0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
715 tayangan28 halaman
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam Dosen : Khairil Ikhsan .S, M.Ag.
RESUME ISLAM dan PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA (Dr. Noor Rachmat, M.Ag)
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam buku Incyclopedia of Education (Monroe) pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan sejumlah proses dari suatu kelompok social dengan maksud untuk terjaminnya eksistensi dan pertumbuhan kelompok sosial tersebut. Menanamkan, dan membentuk suatu karakter, kebias
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam Dosen : Khairil Ikhsan .S, M.Ag.
RESUME ISLAM dan PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA (Dr. Noor Rachmat, M.Ag)
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam buku Incyclopedia of Education (Monroe) pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan sejumlah proses dari suatu kelompok social dengan maksud untuk terjaminnya eksistensi dan pertumbuhan kelompok sosial tersebut. Menanamkan, dan membentuk suatu karakter, kebias
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam Dosen : Khairil Ikhsan .S, M.Ag.
RESUME ISLAM dan PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA (Dr. Noor Rachmat, M.Ag)
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam buku Incyclopedia of Education (Monroe) pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan sejumlah proses dari suatu kelompok social dengan maksud untuk terjaminnya eksistensi dan pertumbuhan kelompok sosial tersebut. Menanamkan, dan membentuk suatu karakter, kebias
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dalam buku Incvclopedia of Education (Monroe) pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan seiumlah proses dari suatu kelompok social dengan maksud untuk teriaminnya eksistensi dan pertumbuhan kelompok sosial tersebut. Menanamkan, dan membentuk suatu karakter, kebiasaan dan tabiat baik tidak lepas dari sebuah proses paniang yang namanya pendidikan. Pendidikan dalam Islam, merupakan suatu kegiatan yang merupakan bagian dari kegiatan da`wah. Kata da`wah mencakup bermacam- macam kegiatan antara lain tarbiyah (pendidikan), tabligh, khutbah, doa, yang untuk semua itu dalam Al-Qur`an dipakai kata-kata 'daawa`. Hal itu berarti da`wah adalah pendidikan, dan iika ingin meneliti konsep pendidikan menurut islam, haruslah lebih dahulu mempelaiari dengan baik konteks kata-kata da`wah (daa) yang terdapat dalam ayat-ayat Alqur`an dan sunnah rasul, serta menganalisa hikmah-hikmmah ibadah ritual yang waiib. Bertitik tolak dari deIinisi-deIinisi tersebut di atas, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: Pertama, transIer nilai, Kedua, pembaharuan dan perbaikan, Ketiga , pembentukkan kepribadian dan Keempat, teriaminnya eksistensi suatu nilai. Jika kata pendidikan itu dihubungkan dengan kata 'agama islam dan hal itu dipakai meniadi salah satu materi atau parameter ( bahasa di lingkungan sekolah adalah kurikulum) yang diberikan pada anak didik dalam satu ieniang pendidikan tertentu, maka kurikulum itu disebut dengan Pendidikan Agama Islam. Namun harus disadari, bahwa pemberian kuliah Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan terakhir mestinya harus mampu memberikan dorongan agar mahasiswa mengikuti kuliah ini bukan hanya sekedar untuk mendapatkan angka lulus, tetapi diharapkan ia akan mengembangkan dan membangkitkan semangat, untuk mempelaiari Islam dengan sebaik- baiknya, semasa ia masih di perguruan tinggi, sehingga prinsip life long education dapat terwuiud, maka budaya diskusi harus ditumbuhkembangkan. Diskusi pertama diarahkan untuk menkaii tentang manusia. Manusia dengan segala unsure iasad, ruh, naIs, aqal, Iikir dan qalb dibahas secara komprehensiI pada Bab II. Dalam mengkaii unsur-unsur manusia tersebut, terlihat bahwa manusia pada dasarnya memerlukan agama. Jika dipelaiari kehidupan umat manusia dari dahulu sampai sekarang dapat diketahui begitu beragamnya agama yang dianut umat manusia. Tergantung pada masing-masing individu, agama mana yang akan dipilihnya. Penulis tidak membuat kaiian perbandingan agama dalam buku ini, karena sesuai dengan iudul perkuliahan adalah Pendidikan Agma Islam, maka Iocus kaiian tentunya tentang Islam. Untuk itu, pada Bab III diuraikan tentang islam sebagai pandangan hidup. Setelah mengenal Islam lebih dalam, tentunya kaiian laniutan pada Bab IV diarahkan kepada pedoman pokok beragama yaitu Alqur`an, sunnah Rasul dan iitihad sebagai sumber aiaran Islam. Selaniutnya pada Bab V dibahas tentang iman yang harus meniadi pondasi utama bagi seseorang yang beragama. Dalam Bab ini diulangim kembali kaiian tentang iman, ciri-cirinya dan langkah-langkah pembinaanya. Salah satu ciri seorang itu dinyatakan beriman ialah ketertibannya menialankan ibadah. Untuk itu, Bab VI memberikan uraian tentang rahasia/hikmah dari ibadah yang dikeriakan. Bahasan ini berlaniut dengan kaiian tentang implementasi akhlakul karimah, yang diuraikan secara lebih dalam termasuk kaiian tentang rumah tangga sakinah pada Bab VII.
