Anda di halaman 1dari 27

PEMBUATAN ASETILEN

AINIRAHMAH ISMARANIAH
NURHASYIRI
FENI SRI ERANI
YUDIS AFRIZAL
PENGERTIAN

SIFAT PRODUK DAN BAHAN


BAKU

JENIS-JENIS PROSES
URAIAN PROSES

KEGUNAAN ASETILEN
PENGERTIAN
Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu
hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus C2H2.
Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya
terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada
asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan
masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk
ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena
terletak pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180°.
Asetilena ditemukan oleh Edmund Davy pada 1836, yang
menyebutnya karburet baru dari hidrogen. Nama asetilena diberikan
oleh kimiawan Prancis Marcellin Berthelot, pada 1860. Pada 1912,
sebuah ledakan asetilena membutakan fisikawan Gustaf Dalén, yang
kemudian pada tahun yang sama memperoleh hadiah Nobel di
bidang fisika.
SIFAT PRODUK DAN BAHAN BAKU
A SIFAT KIMIA DAN FISIKA PRODUK (ASETILEN)
Kemurnian : 99%
Impuritis : 1%
Spesifik grafiti : 0,906
Berat Molekul : 26,04 gr/mol
Titik didih (10 psig) : -103,4 ◦F (-75 ◦C)
Berat Jenis (udara = 1) : 0,906
Titik lebur : -116 ◦F (-82,2 ◦C)
Tekanan uap : 635 Psig (pada 70 ◦F)
Rapat massa gas : 0,07314 lb./cu ft (pada 32 ◦F dan 1
atm)
Kelarutan dalam air : 1,7 (pada 32 ◦F dan 1 atm)
Konstanta Antoine : A (16,348); B (1637,1); C (-19,77)
SIFAT PRODUK DAN BAHAN BAKU
A SIFAT KIMIA DAN FISIKA PRODUK (ASETILEN)
Gas asetilen jangan digunakan pada tekanan di atas 15 psig.
Dalam kondisi tertentu, asetilen dapat bereaksi dengan tembaga,
perak, dan merkuri dan membentuk asetilida, suatu senyawa yang
dapat menjadi sumber pengapian. Kuningan yang mengandung
kurang dari 65% tembaga dalam bentuk alloy dan alloy nikel tertentu
cocok digunakan untuk asetilen dalam kondisi normal. Asetilen dapat
bereaksi dengan menimbulkan ledakan bila dikombinasikan dengan
oksigen dan oksidator lain termasuk semua halogen dan senyawa
halogen. Kehadiran cairan, asam-asam tertentu, atau zat basa
cenderung mempercepat laju pembentukan tembaga asetilida.
Gas asetilen dapat menimbulkan gangguan pernafasan seperti
sesak. Akan tetapi, asetilen tidak menimbulkan korosi pada suatu
peralatan, tidak merugikan lingkungan, dan tidak mengandung
bahan kimia tingkat I dan II yang dapat merusak lapisan ozon dan
tidak menyebabkan polutan laut
KALSIUM KARBIDA
SIFAT PRODUK DAN BAHAN BAKU
B SIFAT KIMIA DAN FISIKA BAHAN BAKU

Kalsium karbida dibuatn dengan menguubah terlebih


dahulu kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan batubara
diubah menjadi arang, lalu keduanya direaksikan menjadi
kalsium karbida dan karbon monoksida.
CaO + 3C → CaC2 + CO
Bentuk fisik dari kalsium karbida adalah kristal hitam dengan
bau seperti bawang putih. Kalsium karbida merupakan gas yang
beracun, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan,
iritasi pada kulit seperti luka bakar, kerusakan lapisan kulit
dalam, dan nyeri yang hebat. Kalsium karbida merupakan suatu
senyawa yang berbahaya bagi kesehatan apabila kontak
langsung. Sifat-sifat lain dari kalsium karbida adalah sebagai
berikut:
SIFAT PRODUK DAN BAHAN BAKU
B SIFAT KIMIA DAN FISIKA BAHAN BAKU

