Anda di halaman 1dari 37

Kelompok 11

Alwi S. Hasan
Muhammad Taufiq Nur
REDUKSI

1.1 Pendahuluan
Proses reduksi yang diuraikan di dalam bab ini dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu pelepasan oksigen, adisi hidrogen, dan penambahan elektron. Adisi hidrogen
masih dapat dibagi lagi ke dalam sub-bagian (i) hidrogenasi, yakni adisi hidrogen
ke dalam sistem tak-jenuh. Sebagai contoh,

Sub-bagian (ii) adalah hidrogenalisis, yakni adisi hidrogen dengan pemutusan


ikatan secara bersamaan; sebagai contoh,

Secara mekanistik, ada tiga cara reduksi terjadi:

Dengan cara penambahan elektron diikuti dengan pengambilan hidrogen, seperti


di dalam reduksi alkuna dengan natrium di dalam amoniak cair;

atau dengan cara kopling, seperti di dalam reduksi keton menjadi pinacol.

Dengan cara transfer ion hidrida, seperti di dalam reduksi gugus karbonil
dengan litium hidrida.

1
Transfer seperti ini dapat pula terjadi secara intramolekul, seperti
reduksi Meerwein-Pondorf-Verley.

Dengan cara adisi hidrogen molekul terkatalis, seperti di dalam reduksi


pada molekul alkena.

1.2 Hidrokarbon

(a) Alkana

Alkana hanya dapat direduksi dengan cara memutuskan ikatan karbon-


karbon. Agen pereduksi yang kuat belum cukup untuk melakukan reduksi ini. Akan
tetapi, ada satu lingkungan di mana reduksi terkatalis dapat mempengaruhinya,
misalnya dengan senyawa siklik yang tegang, karena terjadi reduksi ini akan
menghilangkan tegangannya. Sebagai contoh,

Alkena

Hidrogenasi katalitik. Hampir semua olefin dapat dijenuhkan


melaluipengolahan dengan hidrogen dan katalis logam. Katalis yang paling aktif
adalah yang khusus dibuat dari platina dan paladium.

Katalis Adams’. Asam kloroplatinat dipadukan dengan natrium


nitratmenghasilkan platina coklat (PtO2) yang dapat disimpang. Ketika
diperlukan, pereaksi tersebut diolah dengan hidrogen menghasilkan
suspensi logam berwarna hitang yang sangat halus. Pereaksi ini biasanya
dipilih di dalam laboratorium; reaksi dijalankan di dalam pelarut seperti
asam asetat, etil asetat, dan metanol. Biasanya diperlukan sekitar 0,2
gram platinium oksida per 10 gram reaktan yang digunakan.

Paladium. Suatu bentuk aktif paladium dapat diperoleh dari paladium

kloridadengan cara yang sama dengan yang digunakan di dalam katalis

Adams’,

2
tapi cara yang paling umum adalah paladium klorida direduksi di dalam
adanya suspensi karbon atau padatan pendukung lain di mana logam
disimpan sebagai butiran yang sangat halus.
Suatu katalis yang paling reaktif diperoleh dengan cara mereduksi
paladium oksida dengan natrium borohidrida secara in situ di dalam
adanya karbon. Molekul hidrogen yang diperlukan untuk hidrogenasi
dihasilkan melalui penambahan asam ke dalam borohidrida berlebih.
Kebanyakan ikatan C=C direduksi pada permukaan katalis ini pada
suhu yang lebih rendah daripada 100°C dan tekanan atmosfir atau dengan
sedikit penaikan tekanan. Sebagai contoh, perlakuan asam maleat di atas
permukaan platina pada suhu 20°C dan tekanan 1 atmosfir selama 30
menit menghasilkan asam suksinat dengan rendamen 98%.

Nikel Raney. Katalis ini sedikit kurang aktif daripada platina atau
paladium,dibuat dengan cara mengolah campuran logam nikel-aluminium
dengan natrium hidroksida, disusul dengan pencucian untuk membuang
natrium alumina sehingga meninggalkan suspensi jenuh berwarna hitam.
Kebanyakan alkena dihidrogenasi di atas nikel Raney pada suhu di sekitar
100°C dan tekanan di atas 3 atmosfir.
Tembaga kromit. Tembaga kromit dibuat dari tembaga nitrat dan
natriumkromat dan bersesuain dengan CuO.CuCr 2O4. Katalis ini jauh lebih
murah daripada paladium atau platina.
Hidrogenasi transfer. Hidrogen disuplai oleh suatu donor
sepertisikloheksena atau hidrazin.

Keuntungan metode ini adalah:


Selektivitas. Hidrogenasi katalitik dapat digunakan untuk
reduksiselektif C=C di dalam adanya cincin aromatik dan gugus akrbonil,
baik itu terkonjugasi maupun tidak terkonjugasi. Sebagai contoh,

3
Stereokimia. Reduksi adalah stereoselektif yang tinggi,
menghasilkan cis-alkena yang dominan. Sebagai contoh,

Hidrogenasi katalitik homogen. Penggunaan kompleks rodium atau


ruteriumsebagai katalis membuat hidrogenasi dapat dilakukan di dalam
larutan homogen. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,
hanya alkena dan alkuna yang tereduksi; gugus umum yang ada seperti
C=O, C≡N, dan NO2 tidak terpengaruh.