BAB II MANUSIA DAN AGAMA
'A person is an individual with unique identitv` (seseorang merupakan pribadi dengan identitas yang unik)
Demikian ungkapan yang dinyatakan oleh JeIIreys NVC dalam bukunya !ersonal Jalues in the Modern World. Sukanto dalam bukunya NaIsiologi yang mengutip ucapan Alexis Carrel, menyatakan bahwa ilmu tentang manusia merupakan ilmu pengetahuan yang paling sulit diantara ilmu pengetahuan yang ada. Unik, karena memang para pakar belum mampu memecahkan rahasia pribadi manusia secara menyeluruh. Ilmu pengetahuan hanya mampu menyatakan secara sederhana bahwa manusia terdiri dari unsur iasmani dan rohani. Jasmani memang dapat dikaii dari ilmu Iaal, biologi atau anatomi, karena ia merupakan benda nyata sehingga dapat ditelusuri dengan diteliti. Tetapi ketika ia mencoba menelusuri yang bersiIat rohani, ia terbentur. Maksimal yang dapat dipelaiari hanyalah berdasarkan geiala-geiala yang berwuiud pada sikap dan tingkah laku, yang kemudian disebut dengan ilmu iiwa atau psychology atau ilmu naIs. Tatkala timbul persoalan laniutan 'apakah perbedaan antara roh dengan iiwa, 'mengapa manusia dapat berIikir dan binatang tidak, sedangkan keduanya punya hati dan otak, 'kapan masuk roh ke dalam tubuh seseorang, ilmu pengetahuan hingga saat ini belum mampu meniawab dan memecahkan teka-teki atau masalah ini. Hasil peneliti Alqur`an yang penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia terdiri dari unsure-unsur: Jasad. yang diungkapkan dalam Alqur`an pada kurang lebih 6 ayat. Ruh. yang disebut dalam Alqur`an pada lebih kurang 21 ayat. Nafs. yang dinyatakan dalam Alqur`an pada kurang lenih 140 ayat. Qalb. yang disebut dalam Alqur`an pada lebih kurang 125 ayat. Fikr. yang dinyatakan dalam Alqur`an dalam bentuk kata keria pada lebih kurang 17 ayat. Aqal. sama dengan Iikr dinyatakan Alqur`an dalam bentuk kata keria pada kurang lebih 46 ayat. A. 1asad Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alqur`an dinyatakan diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih laniut melalui proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya meniadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (tsaraib) perempuan (at-Thariq:5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian meniadi yang dililiti daging dan kemudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging. Setelah ia berumur kurang lebih 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, meniadikan ia seorang anak manusia. Meskipun wuiudnya suatu iasad yang berasala dari sari pati makanan, nilai-nilai keiiwaan untuk terbentuknya iasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewuiudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya. Alqur`an mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban. (Surat Al-Baqarah :168, Surat Al-Maidah :88 dan Surat Al-anIal :69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Jangan sampai ada sari pati makanan yang kemudian meniadi satu sel sperma atau satu sel curian dari kebon orang, atau berasal dari bakso yang tidak dibayar atau mungkin berasal dari uang yang seharusnya meniadi hak orang msikin yang tak disampaikan kepada yang punya hak.
B. Ruh Ruh adalah daya (seienis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada ianin dalam kandungan (Surat Al-Hiir:29, Surat As-Saiadah :9, Surat Shaad:27) ketika ianin berumur 4 bulan 10 hari. Manusia sampai sekarang ini belum mampu mengungkap dan meneliti secara mendalam tentang ruh. Bahkan ilmu pengetahuan tak mengenalnya. