Anda di halaman 1dari 28

PENGANTAR

PERPAJAKAN

Pengantar Perpajakan@STAN 1
Sejarah-sejarah dalam Pemungutan Pajak :

 Pajak awalnya merupakan pemberian sukarela dari rakyat kepada raja. Sebelum
zaman Romawi dan Yunani Kuno serta zaman Firaun (Mesir) sudah ada wadah
yang menguasai dan memerintahkan penduduk;
 Teori Rousseau Teori (Le Contract Social) yang menjawab mengapa rakyat
harus patuh kepada pemerintah negaranya. Adanya suatu wadah untuk
kepentingan bersama (L’etat, Staat, State, Negara);
 Awal Republik Roma , sudah ada pungutan (censor, questor) dan sebagainya.
Pelaksanaan pemungutan diserahkan kepada warga tertentu (publican).;
 Zaman Julius Caesar dikenal dengan Centesima Rerum Venalium (pajak penjualan
1% dari omzet penjualan);
 Di Italia dikenal dengan decumae (pungutan 10% dari para petani atau penguasa
tanah);
 Di Indonesia , pungutan sejak 1602 (zaman VOC) sudah dilakukan baik dalam
bentuk natura, kerja paksa, uang , dan upeti .

Pengantar Perpajakan@STAN 2
Definisi Pajak :
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang —sehingga dapat dipaksakan— dengan
tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak
dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum
untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara
di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di
bawah naungan Departemen Keuangan Republik
Indonesia.
Pengantar Perpajakan@STAN 3
Definisi Pajak Menurut para Ahli :
• Prof. Dr. P. J. A. Adriani, : Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
• Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, : Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment.
• Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R : Pajak adalah suatu
pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum,
namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Pengantar Perpajakan@STAN 4
PERSPEKTIF HUKUM & EKONOMI DARI PAJAK
A. PERSPEKTIF HUKUM
suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan
timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan
tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang
pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari
pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar
pajak.
B. PERSPEKTIF EKONOMI
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa
adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.
Pengantar Perpajakan@STAN 5
Definisi Pajak Menurut UU :
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007
tentang Ketentuan umum dan Tata cara
Perpajakan adalah
"kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”
Pengantar Perpajakan@STAN 6
Ciri-ciri Melekat pada Definisi Pajak :
• Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
• Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
• Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
• Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
• Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter,
yaitu mengatur.
Pengantar Perpajakan@STAN 7
Fungsi Pajak :
• Fungsi anggaran (budgetair)
Fungsi untuk mengumpulkan uang pajak semaksimal mungkin sesuai dengan undang-undang
yang berlaku dan pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
negara yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Apabila terjadi surplus, maka
akan digunakan untuk tabungan pemerintah (investasi pemerintah).
• Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka
menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
• Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan
dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain
dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak
yang efektif dan efisien.
• Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pengantar Perpajakan@STAN 8
Pungutan selain Pajak (Retribusi & Sumbangan)

Pungutan dilakukan oleh pemerintah kepada


masyarakat untuk membiayai pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan tugas
pemerintahan atau melayani kepentingan masyarakat.
Pungutan harus ditetapkan berdasarkan UU dan
aturan lain yang dapat dipaksakan dan memiliki
kepastian hukum dan memberikan jaminan bahwa
pungutan yang dipungut akan dikembalikan kembali
kepada masyarakat.

Pengantar Perpajakan@STAN 9
Pajak – Retribusi - Sumbangan
Keterangan Pajak Retribusi
Kontraprestasi Kontraprestasi tidak dapat ditunjuk Kontraprestasi dapat ditunjuk
secara langsung secara langsung
Balas jasa pemerintah Balas jasa berlaku umum dan Balas jasa berlaku khusus yaitu
dinikati oleh seluruh rakyat baik hanya dapat dinikmati oleh pihak
yang membayar ataupun yang melakukan pembayaran
dibebaskan dari pajak retribusi

