Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia d an perilakuknya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya (UU. No. 23/1997). Lingkungan hidup dalam
pengertian ekologi tidaklah mengenal batas wilayah baik wilayah negara maupun
wilayah administratif, akan tetapi jika lingkungan hidup dikaitkan dengan
pengelolaannya maka harus jelas batas wilayah wewenang pengelolaan tersebut.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri dari
lingkungan sosial (sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan
lingkungan alam (ecosystem) dimana ke tiga sub sistem ini saling berinteraksi
(saling mempengaruhi). Ketahanan masing-masing subsistem ini akan
meningkatkan kondisi seimbang dan ketahanan lingkungan hidup, dimana
kondisi ini akan memberikan jaminan suatu yang berkelanjutan yang tentunya
akan memberikan peningkatan kualitas hidup setiap makhluk hidup di dalamnya.
Pembangunan yang semakin berkembang suatu daerah, tidak luput dari
kerusakan lingkungan yang akan terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis
untuk menentukan dampak yang akan diperoleh dari suatu proyek
perkembangan tersebut dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Salah
satu poin yang dilakukan adalah mengalisis rona lingkungan awal di daerah yang
akan dibangun. Penyusunan diskripsi dari rona lingkungan merupakan bagian
dasar yang sangat penting dalam proses Amdal seperti juga halnya dengan
penyusunan deskripsi proyek. Dalam proses pendugaan dampak lingkungan,
dasar dari pendugaan adalah informasi yang terdapat di dalam deskripsi proyek
dan rona lingkungan. Sehingga dibutuhkan data yang tepat agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. AMDAL
AMDAL diperkenalkan pertama kali th 1969 oleh National Environmental
Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP No. 27/1999 tentang Analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan
keputusan. Hal -hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi,
sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap
studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk
melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan
syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun
dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat
dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif. Untuk mengukur atau menentukan dampak
besar dan penting tersebut di antaranya digunakan kriteria mengenai :
a. besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

2
d. banyaknya komponen lingk ungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Menurut PP No. 27/1999 pasal 3 ayat 1 Usaha dan/atau kegiatan yang


kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup meliputi :
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak
terbaharu
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber
daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh -tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik;
Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta menekan pencemar an sehingga dampak negatifnya
menjadi serendah mungkin. Dengan demikian AMDAL diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup (hendartomo,---).

Sedangkan Prosedur AMDAL sendiri terdiri dari :


- Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
- Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
- Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

3
- Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau
kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL
atau tidak.
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah
salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/
kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan /pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

B. Rona Lingkungan Awal


Rona lingkungan awal disebut juga sebagai Enviromental Setting atau
Enviromental Baseline yang merupakan keadaan lingkungan sebelum proyek
dibangun. Rona lingkungan merupakan gambaran penting keadaan lingkungan di
tempat proyek yang akan dibangun dan di daerah sekitarnya. Rona lingkungan
dalam proses pendugaan lingkungan mempunyai dua keguanaan utama yaitu
untuk pendugaan keadaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa proyek
dan keadaan di masa yang akan datang dengan proyek. Untuk dapat melakukan
pendugaan ini diperlukan pemahaman mengenai sifat dan dinamika dari
lingkungan tersebut. Untuk memahami sifat dan dinamika ini diperlukan
pemahaman mengenai komponen-komponen lingkungan dan hubungan timbale-
balik antara komponen tersebut (Suratmo.2004)
Rona awal lingkungan yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Gambaran kondisi rona awal lingkungan di sekitar lokasi rencana kegiatan
yang akan digunakan sebagai acuan terhadap kondisi lingkungan
selanjutnya. Informasi kondisi awal tersebut meliputi:
   Kondisi iklim, curah hujan dan kualitas udara

4
 Karakteristik fisik-kimia tanah dan sedimen
 Karakteristik fisik-kimia air sungai dan sumur
 Hidrologi sungai
 Karakteristik vegetasi, satwa liar dan biota perairan
 Kondisi sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat
2. Penentuan lokasi-lokasi sensitif di sekitar daerah rencana kegiatan yang
merupakan prioritas untuk dilindungi, baik dari segi lingkungan maupun
masyarakat, berdasarkan kajian lingkungan dan aktivitas sosial ekonomi.
3. Identifikasi sumber-sumber polusi yang sudah ada, berkaitan dengan
aktifitas industri/manusia, dari waktu yang lalu hingga saat dilakukan studi.

