Anda di halaman 1dari 4

PROSEDUR PENATALAKSANAAN KOMA

DEFINISI
Adalah suatu keadaan dimana penderita tidak dapat dibangunkan dan
tidak memberi respons terhadap semua rangsangan, baik dari dalam maupun
dari luar. Perlu diingat bahwa koma adalah suatu tingkat yang meliputi seluruh
spektrum penurunan kesadaran mulai hanya sedikit mengantuk sampai ke mati
otak.

PATOFISIOLOGI
Dapat disebabkan oleh karena : gangguan sirkulasi, encephalomeningitis,
gangguan metabolisme, gangguan elektrolit dan endokrin, neoplasma, trauma
kapitis, epilepsi dan obat-obatan.

GEJALA KLINIS
Untuk menentukan tingkat kedalaman koma, dipakai skala penilaian
koma dari Glasgow (Glasgow Coma Scale = GCS) dan penentuan refleks batang
otak dengan skoring Pittsburg (Pittsburg Brain Sistem Score = PBSS).

CARA PEMERIKSAAN
1. Hetero anamnesis yang teliti
2. Pemeriksaan : Status interne, Status neurologic
3. Pemeriksaan tambahan :
 Darah :
 Fungsi ginjal
 Fungsi hati
 Kadar gula darah
 Elektrolit
 Ophthalmoskop
 Punksi lumbal : bila tidak ada papil bendung.
 Eko-encephalografi
 CT scan
 Elektro-encephalografi.

DIAGNOSA BANDING
1. Afasia global
2. “ Locked in syndrome “
3. Psikogenik

KOMPLIKASI
 Aspirasi / pneumonia hipostatik
 Dekubitus
 Infeksi saluran kencing.

PENATALAKSANAAN
UMUM :
Basic life support
Perawatan kandung kemih, usus, posisi tubuh, higiene mulut, dsb.

KHUSUS
 Selamatkan susunan saraf pusat dengan pemberian oksigen, tiamin dan
glukosa.
Perbaikan homeostasis ekstrakranial.
 Kendalikan MAP (tekanan arterial rata-rata) dan normalkan volume darah
dengan vasopressor / vasodilator dan cairan.
 Untuk mengembalikan sirkulasi spontan :
Buatlah sedikit hipertensi ringan ( MAP 120 – 140 mmHg ) selama 1 – 5
menit.
Pertahankan normotensi dengan tekanan sistolik 120 – 130 mmHg.
Pada trauma kapitis buatlah sedikit hipotensi ( MAP 60 – 90 mmHg ).
Beri dopamin intravena dengan dosis awal 3 ug/kg/menit.
 Lakukan kateterisasi, pemasangan CVP dan infus.
 Posisi kepala dinaikkan 10 – 30 derajat dan posisi badan dibolak-balik tiap 2
jam.
 Pertahankan pernapasan yang terkontrol selama 2 jam sesudah arrest bila
perlu lebih lama.
 Bila penderita gelisah diberikan :
Tiopental atau Pentobarbital 5 mg/kg/jam ( kadar plasma 2 – 4 mg/dl, total
30 mg/kg ). Untuk ini masih banyak pertentangan.
Diphenilhydantoin 7 – 10 mg/kg intravena bolus ditambah 7 mg/kg/hari
untuk maintenance.
Diazepam 5 mg/70 kg iv titrasi bila dibutuhkan.
 Untuk rasa sakit pada penderita yang sadar diberi narkotika dengan titrasi.
Pertahankan pCO2 arterial 25 – 35 mmHg dibawah pernapasan yang
terkontrol.
Pertahankan pH arterial 7,3 – 7,6
Pertahankan pCO2 arterial diatas 100 mmHg dengna FI O2 90 – 100 %,
sesudah 1 – 6 jam FI O2 50 %.
 Pemberian kortikosteroid bila penyebabnya adalah lesi massa, bukan
gangguan pembuluh darah otak.
Metilprednisolon 1 mg/kg iv dilanjutkan dengan 0,5 mg/kg/6 jam iv. atau
Deksametason 0,2 mg/kg iv disusul dengan 0,1 mg/kg/ 6 jam.
Tapering off kortikosteroid dalam 48 – 72 jam.
 Awasi variabel dalam darah :
Hematokrit 30 – 53 %, elektrolit normal
Plasma COP diatas 15 mmHg, serum albumin diatas 3 g/dl.
Osmolalitas serum 280 – 330 mOsm/l.
Glukosa 100 – 300 mg/dl.
 Pertahankan normotermia.
 Berikan infus :
Dekstrose 5 – 10 % dalam 0,25 – 0,5 % NaCl 30 – 50 ml/kg/hr.
Bayi 100 ml/kg/hr, tambahkan Kalium bila diperlukan.
Berikan alimentasi Dekstrose 20 %, asam amino , vitamin.
 Perbaikan homeostasis intrakranial.
 Singkirkan kemungkinan proses desak ruang.
 Monitor tekanan intrakranial, diharapkan tek. <>

Anda mungkin juga menyukai