Kedua, alkena yang mono- dan disubstitusi jauh lebih cepat direduksi
daripada alkena tri- atau tetrasubstitusi. Hal ini memberikan derajat
selektivitas lebih lanjut sebagaimana diilustrasikan di dalam reduksi
karvon menjadi dihidrokarvon yang menyisahkan ikatan rangkap
trisubstitusi dengan rendamen di atas 90%.

Ketiga, hidrogenolisis tidak terjadi. Sebagai contoh, benzil sinnamat


menghasilkan turunan dihidro.

4
Metode diimida. Diimida adalah suatu senyawa yang tidak stabil,
biasanyadibuat melalui reaksi oksidasi terkatalis tembaga(II) terhadap hidrazin
dengan udara atau hidrogen peroksida. Di dalam tidak adanya spesies yang dapat
memerangkapnya maka senyawa tersebut akan terdekomposisi menjadi nitrogen
dan hidrogen; tetapi ketika senyawa tersebut dihasilkan di dalam adanya alkena
atau sedikit asam asetat maka terjadi reduksi sterospesifik-syn. Driving force
reaksi ini adalah kestabilan yang tinggi molekul nitrogen dibanding dengan sistem
─N=N─. Peranan asam asetat adalah untuk mengkatalis pembentukan isomer-cis
diimida dari isomer-trans yang lebih stabil, isomer-cis kemudian bereaksi dengan
alkena melalui keadaan transisi siklik.

Alkuna dan senyawa azo juga direduksi, tetapi gugus yang mengandung
karbonil, gugus nitro, sulfoksida, dan ikatan S─S tidak terpengaruh.

Hidroborasi. Organoboran yang terbentuk melalui reaksi alkena


dengandiboran atau agen boronasi lainnya tersolvolisis oleh asam organik menjadi
alkana.

Diperkirakan reaksi ini terjadi seperti berikut:

Aldehida, keton, asam, ester, nitril, dan epoksida juga dapat direduksi.

5
Alkena terkonjugasi

Transfer elektron. Untuk dapat tereduksi dengan metode katalitik,


dienakonjugasi dan poliena, dan senyawa yang mengandung ikatan C=C
terkonjugasi dengan gugus yang mengandung karbonil dapat direduksi dengan
agen transfer-elektron. Alasannya adalah pengambilan elektron oleh sistem ini
menghasilkan spesies-antara terdelokalisasi, sedangkan adisi elektron ke alkena
tidak demikian.

Reduksi diena terkonjugasi terjadi melalui adisi-1,4. Sebagai contoh,

Sebuah ikatan C=C terkonjugasi dengan cincin aromatik juga direduksi, produk
adisi-1,2 terbentuk karena pembentukan produk adisi-1,4 akan disertai dengan
dengan hilangnya energi kestabilan aromatik. Sebagai contoh, stilbena direduksi
menjadi bibenzil,

Reduksi senyawa karbonil α,β-tak-jenuh menghasilkan ion enolat sebagai


spesies-antara. Meskipun protonasi lebih cepat terjadi pada oksigen daripada
karbon, tapi enol dengan cepat bertautomeri menjadi senyawa karbonil yang lebih
stabil. Sebagai contoh,

6
Transfer hidrida. Senyawa di mana C=C terkonjugasi dengan
substituenjenis –M adalah rentan terhadap serangan nukleofil.

Reduksi jenis ini diharapkan cocok dengan senyawa karbonil α,β-tak-jenuh. Jika
gugus –M adalah ─CHO, reduksi seperti di atas tidak terjadi; justru yang terjadi
adalah reduksi karbonil.

Ketika konjugasi adalah suatu gugus keto (yang kurang reaktif daripada ─CHO
terhadap nukleofil), campuran dari produk reduksi karbonil dan reduksi secara
penuh terbentuk. Sebagai contoh,

Litium aluminium hidrida mempunyai tendensi yang relatif lebih kuat untuk bereaksi
pada gugus karbonil. Di dalam reaksi di atas, litium aluminium hidrida memberikan
94% 2-sikloheksenol dan hanya 2% sikloheksanol. Akan tetapi, jika substituen –M
sendiri tidak bisa tereduksi oleh hidrida maka selektivitas reduksi ikatan C=C dapat
dipengaruhi. Sebagai contoh,

7
Alkuna

Reduksi katalitik. Ikatan C≡C dapat direduksi secara penuh


padapermukaan katalis yang digunakan untuk reduksi alkena, tetapi hal ini jarang
diperlukan di dalam sintesis.
Hidroborasi. Hidroborasi alkuna dijalankan dengan cara yang
samadengan hidroborasi alkena.

Transfer elektron. Elektron lebih mudah ditransfer ke alkuna daripada kealkena.


Pereaksi yang paling baik adalah sistem logam-amina dan logam-amoniak.
Diperkirakan reaksi terjadi melalui pertukaran transfer elektron dengan proton.

Pembentukan produk-trans diperkirakan dikontrol oleh terjadinya kesetimbangan yang


cepat antara radikal cis- dan trans-vinil di mana radikal trans lebih dominan. Hal ini
berarti bahwa anion trans lebih cepat terbentuk. Metode ini melengkapi metode
katalitik. Sebagai contoh, trans-sikloheksanon dapat diperoleh dari siklononuna.