Menurut Pedoman Penyusunan AMDAL, berdasarkan Keputusan Menteri


Negara Lingkungan Hidup No. 14/1994, Rona Lingkungan dari aspek sosial yang
perlu digambarkan meliputi :
1. Demografi :
- Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata
pencarian, pendidikan dan agama.
- Tingkat kepadatan dan sebaran penduduk
- Angkatan kerja produktif
- Tingkat kelahiran
- Tingkat kematian kasar
- Tingkat kematian bayi
- Pola perkembangan penduduk
2. Ekonomi
- Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
- Pola pemilikan dan penguasaan Sumber Daya Alam
- Tingkat pendapatan penduduk
- Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar, pelabuhan,
perbankan, pusat pertokoan)
- Pola pemanfaatan Sumber Daya Alam.
3. Budaya
- Pranata sosial
- Adat istiadat dan pola kebiasaan
- Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik)

5
-
Akulturasi, Asimilasi, dan Integrasi dari berbagai kelompok
masyarakat
- Pelapisan sosial
- Perubahan sosial
- Sikap dan presepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau
kegiatan
4. Kesehatan Masyarakat
- Insidensi dan Prevalensi penyakit yang terkait dengan rencana
usaha atau kegiatan
- Sanitasi Lingkungan kaitannya dengan ketersediaan air bersih
- Status gizi dan kecukupan pangan
- Jenis dan Jumlah fasilitas kesehatan
- Cakupan pelayanan tenaga dokter dan para medis.

C. Kependudukan
Kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
meliputi ukuran, struktur dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat, kelahiran, kematian, migrasi dan
penuaan.
Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah.
Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk.
Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut disebabkan
karena proses demografi yaitu kelahian (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
migrasi penduduk (Mantra, 2000).

D. Angkatan Kerja
Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu wilayah Negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
kerja dan jika mreka mau berparsipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan
angkatan kerja sendiri adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya
terlihat atay berusaha terlibat dalam kegiatan produksif, yaitu memproduksi
barang dan jasa. Selain itu ada pula masyarakat yang sering disebut sebagai

6
pengangguran yaitu bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja
dan sedang aktif mencari pekerjaan (BPS. 2003).

E. Kelahiran (fertilitas)
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan adanya tanda-tanda
kehidupan, misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut dan sebagainya.
Apabila ketika lahir tidak terdapat tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati (still
birth) yang dalam demografi tidak termasuk dalam peristiwa kelahiran,
kesimpulannya fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari wanita.
Disamping itu ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada
kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak
lahir hidup. Usia reproduksi tiap perempuan dikelompokkan dalam umur 15-49
tahun (Utomo, 1985). Ada beberapa factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
fertilitas, yaitu:
1. Factor demografi
- Umur kawin pertama
- Struktur perkawinan
- Distrupsi perkawinan
- Proporsi yang kawin
2. Factor non demografi
- Keadaan ekonomi penduduk
- Tingkat pendidikan
- Perbaikan status perempuan
- Urbanisasi dan industrialisasi
Perkembangan penduduk yang pesat antara lain disebabkan oleh
pengendalian kematian yang semakin berhasil, yang tidak diimbangi dengan
pengendalian kelahiran. Fertilitas suatu populasi dapat dilihat sebagai akibat dari
berbagai tindakan dan keputusan individu, yang dibuat dalam kerangka untuk
mengatasi tekanan biologis dan tekanan lingkungan yang dihadapi oleh individu.

7
Dengan demikian, fertilitas merupakan pilihan yang diambil secara sadar oleh
individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dirinya dan lingkungannya.
Untuk mengendalikan pertambahan penduduk di Indonesia, pemerintah
telah mengusahakan program Keluarga Berencana (KB) untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Promosi Keluarga Berencana merupakan
tanggapan praktis utama dalam menghadapi masalah kependudukan. Terdapat
minat dan usaha yang luar biasa dalam program Keluarga Berencana ini,
walaupun seperti yang kita ketahui bahwa masalah ini seharusnya adalah sebuah
privacy kini cepat sekali berubah menjadi masalah umum. Dan tentu saja hal ini
tak terlepas dari masalah perkawinan, dimana fertilitas menunjukkan jumlah
anak lahir hidup, sebuah ikatan hubungan yang mengawali. Baik ikatan
perkawinan atau ikatan seksual. Usia pada waktu kawin umumnya relatif rendah
di negara-negara yang sedang berkembang, yang berarti proporsi yang besar dari
atau seluruh usia subur (usia reproduksi) dilewatkan dalam perkawinan (P,
ani,dkk. 2006).
Menurut WHO, program KB dapat membantu PUS atau individu untuk:
- Mendapatkan kelahiran yang diinginkan
- Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
- Mengatur jarak kelahiran dan menentukan jumlah anak
Program ini dilaksanakan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai,
dengan syarat, aman, sederhana, murah, diterima, jangka panjang dan dapat
diandalkan.

