Alwi S. Hasan
Muhammad Taufiq Nur
REDUKSI
1.1 Pendahuluan
Proses reduksi yang diuraikan di dalam bab ini dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu pelepasan oksigen, adisi hidrogen, dan penambahan elektron. Adisi hidrogen
masih dapat dibagi lagi ke dalam sub-bagian (i) hidrogenasi, yakni adisi hidrogen
ke dalam sistem tak-jenuh. Sebagai contoh,
atau dengan cara kopling, seperti di dalam reduksi keton menjadi pinacol.
Dengan cara transfer ion hidrida, seperti di dalam reduksi gugus karbonil
dengan litium hidrida.
1
Transfer seperti ini dapat pula terjadi secara intramolekul, seperti
reduksi Meerwein-Pondorf-Verley.
1.2 Hidrokarbon
(a) Alkana
Alkena
Adams’,
2
tapi cara yang paling umum adalah paladium klorida direduksi di dalam
adanya suspensi karbon atau padatan pendukung lain di mana logam
disimpan sebagai butiran yang sangat halus.
Suatu katalis yang paling reaktif diperoleh dengan cara mereduksi
paladium oksida dengan natrium borohidrida secara in situ di dalam
adanya karbon. Molekul hidrogen yang diperlukan untuk hidrogenasi
dihasilkan melalui penambahan asam ke dalam borohidrida berlebih.
Kebanyakan ikatan C=C direduksi pada permukaan katalis ini pada
suhu yang lebih rendah daripada 100°C dan tekanan atmosfir atau dengan
sedikit penaikan tekanan. Sebagai contoh, perlakuan asam maleat di atas
permukaan platina pada suhu 20°C dan tekanan 1 atmosfir selama 30
menit menghasilkan asam suksinat dengan rendamen 98%.
Nikel Raney. Katalis ini sedikit kurang aktif daripada platina atau
paladium,dibuat dengan cara mengolah campuran logam nikel-aluminium
dengan natrium hidroksida, disusul dengan pencucian untuk membuang
natrium alumina sehingga meninggalkan suspensi jenuh berwarna hitam.
Kebanyakan alkena dihidrogenasi di atas nikel Raney pada suhu di sekitar
100°C dan tekanan di atas 3 atmosfir.
Tembaga kromit. Tembaga kromit dibuat dari tembaga nitrat dan
natriumkromat dan bersesuain dengan CuO.CuCr 2O4. Katalis ini jauh lebih
murah daripada paladium atau platina.
Hidrogenasi transfer. Hidrogen disuplai oleh suatu donor
sepertisikloheksena atau hidrazin.
3
Stereokimia. Reduksi adalah stereoselektif yang tinggi,
menghasilkan cis-alkena yang dominan. Sebagai contoh,
Kedua, alkena yang mono- dan disubstitusi jauh lebih cepat direduksi
daripada alkena tri- atau tetrasubstitusi. Hal ini memberikan derajat
selektivitas lebih lanjut sebagaimana diilustrasikan di dalam reduksi
karvon menjadi dihidrokarvon yang menyisahkan ikatan rangkap
trisubstitusi dengan rendamen di atas 90%.
4
Metode diimida. Diimida adalah suatu senyawa yang tidak stabil,
biasanyadibuat melalui reaksi oksidasi terkatalis tembaga(II) terhadap hidrazin
dengan udara atau hidrogen peroksida. Di dalam tidak adanya spesies yang dapat
memerangkapnya maka senyawa tersebut akan terdekomposisi menjadi nitrogen
dan hidrogen; tetapi ketika senyawa tersebut dihasilkan di dalam adanya alkena
atau sedikit asam asetat maka terjadi reduksi sterospesifik-syn. Driving force
reaksi ini adalah kestabilan yang tinggi molekul nitrogen dibanding dengan sistem
─N=N─. Peranan asam asetat adalah untuk mengkatalis pembentukan isomer-cis
diimida dari isomer-trans yang lebih stabil, isomer-cis kemudian bereaksi dengan
alkena melalui keadaan transisi siklik.
Alkuna dan senyawa azo juga direduksi, tetapi gugus yang mengandung
karbonil, gugus nitro, sulfoksida, dan ikatan S─S tidak terpengaruh.
Aldehida, keton, asam, ester, nitril, dan epoksida juga dapat direduksi.
