Pada skenario ditemukan pasien menderita benjolan di leher kanan. Ada
beberapa diagnosis banding yang dapat dikemukakan untuk mendapatkan diagnosis pasti. Benjolan dapat disebabkan oleh Higroma colli. Anyaman pembuluh limfe yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia dua bulan, pembentukkan sakus primitif telah sempurna. Bila hubungan saluran ke arah sentral tidak terbentuk maka timbullah cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Namun karena pasien berusia 40 tahun dan benjolan baru muncul 3 bulan yang lalum, maka pasien bukan menderita higroma colli (Jong, 1997).
Kemungkinan limpoma baik hodgkin maupun non-hodgkin dapat
disingkirkan, karena walaupun tidak menimbulkan rasa nyeri, namun limpoma ini mengakibatkan rasa gatal (Newman, 2006). Sedangkan penyakit-penyakit radang seperti limfadenitis ataupun parotitis menyebabkan rasa nyeri sehingga tidak mungkin. Kemungkinan disebabkan oleh struma tiroid juga dapat dibuang karena letak tumor pada sebelah kanan leher.
Kemungkinan besar pasien menderita karsinoma nasopharynx pada tahap
lanjut karena terdapat manifestasi klinis yang sesuai antara karsinoma nasopharynx dengan kelainan yang diderita oleh pria tersebut.
Gejala karsinoma nasopharynx dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Gejala Nesofaring sendiri : dapat berupa epistaksis ringan atau
sumbatan hidung, untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat. Kalau perlu dengan Laringoskop, sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh atau tumor tidak tampak karena masih terdapat di bawah mukosa (creeping tumor). 2. Gangguan pada telinga : merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara Eustachius (Fosa Rosen-Muler), gangguan dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia). Penderita dengan gangguan ini baru kemudian disadari bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.
3. Gejala pada mata dan syaraf : karena nasofaring berhubungan
dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang, maka gangguan beberapa syaraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Perjalanan melalui foramen laserum akan mengenai syaraf otak ke III, IV, Vi dapat pula ke V, sehingga tidak jarang gejala diplopialah yang membawa penderita lebih dahulu ke dokter mata. Neuralgia Trigeminal merupakan gejala yang sering ditemukan ahli syaraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti. Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai syaraf otak ke IX, X, XI dan XII jika perjalanan melalui foramen jugu lare, yaitu suatu tempat yang relatif jauh dari nasofaring. Gangguan ini sering disebut Syindroma Jackson. Bila sudah mengenai seluruh syaraf otak disebut sindro unilateral. Dapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah terjaadi demikian, prognosanya buruk.
4. Metastase ke kelenjar leher : dalam bentuk benjolan di leher yang
mendorong penderita untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain. Suatu kelainan nasofaring yang disebut hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti di China yaitu tiga bentuk yang mencurigakan pada nasofaring, seperti pada pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukosistis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun kemudian akan menjadi karsinoma nasofaring. Diagnosa dapat ditegakkan melalui:
Kemudian dokter akan menentukan stadium kanker itu dengan cara:
- MRI (membantu melihat kanker yang menyebar di sekitar kepala
- CT scan (melihat kanker yang tersebar pada tulang) - Pengambilan biopsy: ini digunakan untuk melihat kanker yang berada di kelenjar getah bening - Sinar X(melihat kanker yang menyebar di bagian paru-paru)
Adapun tingkatan dari kanker ini adalah:
1. Stadium 0: Sel-sel kanker masih berada dalam batas
nasopharing, biasa disebut dengan nasopharynx in situ 2. Stadium 1: Sel kanker menyebar di bagian nasopharing 3. Stadium 2: Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher 4. Stadium 3: Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher 5. Stadium 4: kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah. Untuk penatalaksanaan,yang bisa dilakukan antara lain:
1. Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam
penatalaksanaan karsinoma nasofaring. Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofarin
ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.
3. Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa
diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan
pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
4. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma
nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi. 5. Radioterapi
Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit-penyakit maligna
dengan menggunakan sinar peng-ion, bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat di sekitar tumor agar tidak menderita kerusakan terlalu berat. Karsinoma nasofaring bersifat radioresponsif sehingga radioterapi tetap merupakan terapi terpenting.