8
Transfer hidrida. Diisobutil aluminium hidrida mereduksi alkuna
menjadialkena, tetapi litium aluminium hidrida hanya efektif ketika alkuna memilki
gugus hidroksil pada pada posisi-α. Gugus hidroksil memfasilitasi reaksi melalui
pembentukan kompleks dengan aluminium, dan produknya adalah alkena-trans.

Cincin Aromatik

Hidrogenasi katalitik. Cincin aromatik dapat dihidrogenasi padapermukaan


katalis yang cocok untuk alkena tetapi memerlukan kondisi yang lebih keras. Berbagai
kondisi berdasarkan besarnya energi kestabilan yang hilang di dalam
proses ini. Sebagai contoh, naftalena direduksi menggunakan katalis Adams’ pada
suhu 100-150°C dan tekanan 100-150 atmosfir selama 10 jam, dibandingkan dengan
reduksi alkena sederhana dilakukan pada 20°C dan tekanan atmosfir selama 1 jam.
Reduksi pada kondisi lembut menghasilkan produk utama cis, tetatpi jika produk
trans lebih stabil maka dibutuhkan kondisi keras untuk membuat dominan. Sebagai
contoh, reduksi naftalena di dalam larutan pada permukaan platina menghasilkan
produk utama cis-dekalin sedangkan pada permukaan tembaga kromit di dalam fasa
gas menghasilkan trans-dekalin sebagai produk yang dominan.
Senyawa aromatik yang berada di dalam kesetimbangan dengan
perbandingan signifikan dapat direduksi di dalam kondisi yang cocok untuk alkena.
Sebagai contoh, m-dihidroksibenzena direduksi melalui tautomeri diketo-nya pada
suhu 50°C dantekanan 80 atmosfir pada permukaan nikel Raney.

Transfer elektron. Pereaksi transfer-elektron dapat sangat selektif. Reaksiterjadi

melalui transfer elektron dan proton secara berurutan. Sebagai contoh,

9
H H

e (H+)

H H H H

e (H+)

H
H
Natrium di dalam amoniak cair umumnya digunakan sebagai agen pereduksi.
Amoniak dapat bertindak sebagai sumber proton, akat tetapi adanya substituen
pendorong elektron seperti OMe, atau NMe 3, dan karena amoniak adalah sumber
proton yang lemah, maka kesetimbangan pertama terletak jauh ke kiri sehingga
reaksi berjalan lambat. Untuk itu, biasanya melibatkan alkohol untuk secepatnya
memerangkap radikal anion.
Struktur produk ditentukan oleh lokasi protonasi pertama, selanjutnya anion
yang terbentuk bereaksi dengan karbon sistem delokalisasi untuk
menyempurnakan adisi-1,4. Substituen pendorong elektron mengarahkan
protonasi pertama terjadi pada posisi orto. Sebagai contoh,

Hidrolisis terkatalis asam (pH 2-4) terhadap produk tersebut (enol eter)
menghasilkan senyawa keton tak jenuh yang mana pada kondisi yang lebih asam
lagi (pH 1) bertautomeri dengan isomer konjugasinya.

10
Hal yang berbeda, substituen ─CO 2- mengarahkan protonasi ke posisi para.
Sebagai contoh,

Reduksi 1-naftol dan eter etil 2-naftol memberikan pertentangan yang


menarik. Reduksi senyawa 1-naftol dengan litium di dalam amoniak cair yang
mengandung alkohol memberikan 98% produk reduksi yang terjadi pada cincin tak
tersubstitusi; sedangkan senyawa eter etil 2-naftol tereduksi pada cincin yang
tersubstitusi menghasilkan 2-tetralon dengan rendamen 45% setelah dihidrolisis.

1.3 Hidrogenolisis

(a) Sistem benzilik


Jika gugus benzilik mengikat OH, OR, OCOR, NR 2, atau halogen maka
sangat rentan terhadap agen pereduksi nukleofilik, reduksi katalitik, dan pereaksi
transfer-elektron.

11
Reduksi katalik digunakan secara luas, seperti di dalam contoh-contoh berikut.

Reduksi transfer-elektron dimungkinkan difasilitasi oleh kemampuan


cincin benzoid untuk mendelokalisasikan muatan pada anion.

2e
CH2 CH2 dst
-
X -X

+
H

Me

Berikut ini adalah beberapa contoh reaksi tersebut di atas.


H HN
Ph O N Na - NH PhMe + CO +
CO H CO H
O -alanin
95%
NH NH

Na - NH
Ph S CO H PhMe + HS CO H
sistein
78%
Me Me
Me Na - Hg Me Me

NMe I + NMe

12
Sistem difenilmetil lebih mudah dihidrogenolisis daripada sistem benzil.
Sebagai contoh, asam benzilik direduksi menjadi asam difenilasetat dengan
rendamen 95% melalui pengolahan fosfor merah dan iodin di dalam asam asetat
refluks.

Sistem trifenilmetil (tritil) masih lebih mudah direduksi.