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, maka kata ini lebih mengarah pada aspek keiiwaan, yang dalam Alqur`an disebut naIs. Ketidakberhasilan manusia memilah mana yang ruh dan mana yang iiwa, member bukti kebenaran pernyataan surat Al-Isra ayat 85 yang menyatakan Allah memberikan ilmu tentang ruh itu hanya sedikit. Manusia mampu mendeteksi geiala-geialanya pada diri manusia, namun tetap mengalami kesulitan mendeteksi ruh itu sendiri. Dengan segala macam cara dilakukan, tetap mengalami kegagalan. Tentang status ruh, surat An-Nahl: ayat 2 dan 102, Surat Al-Mu`min: 15, surat Maryam: 17, Surat An-naba: 38 dan surat Al-Qadar: 4, memberikan inIormasi bahwa ruh itu sederaiat dengan malaikat. Malaikat dan ruh itu diturunkan dan diutus Allah sesuai dengan perintah-Nya dan mereka berdiri sendiri bersaI-saI. Dalam arti kata, malaikat dan ruh itu setara. Ia mampu mi`rai kepada Allah, sebagaimana iuga malaikat mi`rai kepada Allah dalam 1 hari dengan kadar 50.000 tahun ukuran manusia (surat Al-Ma`arii ayat 4). Dalam diri manusia ruh berIungsi untuk: 1. Membawa dan menerima wahyu (surat As-Syu`ara ayat 193), dan 2. Menguatkan iman (surat Al-Muiadalah ayat 22). Dengan adanya ruh tersebut, setiap manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan yang sama untuk menganalisis Alqur`an dan alam semesta dalam rangka peningkatan kualitas keimanannya. . Nafs Alqur`an menielaskan bahwa, naIs terdiri dari 3 ienis, masing-masing diungkapkan pada surat : 1. Nafs Al-Amarah, (Surat YusuI ayat 53) yang menyatakan: 'Aku tidak bermaksud membersihkan iiwaku, karena sesungguhnya naIs amarah mendorong kepada keiahatan, kecuali yang diberi rahmat Tuhanku. Ungkpan ini secara tegas memberikan pengertian bahwa naIs amarah itu mendorong kea rah keiahatan. 2. Nafs Al-Lawwamah, (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3) yang menyatakan : 'Aku bersumpah dengan hati qiyamah, dan aku bersumpah dengan naIs Al-lawammah, apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya?. Ungkapan ayat-ayat ini tidak memberi petuniuk tentang apa naIs lawammah ini. Tetapi, iika berbicara penielasan laniutan ayat 20-21 berbunyi : 'Sekali-kali tidak, sebenarnya kamu mencintai dunia (aiilah), dan meninggalkan akhirat. Dengan penielasan ini terlihat bahwa yang dimaksud naIs lawammah ini adalah iiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat. 3. Nafs Al-Muthmainah. (Sut Al-Fair ayat 27-30) yang menyatakan : 'Hai naIs muthmainah, kembalilah kepadaTuhanmu dengan senang (radhiah) tenang (mardhiah), masuklah dalam kelompok hambau, dan masuklah ke dalam kebahagiaan (iannah) bersamaku. Dari uraian ini terlihat bahwa naIs muthmainah ini adalah iiwa yang mengarah ke ialan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah. Ilmu pengetahuan merumuskan bahwa manusia seiak lahir membawa tiga insting yaitu : Pertama, Insting seks yang mengarahkan kepada kepuasan dan kenikmatan, kedua, Insting propertv yang mengarahkan kepada kebendaan dan kekuasaan, ketiga, Insting religi yang mengarahkan kepada kesucian dan kebersihan. Dari tiga macam bentuk iiwa yang terdapat pada diri manusia itu selalu teriadi pertarungan kepada ketiganya. Yang satu mendorong manusia untuk cinta dunia dan tak acuh dengan kehidupan akhirat, sementara yang satu lagi iustru mengaiak manusia itu untuk hidup di ialan Allah. Yang terakhir ini merupakan bentuk iiwa yang membuat hidup senang dan tenang dalam kebahagiaan di ialan Allah. D. Qalb Kata Qalb berasal dari qalaba yang berarti membolak-balik. Sebagai kata benda ia bermakna 'iantung, namun ia lebih popular diteriemahkan sebagai 'hati. Secara operasional, Alqur`an memberi gambaran bahwa qalb itu terletak dalam shudur, yang sering diartikan dada. Persoalan lebih laniut ialah shudur ada persamaan kata dengan sadar. Dalam otak iuga ada yang disebut dengan pusat sadar. Qalb merupakan suatu dorongan perasaan, ada yang bersiIat positiI dan ada yang negative. Yang positiI member dorongan ke arah keimanan kepada Allah dan yang negatiI member dorongan pembangkangan pada aiaran-aiaran Allah. Proses kerianya disebut iuga dengan istilah a`Iidah` ; Iuaada` yang sering diartikan perasaan. Dari ungkapan surat An-Nahl ayat 78, As-Saiadah ayat 9 dan Al-Mulk; diungkapkan bahwa perasaan dari qolb itu muncul setelah pendengaran dan penglihatan berIungsi. Bagi mereka yang tidak menggunakan ketiga alat ini untuk mempelaiari ayat- ayat Allah, baik yang berbentuk Alqur`an maupun alam semesta, surat al-A`raI ayat 179 menyatakan mereka mirip binatang bahkan lebih ielek.