KALSIUM KARBIDA

Densitas : 2,22 gr/cm3


Massa molar : 64,099 gr/mol
Berat Molekul : 74,1
Bentuk : Padat
Titik leleh : 580 ◦C
Spesifik graviti : 2,2
Kelarutan : larut dalam air
SIFAT PRODUK DAN BAHAN BAKU
B SIFAT KIMIA DAN FISIKA BAHAN BAKU

AIR
Berat molekul : 18
Bentuk : Cairan bening tidak berwarna
Titik didih : 100 ◦C
Titik lebur : 0 ◦C
Suhu kritis : 274 ◦C
Tekanan kritis : 374,25 atm
Densitas (25 ◦C) : 1000 kg/m3
Viskositas : 0,951 cp
Kapasitas panas : 1 Kkal/kg ◦C
Spesifik graviti :1
JENIS-JENIS PROSES

Asetilen dari
Reaksi Kalsium BASF Proses
Karbida
dengan Air

Produksi
asetilen Produksi
sebagai asetilen dari
produk batu bara
samping steam
cracking
Deskripsi proses: 1
Dua buah reaktor disusun dimana air dan kalsium karbida dicampur dan
dialirkan. Reaksi berlangsung dalam fasa liquid dengan residence time dan reaksi
Asetilen dari
berjalan 60%-90% saat di reaktor pertama. Aliran produk reaksi dan material
Reaksi Kalsium
umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari fasa padat menuju reaktor ke dua
Karbida dengan
dengan tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang dihasilkan diendapkan
Air
dan dipisahkan dari bagian bawah reaktor. Air yang tak bereaksi dipisahkan
dari kalsium hidroksida dan kemudian di-recycled menuju reaktor pertama. Yield
yang dihasilkan dari prosesn ini sebesar 93% - 95%.
1
Namun ada beberapa masalah yang timbul dalam operasi ini, yakni:
1. Kontak antara karbida dengan air tidak terkendali. Jika tekanan Asetilen dari
asetilen lebih tinggi dari 27 lb/inch2 absolut, akan terjadi reaksi detonasi Reaksi Kalsium
atau deflagarasi dalam asetilen yang menyebabkan peningkatan Karbida dengan
tekanan yang semakin besar, pecahnya bejana, dan isi yang bisa saja Air
tumpah. Kondisi ini bisa menimbulkan api yang besar dan
membahayakan. Karena itu proses hanya bisa dilakukan dengan
tekanan rendah.
2. Bejana didesain berpengaduk, baik CSTR ataupun plug-flow reaktor,
yang bersifat kurang mendukung karena bejana yang digunakan
besar, menghasilkan rate control yang lemah dan unsteady operation.
Oleh karena itu dibutuhkan desain bejana yang sangat tepat untuk
proses.
3. Produk samping berupa kalsium hidroksida berkualitas rendah dan
tidak memiliki nilai jual. Masalah ini bisa diatasai dengan menambah
unit neutralizer dimana kalsium hidroksida akan bereaksi dengan
hidrogen klorida membentuk kalsium klorida yang memiliki nilai jual.
2

