto Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
15/11/2008
USG oleh dr Punarbawa, SpOG
Uterus Antefleksi, tampak massa uterus hiperekoik meningkat ukuran 10,6 x 8,9 cm
Lab : Hb = 8,6 gr%
Kesan : mioma uteri
16/11/2008
Hb : 10,2 g%, Leukosit : 14.500 /mm3, Hct : 37,3, Trombosit : 929.000 /mm3
GDS : 90, SGOT : 13, SGPT : 26, Albumin : 4,6
Urea : 22, Kreatinin : 0,5
17/11/2008
EKG : irama sinus, 87x/mnt, axis normal
ST-T changes (-), Kesan : EKG normal
Lab:
Hb : 11,5 g%, Leukosit : 9.400 /mm3, Hct : 37,4, Trombosit : 874.000 /mm3

V. DIAGNOSIS
Mioma Uteri

VI. PENATALAKSANAAN
 Cek Laboratorium : Darah Lengkap (DL), HbSAg, HbsAg, BT, CT, LFT,
BUN, SC
 Transfusi PRC s/d Hb > 10 g%

14
- 14/11/2008 : masuk 1 kolf PRC
- 15/11/2008 : masuk 1 kolf PRC
 17/11/2008  konsul dr. Palgunadi  ACC operasi
 17/11/2008 
- konsul dr. Elya, SpAn  advis Cek DL ulang karena trombositosis
- konsul ulang hasil laboratorium  ACC operasi
 Rencana untuk dilakukan laparotomi (Miomektomi)

Operasi tanggal 18-11-2008 (jam 10.25 wita)


S : (-)
O : KU : Baik
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Nafas : 14x/menit
Suhu : 36,3 0C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor  S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
A : Mioma Uteri
P : • Temuan Operasi : membuka peritoneum  rongga peritoneum tidak dapat
dipisahkan (terjadi perlengketan hebat omentum usus),
ligamentum rotundum kanan dan kiri tidak dapat dievaluasi, tuba
dan ovarium tidak dapat dievaluasi
• Tindakan Operasi : Diputuskan untuk menutup rongga abdomen.
• Terapi post operasi : - Gentamicin 2x 80 mg
- Kaltrofen 3 x 1 ampul
- Suntik depo provera (3 bulan)

VII. Follow Up
18 November 2008
S: (-)
O: KU : Baik
Tensi : 110/70 mmHg

15
Nadi : 82x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor  S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler +/=, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Luka operasi baik, Perdarahan (-)

A: Post operasi hari ke I


P: - Gentamicin 2x 80 mg
- Kaltrofen 3 x 1 ampul
- Suntik depo provera (3 bulan)

19 November2008
S: Luka operasi terasa nyeri
O: KU : Baik
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,3 0C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor  S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Luka operasi masih basah, tanda radang (-), Perdarahan (-)

A: Post operasi hari ke II


P: - Gentamicin 2x 80 mg
- Kaltrofen 3 x 1 ampul

20 November 2008
S: Luka operasi terasa nyeri
O: KU : Baik
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 83x/menit

16
Nafas : 24x/menit
Suhu : 36,5 0C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor  S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Luka operasi masih basah, tanda radang (-), Perdarahan (-)

A: Post operasi hari ke III


P: - Gentamicin 2x 80 mg
- Kaltrofen 3 x 1 ampul

21 November 2008
S: (-)
O: KU : Baik
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,1 0C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor  S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Luka operasi kering, tanda radang (-), Perdarahan (-)

A: Post operasi hari ke IV


P: - Memulangkan pasien
- KIE pasien untuk datang kontrol ke poli seminggu lagi dan bila ada keluhan

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,
batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga
dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri
bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 46 tahun dengan
diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien tersebut
kemungkinan karena umur pasien 45 tahun dimana tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35-45 tahun. Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.(3)
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat
sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. (6) Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain
gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam
uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa
dan dengan kontraktilitas yang terganggu.(6) Gejala yang lain yaitu rasa penuh (kemeng), nyeri
dan berat pada perut bagian bawah serta gangguan BAK berupa retensio urine. Gangguan ini
tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda
penekanan.(6)
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti
hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan fundus uteri 3 jari di atas simpisis
pubis. Hal ini karena adanya massa mioma yang tumbuh pada uterus. Pada palpasi abdomen
teraba massa mioma berukuran 10 x 8 cm yang berkonsistensi padat, kenyal dan bersifat
mobile. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras seperti batu hingga lembek, walaupun
sebagian besar memiliki konsistensi kenyal seperti karet.(8) Pada pemeriksaan inspekulo
didapatkan fluor kemungkinan pada pasien ini juga sudah terjadi infeksi pada serviksnya. Ini
juga mungkin sangat berperan terhadap terjadinya perlengketan hebat dari mioma dengan