Sifat pemungutan Bersifat umum, berlaku untuk setiap Hanya untuk orang tertentu yang
orang yang memenuhi syarat untuk menikmati jasa dari pemerintah
dikenakan pajak
Sifat pelaksanaan Sifat pelaksanaan yuridis, dimana Berdasarkan atas peraturan yang
setiap orang yang tidak mematuhi berlaku secara umum dan dalam
ketentuan yang berlaku akan pelaksanaannya dapat dipaksakan
mendapatkan sanksi hukuman baik dimana setiap orang yang ingin
sanksi pidana ataupun administrasi memperoleh jasa pemerintah harus
(bunga, denda atau kenaikan pajak) membayar retribusi (sifat ekonomis)
Lembaga pemungut Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Sumbangan dilakukan oleh masyarakat tertentu dan tidak memerlukan dasar hukum
menurut UU serta tidak ada unsur paksaan (sumbangan perbaikan jalan, tempat ibadah dll)
Pengantar Perpajakan@STAN 10
Penerimaan Negara Bukan Pajak (UU No. 20/1997)
PNBP

Seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari


penerimaan perpajakan:
a) penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;
b) penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
c) penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang
dipisahkan;
d) penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
Pemerintah;
e) penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal
dari pengenaan denda administrasi;
f) penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
g) penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Pengantar Perpajakan@STAN 11
Hukum Pajak
Hukum Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang meliputi wewenang Pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang / masyarakat dan menyerahkannya
kembali kepada masyarakat melalui Kas Negara.

Tugas Hukum Pajak adalah Menelaah keadaan-keadaan


dalam masyarakat yang dapat dihubungkan dengan
pengenaan pajak, merumuskannya dalam peraturan-peraturan
hukum dan menafsirkan peraturan-peraturan tersebut. Yang
diatur dalam Hukum Pajak diantaranya Subjek pajak, Objek
pajak., Tarif pajak, Kewajiban masyarakat, Cara pengenaan
pajak, Cara penagihan pajak dan sebagainya.

Pengantar Perpajakan@STAN 12
Definisi Hukum Pajak menurut ahli

R. Santoso Brotodihardjo :
“Hukum Pajak disebut juga Hukum Fiskal adalah keseluruhan dan
peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk
mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga merupakan bagian dari
Hukum Publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan
orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak
(selanjutnya disebut Wajib Pajak)”.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro :


“Hukum Pajak ialah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan natara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak”.

Pengantar Perpajakan@STAN 13
Kedudukan Hukum Pajak

Peraturan kewenangan pemerintah untuk mengambil


kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat melalui kas negara termasuk dalam hukum pajak.
Pengaturan ini menyangkut hubungan hukum antara Negara
dengan orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban
membayar pajak, maka hukum pajak merupakan bagian
hukum publik. Hubungan hukum pajak dengan hukum pidana
dapat dilihat dengan adanya sanki pidana atas kealpaan dan
kesengajaan wajib pajak yang melanggar ketentuan
perpajakan.

Pengantar Perpajakan@STAN 14
Klasifikasi Hukum Pajak
1. Hukum pajak material
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan , peristiwa hukum yang
dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar
pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan
hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Dengan kata lain segala sesuatu
tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya hutang pajak dan pola hubungan hukum
antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh : UU PPh No. 36 Tahun 2008, UU PPN & PPnBM No. 42/2009, UU PBB No.
12 Tahun 1985, dan UU Bea Meterai No. 13 Tahun 1985.
2. Hukum pajak formal
Memuat ketentuan-ketentuan bagaiman mewujudkan hukum pajak material menjadi
kenyataan. Hukum pajak formal ini memuat antara lain :
a.     Tatacara penetapan utang pajak.
b.   Hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan,
dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak sebagai (menyelenggarakan pembukuan/ pencatatan
dan hak-hak wajib pajak mengajukan keberatan dan banding).
Contoh : UU KUP No. 28 Tahun 2007Perpajakan@STAN
Pengantar ; UU PPSP No. 19 Tahun 2000. 15
Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tata Hukum
Nasional

Hukum Tata
Negara

Hukum
Publik Hukum Adm HUKUM
HUKUM Negara PAJAK

Hukum
Perdata

Hukum Pidana

• Hukum Publik disebut juga sebagai Hukum Negara.