F. Kesehatan
Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan
meningkatnya pelayanan kesehatan, Pemerintah berupaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
meyediakan fasilitas kesehatan, terutama Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

8
Puskesmas keliling karena ketiganya mampu menjangkau segala lapisan
masyarakat hingga daerah terpencil (----.2006).
Indicator yang biasa digunakan untuk mengukur status kesehatan adalah
angka kematian dan angka kesakitan dalam suatu periode.
1. Mortalitas (angka kematian)
Definisi kematian adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Salah satu penyebab kematian adalah adanya penyakit, yang bisa
diukur dengan rumus :
Case Fatality Rate
Jumlah kematian oleh penyakit tertentu
xk
Jumlah kasus penyakit tersebut

2. Morbiditas (kesakitan)
Yaitu penyimpangan dari keadaan normal, biasanya dibatasi keadaan fisik
dan mental. Angka kesakitan dapat dihitung melalui jumlah kasus yang ada,
yaitu incidence rate dan prevalence rate.
Prevalence Rate
Jumlah kasus(lama+baru)
xk
Jumlah Penduduk
G. Pendidikan
Pendidikan formal merupakan suatu proses pendidikan yang berjenjang dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Untuk menunjang
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, pendidikan formal yang
umumnya diselenggarakan sekolah-sekolah tidak hanya yang dibawahi oleh
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) saja, tetapi ada juga yang
dibawahi oleh Instansi/Departemen selain Depdiknas, seperti Departemen
Agama, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Pertanian dan
lainnya (----.2006).

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Kabupaten Bulungan


Kabupaten Bulungan sebagai salah satu kabupaten di bagian utara Propinsi
Kalimantan Timur, yang beribukota di Tanjung Selor. Kabupaten ini terletak
antara 116o20’45” sampai 118o00’00” bujur timur dan 2o06’05” sampai dengan
3o45’10” lintang utara. Batas-batas Kabupaten Bulungan :
 Utara : Kabupaten Nunukan
 Selatan : Kabupaten Berau
 Barat : Kabupaten Malinau
 Timur : Selat Makassar
Daerah ini mempunyai luas wilayah 18.010,05 km2 dengan jumlah penduduk
pada tahun 2007 adalah 116998 jiwa.
Kabupaten Bulungan dibentuk dengan Undang-undang nomor 27 tahun
1959, dan pembentukan kabupaten ini bersamaan dengan pembentukan
Kabupaten Pasir, Kabupaten Berau, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Saat ini
Kabupaten Bulungan memiliki 13 kecamatan dan 83 desa/kelurahan. Setiap
tanggal 12 Oktober kabupaten ini memperingati hari ulang tahunnya.
Dari aspek ekonomi, kabupaten ini memiliki potensi yang cukup besar
terutama dari hasil hutan, pertambangan dan bahan mineral seperti minyak
bumi, gas alam, batubara, emas dan bahan galian lainnya serta objek wisata
dengan keaslian, keindahan dan tantangan alamnya. Komoditi andalan adalah
sector kehutanan, pertambangan, industry dan pertanian. Masyarakat Bulungan
mengharapakan daerahnya aman dan damai di bawah motto ‘IBADAH’ (Indah,
Bersih, Aman, Damai, Asri dan Harmonis).

10
B. Kependudukan
Untuk melihat perkembangan penduduk Kabupaten Bulungan, diambil
data statistik pada tahun 2006 dan tahun 2007 yang merupakan data terakhir
dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan. Di bawah ini merupakan diagram
mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Bulungan dari tahun 2006 hingga
tahun 2007. Jumlah penduduk kabupaten Bulungan berdasarkan hasil registrasi
pada tahun 2007 tercatat sebesar 166988 jiwa atau menglami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 yang berjumlah
109.219 jiwa.
Pertambahan penduduk disebabkan oleh banyak factor yang saling
berhubungan. Oleh karena itu menganalisis suatu data tidak bisa hanya dilihat
dari satu aspek saja. Factor-faktor tersebut meliputi adanya migrasi, fertilitas,
kualitas sector kesehatan, sector pendidikan dan ekonomi.