Sistem trifenilmetil siap membentuk kation tritil dan kation ini sangat rentan
terhadap reduksi dengan agen transfer-hidrida. Sebagai contoh,

(b) Sistem alilik

Sistem alilik di dalam kebanyakan reaksi berkelakuan yang analog dengan


sistem benzilik. Akan tetapi, meskipun sistem benzilik lebih normal tereduksi melalui
hidrogenolisis daripada hidrogenasi cincin aromatik, tapi sistem alilik berkelakuan
sebaliknya sehingga reduksi katalitik umumnya tidak cocok untuk hidrogenolisis sistem
alilik. Untungnya litium aluminium hidrida dan natrium di dalam amina adalah pereaksi
yang cocok karena tidak akan bereaksi dengan ikatan C=C terisolasi,

dan ester alil pecah oleh natrium di dalam etilamina,

13
(c) Sistem alkil

Sistem alkil umumnya kurang mudah dihidrogenolisis daripada sistem


benzil yang terkait dengannya.
Alkohol tidak dapat dihidrogenolisis langsung tetapi dapat dikonversimenjadi
toluena-sulfonat yang dapat direduksi dengan natrium sianoborohidrida atau
dengan litium aluminium hidrida.

Halida jauh lebih reaktif daripada alkohol di dalam reaksi substitusi S N2 danoleh
karenanya lebih rentan terhadap transfer hidrida dari litium aluminium hidrida atau
hidrida yang lebih baik lagi, yakni natrium sianoborohidrida. Sebagai contoh,

Agen transfer-elektron bereaksi dengan 1,2-dihalida. Kedua atom halogen


dilepaskan dan ikatan satu ikatan C=C terbentuk. Normalnya menggunakan seng
sebagai agen pereduksi.

Sebagai contoh, alena dapat diperoleh dengan rendamen 80% melalui pengolahan
2,3-dikloropropilena dengan seng di dalam etanol berair.

Cl

H2C Zn
+ ZnBr2
-ZnCl2
Cl

14
Asetal dan ketal dihidrogenolisis menjadi eter dengan rendamen
yangtinggi oleh litium aluminium hidrida di dalam adanya aluminium triklorida.

Amina primer dapat direduksi dengan cara mengolah turunan toluena-


p-sulfonamida dengan asam hidroksilamina-O-sulfonat di dalam alkohol alkali.

(d) Sistem aromatik

Aril halida dapat direduksi melalui pembentukan pereaksi Grignard atau senyawa
litium diikuti dengan pengolahan dengan air; atau dengan hidrazin pada permukaan
katalis paladium. Sebagai contoh, 2-bromonaftalena direduksi menjadi naftalena di
dalam etanol mendidih selama 5 menit dengan rendamen sebesar 95%.

Reduksi dengan ion kromium(II) juga efesien. Sebagai contoh, 1-


bromonaftalena dengan kromium(II) yang dikomplekskan dengan etilendiamina di
dalam dimetilformamida berair menghasilkan naftalena dengan rendamen sebesar
93-98%.
Atom halogen pada posisi 2- dan 4-piridin dan turunannya dapat efisien
dilepaskan menggunakan agen pereduksi hidrogen terkatalis dan agen pereduksi
transfer-elektron. Oleh karena gugus hidroksil pada posisi tersebut dapat
dikenversi menjadi substituen klor dengan fosfor oksiklorida maka cara ini
menyediakan metode untuk reduksi fenol.

15
Fenol dapat didehidrogenolisi lewat ester fosfatnya dengan cara mereduksi
dengan natrium di dalam amoniak cair, tapi rendamen yang diperoleh biasanya
tidak lebih dari 50%.

Amina aromatik tidak dapat dihidrogenolisis langsung, senyawa ini


terdeaminasi oleh reduksi terhadap ion diazonium-nya.

1.4 Aldehida dan Keton

Aldehida dan keton dapat direduksi menjadi hidrokarbon, alkohol, dan 1,2-diol.

(a) Reduksi menjadi hidrokarbon

Ada lima metode yang tersedia. Pemilihan metode berdasarkan sensitivitas


gugus pusat pusat di dalam senyawa yang akan direduksi.
Metode Clemmensen. Agen pereduksinya adalah seng amalgam dan
asamhidroklorida.

16
Metode ini sangat berguna untuk keton yang mengandung gugus penolik atau
karbosiklik. Sebagai contoh, reduksi asam 3-benzoilpropionat di dalam toluena
menghasilkan asam 4-fenilbutirat dengan rendamen 85%.

Metode Wolff – Kishner. Hidrazon dari aldehida dan keton direduksi di


dalamkondisi basa dan keras dengan melepaskan nitrogen.

Metode Mozingo. Senyawa karbonil dikonversi dengan etanaditiol di


dalamadanya asam Lewis menjadi asetal-ditio atau ketal, dan kemudian
dihidogenolisis pada permukaan nikel Raney.

Sebagai alternatif, senyawa ditiosiklik direduksi menggunakan transfer-


hidrogen dari hidrazin pada suhu 100-200°C.
Metode tosilhidrazon. Reaksi senyawa karbonil dengan toluena-p-
sulfonilhidrazin menghasilkan tosilhidrazon yang efisies direduksi dengan
natrium borohidrida atau sianoborohidrida.