E. Fikir dan Akal Kata Iikir dan akal tidak ditemukan dalam bentuk kata benda, tetapi bentuk yang ditemukan dalam Alqur`an adalah bentuk kata keria. Dari sini dapat dipahami bahwa diinIormasikan adalah proses kerianya, yaitu berIikir dan menggunakan akal. Pusat sumber berIikir ditemukan oleh penelitian manusia dalam bentuk saraI-saraI yang terhimpun pada otak. Alqur`an tidak memberikan inIormasi. Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan penelitian manusia tak mapu menemukan pusat keria akal. Sehingga sering teriadi pemahaman bahwa akal sama dengan Iikir. Alqur`an menginIormasikan bahwa qolb yang berIungsi membuat manusia berakal (surat Al-Haii ayat 46). 1. Fikir Fikir merupakan proses keria dari otak, dan proses ini teriadi hanya pada manusia. Perlu dianalisa bahwa binatang pun iuga punya otak, tapi ia mampu berIikir. Secara ilmu pengetahuan, manusia dapat meneliti segi struktur otaknya. Otak bukan hanya alat untuk berIikir, tetapi ia iuga merupakan alat untuk menggerakkan anggota tubuh. Besar kecilnya otak seseorang, tidak menentukan secara mutlak tinggi rendahnya kepandaian sesorang, tidak menentukan secara mutlak tinggi rendahnya kepandaian sesorang. Alqur`an maupun hadists tidak menerangkan bagaimana teriadinya proses berIikir itu. Menyelidiki proses berIikir merupakan tugas manusia dengan bekal ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Pola berIikir ilmiah dalam islam berbeda dengan pola berIikir ilmiah yang diungkapkan oleh Diamaludin KaIie. Surat Ar-Rahman ayat 2 dan 4 menginIormasikan bahwa ilmu itu ada dua macam, yaitu Alqur`an dan Al-Bayyan. Dengan dalil ini, maka pola berIikir ilmiah dalam islam itu adalah beraniak dari konseptual (Alqur`an) bandingkan dengan realita Iactual (Al-Bayyan) serta teori-teori dari para saintis dan uii kebenarannya (validitas) kembali dengan Alqur`an dan Sunnah Rasul. 2. Akal Sebagian para ahli menyamakan akal dengan Iikir dan ada pula yang menyamakannya dengan intelegensi. Gazalba menyatakan bahwa akal itu ialah penggunaan Iikir dan rasa secara serempak. Sementara Sukanto menyatakan bahwa akal itu lebih berakar pada hati daripada otak sebagai tempat tinggal lalu lintas berIikir, sedang akal mengikat konsep Iikir yang ada dalam hati. Dalam Alqur`an, kata ini tidak diiumpai dalam bentuk kata benda (isim), tetapi umumnya digunakan kata keria (Ii`il). Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa rumusan, yaitu : pertama, masalah yang dikaii adalah tentang akal dalam hubungannya dengan manusia, hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan kehidupan akhirat, hubungannya dengan masalah kerasulan, hubungannya dengan materi Alqur`an, hubungannya dengan masalah penciptaan manusia dan sikap hidup, hubungannya dengan kemasyarakatan, hubungannya dalam pengendalian kekayaan dan penataan alam. Kedua, masalah Iikir yang berhubungan dengan proses penciptaan alam, berhubungan dengan kebendaan, hubungannya dengan manusia dan kehidupan, dan hubungannya dengan kerasulan Muhammad SAW.
BAB III ISLAM SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
A. Islam Sebagai Suatu Organisasi Kehidupan Snouck Horgronie dalam sarannya kepada pemerintah Hindia Belanda yang kemudian meniadi pegangan pokok bagi pemerintah Hindia Belanda dalam politiknya meniaiah Indonesia waktu itu (awal abad XX) mengemukakan : 1. Islam sebagai kegiatan keagamaan berbentuk ibadah ritual perlu didukung dengan baik. 2. Islam sebagai kegiatan dan kekuatan politik, berarti ancaman bagi kekuasaan Belanda di Indonesia. 3. Islam sebagai kegiatan social, dapat dibiarkan saia. Teori Snouck Horgronie tersebut telah dipraktekkan di Aceh dan ternyata berhasil menaklukkan dan melumpuhkan kekuatan suku bangsa Aceh, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk menerapkan pola itu dalam memerintah dan mengendalikan daerah iaiahannya di Indonesia. Tidak sedikit pula kritik-kritik yang dilontarkan peniaiah terhadap pendapat Snouck itu. Namun, meskipun bertolak dari suatu asumsi yang salah tetapi iika diialankan dengan konsisten, asumsi yang salah satu itu dapat menciptakan realitasnya sendiri. Agama bukan bagian dari kebudayaan seperti yang dianalisis oleh orang-orang sekuler. Agama harus diletakkan sebagai sumber daya kreatiI dan sublimatiI (luhur) bagi pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia, khususnya pada penganut agama Islam. Sebagai seorang muslim, Islam harus merupakan aspek dari suatu kebudayaan, yang memberikan etos spiritual yang amat besar pengaruhnya bagi perkembangan kebudayaan. Agama harus ditempatkan sebagai Iactor pendorong (motivasi Iaktor) bagi kehidupan di dunia dan akhirat. B. Kematangan dan Kebahagiaan Hidup dalam Islam Mengimani Allah dalam aiaran Islam, dapat memecahkan masalah keragu-raguan. Aiaran tentang iman kepada Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, tanpa adanya oknum-oknum ataupun ikutan lain yang menempel padanya, akan mampu menghadapi tantangan-tantangan yang diberikan oleh proses kebudayaan dan proses perkembangan ilmu pengetahuan. Islam memerintahkan umatnya untuk beriman kepada hari akhir dan beriman kepada qdha dan qadar baik dan buruk. Beriman kepada hari akhir, dimana pada hari itu segala sesuatu perbuatan yang baik dan yang buruk dari manusi akan diperhitungkan secara teliti. Dengan demikian, terwuiudnya suatu system pengawasan yang sangat ketat sekali. 'Siapa yang berbuat baik walaupun sebesar zarrah, dia akan melihat hasil kebaikan itu. Dan siapa yang berbuat iahat walaupun sebesar zarrah dia pun akan melihat hasilnya (Surat Al-Zalzalah : 7-8). Dengan ianii yang demikian itu, makam seseorang muslim tidak perlu bersikap apatis dalam hidupnya, iika melihat adanya kepincangan atau ketimpangan dalam kehidupan sekarang ini. Dia pun tidak boleh terbawa oleh gelombang kepincangan hidup itu.
