Anda di halaman 1dari 3

Tugas UTS Ham, Advokasi, dan Pembangunan

Nama : Fikri Riswandi


No. Reg : 4825072313
Jurusan : Sosiologi Pembangunan (reguler 2007)

Kritik pembangunan dalam perspektif post-strukturalisme.


Wacana pembangunan dioperasikan melalui dua mekanisme utama, yaitu
profesionalisasi masalah pembangunan (munculnya ahli di bidang pengetahuan dan
berurusan dengan setiap aspek keterbelakangan) dan pelembagaan pembangunan.
Proses-proses tersebut melalui beberapa intervensi. Strategi pembangunan
pedesaan misalnya, dilihat dari sudut pandang ini, dilihat sebagai mekanisme yang
sistematis untuk menghubungkan pengetahuan ahli pertanian, makanan dan lainnya
dengan adanya intervensi (ekstensi, kredit, infrastruktur, dll), dan dengan cara yang
bisa dibilang cara alami. Hal tersebut terpaku pada struktur atau sistem yang ada
sehingga lebih menggunakan sistem pengetahuan yang lebih maju. Strategi
pembangunan seperti ini termasuk paradigma strukturalisme. Strukturalisme adalah
paradigma yang bersifat positivis, dan berfokus pada struktur. Untuk itu harus melalui
beberapa tahapan bersifat kurang / tidak manusiawi.
Perspektif Post-strukturalisme hadir untuk mengkritik teori strukturalis, yang
berpendapat bahwa pembangunan hanya fokus pada struktur dan untuk mencapai
negara yang maju harus melalui tahapan yang bersifat kurang / tidak manusiawi.
Kritiknya lebih kepada struktur dan cara paradigma strukturalisme yang dianggap
tidak manusiawi. Menurut perspektif post-strukturalisme, pembangunan seharusnya
dilakukan tanpa terjebak dengan teori deterministik. Analisis post-strukturalisme
akhirnya juga menunjuk pada bentuk-bentuk pengecualian dari proyek-proyek
pembangunan.

Kritik sosiologi terhadap konsep HAM dan bagaimana sosiologi mungkin


mengkaji HAM.
Kritik sosiologi terhadap konsep HAM :
Konsep Hak Asasi Manusia dikatakan bersifat universal (hak asasi yang diperoleh
oleh setiap individu sama), namun tidak ada penjelasan secara ontologis
(hakekat) yang mendasari bahwa Hak Asasi Manusia itu bersifat universal.
Menurut sosiologi, hak itu harusnya bersifat privat bukan universal karena
setiap individu memiliki hak yang berbeda-beda.
Konsep kemunculan hak lebih merujuk pada sejarah yang terjadi di Eropa. Maka
karena itu konsep hak lebih bersifat eropasentris. Dengan dikatakan bahwa
Hak Asasi Manusia bersifat universal, tetapi pada kenyataannya hak untuk
negara-negara di Eropa tidak sama dengan hak untuk negara-negara
berkembang. Ini dikarenakan perbedaan kondisi politik, kebudayaan, dan
kondisi kebutuhan akan hak yang berbeda.

Dua faktor sosiologi mungkin mengkaji HAM :


Human frailty, social precariousness, moral symphaty
Manusia itu lemah / rentan karena itu, Nietzche berpendapat bahwa manusia
itu tidak memiliki insting yang memadai untuk bertahan hidup, sehingga perlu
melakukan interaksi dengan orang lain. Dibentuklah institusi sosial untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan manusia. Kemudian dibentuklah
negara untuk mengatasi keterbatasan dari manusia. Negara sendiri berdiri dari
sebuah kontrak sosial yang berisi kesepakatan antara masyarakat yang telah
menyerahkan sebagian kewenangannya kepada negara untuk menjalankan
tugas demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena berbagai keadaan
(social precariousness) negara tersebut rapuh, sehingga tidak dapat memenuhi
segala kebutuhan manusia. Karena itu, lahirlah konsep Hak Asasi Manusia
yang berfungsi untuk melindungi manusia dalam pemenuhan kebutuhannya.
Kemudian muncul moral symphaty sebagai sebuah jaminan adanya
penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia.
Konsep Citizenship
Konsep tentang hubungan negara dengan warga negara. Menurut Turner ada
beberapa kelemahan konsep Citizenship:
Konsep City – State (negara – kota)
Menurut Turner, hak ini hanya mengacu pada hak masyarakat kota (hak
sipil dan hak politik). Hal ini bersifat individualistik sehingga hanya berlaku
bagi masyarakat kota saja.
Hak masyarakat pedalaman atau adat tidak diakui tetapi mereka dipaksa untuk
mengikuti sistem yang berlaku di kota. Padahal masyarakat adat juga
memiliki hak-hak atau tradisi tersendiri. Hal ini memunculkan adanya
pemaksaan (denizen).
Konsep ini terbatas pada negara sebagai penjamin dan penentu hak. Menurut
Turner, solusinya adalah kembali kepada konsep Human Rights.