17
Kemungkinan reaksi terjadi melalui mekanisme seperti berikut:

Litium aluminium hidrida. Keton aromatik direduksi dengan litium


aluminiumhidrida di dalam adanya aluminium triklorida. Reaksi terjadi melalui
reduksi menjadi alkohol diikuti dengan hidrogenolisis sistem benzilik yang
dibantu dengan asam Lewis.

Ar Ar Ar
LiAlH4 AlCl3

O H O H3Al H CH O
R R R
AlCl2
H Ar
+ O AlCl2
H
R

(b) Reduksi menjadi Alkohol

Senyawa karbonil direduksi menjadi alkohol dengan berbagai pereaksi. Dari


tiga kelompok proses reduksi yang umum, hidrogenasi katalitik normalnya tidak
digunakan karena lambat, tetapi transfer-hidrida dan transfer-elektron keduanya
digunakan.
Transfer hidrida. Hidrida logam alkali (NaH) tidak cocok sebagai
agenpereduksi karena tidak larut di dalam pelarut organik, dan yang paling utama
lagi adalah karena kekuatan efeknya sebagai katalis reaksi yang dikatalis basa.
Akan tetapi, litium aluminium hidrida (LiAlH 4) dan natrium borohidrida (NaBH4)
telah berhasil digunakan.
Litium aluminium hidrida dibuat dengan cara mengolah litium hidrida
denganaluminium triklorida.

Pereaksi ini larut di dalam eter seperti dietil eter dan terahidrofuran dalam
mana normalnya digunakan. Pelarut tersebut harus benar-benar kering
karena hidrida dihancurkan oleh air,

18
Harus juga ditangani sebagai padatan dengan sangat hati-hati karena dapat
menyala secara spontan selagi digerus di dalam lumpang , dan dapat
meledak dengan keras pada pemanasan yang kuat. Semua senyawa yang
mengandung hidroksil, amino, dan tiol melepaskan hidrogen secara
kuantitatif dari reaksi ini. Sebagai contoh,

Setiap atom hidrogen di dalam aluminium hidrida bersedia ditransfer ke


gugus karbonil. Sebagai contoh,

R R 3 RR'C O
H Al H O H OAlH3 (RR'CHO) Al
3 4
R R
-
4 H2 O + OH
4 RR'CH
OH + Al(OH)3

Sodium borohidrida jauh kurang reaktif. Pereaksi ini dapat digunakan di


dalampelarut alkoholik dan bahkan air, untuk dekomposisi pereaksi ini maka
cukup hanya membuat larutannya menjadi alkalin.

Kemoselektivitas. Dua pereaksi di atas berbeda kekuatan reduksinya.


Litiumaluminium hidrida tidak hanya mereduksi gugus aldehida dan keton, tetapi
juga gugus-gugus asam, klorida asam, ester, nitril, imina, dan nitro; sedangkan
natrium borohidrida hanya mereduksi aldehida, keton, klorida asam, dan imina.

Sistem transfer-hidrida yang lain

Reaksi cannizarro. Aldehida yang tidak mempunyai gugus α-CH tidak


dapatmengalami reaksi terkatalis-basa. Sebagai gantinya pereaksi ini bereaksi
dengan basa melalui disproporsinasi yang melibatkan transfer ion hidrida. Sebagai
contoh,

Ph Ph O
-
O OH Ph H O
O H PhC OH + PhCH2 O
H OH
O
OH
PhC O + PhCH2

19
Reaksi Meerwien-Ponndorf-Verley. Reaksi ini adalah kebalikan dari
oksidasiOppernauer. Kesetimbangan ditetapkan antara gugus karbonil untuk
direduksi dan isopropanol pada satu sisi, dan alkohol dan aseton yang diperlukan
pada sisi lain di dalam adanya aluminium isopropoksida. Oleh karena aseton yang
mempunyai titik didih paling rendah di dalam campuran, maka senyawa produk
tersebut dapat didistilasi secara kontinyu sehingga kesetimbangan bergeser ke
kanan.

Pereaksi transfer-elektron. Pereaksi-pereaksi dari golongan ini


kurangselektif daripada pereaksi natrium borohidrida dan Meerwien-Ponndorf-
Verley. Pereaksi ini mereduksi juga ikatan C=C di dalam senyawa karbonil α,β-tak-
jenuh. Meskipun demikian, di dalam kasus yang sederhana reaksinya cepat dan
efisien. Sebagai contoh, 2-heptanon direduksi dengan sodium di dalam etanol
menjadi 2-heptanol dengan rendamen di atas 60%,

dan heptanal direduksi dengan besi di dalam asam asetat berair menjadi 1-
heptanol dengan rendamen 80%.
Jika keton mengandung substituen pada posisi-α yang merupakan gugus
pergi yang baik, spesies-antaranya yakni radikal-anion akan mengalami eliminasi.
Sebagai contoh,

20
Di dalam reduksi ini, seringkali juga menggunakan seng sebagai agen pereduksi.

1.5 Epoksida

(a) Litium aluminium hidrida


Epoksida direduksi menjadi alkohol dengan litium aluminium hidrida. Oleh
karena epoksida dengan mudah diperoleh dari alkena maka reaksi keseluruhan
melayani untuk hidrasi alkena. Prosedur ini melengkapi metode hidroborasi karena
hidrida ini menyerang secara selektif ke karbon epoksida yang kurang teralkilasi,
sehingga menghasilkan alkohol lebih teralkilasi.