. Hidup Berilmu dan Berusaha Menuntut ilmu dalam islam, mempunyai tuiuan ganda. Di satu segi bertuiuan untuk menciptakan manusia untuk beriman, di segi lain bertuiuan untuk memperbaiki umat. Jika ilmu dipergunakan untuk menganalisa keiadian alam beserta isinya, akan membawa kesadaran pada keagungan dan kebesaran penciptanya. Jika ilmu dipergunakan untuk mengolah alam beserta isinya akan berIaedah untuk keseiahteraan umat manusia di dunia. Kedua-duanya akan berakhir untuk mencapai tuiuan keseiahteraan di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad SAW telah bersabda : 'Siapa yang ingi keduniaan, haruslah dengan ilmu; siapa yang ingin akhirat haruslah dengan ilmu; dan siapa yang ingin kedua-duanya, haruslah dengan ilmu. Dengan demikian, sebagai landasan untuk meniadi manusia yang berilmu dan beriman, diperlukan persyaratan : raiin membaca banyak berIikir dan menganalisa banyak mengadakan riset dan percobaan latihan dan pengamatan. Tekanan lebih laniut untuk menyuruh manusia berIikir dan menganalisa, tertera dalam Alqur`an yang berbunyi : 'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih berganti siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi kaum ulul albab, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang langit dan bumi, seraya berkata 'Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka (surat Ali-Imran: 190-191). Ilmu menurut Islam, bukan berarti hanya sekedar pengetahuan yang menyangkut masalah kehidupan materi semata, tetapi menyangkut keseluruhan segi kehidupan, baik material, spiritual, intelektual, religius, kultural, individu dan social yang siIatnya mencakup semua segi kehidupan manusia. Cara memperoleh ilmu itu ialah : !ertama, melalui usaha penyelidikan rasional berdasarkan pengalaman dan pengamatan. Atau dengan kata lain IPTEK. Kedua, melalui hidayah yang diberikan Allah pada manusia. Ilmu yang pertama diperoleh dari pengalaman dan pemikiran, sedangkan ilmu yang kedua diperoleh berdasarkan ketaatan pada Allah SWT.
D. Hidup Bersih. Rapi. Disiplin dan Sabar Seiak awal kelahiran Islam, wahyu kedua dan ketiga memberikan tuntutan umat Muhammad SAW untuk mengenal kebersihan, disiplin dengan waktu dan sabar, serta bertolong-tolongan dalam kebaikan. Wahyu kedua yang berbunyi 'watsivabakaa fa thahhir` (pakaian sucimu bersihkan) memberikan gambaran betapa persyaratan untuk meniadi seorang muslim itu dikehendaki agar selalu meniaga kebersihan. Pengertian pakaian bukan hanya sebatas pada pakaian iasmani saia, tetapi iuga pakaian rohani (alam pikiran). Dengan demikian, kebersihan dalam Islam menyangkut segala sesuatu yang dipergunakan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan lingkungan. Hubungan timbal balik antara iasmani dan rohani tidak dapat dipisahkan, iasmani adalah pakaian rohani dan rohani adalah pakaian iasmani. Oleh karenanya, kedua unsur itu harus disucibersihkan. Kesucian dan kebersihan itu akan berlaniut menuiu perbuatan ihsan, yang dalam arti bahasa bermakna 'berbuat tepat, sedangkan menurut istilah dalam Islam, berbuat ihsan itu bermakna 'apabila seseorang itu berbuat sesuatu, ia seolah-olah melihat Allah, atau sekurang-kurangnya menyadari bahwa Allah selau melihat apa yang dikeriakannya. Ketertiban shalat dan kebersihan serta kesucian diri sebelum shalat, mendorong seorang muslim itu selalu disiplin dengan waktu. Janiinya sebagai seorang muslim dengan kalimat syahadat yang diucapkannya akan ditepati dengan sebaik-baiknya. Kalimat syahadat pertama merupakan ianii kepada Allah, sedang kalimat syahadat kedua merupakan ianii kepada Rasul atau utusan Allah. Ketepatan ianii kepada Allah dibuktikan dengan sikap dan perilaku serta perbuatannya sehari-hari yang selalu dalam garis-garis yang dibenarkan Allah dan Rasul-Nya. Selain kebersihan dan kedisiplinan, Islam menekankan umatnya agar hidup sabar. Kesabaran merupakan sendi utama dalam hidup bermasyarakat. Shaum (puasa) merupakan ibadah ritual yang berIungsi membina manusia hidup sabar, mampu menahan segala macam hawa naIsu, termasuk naIsu marah atau sakit hati pada orang lain. Dengan demikian komplikasi pada dirinya dan kericuhan dalam keluaraga dan masyarakat akan dapat terhindar.