• Hukum Pajak disebut juga sebagai Hukum Fiskal.

Pengantar Perpajakan@STAN
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
Perdata.

Hukum Hukum
Pajak Perdata

Digunakan sebagai acuan Mengatur hubungan antar


dalam pajak orang pribadi(individuil)

Hubungan antara Hukum Pajak dan Hukum Perdata karena sebagian


besar peristiwa, perbuatan atau keadaan yan menjadi dasar
pengenaan pajak diatur dalam Hukum Perdata.
Hukum pajak selalu mencari dasar kemungkian pemungutan pajak atas
dasar peristiwa (kematian/kelahiran), keadaan (kekayaan), perbuatan
(jual beli, sewa menyewa) yang diatur dalam Hukum Perdata.
Contoh : perjanjian jual beli merupakan dasar hukum untuk memungut
pajak (PPN) Pengantar Perpajakan@STAN
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
Pidana.

Hukum Hukum
Pajak Pidana

Digunakan sebagai acuan Mengatur pengenaan


dalam pajak sanksi atas pelanggaran
peraturan

Ketentuan-ketentuan pidana dalam KUHP banyak digunakan dalam


peraturan perundang-undangan perpajakan.
Hubungan Hukum Pajak dan Hukum Pidana karena didalam Hukum
Pajak juga mengatur pelanggaran atau kejahatan yang diancam
dengan hukuman pidana.
Pengantar Perpajakan@STAN
Sanksi Pidana Perpajakan
No. Pasal Keterangan Sanksi
1. Pasal 39 ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja: sehingga dapat menimbulkan kerugian
UU KUP a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok pada pendapatan negara dipidana dengan
Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk pidana penjara paling singkat 6 (enam)
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuha Pengusaha pajak terutang yang tidak atau kurang
Kena Pajak; dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; jumlah pajak terutang yang tidak atau
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau kurang dibayar.
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah
benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
diselenggarakan secara program aplikasi online di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(11); atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut

Pengantar Perpajakan@STAN 19
Sanksi Pidana Perpajakan

No. Pasal Keterangan Sanksi

2. Pasal 39 ayat (2) Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di pidana sebagaimana dimaksud pada
UU KUP bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali
terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana.
yang dijatuhkan.

3. Pasal 39 ayat (3) Setiap orang yang melakukan percobaan untuk dipidana dengan pidana penjara
UU KUP melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau paling singkat 6 (enam) bulan dan
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 2 (dua) tahun dan denda
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau restitusi yang dimohonkan dan/atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak dilakukan dan paling banyak 4
lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (empat) kali jumlah restitusi yang
d, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi dimohonkan dan/atau kompensasi
atau melakukan kompensasi pajak atau atau pengkreditan yang dilakukan.
pengkreditan pajak.

Pengantar Perpajakan@STAN 20
Sanksi Pidana Perpajakan

Pasal Keterangan Sanksi

Pasal 39A Setiap orang yang dengan sengaja: dipidana dengan pidana penjara paling
UU KUP a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, (enam) tahun serta denda paling sedikit
dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur
transaksi yang sebenarnya; atau pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan pemotongan pajak, dan/atau bukti
sebagai Pengusaha Kena Pajak. setoran pajak dan paling banyak 6
(enam) kali jumlah pajak dalam faktur
pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak.

Pengantar Perpajakan@STAN 21
Sanksi Pidana Perpajakan

No. Pasal Keterangan Sanksi

1. Pasal 41 ayat (1) Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi dipidana dengan pidana kurungan paling
UU KUP kewajiban merahasiakan hal sebagaimana lama 1 (satu) tahun dan denda paling
dimaksud dalam Pasal 34. banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah).

2. Pasal 41 ayat (2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi dipidana dengan pidana penjara paling
UU KUP kewajibannya atau seseorang yang lama 2 (dua) tahun dan denda paling
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34. juta rupiah).