Reaksi ini memiliki karakteristik stereokimia proses SN2. Sebagai contoh,

21
Cincin tegang di dalam eter beranggota-empat juga dibuka oleh litium aluminium
hidrida. Sebagai contoh,

Akan tetapi, eter beranggota lima memerlukan kondisi yang lebih keras yang
diperoleh dengan menggunakan aluminium triklorida.

(b) Hidroborasi

Epoksida direduksi oleh diboran menghasilkan alkohol yang kurang


tersubstitusi sebagai produk utama.

8.6 Asam dan Turunannya

Sebelum datangnya metode hidrida logam kompleks (1947), metode yang


digunakan untuk mereduksi asam dan turunannya relatif tidak selektif. Sebagai
contoh, ester dapat direduksi menjadi alkohol di atas tembaga kromit di dalam
kondisi yang keras. Sebagai contoh,

22
Akan tetapi, gugus-gugus lain yang dapat tereduksi di dalam molekul seperti
C=C dan C≡C juga ikut tereduksi.
Ada banyak metode yang tersedia, beberapa di antaranya unik dan yang lain
cukup selektif.

(a) Reduksi menjadi alkohol dan amina

Litium aluminium hidrida mereduksi asam dan semua turunannya menjadi


alkohol atau amina. Mekanisme umumnya adalah sebagai berikut:

Diboran mereduksi asam karboksilat menjadi alkohol, serta nitril dan amida
menjadi amina melalui pembentukan kompleks.

23
Metode ini mempunyai keuntungan dibanding dengan litium aluminium hidrida,
yakni gugus ester dan nitro tidak direduksi. Sebagai contoh, asam p-nitrobenzoat
menghasilkan nitrobenzil alkohol dengan rendamen reaksi sebesar 80%.
Ester dapat direduksi dengan metode asilon dan dengan metode
Bouveault-Blanc (natrium di dalam etanol refluks). Sebagai contoh,

Klorida asam dapat direduksi dengan natrium borohidrida di dalam larutan diglim.
Gugus aldehida dan keton tereduksi, tetapi asam, ester, amida, C=C, dan C≡C di
dalam molekul tidak tereduksi. Natrium trimetoksiborohidrida (NaBH(OCH 3)3) juga
mereduksi gugus ─COCl menjadi ─CH2OH tanpa mempengaruhi gugus ester.
Nitril dapat direduksi secara katalitik. Tanpa penambahan amoniak, amina
sekunder yang terbentuk cukup banyak jumlahnya karena amina primer dapat
mengadisi ke dalam amino spesies-antara.

24
Berbelit-berlitnya proses ini adalah penambahan amoniak berlebih yang
diasumsikan berperan sebagai nukleofil di tempat amina primer dan kemudian
meningkatkan rendamen. Sebagai contoh, di atas Raney nikel, benzil sianida di
dalam amoniak di bawah tekanan menghasilkan feniletilamina dengan rendamen
85%; dan 1,8-oktandinitril di dalam etanol beramoniak menghasilkan
dekametilendiamina dengan rendamen 79-80%.

Reduksi nitril dengan natrium di dalam etanol mengalami kerugian karena


terbentuknya amina sekunder, sebagaimana di dalam metode katalitik amoniak-
bebas.

(b) Reduksi menjadi aldehida

Seringkali diperlukan untuk mengkonversi asam dan turunannya menjadi


aldehida. Untuk itu diperlukan prosedur yang selektif karena aldehida mudah
tereduksi menjadi alkohol.

25
Asam. Litium di dalam etilamina dapat digunakan tapi pada
umumnyamemberikan rendamen rendah. Sebagai contoh,

Rendamen yang memuaskan dapat diperoleh melalui mereduksi imidazolida


asam tersebut dengan litium aluminium hidrida. Sebagai contoh,

Ester

Metoda McFadyen dan Stevens’ terkandung di dalam konversi ester


menjadihidrazinnya; yaitu ester diolah dengan benzenasulfonil klorida, dan
produknya dihidrolisis dengan basa.

2 3 2 2 2

Hanya aldehida aromatik yang dapat dibuat dengan cara ini, dan
rendamennya kerap kali rendah.
Diisobutilaluminium hidrida (DIBAL) mereduksi ester menjadi alkohol pada
suhukamar. Reaksi terjadi dengan cara spesies-antara aluminium alkoksida
secara spontan membentuk aldehida yang lebih mudah tereduksi daripada
esternya menjadi alkohol.

26
Gugus amida, nitril, dan C≡C juga direduksi.

Halida asam

Metode Rosenmund’s mengandung reduksi klorida asam dengan hidrogen di


ataspermukaan katalis paladium yang didukung dengan barium sulfat, atau
kalsium karbonat, atau karbon.

Mengontrol suhu adalah suatu hal yang penting dilakukan, reaksi harus
dijalankan pada suhu serendah mungkin untuk mencegah reduksi lebih lanjut.
Toluena atau ksilena refluks (yakni 110-140°C) biasanya sudah sesuai, dan
reaksi dapat diikuti dengan cara melewatkan hidrogen klorida ke dalam basa
standar.
Rendmen reaksi biasanya tinggi, bahkan dengan senyawa yang
rintangan steriknya tinggi. Sebagai contoh,

Desulfurisasi ester tiol di atas Raney nikel yang telah dideaktivasi secara
parsialdengan cara mendidihkan dengan aseton adalah suatu metode yang
efektif. Sebagai contoh,

27
Litium tri-t-butoksialuminium hidrida, mereduksi amida disubstitusi
menjadialdehida, suhu harus dijaga agar tetap rendah.