BASF Proses
2
Deskripsi proses:
Pertama-tama umpan berupa natural gas (1) dan oksigen (2) dipanaskan terlebih
dahulu di fire preheaters secara terpisah (3). Kemudian keluaran dari fire preheaters (3),
masuk dan dicampur ke dalam zona pencampuran (4) kemudian reaksi pembakaran BASF Proses
terjadi di dalam ruang pembakaran (5). Kemudian pembakaran dipadamkan dari
bawah ruang pembakaran dengan menyemprotkan air proses (6). Gas yang dihasilkan
(7) yakni asetilen dan pengotor masuk ke kolom pendingin (8) kira-kira pada
temperatur kolom pendingin yang terbatas dan uap jenih. Gas yang masuk (7)
didinginkan dengan tambahan air dingin proses (9) dan sebagian besar dari steam
dikondensasikan. (10) api dibutuhkan untuk proses startup dan rundown. Gas keluaran
kolom bagian atas (11) kemudian didinginkan pada suhu sekitar 40oC.(45000 m3
(S.T.P)/h dry), yang kemudian dikompresikan dengan stwo-stage screw compressor (12).
Pertama-tama dari 1.1 ke 4.2 dan kemudian ke 11 bar (abs), pengotor kemudian
diendapkan. 7.5 m3/h air proses (13) disemprotkan ke tiap stage komprosor. Untuk
mengunci dari atmosfer, air demineralisasi (14) yang disebut dengan sealing liquid,
ditambah nitrogen, dengan hasil 4m3/h masuk ke sirkulasi air proses. Keluaran dari stage
pertama (15), bersuhu 85oC dan pengotor yang terkandung dalam air sebesar 0.22%
berat. Setelah dikompres di tiap stage kompresi, gas keluaran didinginkan ke suhu 40oC
oleh air dingin proses (16) dari kolom pendingin (17). Setelah dikompresi, gas keluaran
dipisahkan menjadi unsur-unsurnya. Air yang dikondensasikan selama kompresi dan
pendinginan berikutnya dan air dari proses demineralisasi disirkulasikan dan kemudian
dikeluarkan (19).
2

BASF Proses

Jelaga yang dihasilkan merupakan suatu masalah utama dalam


proses ini karena dapat mengurangi efektifitas proses, oleh karena
itu harus dipisahkan terlebih dari gas keluaran kolom. Selain itu,
jelaga juga bisa merusak kinerja kompresor, oleh karena itu gas
yang masuk kompresor harus setidaknya bebas dari jelaga.
Normalnya, burner proses dapat menghasilkan 25 ton asetilen per
hari dari natural gas
3
Di dalam steam cracking hidrokarbon jenuh dikonversi menjadi
Produksi
produk olefin seperti ethylene dan propylene. Selain itu masih asetilen
banyak produk yang dihasilkan seperti asetilena sebagai produk sebagai
samping. Konsentrasi asetilena tergantung pada jenis umpan, produk
waktu tinggal, dan temperature. Pada produksi etilen, asetilen samping steam
yang dihasilkan dipisahkan dengan hidrogenasi katalitik yang cracking
selektif atau dengan ekstraksi.

Hidrogenasi asetilena.
Kebanyakan produksi etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi
dengan bantuan katalis Pd. Kondisi operasi meliputi suhu sekitar
40oC-120oC, tekanan 15 bar-40 bar, dan kecepatan 1000-120000
kg/L.h. kondisi ini bergantung pada jenis umpan yang digunakan.