PERKEMBANGAN PENDUDUK KABUPATEN BULUNGAN


TAHUN 2006 – 2007 ( JIWA )

140000

120000

100000

80000 Laki-laki
60000 Perempuan
Jumlah
40000

20000

0
2006 Statistik Kabupaten
Sumber : Badan Pusat 2007
Bulungan

Tahun
Jenis Kelamin
2006 2007
Laki laki 58238 62584
Sex Ratio Perempuan 50981 54414
Jumlah 109219 116998

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

11
58238
2006= x 100 %=114,23 %
50981

Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan


bahwa penduduk laki-laki masih lebih banyak dibandingkan dengan perempuan,
ini terlihat dari rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten
Bulungan adalah 114,23, ini berarti bahwa setiap 100 orang perempuan
berbanding sekitar 114 laki-laki. Begitu juga pada tahun 2007, komposisi
penduduk menurut jenis kelamin masih tetap menunjukan bahwa penduduk laki-
laki lebih banyak dibanding dengan perempuan dengan rasio jenis kelamin
115,01.

LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, KEPADATAN PENDUDUK,


DAN RATA- RATA PENDUDUK PER KELUARGA
MENURUT KECAMATAN
TAHUN 2007

N Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Kepadata Rata rata

12
n
penduduk
Penduduk
/
(jiwa/km2
o Keluarga
)
Des Pendudu
Km² % Keluarga
a k
1 Peso 3142,79 17,45 10 1203 4419 1,41 3,67
2 Peso Hilir 1639,71 9,10 6 918 3589 2,19 3,91
3 Tanjung Pala 1744,74 9,75 9 3312 13585 7,74 4,10
Tanjung Palas
4 1064,51 5,91 5 1671 6788 6,38 4,06
Barat
Tanjung Palas
5 806,34 4,48 6 2369 9088 11,17 3,80
Utara
Tanjung Palas
6 677,77 3,76 8 2077 8534 12,59 4,11
Timur
7 Tanjung Selor 1277,81 7,09 9 7729 33878 26,51 4,38
Tanjung Palas
8 624,95 3,47 3 1648 6905 11,05 4,19
Tengah
9 Sekatak 1993,98 11,07 22 1895 7706 3,86 4,07
10 Sesayap 1752,54 9,73 12 1372 5815 3,32 4,24
11 Sesayap Hilir 877,86 4,87 8 882 3787 4,31 4,29
12 Bunyu 198,32 1,10 3 2533 9949 50,17 3,93
13 Tana Lia 2198,18 12,20 3 578 3035 1,38 5,25
18010,1 100,0
Jumlah 2007 104 28187 116998 6,50 4,15
8 0
2006 18010,1 100,0
104 25599 109219 6,06 4,27
8 Bulungan
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten 0

Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk
Rumus Kepadatan Penduduk=
Luas Wilayah

109219 116998
2006= =6,0 6 2007= =6,5
18010,18 18010,18

Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Bulungan yang


memiliki luas wilayah sebesar 18010,18 Km2, mengalami peningkatan kepadatan

13
penduduk dari tahun 2006 sebesar 6,06 menjadi 6,5 pada tahun 2007. Ini terjadi
dikarenakan pertambahan penduduk yang juga semakin meningkat.
Di samping data jumlah penduduk pada tahun 2006 dan 2007, dapat
diperoleh data prediksi jumlah penduduk pada tahun 2010 dengan
menggunakan r = 4,22% yang berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000.
Dari table proyeksi penduduk tahun 2010, dapat diamati bagaimana angka beban
tanggungan yang mungkin dapat terjadi, yaitu sebesar 56,06%.

