Katalis yang digunakan pada proses ini adalah katalis copper. Dalam bentuk komersial, katalis copper perlu
direduksi terlebih dahulu menjadi bentuk metalnya. Namun, reaksi reduksi bersifat eksotermik sedangkan
katalis copper dapat mengalami sintering pada suhu 260 oC.
Reduksi katalis copper menggunakan gas H2 dengan konsentrasi rendah untuk menjaga temperatur ketika
proses reduksi tidak melonjak terlampau tinggi. Oleh karena hal tersebut, diperlukan gas pembawa seperti
N2 dan gas bumi yang inert. Penggunaan steam tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan
sintering pada kristal copper dan mengakibatkan umur katalis pendek. Penggunaan gas bumi perlu
dikontrol karena beberapa kandungan hidrokarbon lainnya dapat ter-cracking pada temperatur reformer
kurang dari 300 oC, menghasilkan tambahan H2 dan karbon, sehingga temperatur masukan pada LTSC
dapat meningkat.
Gas pereduksi harus bebas dari racun. Reduksi dapat dilakukan dengan dua model yaitu bentuk sistem
satu kali jalan (once through) dan bentuk daur ulang (recycle).
+ control konsentrasi H2 dapat lebih rendah karena gas pembawa yang berjumlah banyak
+ terjadinya sintering lebih rendah karena control temperatur baik (tidak melonjak terlalu tinggi)
- namun biaya operasi mahal (banyak menggunakan gas bumi sebagai gas pembawa).
DEAKTIVASI
Katalis copper merupakan katalis yang paling baik dalam proses LTSC, namun memiliki ketahanan termal
yang rendah (titik leleh logam copper rendah yaitu 1.063 oC).
Penyebab deaktivasi pada katalis copper karena thermal sintering dan peracunan oleh kehadiran sejumlah
kecil halida (klorida) dan sulfida.
Katalis yang terdeaktivasi pada bagian atas, kemudian terakumulasi ke bagian katalis lainnya (layer
bawahnya). Kecepatan deaktivasi (oleh peracunan dan sintering) bergantung pada ketahanan katalis
terhadap faktor deaktivasi tersebut (racun dan ketahanan termal).
Saat jumlah CO pada keluaran sudah meningkat hingga batas tertentu (misalnya 0,4%), katalis sudah harus
diganti. Juga bisa cek dari temperatur keluaran yang meningkat secara signifikan. Kenaikan CO outlet bisa
disebabkan karena:
Rasio steam/dry gas yang besar (1,35) dapat meningkatkan suhu hingga 40 oC (karena jumlah steam
besar). Rasio steam adalah perbandingan gas proses yang dibutuhkan dengan steam yang diberikan.
Peningkatan steam akan memberikan efek yang baik bagi reaksi pada Low Temperature Shift Conversion
karena steam yang tinggi akan menahan kenaikan temperatur saat reaksi eksotermis terjadi dan akan
menggeser kesetimbangan kearah produk. Namun, pemberian steam yang tinggi akan meningkatkan
biaya operasi dan menurunkan keuntungan perusahaan. Selain itu, steam yang tinggi juga mengganggu
proses pada pembuatan ammonia, karena menurunkan tekanan parsial gas hidrogen dan nitrogen.
SULFIDA
Peracunan akibat sulfida dapat memicu terjadinya sintering karena katalis copper yang bereaksi menyerap
sulfide menjadi copper sulfide memiliki titik lebur yang rendah sehingga mudah mengalami sintering.
Keberadaan sulfide ketika bereaksi dengan copper menurunkan titik leleh copper.
Reaktif seng oksida juga dapat digunakan untuk menjebak sulfur pada bagian atas bed menjadi seng
sulfida yang lebih stabil dibandingkan copper sulfide.
Sulfide dan klorin dapat berasal dari umpan, steam, dan lokasi plant. Racun pada steam dapat dieliminasi
dengan design boiler yang lebih baik untuk mencegah masuknya padatan kedalam system steam. Lokasi
yang memliki polutan di atmosfer tinggi dapat memperburuk deaktivasi akibat sulfur.
Sulfide dihilangkan pada proses desulfurisasi hingga kurang dari 0,1 ppm. Sulfur yang lolos ke LTSC akibat
pemasangan reformer baru atau HTSC. Konvensional HTSC dapat menghilangkan hampir seluruh sulfur
pada HTSC.
KLORIDA
Meskipun HCl tidak lebih disukai bereaksi dengan copper dibandingkan dengan H2S, tapi reaksi copper
dengan klorida dapat terjadi menjadi CuCl yang memiliki titik lebur yang rendah dan memicu terjadinya
sintering. Reaksi klorida dengan seng lebih disukai daripada dengan copper. CuCl dan ZnCl memiliki
mobilitas yang tinggi mempercepat deaktivasi pada layer lainnya.
Klorida sangat sulit dideteksi karena kadarnya yang sangat kecil. Biasanya reaksi seng dengan klorida juga
akan membentuk ZnHCl dan menjadi self-guard. Hal ini menguntungkan asalkan tidak terbentuk
kondensat (air panas) karena dapat melunturkan klorida sehingga tersebar ke bagian bed lainnya. Cara
lain untuk menghilangkan klorida dengan absorben alkali selama pemurnian umpan.
SILIKA
Silika dapat bereaksi dengan seng membentuk seng silika. Keberadaan silika memperparah keadaan
deaktivasi akibat klorida dan sulfur karena akan mengurangi ruang untuk klorida dan sulfur bereaksi
dengan seng.
LAINNYA
Arsen dari system penghilangan CO2 dan trivalent fosforus dari masukan pemanas air dapat menjadi faktor
lainnya dari deaktivasi.
GUARD BED
Ukuran partikel ZnO pada LTSC yang lebih kecil daripada ZnO pada desulfurisasi sehingga luas
permukaannya besar sehingga LTSC sendiri lebih efektif sebagai penjaga sulfur.
Penggunaan bed alkali-alumina kecil pada bagian atas LTSC untuk menghilangkan klorida, namun
jika terjadi kondensasi maka garam klorida larut dan masuk ke reaktor utama dan memungkinkan
terjadinya caking dalam reaktor sehingga berpotensi terjadinya turun tekan.
Penggunaan vessel penjaga yang mengandung LTSC adalah metode terbaik untuk mencegah
semua jenis racun masuk ke dalam reaktor utama. Dua jenis vessel penjaga yaitu integral guard
bed (dalam satu tanki di bagian atas tanki utama) dan separate guard bed (terpisah dari tanki
utama). Tanki yang terpisah memberikan hasil yang lebih baik karena kebocoran yang mungkin
terjadi tidak langsung masuk ke dalam tanki utama.
Dengan mengganti penggunaan ZnO dengan guard bed yang terpisah dapat meningkatkan performa dan
umur katalis. Ukuran pellet yang kecil memberikan keuntungan karena reaksi peracunan pada katalis
terbatas pada limitasi difusi. Namun, ukuran pellet juga harus disesuaikan dengan mempertimbangkan
turun tekan yang terjadi pada reaktor. Keuntungan lainnya, LTS guard bed mengkonversi sejumlah CO
selama proses dalam reaktor.
OPERASI EKONOMIS
Pada LTSC, setiap 1 mol CO menghasilkan 1 mol H2 dan menghindari hilangnya H2 akibat terkonsumsi pada
reaksi CO membentuk metana dan air.