Acetylene recovery
Asetilen diekstrak dari fraksi C2 steam cracker dengan bantuan
solven. Solven yang paling sesuai untuk proes yaitu DMF.
Deskripsi proses : 3
Campuran gas C2 yang terdiri dari etilena, etana, dan asetilen, Produksi
asetilen
diumpankan ke absorber acetylene, aliran gas dihubungkan dengan
sebagai
counterflowing DMF pada tekanan 0,8-3,0 MPa. Seluruh asetilen dan produk
beberapa etilena dan etana terlarut oleh pelarut. Fraksi C2 yang telah samping steam
dimurnikan, mengandung <1 ppm asetilen, diumpankan ke C2 splitter. cracking
Aliran yang kaya akan pelarut dikirim ke stripper ethylene, yang
beroperasi sedikit di atas tekanan atmosfer. Etilena dan etana yang
terpisah didaur ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked
gas. Asetilen keluaran kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian
atas splitter. Dalam stripper asetilen, asetilena murni terisolasi dari bagian
atas kolom. Setelah pendinginan dan heat recovery, asetilena bebas
pelarut didaur ulang ke absorber dan etilen stripper. Produk asetilena
memiliki kemurnian> 99,8% dan kandungan DMF kurang dari 50 ppm
dan tersedia pada tekanan 10 kPa dan suhu ambien. Evaluasi ekonomi
menunjukkan bahwa asetilena petrokimia tetap menarik bahkan
meskipun harga etilena dua kali lipat. Hal ini ekonomis untuk retrofit
penyerapan asetilena di pabrik olefin yang ada dilengkapi dengan
hidrogenasi katalitik.
Banyak tes laboratorium konversi batubara menjadi asetilen menggunakan 4
proses arc atau plasma telah dilakukan sejak awal 1960-an. Secara ringkas proses
yang didapat yaitu: Produksi
1. Acetylene yang dihasilkan mencapai 30%. asetilen dari
2. Karena pemanasan batubara yang cepat di jet plasma, total yield gas yang batu bara
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan yang ditunjukkan oleh pengukuran
volatil batubara dalam kondisi standar.
Hidrogen (bukan argon) gas plasma dapat meningkatkan hasil asetilena.
Baru-baru ini, Corp AVCO di Amerika Serikat dan Chemische Werke Hüls di
Jerman membangun pabrik percontohan di pinggir sungai untuk pengembangan
teknis dari proses. AVCO arc furnace terdiri dari air-cooled tungsten-tip katoda
dan air-cooled anoda. katoda. Batubara kering dan halus disuntikkan melalui
aliran gas hidrogen di sekitar katoda. Gas tambahan tanpa batubara
dimasukkan sekitar katoda dan anoda sebagai selubung. Saat melewati zona
pembakaran, partikel batubara dipanaskan dengan cepat. Volatil dilepaskan
dan terpecah-pecah menjadi asetilena dan produk berbagai sampingan,
meninggalkan residu coke halus yang tertutup jelaga. Setelah waktu tinggal
beberapa milidetik, campuran gas-coke dipadamkan dengan cepat dengan air
atau gas. Tekanan sistem dapat bervariasi antara 0,2 dan 1,0 bar (20 dan 100
kPa).
Pilot plant Hüls menggunakan tungku plasma yang sama untuk perengkahan 4
minyak mentah, tetapi dengan 500 kW. Batubara kering disuntikkan ke dalam
jet plasma, dan batubara yang terengkah menjadi asetilen dan produk Produksi
sampingan dalam reaktor. Limbah reaktor dapat di-prequenched dengan asetilen dari
hidrokarbon untuk produksi ethylene atau langsung dipadamkan dengan air batu bara
atau minyak. Char dan komponen didih lebih tinggi masing-masing dipisahkan
oleh cyclones dan scrubber. Masalah utama dalam desain reaktor adalah
pencapaian menyeluruh dan cepat pencampuran batubara dengan jet plasma
dan menghindari pembentukan deposit karbon di dinding reactor. sejumlah kecil
deposit dapat diatasi dengan pencucian dengan air secara periodic.
Percobaan yang dilakukan oleh Hüls dan AVCO menunjukkan bahwa waktu
tinggal optimal, energy density jet plasma, daya spesifik, dan tekanan sangat
mempengaruhi hasil asetilen. Parameter lain yang mempengaruhi hasil adalah
jumlah volatil di batubara dan ukuran partikel.
Keuntungan dari proses ini adalah, dengan cara pirolisis batu bara,
produksi asetilen jauh lebih mudah sehingga membutuhkan biaiya investasi
yang lebih rendah dibandingkan untuk produksi utama etilen. Yield gas yang
dihasilkan berkisar 33% sampai 50%. Artinya, 50% dari batubara tetap sebagai
char. Namun, char yang terbentuk bisa pula bernilai ekonomis. Char yang
dihasilkan bisa diaplikasikan ke industri karet, untuk gasifikasi, atau sebagai
bahan bakar.
Dari uraian proses di atas serta bahan baku yang akan membentuk gas
asetilen, proses pembuatan yang sering digunakan adalah proses
dengan kalsium karbida. Hal ini dikarenakan proses karbida sangat
sederhana, ekonomis, dan dapat terjangkau oleh investor-investor
menengah ke atas. Pemilihan proses didasarkan atas beberapa
pertimbangan-pertimbangan lain, antaranya adalah:
1. Konversi dan yield yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan
proses lainnya
2. Produk samping yang dihasilkan bernilai ekonomis
3. Proses karbida merupakan proses yang banyak digunakan pada
berbagai industri asetilen lainnya, sehingga memudahkan dalam
sharing problem/hal konsultan dan merupakan sparing partner
dalam kompetisi merebut pasar
4. Dari analisa ekonomi proses dengan menggunakan karbida lebih
menguntungkan, karena bahan baku yang digunakan lebih
ekonomis dibandingkan bahan baku pada proses lainnya.
5. Dari segi produk, proses menggunakan karbida memberikan
keuntungan yang lebih baik.
URAIAN PROSES
Dasar Reaksi
Asetilen secara komersial dibuat dengan fasa padat-cair:
CaC2 (s) + 2H2O(l)  C2H2(g) + Ca(OH)
Karbid diuapkan dan direaksikan pada tekanan atmosfer dan temperature 30 -
90 ◦C, pada suhu tersebut kondisi reaktan adalah fasa gas, maka digunakan
reaktor cyclone.