PROYEKSI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN


KABUPATEN BULUNGAN
TAHUN 2010*)
Kelompok Penduduk
Umur L P Jumlah Ratio
0–4 7394 7165 14559 103,19609
5–9 7284 6714 13998 108,48972
10 – 14 7097 6794 13891 104,45982
15 – 19 7198 6646 13844 108,30575
20 – 24 5869 5807 11676 101,06768
25 – 29 6067 5807 11874 104,47735
30 – 34 5567 4997 10564 111,40684
35 – 39 4939 4498 9437 109,80436
40 – 44 4505 3446 7951 130,73128
45 – 49 3458 2390 5848 144,68619
50 – 54 2588 1832 4420 141,26638
55 – 59 1584 1191 2775 132,99748
60 – 64 1208 847 2055 142,62102
65 – 69 629 528 1157 119,12879
70 – 74 472 355 827 132,95775
75+ 395 269 664 146,84015
Jumlah 66254 59286 125540 111,7532
*) Berdasarkan hasil SP2000 dengan r = 4,22%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) tahun 2010


45096
¿ x 100=56,06 %
80444

14
C. Angkatan Kerja
Seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka jumlah
penduduk yang mencari pekerjaan juga semakin bertambah. Dapat dilihat pada
tabel di bawah, perbandingan jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2007
mengalami peningkatan dibanding tahun 2006.

JUMLAH PENDUDUK USIA KERJA MENURUT KEGIATAN UTAMA


TAHUN 2006-2007
KEGIATAN UTAMA 2006 2007
Angkatan Kerja 50128 49999
Bekerja 47636  46247
Mencari Pekerjaan 2492  3752
Bukan Angkatan Kerja 36096  25533
Sekolah 17190  6246
Mengurus Rumah
16394  15238
Tangga
Lainnya 2512  4049
Jumlah  15106
86224
4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN ANGKATAN KERJA


TAHUN 2006-2007

Tahun
Uraian
2006 2007
Tingkat Bekerja Penuh 90,05% 84,99%
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 78,90% 64,55%
Tingkat Pengangguran 4,97% 7,50%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

Apabila kita berbicara masalah pendudukan usia kerja menurut UU No.


20 tahun 1999, berarti kita berbicara tentang penduduk usia 15 tahun keatas
yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk
angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja 15 tahun keatas yang bekerja,
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan orang tidak bekerja
yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah

15
penduduk dalam usia kerja 15 tahun keatas yang tidak bekerja dan mencari
pekerjaan seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya (tidak mampu
bekerja atau pensiun).
Pengembangan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan
ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja
yang berkualitas, produktif, efisien dan berjiwa wiraswasta sehingga mampu
mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja yang gilirannya akan
mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Hasil data yang didapatkan tahun 2006, penduduk usia 15 tahun keatas
tercacat ditahun 2006 berjumlah 50128 sedangkan tahun 2007 berjumlah
49999, yang terdiri dari angkatan kerja (bekerja) ditahun 2006 berjumlah 47636
dan yang mencari pekerjaan berjumlah 2492. Sedangkan angkatan kerja
(bekerja) di tahun 2007 berjumlah  46247 dan yang mencari pekerjaan berjumlah
3752. Bila dilihat, pada angkatan kerja ditahun 2006 dan tahun 2007 terjadi
tingkatan penurunan pada tingkatan partisipasi angkatan kerja. Hal ini
disebabkan karena lowongan untuk mencari pekerjaan ditahun 2006 dan 2007
tetap. Selain itu, tingkat kelulusan anak sekolah yang rata-rata hampir tiap tahun
99% lulus dan sebagian besar dari mereka ada yang tidak melanjuti pendidikan,
dan juga memungkinkan migrasi yang ada belum bisa mendapatkan pekerjaan.
Sedangkan hasil data yang didapatkan tahun 2006, penduduk usia 15
tahun keatas yang bukan angkatan kerja tercacat ditahun 2006 berjumlah 36096
sedangkan tahun 2007 berjumlah 25533, yang terdiri sekolah ditahun 2006
berjumlah 17190 dan tahun 2007 berjumlah  6246, mengurus rumah tangga
tahun 2006 berjulmah 16394 dan tahun 2007 berjumlah  15238 dan lain-lain
ditahun 2006 berjumlah 2512 dan tahun 2007 berjumlah  4049. Pada tahun 2006
tingkat bukan angkatan kerja pada sekolah mengalami penurunan, hal ini
sebabkan mereka berahli menjadi pencari kerja, sedangkan pada bukan angkatan
kerja untuk mengurus rumah tangga dari tahun 2006 mengalami penurunan. Hal
ini disebab masyarakat di tahun 2007 menyadari bahwa pendidikan lebih

16
dipentingkan. Dan pada bukan angkatan kerja lainnya, mengalami penimgkatan
ditahun 2006 ke 2007. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat yang
telah pensiun ataupun mengalami kecacatan sehingga tidak bisa melakukan
pekerjaan.