Penjelasan secara kritis hubungan pembangunan, modernitas, dan HAM.


Pembangunan merupakan suatu proses untuk menuju kearah modernisasi
dimana terjadi perubahan dari masyarakat tradisional (primitif) menuju masyarakat
yang maju (rasional). Millenium development Goals merumuskan 8 tujuan yang
harus dicapai apabila suatu masyarakat dikatakan telah melaksanakan
pembangunan (yaitu; kemiskinan, pendidikan, gender, kesehatan ibu, AIDS/TBC,
environment, angka kematian bayi, dan cooperation). PPB juga menentukan
kesejahteraan suatu negara berdasarkan tinggi-rendahnya GNP dan HDI suatu
negara.
Banyak yang mengaitkan ide-ide pembangunan dengan konsep modernitas.
Modernitas dalam arti luas berarti kondisi yang modern. Ini menunjukkan adanya
hubungan antara pembangunan dengan modernitas, karena pembangunan adalah
suatu proses untuk merubah masyarakat menuju kearah modernisasi yakni
masyarakat yang maju (rasional). Jadi pembangunan adalah proses untuk
menjadikan suatu masyarakat itu modern (maju). Modernitas sendiri digunakan
sebagai istilah untuk menggambarkan bentuk-bentuk tertentu dari ekonomi
masyarakat berdasarkan pengalaman dari Eropa Barat (meliputi industrialisasi,
urbanisasi dan peningkatan penggunaan teknologi di semua sektor ekonomi). Jadi
cenderung menjadikan negara Barat sebagai contoh atau tolak ukur dari suatu
proses pembangunan.
Ternyata ada hubungan antara pembangunan dengan konsep Hak Asasi
Manusia, ini terlihat dari munculnya gagasan tentang hak untuk pembangunan yang
dideklarasikan ILO pada tahun 1944, di Philadelphia. Deklarasi itu menegaskan,
bahwa semua manusia mempunyai hak untuk mendapatkan materi, kesejahteraan,
pengembangan spiritual, serta kesempatan yang sama dalam berbagai hal, dengan
bebas dan bermartabat. Maka karena itu jelas, bahwa konsep Hak Asasi Manusia
memiliki hubungan dengan pembangunan dengan adanya hak tentang
pembangunan yang terintegrasi dengan hak ekonomi, sosial, kebudayaan,
kewarganegaraan, dan hak politik. Manusia adalah subjek utama sekaligus objek
dari berjalannya suatu proses pembangunan karena itu setiap orang berhak untuk
secara aktif berkontribusi dan bertanggung jawab atas proses pembangunan yang
sedang terjadi. Untuk mencegah terjadinya pergeseran dalam jalannya
pembangunan, setiap orang harus melihat pembangunan sebagai hak dan kewajiban
sehingga saling melengkapi satu sama lainnya.
Sumber literatur jawaban:

Tugas review Aram Ziai, 2005. “Post-developmnet sebagai konsep dan praktek
sosial”.

Tugas review Katie Willis, 2005. Theory and Practice of Development - Chapter 1.
“Apa yang kita maksud dengan pembangunan?”.

Tugas review Umozurike, 1998. Human Rights and Development, 525 – 543. “Hak
ekonomi sosial budaya dan hak atas pembangunan”.

Tugas review Sharyn Roach Anleu, “Sosiolog menghadapi hak manusia”.

Anda mungkin juga menyukai