Pada suhu yang lebih tinggi, spesies-antara yang pertama akan tereliminasi,
dan reduksi terjadi lebih lanjut menjadi amina. Biasanya menggunakan N-
metilanilida. Sebagai contoh,

Nitril

Reaksi Stephen melibatkan penambahan nitril ke dalam suspensi timah(II)


kloridadi dalam dietil eter jenuh dengan hidrogen klorida, diikuti dengan
hidrolisis. Reduksi terjadi pada suhu kamar. Sebagai contoh,

28
Hidrogen dan nikel Raney di dalam adanya semikarbazida dan air
menghasilkansemikarbazon dari aldehida yang mana dari produk tersebut
dilepaskan aldehida dengan cara mempertukarkannya dengan formaldehida.
Over reduksi di sini dicegah dengan cara memerangkap aldehida.

H - Ni H H
H2O
2

R C N R NH R O

H H CH O H
H2NNHCONH2

R N N R O
NH2
O

DIBAL dan litium trietoksialuminium hidrida dapat digunakan mereduksi


nitrilmenjadi aldehida. Sebagai contoh,

1.7 Sistem yang Mengandung Nitrogen

(a) Senyawa nitro

Reduksi senyawa-nitro alifatik menjadi amina hanya memiliki sedikit


kepentingan karena gugus amino mudah dimasukkan ke dalam senyawa alifatik
melalui sejumlah cara. Ada dua metode yang sesuai untuk keperluan ini, yakni
litium aluminium hidrida dan reduksi katalitik di atas nikel Raney. Sebagai contoh,
2-nitrobutana direduksi menjadi 2-aminobutana menggunakan pereaksi litium
aluminium hidrida dengan rendamen sebesar 85%.
Reduksi senyawa-nitro aromatik jauh lebih penting karena gugus nitro dapat
dimasukkan ke dalam berbagai sistem aromatik dengan cara nitrasi, sedangkan gugus
amino hanya dapat dimasukkan ke dalam sistem aromatik jika senyawa aromatik
tersebut sangat teraktivasi terhadap nukleofil. Ada beberapa jenis produk reduksi yang
diperoleh sebagaimana digambarkan untuk nitrasi benzena:

29
Di dalam larutan netral yang dibufer dengan amonuim klorida, fenilhidrolamina
adalah produk utama. Di dalam larutan basa, penggunaan pereduksi lemah seperti
dekstrosaatau glukosa, spesies-antara yakni nitrobenzena bereaksi dengan
fenilhidroksilamina menghasilkan azoksibenzena yang dengan agen pereduksi
kuat akan terkonversi menjadi azobenzena dan hidrazobenzena. Litium aluminium
hidrida menghasilkan azobenzena secara kuantitaif, dan di dalam adanya asam
Lewis, terjadi reaksi lebih lanjut menghasilkan hidrazobenzena. Logam-logam di
alam larutan asam menyempurnakan reduksi menjadi anilina. Secara industri, besi
dan asam hidroklorida digunakan sebagai agen pereduksi, produknya dinetralisasi
dengan kapur, dan anilina diisolasi dengan cara distilasi.
Reaksi elektrolitik terkontrol terjadi di dalam tahap yang pasti:

30
Untuk memperoleh gugus amino melalui reduksi gugus nitro biasanya
menemui hambatan, khususnya masalah selektivitas pereaksi bilamana terdapat
gugus lain yang dapat tereduksi di dalam senyawa nitro tersebut. Pereaksi standar
untuk mereduksi nitrobenzena menjadi anilina, yakni timah dan asam hidroklorida
tidak cocok untuk kebanyakan senyawa nitro tersubstitusi.
Metode katalitik adalah metode yang sesuai untuk reduksi senyawa nitro di
mana tidak terdapat gugus C=C dan C≡C. Sebagai contoh,

Hidrogenasi-transfer oleh hidrazin pada permukaan paladium juga sangat efektif.


Pereaksi transfer-elektron yang lembut juga dapat digunakan. Sebagai contoh,

Kebalikan dari dua reaksi yang terakhir di atas adalah reduksi gugus aldehida
tanpa mereduksi gugus nitro. Reaksi ini dapat diefektifkan dengan menggunakan
natrium borohidrida.
Dimungkinkan pula mereduksi satu gugus nitro di dalam adanya gugus
nitro yang lain. Metode yang sudah lama dikenal adalah menggunakan amonium
sulfida. Sebagai contoh,

31
Biasanya, metode katalitik lebih efesien. Sebagai contoh, m-dinitrobenzena
memberikan hampir seluruhnya adalah m-nitroanilina ketika direduksi di atas
paladium dengan sikloheksena sebagai donor hidrogen.

(b) Imina

Imina tipe RCH=NR’ dan RCH=NR’2+ dapat direduksi secara selektif dengan
natrium borohidrida.