D. Fertilitas
Melalui data fertilitas suatu daerah dapat diketahui bagaimana
perkembangan penduduk daerah tersebut di masa yang akan datang. Jika angka
fertilitas semakin tinggi menandakan semakin tinggi angka kelahiran di daerah
tersebut. Sehingga jumlah penduduk semakin banyak dan ini dapat
menyebabkan bertambahnya angka pencari kerja di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, untuk mengendalikan pertambahan penduduk pemerintah
mengusahakan program Keluarga Berencana (KB), melalui penggunaan alat
kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur.

BANYAKNYA SARANA KELUARGA BERENCANA


MENURUT KECAMATAN
TAHUN 2006-2007
2006 2007
Kelompok Kelompok
No Kecamatan Klinik Klinik
PKBRS PPKBD Penimbang PKBRS PPKBD Penimbang
KB KB
Balita Balita
1 Peso 1 - 10 1 1 − 10 13
2 Peso Hilir 2 - 4 - 2 − 6 6
3 Tg. Palas 1 - 7 - 1 − 9 17
4 Tg. Palas Barat 1 - 4 - 2 − 5 9
5 Tg. Palas Utara 1 - 6 - 1 − 6 23
6 Tg. Palas Timur 1 - 5 - 1 − 8 13
7 Tg. Selor 4 1 7 - 3 1 3 20
8 Tg. Palas Tengah 1 - 3 - 1 − 9 9
9 Sekatak 1 - 21 - 1 − 22 14
10 Sesayap 1 - 9 - 1 − 12 13
11 Sesayap Hilir 1 - 5 - 1 − 8 7
12 Bunyu 1 1 3 2 1 1 3 25
13 Tana Lia 1 - 3 - 1 − 3 5

17
Jumlah 17 2 87 3 19 2 104 174
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatn Sipil Kabupaten Bulungan

18
Jumlah sarana keluarga berencana yang ada di Kabupaten Bulungan pada
tahun 2007 sebanyak 296 sarana, jumlah ini meningkat dari tahun 2006 yang
hanya berjumlah 109 sarana. Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya sarana
keluarga berencana di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bulungan. Di
lihat dari peningkatan sarana kelurga berencananya, sarana yang meningkat
drastis adalah kelompok penimbang balita yang ditahun 2006 hanya 3 kelompok
menjadi 174 kelompok pada tahun 2007, hal ini dimungkinkan karena
meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan poyandu yang membawahi langsung
kelompok penimbang balita ini.

PERSENTASE AKSEPTOR KB AKTIFTERHADAP PASANGAN


USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN
TAHUN 2006
Pasangan
No Kecamatan Usia Akseptor % Akseptor Aktif
Subur Aktif terhadap PUS
1 Peso 874 669 76,54
2 Peso Hilir 882 717 81,29
3 Tanjung Pala 2094 1203 57,45
4 Tanjung Palas Barat 1348 976 72,40
5 Tanjung Palas Utara 1884 670 35,56
6 Tanjung Palas Timur 1020 775 75,98
7 Tanjung Selor 5603 5435 97,00
8 Tanjung Palas Tengah 1161 670 57,71
9 Sekatak 1550 678 43,74
10 Sesayap 1117 757 67,77
11 Sesayap Hilir 764 667 87,30
12 Bunyu 2324 1499 64,50
13 Tana Lia 557 271 48,65
Jumlah 2007 21178 14987 70,77
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatn Sipil Kabupaten Bulungan

PERSENTASE AKSEPTOR KB AKTIF TERHADAP PASANGAN USIA SUBUR

19 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
MENURUT KECAMATAN
TAHUN 2007
Pasangan
Akseptor % Akseptor Aktif
No Kecamatan Usia
Subur Aktif terhadap PUS
1 Peso 999 632 63.26
2 Peso Hilir 970 616 63.51
3 Tanjung Pala 2386 1319 55.28
4 Tanjung Palas Barat 1486 1060 71.33
5 Tanjung Palas Utara 1681 1063 63.24
6 Tanjung Palas Timur 1537 793 51.59
7 Tanjung Selor 5808 4365 75.15
8 Tanjung Palas Tengah 1166 786 67.41
9 Sekatak 1649 976 59.19
10 Sesayap 1298 731 56.32
11 Sesayap Hilir 912 598 65.57
12 Bunyu 2189 1588 72.54
13 Tana Lia 839 303 36.11
Jumlah 2007 22920 14830 64.7
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan

Banyaknya peserta KB aktif tahun 2007, yaitu sebesar 64,70 persen


terhadap Pasangan Usia Subur merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
program KB di Kabupaten Bulungan. Namun bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya untuk jumlah akseptor KB Aktif yaitu dari 14.987 akseptor pada
tahun 2006 menjadi 14.830 akseptor pada tahun 2007.

E. Kesehatan
Dari data sekunder kependudukan Kabupaten Bulungan yang kami amati
diperoleh data sebagai berikut :

BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

20 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
TAHUN 2006-2007
N
Jenis Fasilitas Kesehatan 2006 2007
o
1 Rumah Sakit 1 1
2 Puskesmas 14 15
3 Puskesmas Pembantu 40 42
4 Puskesmas Keliling 16 23
5 Posyandu 177 182
6 Balai Pengobatan Swasta 2 3
7 Tempat Tidur Rumah Sakit 95 106
8 Tempat Tidur Puskesmas 23 30
9 Rumah Bersalin 1 1
10 Tempat Tidur Rumah Bersalin 6 6
11 Apotek 6 7
12 Gudang Obat 14 15
13 Lab Kesehatan Rumah Sakit 1 1
14 Lab kesehatan Puskesmas 11 14
15 Gudang Famasi Kabupaten 1 1
16 Toko Obat 14 13
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

BANYAKNYA PENDERITA DAN KEMATIAN MENURUT JENIS PENYAKIT


KABUPATEN BULUNGAN
TAHUN 2007

N Penderit Kematia
o Jenis Penyakit a n
1 Malaria 712 4
Diare dan
Gastroenteritis
2 Oleh penyebab infeksi 469 7
tertentu
3 Perdarahan Intrakronial 26 19
4 Septisemia 8 2
5 TB Paru BTA (+) 49 2
6 Diabetes Mellitus 59 3
7 Pneumonia 48 4
8 Sirosis Hati 7 3
9 Gagal Ginjal 22 7
Penyakit Jantung
10 Lainnya 42 3
Jumlah 1442 54
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

21 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
PERBANDINGAN PERHITUNGAN PREVALENCE RATE & CASE FATALITY RATE
TAHUN 2006-2007
Nama 2006 2007
Penyakit PR ( % ) CFR ( % ) PR ( % ) CFR ( % )
DBD 0,08 15 0,43 1,5
Muntaber 4.67 - - -
Malaria 2,52 - 0,65 0,56
Perdarahan Intrakronial - - 0,02 73,1
Septisemia - 0,007 25
TB Paru BTA (+) - - 0,04 4,1
Diabetes Mellitus - - 0,05 5,1
Pneumonia - - 0,04 8,3
Sirosis Hati - - 0,006 42,8
Gagal Ginjal - - 0,002 31.8
Penyakit Jantung - - 0,04 7,14
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk


memberikan dan menciptakan manusia yang sehat, mandiri, cerdas dan
produktif serta terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin. Upaya yang dilakukan
oleh pemerintah daerah melalui pemerataan fasilitas dan peningkatakan
pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah serta dapat terjangkau
oleh masyarakat luas. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, Pemerintah
berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk menciptakan
sumber daya manusia yang produktif serta memiliki kesejahteraan secara lahir
dan batin.

22 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
F. Pendidikan
JUMLAH ANAK USIA SEKOLAH MENURUT KELOMPOK
TAHUN 2006-2007

USIA
URAIAN
7-12 13-15 16 – 18
Tahun 2006      
Tidak/belum Sekolah 22 78 78
Masih Sekolah 13760 7064 3154
Tidak Bersekolah Lagi -  958 3564
Jumlah 13782 8100 6796
Tahun 2007      
Tidak/belum Sekolah 55  - -
Masih Sekolah 7229 6232 4113
Tidak Bersekolah Lagi -  165 2557
Jumlah 7284 6397 6670
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PENDIDIKAN
TAHUN 2006-2007