5
Alkena terkonjugasi
Sebuah ikatan C=C terkonjugasi dengan cincin aromatik juga direduksi, produk
adisi-1,2 terbentuk karena pembentukan produk adisi-1,4 akan disertai dengan
dengan hilangnya energi kestabilan aromatik. Sebagai contoh, stilbena direduksi
menjadi bibenzil,
6
Transfer hidrida. Senyawa di mana C=C terkonjugasi dengan
substituenjenis –M adalah rentan terhadap serangan nukleofil.
Reduksi jenis ini diharapkan cocok dengan senyawa karbonil α,β-tak-jenuh. Jika
gugus –M adalah ─CHO, reduksi seperti di atas tidak terjadi; justru yang terjadi
adalah reduksi karbonil.
Ketika konjugasi adalah suatu gugus keto (yang kurang reaktif daripada ─CHO
terhadap nukleofil), campuran dari produk reduksi karbonil dan reduksi secara
penuh terbentuk. Sebagai contoh,
Litium aluminium hidrida mempunyai tendensi yang relatif lebih kuat untuk bereaksi
pada gugus karbonil. Di dalam reaksi di atas, litium aluminium hidrida memberikan
94% 2-sikloheksenol dan hanya 2% sikloheksanol. Akan tetapi, jika substituen –M
sendiri tidak bisa tereduksi oleh hidrida maka selektivitas reduksi ikatan C=C dapat
dipengaruhi. Sebagai contoh,
7
Alkuna
8
Transfer hidrida. Diisobutil aluminium hidrida mereduksi alkuna
menjadialkena, tetapi litium aluminium hidrida hanya efektif ketika alkuna memilki
gugus hidroksil pada pada posisi-α. Gugus hidroksil memfasilitasi reaksi melalui
pembentukan kompleks dengan aluminium, dan produknya adalah alkena-trans.
Cincin Aromatik
9
H H
e (H+)
H H H H
e (H+)
H
H
Natrium di dalam amoniak cair umumnya digunakan sebagai agen pereduksi.
Amoniak dapat bertindak sebagai sumber proton, akat tetapi adanya substituen
pendorong elektron seperti OMe, atau NMe 3, dan karena amoniak adalah sumber
proton yang lemah, maka kesetimbangan pertama terletak jauh ke kiri sehingga
reaksi berjalan lambat. Untuk itu, biasanya melibatkan alkohol untuk secepatnya
memerangkap radikal anion.
Struktur produk ditentukan oleh lokasi protonasi pertama, selanjutnya anion
yang terbentuk bereaksi dengan karbon sistem delokalisasi untuk
menyempurnakan adisi-1,4. Substituen pendorong elektron mengarahkan
protonasi pertama terjadi pada posisi orto. Sebagai contoh,
Hidrolisis terkatalis asam (pH 2-4) terhadap produk tersebut (enol eter)
menghasilkan senyawa keton tak jenuh yang mana pada kondisi yang lebih asam
lagi (pH 1) bertautomeri dengan isomer konjugasinya.
10
Hal yang berbeda, substituen ─CO 2- mengarahkan protonasi ke posisi para.
Sebagai contoh,
1.3 Hidrogenolisis
11
Reduksi katalik digunakan secara luas, seperti di dalam contoh-contoh berikut.
2e
CH2 CH2 dst
-
X -X
+
H
Me
Na - NH
Ph S CO H PhMe + HS CO H
sistein
78%
Me Me
Me Na - Hg Me Me
NMe I + NMe
12
Sistem difenilmetil lebih mudah dihidrogenolisis daripada sistem benzil.
Sebagai contoh, asam benzilik direduksi menjadi asam difenilasetat dengan
rendamen 95% melalui pengolahan fosfor merah dan iodin di dalam asam asetat
refluks.
Sistem trifenilmetil siap membentuk kation tritil dan kation ini sangat rentan
terhadap reduksi dengan agen transfer-hidrida. Sebagai contoh,
13
(c) Sistem alkil
Halida jauh lebih reaktif daripada alkohol di dalam reaksi substitusi S N2 danoleh
karenanya lebih rentan terhadap transfer hidrida dari litium aluminium hidrida atau
hidrida yang lebih baik lagi, yakni natrium sianoborohidrida. Sebagai contoh,
Sebagai contoh, alena dapat diperoleh dengan rendamen 80% melalui pengolahan
2,3-dikloropropilena dengan seng di dalam etanol berair.