Kondisi Operasi
Asetilen secara komersial dibuat dengan dehidrogenasi fasa padat. Karbida
diuapkan dan direaksikan pada tekanan 1 atm dan temperature 30-90 ◦C.
Pada suhu tersebut kondisi reaktan adalah fasa gas, maka digunakan reaktor
cyclone dan untuk perhitungannya digunakan metode Shringking Core Model.

Alir Proses
Secara garis besar ada tiga tahap utama dalam pembuatan asetilen ini, yaitu:
1. Persiapan Bahan Baku
2. Reaksi Dehidrogenasi Karbid
3. Pemurnian Produk
URAIAN PROSES
1. Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku agar
sesuai dengan persyaratan kondisi operasi di dalam reaktor. Hal-hal yang diatur
dalam tahapan menyangkut kondisi penyimpanan bahan baku dan proses fisis
yang diperlukan untuk mengubah kondisi bahan baku agar sesuai dengan
kondisi umpan yang masuk ke dalam reaktor. Bahan baku karbida disimpan
dalam fasa padat di dalam silo atau tangkin penyimpanan. Kondisi
penyimpanan karbid ini adalah pada tekanan atmosfer dan pada temperatur
kamar.
Karbida dialirkan dengan belt conveyor, bucket elevator, screw conveyor dari silo
yang kemudian dialirkan ke reaktor, sedangkan air dialirkan melalui pompa.
Reaksi dehidrogenasi dioperasikan pada tekanan 1 atm dan temperatur 90◦C.
Pompa air beroperasi pada tekanan 2,7 atm.