E. Hidup Berkeluarga dan Bermasyarakat 'Nikah adalah sunnahku, siapa yang tidak mengikuti sunnahku, bukan umatku. Bertitik tolak dari hadits itu, maka pernikahan dalam Islam merupakan salah satu aiaran pokok. Hal ini berarti bahwa melaksanakan pernikahan atau perkawinan dalam Islam merupakan perwuiudan dalam rangka memenuhi tuntutan Allah, buka sekedar pemenuhan kebutuhan seksual semata. Saling kenal antara kedua calon suami sitri berikut sanak saudara beserta keluarganya, adalah merupakan aniuran, dengan pembatasan bahwa pergaulan perkenalan itu tidak boleh berduaan saia di tempat yang sepi. Syarat utama yang dikehendaki Islam adalah mencari pasangan hidup dan pertimbangan utamanya ialah kesamaan agama. Kemudian baru menyusul Iaktor keturunan, kecantikan dan kekayaan. Masalah cinta adalah masalah kedua. Agama tidak boleh dikorbankan dengan alasan cinta. Individu yang berakhlak, membawa lingkungan keluarga yang berakhlak pula. Keluarga yang berakhlak mulia membawa lingkungan masyarakat yang berakhlak mulia pula. Jika ini dapat terwuiud, maka akan tercipta pula suatu negara yang penduduknya berakhlak tinggi dan bertakwa. Dalam hidup bermasyarakat, diperlukan pemimpin- pemimpin. Dalam konsep Islam manusia diciptakan untuk meniadi khaliIah di muka bumi. Dengan dasar itu, setiap individu dibekali dengan siIat-siIat kekhaliIahan.
BAB IV AL-QUR`AN. SUNNAH RASUL. I1TIHAD SEBAGAI SUMBER A1ARAN ISLAM
A. Sistematika Sumber Ajaran Islam Berpedoman pada surat An-Nisa ayat 59, para ahli sepakat bahwa sumber aiaran Islam yang utama ialah : Alqur`an dan Al-Hadits. Kesepakatan ini diperkokoh dengan hadits nabi Muhammad SAW yang menyatakan : 'Aku tinggalkan pada kalian dua pedoman hidup, yang siapa berpegang kepadanya selamatlah dia. Pedoman itu ialah Kitabullah dan Sunnahku. Dalam kesempatan lain, ketika Muaz bin Jabal akan berangkat ke Yaman sebagai Duta, nabi bertanya kepada Muaz : 'Hai Muaz, iika umatnya bertanya padamu tentang sesuatu masalah, dalil apa yang engkau gunakan? Muaz meniawab : 'Dengan alqur`an. Nabi bertanya : 'Jika tidak terdapat dalam Alqur`an bagaimana?. Muaz meniawab : 'Dengan sunahmu. Nabi bertanya lagi : 'Jika tak ada dalam sunahku?. Muaz meniawab : 'Dengan iitihadku. Berpedoman pada sunnah Rasul ini, maka ahli hukum Islam (ahli Iiqih) menambah sumber aiaran Islam yang ketiga yaitu iitihad atau hasil iitihad. Namun memsuki abad XIV Masehi, geiala kemunduran mulai tampak. Hal ini disebabkan sumber utama Alqur`an dan Sunnah mulai kurang mendapat analisis, sementara iitihadnya lebih menoniol. Suasana itu membuat para ahli Iiqih periode berikutnya berIikir ulang tentang penggunaan iitihad. Persyaratan iitihad dipersulit, sehingga orang tidak berani lagi untuk beriitihad. Dikukuhkanlah sebagai sumber aiaran Islam berikutnya. Selain Alqur`an dan Sunnah Rasul, yaitu : 1. Ijma ulama, yaitu kesepakatan para ulama tentang suatu masalah. 2. Qiyas, yaitu dalil yang diambil berdasarkan kasus yang hamper sama mirip dengan asbabun nuzul (kasus yang menyebabkan turunnya ayat Alqur`an) atau asbabun wurud (kasus yang menyebabkan keluarnya sunnah Rasul). Selain sumber yang empat itu, ada sumber lain yang tidak meniadi kesepakatan ulama, seperti istihsan yaitu mengambil dalil dari berbagai macam ide pemecahan yang ada lalu dipilih yang terbaik. Disamping itu ada maslahat mursalah yaitu mengambil dalil dengan memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
B. Ayat-Ayat Qot'iv dan Zhannv 1. Ayat-ayat Alqur`an dari Segi Sumbernya Ayat-ayat Alqu`an bila ditiniaudari segi diwahyukan kepada Rasul SAW yang kemudian disampaikan kepada umatnya semuanya adalah pasti (qati). artinya dapat dipastikan bahwa setiap ayat yang dibaca adalah hakikat nash Alqur`an yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan disampaikan oleh Rasul SAW kepada umatnya tanpa ada perubahan atau penggantian. Ketika turun kepadanya sebuah surat, atau satu ayat kemudian disampaikan kepada para sahabatnya, dibacakan kepada mereka, dan dituliskan wahyunya. Bahkan diantara sahabatnya ada yang menulisnya untuk dirinya sendiri. Diantara mereka banyak yang menghaIal dan membacanya setiap waktu. Pada waktu Rasul SAW waIat, ayat Alqur`an telah ditadwinkan (dibukukan) menurut kebiasaan pentadwinan orang Arab. Ayat-ayat tersebut iuga telah dihaIal oleh sebagian besar umat Islam. Penulisannya dihimpun satu sama lain menurut urutan yang pernah dibacakan oleh Rasul SAW kepadanya dan kepada para sahabat pada masa hidupnya. Himpunan ini, termasuk apa yang dihaIal oleh para HuIIazh, meniadi tempat kembali umat Islam dalam menerima Alqur`an. Pemeliharaan himpunan ini telah dilakukan oleh Abu Bakar pada masa hidupnya dan pada masa Umar, himpunan ini ditulis ulang meniadi empat copy sedangkan kitab aslinya ditinggalkan kepada anak perempuannya yaitu HaIshah ummil mu`minin. Ketika Utsman meniadi khaliIah, himpunan Alqur`an diambil dari HaIshah dan dinaskahkan dengan perantara Zaid bin Tsabit. Dengan dibantu beberapa tokoh besar Muhaiirin dan Ansor, naskah ditulis meniadi beberapa naskah dan dikirim ke berbagai kota umat Islam. Dengan demikian Abu Bakar telah memelihara hasil pentadwinan ayat Alqur`an sehingga tidak sedikitpun ada yang hilang. Sedangkan Utsman menyatukan umat Islam pada suatu himpunan dari hasil pentadwinan tersebut dan menyebarluaskan pada umat Islam, sehingga mereka tidak saling berselisih tentang laIal dan bacaannya. Umat Islam melakukan penukialan (pemindahan Alqur`an dengan bentuk tulisan dari MushaI yang telah dibukukan; atau dengan cara menerima secara langsung dari HuIIazh (penghaIal Alqur`an) dari generasi silih berganti dalam bebrapa abad. Meluasnya Islam ke wilayah non-Arab , teriadi salah satu pada kaum non-Arab. Ali bin Abi Thalib membentuk tim untuk memberi tanda baca.
2. Ayat-ayat Alqur`an Ditinjau dar Segi Penunjukannya (/alalah) Ayat-ayat Alqur`an apabila ditiniau dari aspek dalalahnya atas hukum-hukum yang dikandungnya dibagi meniadi dua bagian, yaitu : a. Ayat-ayat yang qoth`i dalalahnya atau yang muhkam dalalahnya. b. Ayat-ayat yang Zhoni dalalahnya atau mustasyabih. Adanya dua macam dalalah tersebut diielaskan Allah dalam surat Ali-Imran ayat 7. Ayat-ayat Qoth`I dalalahnya ialah ayat yang menuniukkan pada makna yang bisa dipahami secara tertentu, tida ada kemungkinan menerima ta`wil dan tidak ada kemungkinan menerima ta`wil dan tidak ada tempat bagi pemahaman arti yang selain itu, seperti Iirman Allah dalam surat An-Nisa ayat 12 : 'Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, iika mereka tidak mempunyai anak. Ayat tersebut penuniukannya pasti, artinya bagian suami dalam keadaan tidak punya anak adalah seperdua, tidak lebih dan tida kurang. Serta seperti Iirman-Nya dalam soal menindak laki-laki dan perempuan yang berzina dalam surat An-Nur ayat 2. Perempuan yang berzina dan laki-lak yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera. Penielasan yang bersiIat honni umumnya berlaku bidang muamalat dalam arti luas yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dalam kehidupan masyarakat. Karena kehidupan masyarakat selalu berkembang, maka penerapan hukum akan mengalami perubahan. Dalam bidang inilah kaidah : 'Perubahan hukum berdasarkan perubahan waktu dan tempat dan berlaku pula daya reIormulasi bila keadaan menghendaki misalnya poligami pada suatu waktu dan tempat dinyatakan boleh bahkan harus serta pada suatu waktu dan tempat lain dapat dinyatakan terlarang. Dalam hal ini diketahui bahwa masalah qath`i dan Zhonni bermuara pada seiumlah argumentasi yang maknanya disepakati oleh ulama (muima alyh) sehingga tidak mungkin lagi timbul makna yang lain kecuali makna yang telah disepakati. . Kualitas Sunnah Rasul atau Hadists Di kalangan umat Islam, kata Sunnah Rasul kurang popular disbanding dengan hadist, padahal nabi menyebutkan kata 'Sunnahku. Bicara konsep bahasa, keduanya mempunyai pengertian yang sama. Sunnah Rasul ialah apa yang diperbuat, atau dikatakan atau sikap yang dituniukkan oleh Rasul tentang sesuatu hal atau masalah. Sunnah ini dapat kita kenal melalui ucapan para sahabat yang dicatat oleh generasi tabi`it tabi`in yang dipelopori oleh Bukhari dan Muslim. Sedangkan hadist ialah ucapan para sahabat tentang apa yang diperbuat atau dikatakan Rasul tentang sesuatu hal atau masalah. Hadist ini iuga dikenal melalui catatan yang diangkat oleh para tabi`it tabi`in. Perbedaannya terletak pada rangkaian peristiwa untuk