Cl
H2C Zn
+ ZnBr2
-ZnCl2
Cl
14
Asetal dan ketal dihidrogenolisis menjadi eter dengan rendamen
yangtinggi oleh litium aluminium hidrida di dalam adanya aluminium triklorida.
Aril halida dapat direduksi melalui pembentukan pereaksi Grignard atau senyawa
litium diikuti dengan pengolahan dengan air; atau dengan hidrazin pada permukaan
katalis paladium. Sebagai contoh, 2-bromonaftalena direduksi menjadi naftalena di
dalam etanol mendidih selama 5 menit dengan rendamen sebesar 95%.
15
Fenol dapat didehidrogenolisi lewat ester fosfatnya dengan cara mereduksi
dengan natrium di dalam amoniak cair, tapi rendamen yang diperoleh biasanya
tidak lebih dari 50%.
Aldehida dan keton dapat direduksi menjadi hidrokarbon, alkohol, dan 1,2-diol.
16
Metode ini sangat berguna untuk keton yang mengandung gugus penolik atau
karbosiklik. Sebagai contoh, reduksi asam 3-benzoilpropionat di dalam toluena
menghasilkan asam 4-fenilbutirat dengan rendamen 85%.
17
Kemungkinan reaksi terjadi melalui mekanisme seperti berikut:
Ar Ar Ar
LiAlH4 AlCl3
O H O H3Al H CH O
R R R
AlCl2
H Ar
+ O AlCl2
H
R
Pereaksi ini larut di dalam eter seperti dietil eter dan terahidrofuran dalam
mana normalnya digunakan. Pelarut tersebut harus benar-benar kering
karena hidrida dihancurkan oleh air,
18
Harus juga ditangani sebagai padatan dengan sangat hati-hati karena dapat
menyala secara spontan selagi digerus di dalam lumpang , dan dapat
meledak dengan keras pada pemanasan yang kuat. Semua senyawa yang
mengandung hidroksil, amino, dan tiol melepaskan hidrogen secara
kuantitatif dari reaksi ini. Sebagai contoh,
R R 3 RR'C O
H Al H O H OAlH3 (RR'CHO) Al
3 4
R R
-
4 H2 O + OH
4 RR'CH
OH + Al(OH)3
Ph Ph O
-
O OH Ph H O
O H PhC OH + PhCH2 O
H OH
O
OH
PhC O + PhCH2
19
Reaksi Meerwien-Ponndorf-Verley. Reaksi ini adalah kebalikan dari
oksidasiOppernauer. Kesetimbangan ditetapkan antara gugus karbonil untuk
direduksi dan isopropanol pada satu sisi, dan alkohol dan aseton yang diperlukan
pada sisi lain di dalam adanya aluminium isopropoksida. Oleh karena aseton yang
mempunyai titik didih paling rendah di dalam campuran, maka senyawa produk
tersebut dapat didistilasi secara kontinyu sehingga kesetimbangan bergeser ke
kanan.
dan heptanal direduksi dengan besi di dalam asam asetat berair menjadi 1-
heptanol dengan rendamen 80%.
Jika keton mengandung substituen pada posisi-α yang merupakan gugus
pergi yang baik, spesies-antaranya yakni radikal-anion akan mengalami eliminasi.
Sebagai contoh,
20
Di dalam reduksi ini, seringkali juga menggunakan seng sebagai agen pereduksi.
1.5 Epoksida
21
Cincin tegang di dalam eter beranggota-empat juga dibuka oleh litium aluminium
hidrida. Sebagai contoh,
Akan tetapi, eter beranggota lima memerlukan kondisi yang lebih keras yang
diperoleh dengan menggunakan aluminium triklorida.
(b) Hidroborasi
22
Akan tetapi, gugus-gugus lain yang dapat tereduksi di dalam molekul seperti
C=C dan C≡C juga ikut tereduksi.
Ada banyak metode yang tersedia, beberapa di antaranya unik dan yang lain
cukup selektif.
Diboran mereduksi asam karboksilat menjadi alkohol, serta nitril dan amida
menjadi amina melalui pembentukan kompleks.
23
Metode ini mempunyai keuntungan dibanding dengan litium aluminium hidrida,
yakni gugus ester dan nitro tidak direduksi. Sebagai contoh, asam p-nitrobenzoat
menghasilkan nitrobenzil alkohol dengan rendamen reaksi sebesar 80%.
Ester dapat direduksi dengan metode asilon dan dengan metode
Bouveault-Blanc (natrium di dalam etanol refluks). Sebagai contoh,
Klorida asam dapat direduksi dengan natrium borohidrida di dalam larutan diglim.
Gugus aldehida dan keton tereduksi, tetapi asam, ester, amida, C=C, dan C≡C di
dalam molekul tidak tereduksi. Natrium trimetoksiborohidrida (NaBH(OCH 3)3) juga
mereduksi gugus ─COCl menjadi ─CH2OH tanpa mempengaruhi gugus ester.
Nitril dapat direduksi secara katalitik. Tanpa penambahan amoniak, amina
sekunder yang terbentuk cukup banyak jumlahnya karena amina primer dapat
mengadisi ke dalam amino spesies-antara.
24
Berbelit-berlitnya proses ini adalah penambahan amoniak berlebih yang
diasumsikan berperan sebagai nukleofil di tempat amina primer dan kemudian
meningkatkan rendamen. Sebagai contoh, di atas Raney nikel, benzil sianida di
dalam amoniak di bawah tekanan menghasilkan feniletilamina dengan rendamen
85%; dan 1,8-oktandinitril di dalam etanol beramoniak menghasilkan
dekametilendiamina dengan rendamen 79-80%.
25
Asam. Litium di dalam etilamina dapat digunakan tapi pada
umumnyamemberikan rendamen rendah. Sebagai contoh,
Ester
2 3 2 2 2
Hanya aldehida aromatik yang dapat dibuat dengan cara ini, dan
rendamennya kerap kali rendah.
Diisobutilaluminium hidrida (DIBAL) mereduksi ester menjadi alkohol pada
suhukamar. Reaksi terjadi dengan cara spesies-antara aluminium alkoksida
secara spontan membentuk aldehida yang lebih mudah tereduksi daripada
esternya menjadi alkohol.
26
Gugus amida, nitril, dan C≡C juga direduksi.
Halida asam
Mengontrol suhu adalah suatu hal yang penting dilakukan, reaksi harus
dijalankan pada suhu serendah mungkin untuk mencegah reduksi lebih lanjut.
Toluena atau ksilena refluks (yakni 110-140°C) biasanya sudah sesuai, dan
reaksi dapat diikuti dengan cara melewatkan hidrogen klorida ke dalam basa
standar.
Rendmen reaksi biasanya tinggi, bahkan dengan senyawa yang
rintangan steriknya tinggi. Sebagai contoh,
Desulfurisasi ester tiol di atas Raney nikel yang telah dideaktivasi secara
parsialdengan cara mendidihkan dengan aseton adalah suatu metode yang
efektif. Sebagai contoh,
27
Litium tri-t-butoksialuminium hidrida, mereduksi amida disubstitusi
menjadialdehida, suhu harus dijaga agar tetap rendah.
Pada suhu yang lebih tinggi, spesies-antara yang pertama akan tereliminasi,
dan reduksi terjadi lebih lanjut menjadi amina. Biasanya menggunakan N-
metilanilida. Sebagai contoh,
Nitril
28
Hidrogen dan nikel Raney di dalam adanya semikarbazida dan air
menghasilkansemikarbazon dari aldehida yang mana dari produk tersebut
dilepaskan aldehida dengan cara mempertukarkannya dengan formaldehida.
Over reduksi di sini dicegah dengan cara memerangkap aldehida.
H - Ni H H
H2O
2
R C N R NH R O
H H CH O H
H2NNHCONH2
R N N R O
NH2
O
29
Di dalam larutan netral yang dibufer dengan amonuim klorida, fenilhidrolamina
adalah produk utama. Di dalam larutan basa, penggunaan pereduksi lemah seperti
dekstrosaatau glukosa, spesies-antara yakni nitrobenzena bereaksi dengan
fenilhidroksilamina menghasilkan azoksibenzena yang dengan agen pereduksi
kuat akan terkonversi menjadi azobenzena dan hidrazobenzena. Litium aluminium
hidrida menghasilkan azobenzena secara kuantitaif, dan di dalam adanya asam
Lewis, terjadi reaksi lebih lanjut menghasilkan hidrazobenzena. Logam-logam di
alam larutan asam menyempurnakan reduksi menjadi anilina. Secara industri, besi
dan asam hidroklorida digunakan sebagai agen pereduksi, produknya dinetralisasi
dengan kapur, dan anilina diisolasi dengan cara distilasi.