2. Reaksi Dehidrogenasi Karbida


Reaksi dehidrigenasi karbida menjadi asetilen berlangsung dalam fasa padat.
Kondisi reaksi di dalam reaktor adalah dengan tekanan 1 atm dan temperatur
90◦C, reaksi yang terjadi adalah:
CaC2 (s) + 2H2O(l)  C2H2(g) + Ca(OH)
Konversi reaksi adalah 90%
URAIAN PROSES
3. Pemurnian Produk
Kalsium karbida dari silo ditransportasikian dengan belt conveyor ke bucket
elevator dan screw conveyor. Selanjtnya kalsium karbida dialirkan dari screw conveyor
menuju bagian inlet reaktor. Pada bagian inlet reaktor terdapat lubang-lubang kecil
yang bertujuan untuk memudahkan jatuhnya kalsium karbida.
Air dari unit utilitas dipompakan masuk ke dalam reaktor, kemudian disemprotkan
melalui sistem spray yang terletak pada dinding reakstor, sehingga terjadi reaksi antara
air dan dengan kalsium karbida. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis, yaitu
reaksi yang menghasilkan panas. Reaktor beroperasi pada tekanan 1 atm dan
temperatur 30-90◦C. Hasil reaksi yang terbentuk adalah gas asetilen (C2H2) basah dan
kalsium karbida (Ca(OH)2) basah. Reaksi yang terjadi pada reaktor adalah sebagai
berikut:
CaC2 (s) + 2H2O(l)  C2H2(g) + Ca(OH)
Gas asetilen yang terbentuk pada reaktor merupakan gas asetilen basah yaitu
banyak mengandung uap air, keluar melalui bagian atas dengan temperatur 90◦C dan
masuk ke kondensor. Produk samping Ca(OH)2 slurry/basah keluar dari bagian bawah
reaktor an masuk ke dalam belt conveyor yang dilengkapi dengan pengering yaitu
udara. Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air di dalam
Ca(OH)2. Ca(OH)2 kering kemudian dialirkan menuju silo sebagai tempat penampungan
dengan menggunakan bucket elevator dan Ca(OH)2 siap dipasarkan kepada konsumen.
URAIAN PROSES
Gas asetilen yang berasal dari bagian atas reaktor masuk ke dalam kondensor.
Padaa kondensor terjadi pengembunan gas H2O dengan media pengembunan
adalah air pendingin. Air pendingin yang digunakan untuk pengembunan ini
berasal dari unit utilitas. Kondisi operasi pada kondensor adalah dengan
temperatur 30◦C dan tekanan 1 atm. Hasil atas dari kondensor adalah asetilen
basah masuk ke separator untuk memisahkan antara asetilen dengan H2O.
Sedangkan hasil bawah adalah air pendingin yang akan dikembalikan kembali
ke dalam unit utilitas.
Produk atas yang keluar dari separator adalah gas asetilen dengan
kemurnian hingga 88% karena masih mengandung H2O. Selanjutnya produk
dialirkan menuju adsorber untuk menaikkan kemurnian gas asetilen menjadi
99% dengan cara penyerapan gas H2O menggunakan adsorbent yaitu silica gel.
Kondisi operasi adsorber adalah dengan tekanan 1 atm dan temperatur 30◦C,
sedangkan hasil bawah berupa embun gas H2O berupa kondensat yang
dialirkan ke unit utilitas. Gas asetilen 99% (gas asetilen yang kering) diumpankan
ke compressor untuk ditekan dari kondisi 1 atm menjadi 15 atm, kemudian
dialirkan menuju tangki. Kondisi operasi tangki adalah dengan tekanan 15 atm
dan temperatur 40◦C.
URAIAN PROSES
KEGUNAAN ASETILEN
Adapun fungsi utama penggunaan gas asetilen sebagai berikut:
o Gas Asetilen apabila dibakar dengan oksigen akan menghasilkan
temperatur yang tinggi yang dipergunakan untuk mengelas
(memotong atau menyambung logam)
o Gas asetilen pada pembakaran dengan udara dapat
menghasilkan nyala yang terang, maka dapat digunakan
sebagai penerangan
o Gas asetilen dapat pula digunakan sebagai bahan baku
pembutan karet sintetis (Neopren) dengan melalui pembuatan
venil asetilen
o Gas asetilen dapat digunakan untuk pembuatan asam asetat
melalui pembuatan etanal yang kemudian dioksidasi
menghasilkan asam asetat
o Gas asetilen bila direaksikan dengan ClAsCl2 akan menghasilkan
gas beracun (kloro vinil dikloro arsin) yang dibuat oleh Amerika
Serikat pada perang dunia I.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai