Anda di halaman 1dari 3

Lima Mega Proyek DKI Jakarta

Minggu, 01 Juni 2008 16:09 Dummy


Jakarta bakal dipimpin Fauzi Bowo, gubernur terpilih periode 2007 - 2012. Selain
melanjutkan proyek “lama”, bakal dibangun proyek-proyek prestisius baru yang
ingin dibangun oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta.

CATATAN sejarah baru saja terukir di provinsi DKI Jakarta pada Agustus (8/8) lalu.
Untuk pertama kalinya, Jakarta melakukan perhelatan politik pemilihan kepala daerah
(pilkada) secara langsung oleh warganya. Hasilnya, Fauzi Bowo, Wakil Gubernur
Jakarta (2002 – 2007) dan Prijanto, dipercaya warga Jakarta untuk menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada masa pemerintahan 2007 – 2012.

Jakarta bakal dipimpin Fauzi Bowo, gubernur terpilih periode 2007 - 2012. Selain
melanjutkan proyek “lama”, bakal dibangun proyek-proyek prestisius baru yang
ingin dibangun oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta.

CATATAN sejarah baru saja terukir di provinsi DKI Jakarta pada Agustus (8/8) lalu.
Untuk pertama kalinya, Jakarta melakukan perhelatan politik pemilihan kepala daerah
(pilkada) secara langsung oleh warganya. Hasilnya, Fauzi Bowo, Wakil Gubernur
Jakarta (2002 – 2007) dan Prijanto, dipercaya warga Jakarta untuk menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada masa pemerintahan 2007 – 2012.

Dengan predikat sebagai ibukota negara, membuat berbagai dinamika yang ada di
Jakarta tak pernah luput dari perhatian jutaan penduduk Indonesia yang ada di seluruh
nusantara. Sebuah kota metropolitan termegah di Indonesia tapi tetap saja memiliki
segudang permasalahan meski telah menginjak usia yang ke 480 tahun. Sebut saja
dari persoalan penanganan sampah, jumlah penduduk, kemacetan lalu lintas, polusi
udara, ancaman banjir, keterbatasan infrastruktur, pengangguran, kualitas layanan
publik pemerintahan yang lambat, marak pungli dan sebagainya.

Pertanyaannya, apakah pemerintah provinsi DKI Jakarta di era Fauzi Bowo mampu
membawa Jakarta menjadi lebih baik? Apakah pemprov DKI mampu mewujudkan
kota Jakarta yang modern, nyaman, bersih dan mampu disejajarkan dengan kota-kota
besar lainnya di berbagai negara di dunia?

Hal ini yang sepertinya masih memerlukan pembuktian. “Sebab tidak mudah
membangun daerah (Jakarta) kalau di dalamnya juga banyak kepentingan yang harus
diperhatikan,” ujar Fauzi Bowo ketika menerima kunjungan redaksi Warta eGov di
kantornya di gedung Balaikota DKI pada awal September (3/9) lalu.

Tanpa bermaksud menyalahkan, Fauzi blak-blakan mengutarakan embel-embel


kepentingan yang ada di Jakarta. Ada kepentingan pemerintah pusat (nasional), suara
warga asli Betawi sendiri, pengusaha swasta atau dengan pemerintah daerah lain di
sekitar Jakarta yang kenyataannya bisa saling tumpang tindih dan berbeda-beda. Lain
halnya dengan pemda lain, yang menurut Fauzi bisa dengan leluasa mengatur
daerahnya sendiri (otonom).

Meski begitu, pria yang telah mengenyam menjadi pegawai pemprov DKI sejak 1979
ini menjelaskan kalau dirinya sudah memiliki program-program yang bakal
dijalankan selama ia duduk menjadi orang nomor satu di Jakarta. “Yang jelas semua
pembangunan harus mampu membuat Jakarta menjadi lebih baik dari sebelumnya,”
papar Fauzi dengan nada diplomatis.

Yang jelas proyek-proyek pembangunan lama atau yang memang sudah diusung
pemprov DKI sejak dahulu seperti pembangunan sarana infrastruktur (Banjir Kanal
Timur) untuk mengantisipasi ancaman banjir dan fasilitas transportasi massal (busway
dan monorail), misalnya, tetap akan dilanjutkan.

Hal ini seakan ingin membuktikan kalau kebijakan pembangunan DKI tidak akan
berganti dan tetap berkesinambungan meski ada pergantian kepemimpinan. Ditambah
lagi, Jakarta bebas banjir dan tersedia angkutan transportasi yang nyaman dan
memadai acapkali jadi tolak ukur keberhasilan pembangunan di Jakarta. Begitu juga
perbaikan kualitas layanan publik pemprov DKI terutama dalam hal kependudukan,
kesehatan dan pendidikan.

Menariknya, selain menjalankan proyek yang sudah ada sebelumnya, Fauzi ternyata
juga tengah mempersiapkan mega proyek-proyek baru yang ditargetkan bisa
membawa citra dan kondisi Jakarta menjadi lebih baik lagi. Sebut saja ada kawasan
Agriculture Distribution Center, penerbitan obligasi daerah, Jakarta Special Invesment
Zone dan sebagainya.

“Sebagai negara pertanian, rasanya Indonesia belum memiliki pusat distribusi yang
menyediakan buah dan sayuran mulai dari kualitas A sampai C?,” tanya Fauzi.
Misalnya, ada salak pondoh kelas A yang siap ekspor, atau kualitas C yang akan
dijual di pasar tradisional. Mega proyek pusat distribusi produk pertanian nasional ini
yang akan ditelurkan melalui Jakarta Agriculture Distribution Center (AGC).
Nantinya, AGC bukanlah proyek bernuansa lokal Jakarta, pemprov DKI akan
bekerjasama dengan pemerintah daerah lain khususnya yang dikenal sebagai pemasok
produk pertanian dari seluruh Indonesia.

Bicara tentang program meningkatkan perekonomian DKI Jakarta, pastinya tak lepas
dari anggaran pembangunan sebagai bahan bakar. Sejauh ini, meski Jakarta dikenal
daerah yang miskin sumber daya alam tapi mendapat anugerah sumber penghasilan
dari retribusi pajak kendaraan bermotor, gedung perkantoran, restoran, tempat hiburan
dan sebagainya. Sektor ini terbukti memberikan setoran terbesar dalam Pendapatan
Asli Daerah DKI Jakarta setiap tahunnya. Tercatat Jakarta berhasil mencapai
pertumbuhan ekonomi 6,1% pada 2006 lalu.

Ke depan sumber pembiayaan konvensional di atas akan bertambah melalui rencana


penerbitan obligasi daerah. Berdasarkan data yang diperoleh Warta eGov, dengan
total jenderal nilai aset pemprov DKI yang mencapai Rp195 triliun dan nilai rapor
tanpa utang sama sekali, pastinya menjanjikan nilai jual obligasi dengan rating baik.
“Arahnya nanti pembangunan DKI justru lebih banyak dibiayai dari dana investor dan
swasta,” jelas pria yang lahir pada 10 April 1948 ini.

Hal ini tentunya membutuhkan manajemen akuntansi dan keuangan daerah yang baik
dan transparan. Kemampuan aparat pemprov DKI dalam mempertanggungjawabkan
setiap satu rupiah kas pemerintah menjadi taruhan dalam melibatkan dana publik.
Terkait upaya menunjukkan citra pemprov DKI yang bersih dan bebas korupsi, salah
satu terobosan kebijakan pemprov DKI yang akan digenjot adalah upaya menerapkan
sistem e-procurement (lelang elektronik) mulai Agustus 2007 kemarin.

“Selaku gubernur nantinya saya akan terapkan faktor akuntabiliti, transparan dan
efisiensi dalam manajemen keuangan pemprov DKI,” tandas Fauzi. Hal ini sesuai
pengamatan Warta eGov dimana penerapan metode e-procurement memang semakin
menjadi ciri utama setiap lembaga pemerintahan di Indonesia baik di tingkat pusat
dan daerah khususnya di era e-government sekarang ini.

“E-Procurement akan menjadi salah satu model lelang pemerintahan yang akan mulai
diterapkan secara nasional mulai 2008 nanti,” jelas Agus Rahardjo, Kepala Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional di sela
seminar Analisa Manfaat, Tata Kelola dan Resiko Hukum E-Procurement Indonesia
di Jakarta akhir Agustus (29/8) lalu. Pastinya pemprov DKI Jakarta akan menjadi
salah satu daerah yang turut mewujudkan kebijakan pemerintah pusat dalam
pengadaan barang dan jasa yang bebas korupsi dan kolusi.

Pemprov DKI Jakarta nampaknya kembali akan bersolek setelah mendapat nakhoda
baru. Akhirnya, yang tak boleh dilupakan, semegah apapun jenis proyek
pembangunan yang akan dijalankan, pastinya membutuhkan visi dan kemampuan
sang nakhoda dalam menjabarkan pelaksanaannya nanti. Akankah semua terwujud?
“Kita lihat saja, saya orangnya pragmatis yang lebih senang bekerja dari pada bicara,”
tandas Fauzi Bowo.

Divera Wicaksono dan Wayan Sudane


redaksi@wartaegov.com

Anda mungkin juga menyukai