Suatu pereaksi alternatif adalah dimetilamina boran yang mereduksi C=N tanpa
mereduksi asam, ester, atau nitro. Rendamennya juga tinggi. Sebagai contoh,

Aminasi reduktif. Ketika reaksi antara aldehida atau keton


denganamoniak atau amina primer atau amina sekunder dijalankan di dalam
adanya agen pereduksi yang sesuai, maka imina atau ion imonium yang terbentuk
dapat direduksi secara in situ menjadi amina. Biasanya agen pereduski yang
digunakan adalah hidrogen di atas nikel Raney Sebagai contoh,

32
atau natrium sianoborohidrida. Sebagai contoh,

Reaksi ini dirugikan oleh terjadinya reaksi samping. Amina dapat bereaksi
lebih lanjut dengan senyawa karbonil menghasilkan imina baru dan dengan
reduksi menghasilkan amina baru. Sebagai contoh,

Reaksi samping ini dapat diminimalkan dengan menggunakan amoniak atau amina
primer secara berlebih.
Salah satu variasi metode yang sesuai untuk pembuatan amina tersier,
yang mana paling tidak mengandung gugus N-metil adalah memanaskan amina
bersama formaldehida dan asam format di bawah refluks (100°C) (reaksi
Eschweiler-Clarke). Dengan amina sekunder, ion imonium yang merupakan
spesies-antara direduksi menjadi ion format.

33
Ketika dimulai dari primer, kondensasi dan reduksi terjadi secara berurutan.

Sebagai contoh, konversi PhCH2CH2NH2→ PhCH2CH2NMe2 terjadi dengan


rendamen 80%.
Reaksi Leuckart adalah varian dari reaksi Eschweiler-Clarke di dalam mana
aldehida dan keton selain dari formaldehida dipanaskan bersama amonium format
atau formamida pada suhu 180-200°C. Sebagai contoh,

Ph Me - + o Ph Me
+HCO NH 180 C
2 4

O
NH2
60%

(c) Oksim

Normalnya, pereaksi yang digunakan adalah pereaksi transfer-elektron


sebagaimana di dalam pembentukan 1-heptilamina dari oksim heptanal dan
natrium di dalam etanol dengan rendamen 60%.

Di dalam sintesis pirol dengan metode Knorr, natrium ditionit digunakan sebagai
pereaksi transfer-elektron.

34
Metode katalitik lebil efisien tetapi juga cenderung menghasilkan amina
sekunder. Sebagai contoh,

(d) Senyawa nitroso

Senyawa C-nitroso dapat dikonversi menjadi hidroksilamina melalui reduksi


elektrolitik terkontrol. Reduksi menjadi amina secara normal dilakukan dengan
pereaksi transfer-elektron. Sebagai contoh,
NO
NH2
OH OH
N S O
2 2 4
70%

Reaksi ini umumnya digunakan untuk memperoleh gugus amino di dalam inti
aromatik yang teraktifkan dengan kuat terhadap nukleofil, karena lebih mudah
menitrosasi senyawa-senyawa seperti itu daripada menitrasinya.
Senyawa N-nitroso direduksi dengan pereaksi transfer-elektron lembut menjadi
hidrazin tersubstitusi. Sebagai contoh, N-nitroso-N-metilanilin dengan seng di dalam
asam asetat menghasilkan N-metil-N-fenilhidrazin dengan rendamen 55%.

Agen pereduksi yang kuat akan memutuskan ikatan N-N. sebagai contoh,

35
(e) Senyawa-Azo

Senyawa-azo direduksi menjadi senyawa-hidrazo oleh litium aluminium


hidrida di dalam adanya asam Lewis. Jenis reduksi yang lebih berguna adalah
reduksi yang dilakukan oleh natrium ditinit yang dapat memutuskan ikatan N=N
menjadi amina. Sebagai contoh,

Metode alternatif di mana nitosasi yang diikuti dengan reduksi juga tersedia.

1.8 Sistem yang mengandung belerang

Reduksi katalitik senyawa yang mengandung belerang melepaskan


belerang sebagai hidrogen sulfida. Reduksi dengan mempertahankan atom
belerang memerlukan metode yang selektif, biasanya menggunakan pereaksi yang
kurang aktif.

(a) Disulfida

Seng di dalam asam asetat refluks digunakan secara normal. Sebagai


contoh, asam tiosalisilat dapat diperoleh dari asam antranilat dengan cara ini,
rendamen reaksi keseluruhan sebesar 75-80%.

36
(b) Sulfonil klorida

Asam sulfonat tidak mudah direduksi, tapi turunan kloridanya dengan


mudah direduksi menjadi asam sulfinat dan menjadi tiol. Reaksi ini mirip
dengan reduksi gugus nitro. Seng atau timah di dalam asam mineral
menghasilkan gugus tiol, sedangkan di dalam larutan netral atau alkali akan
diperoleh produk-antara. Sebagai contoh, reduksi benzenasulfonil klorida
dengan seng di dalam asam sulfat menghasilkan tiofenol dengan rendamen
96%.

Reduksi toluena-p-sulfonil klorida dengan seng di dalam larutan berair natrium

hidroksida menghasilkan natrium toluena-p-sulfinat dengan rendamen sebesar

64%.
SO Cl - +
SO Na
2 2
Zn - NaOH

Me Me

37

Anda mungkin juga menyukai