APK APM
JENIS KELAMIN/TINGKAT PENDIDIKAN
2006 2007 2006 2007
1. Laki-laki + Perempuan        
97,1
SD 121,80  81,99 0  75,81
 101,0 70,5
SLTP 84,47 8 9  67,00
32,8
SLTA 45,73  78,23 1  51,26
2. Laki-laki        
97,9
SD 125,21  86,04 0  78,69
 106,4 67,0
SLTP 83,51 1 2  71,37
26,0
SLTA 35,07  64,09 5  70,36
3. Perempuan        
96,1
SD 117,82  77,48 7  72,62

23 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
73,9
SLTP 85,37  97,57 4  63,30
40,3
SLTA 57,53  97,52 0  57,49
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan

Pendidikan nasional merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan


kemampuan dan kecerdasan bangsa, memperbaiki mutu kehidupan serta
pengembangan diri sebagai suatu bangsa yang berkualitas dan besar. Dengan
berbekal pendidikan yang cukup memadai seseorang dapat berkerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Pada sekala yang besar pendidikan
masyarakat merupakan objek untuk melihat tingkat kemampuan mesyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menyadari sangat pentingnya proses
pendidikan, maka pemerintah sejak pelita I ( 1969 ) telah melaksanakan berbagai
kebijakan dalam rangka memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan sesuai
amanat tersebut peningkatan yang di usahakan oleh pemerintah melalui
program wajib belajar 9 tahun yang didukung oleh peningkatan kualitas
pendidikan melalui penyetaraan dan penjenjengan pendidikan guru. Hal ini tentu
sangat diharapkan dukungan berbagai pihak agar tujuan dari pendidikan dapat
tercapai, karena pendiikan bukan merupakan tanggung jawab dari satu pihak
saja melainkan tanggung jawab bersama antara masyarakat, pemerintah dan
orang tua.
Partisipasi sekolah merupakan indicator untuk melihat keberhasilan
pemerintah dibidang pendidikan. Semakin banyak anak usia sekolah yang masih
aktif sekolah maka program pemerintah di sector pendidikan dapat dikatakan
berhasil, namun sebaliknya jika persentase anak usia sekolah yang masih sekolah
cenderung menurun maka program pemerintah dapat dinilai gagal.
Dari keseluruhan penjelasan beberapa sektor di atas hanyalah pembahasan
keadaan lingkungan Kabupaten Bulungan secara umum pada tahun 2006 dan
2007, beserta perkembangan yang terjadi selama tahn tersebut. Untuk membuat
rona lingkungan yang lebih spesifik dan lebih tepat sasaran harus disesuaikan

24 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
dengan jenis proyek yang akan dibangun, serta lokasi proyek tersebut akan
dilaksanaka, sehingga pembuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
menjadi lebih valid. Dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek tersebut
dilaksanakan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

- AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap


lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk
pengambilan keputusan.

- Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap
studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

- Rona lingkungan awal disebut juga sebagai Enviromental Setting atau


Enviromental Baseline yang merupakan keadaan lingkungan sebelum
proyek dibangun. Rona lingkungan merupakan gambaran penting
keadaan lingkungan di tempat proyek yang akan dibangun dan di daerah
sekitarnya.

B. Saran
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah
salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib

25 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin
usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

----. 2006. Pendidikan di Kabupaten Bulungan. (http://www.pemda-


bulungan.go.id, 2 April 2009)

----. 2009. Pendugaan Dampak Lingkungan (0n line).


(http://gigins.blogspot.com/2009/02/pendugaan-dampak-lingkungan.html,
20 Maret 2010)

BPS. 2003. Keadaan Angkatan Kerja Kalimantan Timur 2003. --- : Badan Pusat
Statistik.

BPS. 2007. Bulungan dalam Angka 2007. Bulungan : Badan Pusat Statistik

BPS. 2008. Bulungan dalam Angka 2008. Bulungan : Badan Pusat Statistik

Hendartomo, Tomi. ---. Permasalahan dan Kendala Penerapan Amdal Dalam


Pengelolaan Lingkungan (on line). (http : www.masalah_amdal.pdf, 21
Maret 2010)

Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

26 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal
Notoatmodjo, soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.

Suratmo, Gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Institut


Pertanian Bogor Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

27 | P a g e
AMDAL & ADKL – Rona Lingkungan Awal

Anda mungkin juga menyukai