18
peritoneum ataupun omentum dengan usus pada kasus ini akibat penyebaran infeksi yang ada.
Perlengketan hebat ini juga dapat terjadi karena sebelumnya pasien sering melakukan
pemijatan miomanya di dukun. Selain itu didapatkan pembukaan karena adanya mioma yang
mendesak dari dalam porsio. Dari pemeriksaan dalam juga ditemukan hal serupa, besar serta
konsistensi corpus uteri sesuai ~ 8-10 minggu.
Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus
hiperekoik meningkat yang membesar dengan ukuran 10,6 x 8,9 cm dengan kesan mioma
uteri. Pemeriksaan dengan CT scan maupun USG juga dapat dilakukan, namun lebih mahal
dan menghabiskan waktu lebih lama tetapi tidak memberikan informasi yang lebih daripada
USG.(9)
Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri dan
menometroragia melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah didapatkan keluhan
perdarahan pervaginam. Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan ditemukan fundus uteri
3 jari di atas simpisis pubis. Dari inspekulo dan VT didapatkan fluor dan pembukaan,
kemudian juga teraba massa mioma berukuran 10 x 8 cm. Pencitraan dengan USG semakin
memperkuat diagnosis mioma uteri dimana terdapat uterus yang membesar dengan ukuran
10,6 x 8,9 cm.
Penatalaksanaan mioma pada pasien ini dengan melakukan konsul terhadap bagian
anastesi, paru dan penyakit dalam untuk mengevaluasi keadaan pasien yang akan di operasi.
Dari hasil rontgen terhadap thoraks tidak didapatkan adanya masalah pada jantung dan paru.
Dari bagian penyakit dalam telah melakukan penilaian lengkap terhadap hasil laboratorium
serta pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk melakukan pemeriksaan Elektrokardiografi
yang hasilnya didapatkan masalah hanya dari trombositnya yang tinggi. Diduga adanya
trombositosis ini karena efek kompensasi dari perdarahn yang telah berlangsung lama pada
penderita. Bagian anestesi juga berpendapat bahwa adanya trombositosis ini karena efek
kompensasi terhadap perdarahan tersebut sehingga diputuskan bahwa pasien ini dapat di
operasi. Pasien ini direncanakan miomektomi elektif karena selain untuk mengendalikan
perdarahan, pasien juga sudah masih mempunyai keinginan untuk hamil sehingga perlu
mempertahankan fungsi dari rahim. Terapi lain dari mioma uteri adalah dengan melakukan
Total Abdominal Histerektomi (TAH) bagi pasien yang sudah tidak memiliki keinginan untuk
mempunyai anak lagi dan umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma
servisis uteri.(6) Miomektomi tidak jadi dilakukan dan diputuskan hanya membuka tutup
rongga abdomen saja akibat rongga peritoneum tidak dapat dipisahkan (terjadi perlengketan

19
hebat omentum usus), ligamentum rotundum kanan dan kiri tidak dapat dievaluasi, tuba dan
ovarium tidak dapat dievaluasi. Pasien ini diputuskan untuk diberikan suntikan depo provera
untuk mengatur dan memperlancar siklus haidnya dan mencegah terjadinya perdarahan yang
banyak dan lama.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Available from :


http://www.ksuheimi.blogspot.com. (Accessed : November 21, 2008).
2. Pinkerzzz, 2007. Mioma Uteri. Available from :
http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. (Accessed : November 21, 2008).
3. Jevuska O., 2007. Mioma Geburt. Available from :
http://www.oncejevuska.blogspot.com. (Accessed : November 21, 2008).
4. Anonim, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma)  Rahim. Available from :
http://www.klinikandalas.wordpress.com. (Accessed : November 21, 2008).
5. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan
Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.
6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.
7. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :
http://www.geocities.com. (Accessed : November 21, 2008).
8. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from :
http://www.gynalternatives.com. (Accessed : November 21, 2008).
9. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus – Leiomyoma Uteri and the
Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill
International, Singapore.

21

Anda mungkin juga menyukai