Reaksi elektrolitik terkontrol terjadi di dalam tahap yang pasti:
30
Untuk memperoleh gugus amino melalui reduksi gugus nitro biasanya
menemui hambatan, khususnya masalah selektivitas pereaksi bilamana terdapat
gugus lain yang dapat tereduksi di dalam senyawa nitro tersebut. Pereaksi standar
untuk mereduksi nitrobenzena menjadi anilina, yakni timah dan asam hidroklorida
tidak cocok untuk kebanyakan senyawa nitro tersubstitusi.
Metode katalitik adalah metode yang sesuai untuk reduksi senyawa nitro di
mana tidak terdapat gugus C=C dan C≡C. Sebagai contoh,
Kebalikan dari dua reaksi yang terakhir di atas adalah reduksi gugus aldehida
tanpa mereduksi gugus nitro. Reaksi ini dapat diefektifkan dengan menggunakan
natrium borohidrida.
Dimungkinkan pula mereduksi satu gugus nitro di dalam adanya gugus
nitro yang lain. Metode yang sudah lama dikenal adalah menggunakan amonium
sulfida. Sebagai contoh,
31
Biasanya, metode katalitik lebih efesien. Sebagai contoh, m-dinitrobenzena
memberikan hampir seluruhnya adalah m-nitroanilina ketika direduksi di atas
paladium dengan sikloheksena sebagai donor hidrogen.
(b) Imina
Imina tipe RCH=NR’ dan RCH=NR’2+ dapat direduksi secara selektif dengan
natrium borohidrida.
Suatu pereaksi alternatif adalah dimetilamina boran yang mereduksi C=N tanpa
mereduksi asam, ester, atau nitro. Rendamennya juga tinggi. Sebagai contoh,
32
atau natrium sianoborohidrida. Sebagai contoh,
Reaksi ini dirugikan oleh terjadinya reaksi samping. Amina dapat bereaksi
lebih lanjut dengan senyawa karbonil menghasilkan imina baru dan dengan
reduksi menghasilkan amina baru. Sebagai contoh,
Reaksi samping ini dapat diminimalkan dengan menggunakan amoniak atau amina
primer secara berlebih.
Salah satu variasi metode yang sesuai untuk pembuatan amina tersier,
yang mana paling tidak mengandung gugus N-metil adalah memanaskan amina
bersama formaldehida dan asam format di bawah refluks (100°C) (reaksi
Eschweiler-Clarke). Dengan amina sekunder, ion imonium yang merupakan
spesies-antara direduksi menjadi ion format.
33
Ketika dimulai dari primer, kondensasi dan reduksi terjadi secara berurutan.
Ph Me - + o Ph Me
+HCO NH 180 C
2 4
O
NH2
60%
(c) Oksim
Di dalam sintesis pirol dengan metode Knorr, natrium ditionit digunakan sebagai
pereaksi transfer-elektron.
34
Metode katalitik lebil efisien tetapi juga cenderung menghasilkan amina
sekunder. Sebagai contoh,
Reaksi ini umumnya digunakan untuk memperoleh gugus amino di dalam inti
aromatik yang teraktifkan dengan kuat terhadap nukleofil, karena lebih mudah
menitrosasi senyawa-senyawa seperti itu daripada menitrasinya.
Senyawa N-nitroso direduksi dengan pereaksi transfer-elektron lembut menjadi
hidrazin tersubstitusi. Sebagai contoh, N-nitroso-N-metilanilin dengan seng di dalam
asam asetat menghasilkan N-metil-N-fenilhidrazin dengan rendamen 55%.
Agen pereduksi yang kuat akan memutuskan ikatan N-N. sebagai contoh,
35
(e) Senyawa-Azo
Metode alternatif di mana nitosasi yang diikuti dengan reduksi juga tersedia.
(a) Disulfida
36
(b) Sulfonil klorida
64%.
SO Cl - +
SO Na
2 2
Zn - NaOH
Me Me
37