3. Pasal 41 ayat (3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana -


UU KUP dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya
dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar.

Pengantar Perpajakan@STAN 22
Sanksi Pidana Perpajakan

Pasal Keterangan Sanksi

Pasal 41A Setiap orang yang wajib memberikan dipidana dengan pidana kurungan paling
UU KUP keterangan atau bukti yang diminta lama 1 (satu) tahun dan denda paling
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh
dengan sengaja tidak memberi keterangan lima juta rupiah).
atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti
yang tidak benar

Pengantar Perpajakan@STAN 23
Sanksi Pidana Perpajakan

Pasal Keterangan Sanksi

Pasal 41B Setiap orang yang dengan sengaja dipidana dengan pidana penjara paling
UU KUP menghalangi atau mempersulit penyidikan lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
tindak pidana di bidang perpajakan banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh
lima juta rupiah).

Pengantar Perpajakan@STAN 24
Sanksi Pidana Perpajakan

No. Pasal Keterangan Sanksi


1. Pasal 41C ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak dipidana dengan pidana kurungan paling
UU KUP memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud lama 1 (satu) tahun atau denda paling
dalam Pasal 35A ayat (1). banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

2. Pasal 41C ayat (2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan dipidana dengan pidana kurungan paling
UU KUP tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lama 10 (sepuluh) bulan atau denda
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat paling banyak Rp800.000.000,00
(1). (delapan ratus juta rupiah).

3. Pasal 41C ayat (3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak dipidana dengan pidana kurungan paling
UU KUP memberikan data dan informasi yang diminta oleh lama 10 (sepuluh) bulan atau denda
Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud paling banyak Rp800.000.000,00
dalam Pasal 35A ayat (2). (delapan ratus juta rupiah).

4. Pasal 41C ayat (4) Setiap orang yang dengan sengaja dipidana dengan pidana kurungan paling
UU KUP menyalahgunakan data dan informasi perpajakan lama 1 (satu) tahun atau denda paling
sehingga menimbulkan kerugian kepada negara banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

Pengantar Perpajakan@STAN 25
Sanksi Pidana Perpajakan

Pasal Keterangan
Pasal 43 ayat (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku
UU KUP juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang
menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan,
atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Pasal 43 ayat (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku
UU KUP juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang
membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Pengantar Perpajakan@STAN 26
Penafsiran Hukum

Penafsiran hukum merupakan suatu upaya yang


pada dasarnya menerangkan, menjelaskan,
menegaskan baik dalam arti memperluas
ataupun membatasi atau mempersempit
pengertian hukum yang ada dalam rangka
penggunaannya untuk memecahkan masalah
atau persoalan yang dihadapi.

Pengantar Perpajakan@STAN 27
7 Penafsiran dalam Hukum Pajak
1. Penafsiran historis ( Dengan melihat sejarah pembuatan UU-nya)
2. Penafsiran sosiologis (Penafsiran dengan mengingat maksud dan
tujuan UU dan disesuai-kan dengan perkembangan hidup masyarakat.
Kebutuhan akan berubah menurut masa sedangkan UU tetap).
3. Penafsiran sistematik (Penafsiran memiliki susunan yang
berhubungan dengan bunyi pasal dalam UU, atau dengan UU
lainnya).
4. Penafsiran otentik (Penafsiran yang pasti dengan melihat apa yang
dijelaskan dalam UU tsb).
5. Penafsiran tata bahasa (Penafsiran berdasarkan bunyi kata-kata
secara keseluruhan dalam kalimat suatu Pasal).
6. Penafsiran analogis (Penafsiran dengan cara memberi kiasan / ibarat
atau arti lain pada kata-kata yang tercantum dalam UU atau sesuai
dengan asa hukumnya).
7. Penafsiran a contrario (didasarkan pada perlawanan pengertian antara
yang dihadapi dengan yang diatur dalam UU).

Pengantar Perpajakan@STAN 28

Anda mungkin juga menyukai