menilai apakah ungkapan tentang apa yang diperbuat, dikatakan, atau sikap Rasul itu sunnah atau hadist dapat dianalisa dari apakah pada ungkapan itu ada rantaian peristiwa atau ungkapan lepas. Jika ada rangkaian peristiwanya (yang dalam istilah ilmu hadist diebut asbabul wurud), maka ungkapan itu merupakan kalimat lepas maka ia disebut hadist. Oleh karena itu sunnah Rasul lebih banyak dapat diikuti dari buku-buku tentang kisah kehidupan Rasul. Sedang hadist dapat dipelaiari dari kitab-kitab hadist yang telah disusun oleh para ulama hadist yang dipelopori oleh Bukhari dan Muslim. Namun harus dicermati bahwa dalam kitab-kitab itu iuga ada ungkapan tentang Rasul yang bersiIat ungkapan lepas dan yang ada untaian peristiwanya. Disinilah diperlukan ketelitian dan keielian. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sunnah Rasul lebih tinggi kualitasnya disbanding maqbul dan mardud. Yang dimaksud dengan maqbul menurut bahasa adalah 'yang diterima, yang dimaksud dengan mardud menurut bahasa adalah 'yang ditolak atau yang tidak diterima. Dengan demikian hadist maqbul adalah hadist yang dapat diterima atau pada dasarnya dapat diiadikan huiiah (sumber hukum) atau dalil, yakni dapat diiadikan pedoman dan panduan pengalaman syariat, dapat diiadikan alat istibbath (penetapan) bayan (penielasan) terhadap Alqur`an. Sedangkan hadist mardud adalah hadist yang ditolak atau tidak dapat diiadikan huiiah. 1. Hadist mutawatir ialah hadis yang didasarkan pada kesaksian panca indera, biasa melalui perbuatan atau melaui ucapan atau bahkan pertimbangan sahabat tentang Rasul, yang dikabarkan oleh seiumlah orang yang mustahil mereka itu dusta. 2. Hadist ahad yaitu hadist yang para perawinya tidak sampai pada iumlah perawi hadist mutawatir tidak memenuhi persyaratan mutawatir dan tidak mencapai deraiat mutawatir. Hadist ahad terbagi meniadi : a. Hadist Shahih, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh perawi yang adil sempurna ingatan sanadnya bersambung tidak ber`ilat dan tidak ianggal. b. Hadist Hasan, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seseorang yang adil tidak begitu kokoh ingatannya, bersambung sanadnya tidak terdapat illat serta keianggalan. c. Hadist Dhaif, yaitu hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat- syarat hadist shahih dan hadist hasan.
D. Fungsi Sunnah Rasul dalam Syari`ah Islam Alqur`an adalah sumber aiaran yang pertama dan As-Sunnah adalah sumber yang kedua setelah Alqur`an. Dari pendapat para ulama tentang Iungsi hadist sebagai dasar hukum Islam dan Iungsi hadist sebagai penielasan dan interpretasi terhadap Alqur`an, dapat dirumuskan beberapa Iungsi sebagai berikut : a. Memperkuat apa yang diterngkan Alqur`an misalnya hadist Nabi SAW tentang melihat bulan untuk berpuasa ramadhan : Berpuasalah kamu sesudah melihat bulan dan berbukalah kamu sesudah melihatnya (HR.Bukhari Muslim). Hadist ini menguatkan Iirman allah SWT. 'Maka barang siapa mempersaksikan daripada kamu akan bulan hendaklah ia berpuasa(surat Al-Baqarah ayat 185). b. Menerangkan apa yang tidak mudah diketahui (tersembunyi pengertiannya) misalnya Nabi SAW : 'Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat (H.R. Bukhari Muslim). c. Menggantikan suatu hukum atau memperielas. Tetapkanlah atas kamu apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, iika ia meninggalkan harta yang banyak berwasiat untuk ibu, bapa dan karib kerabat secara mar`Iu (ini adalah) kewaiiban atas orang-orang yang bertakwa. Tentang hal di atas, Nabi menyatakan 'Tidak ada wasiat bagi ahli waris. Jika ayat tersebut menyuruh berwasiat kepada orang tua padahal orang tua itu termasuk ahli waris, maka hadist yang menyatakan 'tak ada wasiat bagi ahli waris, member makna bahwa dalam wasiat yang ditinggalkan pada orang tua atau kerabat itu tidak mengatur bagian tambahan atau pengurangan hak orang tersebut. Di sisi lain, ayat ini memerintahkan member wasiat tanpa batas. d. Memberikan keterangan secara luas pada sesuatu yang diterangkan secara ringkas oleh Alqur`an. e. Mewuiudkan sesuatu hukum yang tidak tersebut dalam Alqur`an seperti mengharamkan pernikahan mereka yang sesusuan, mengingatkan hadist : Haram lantaran radha (sesusuan) apa yang haram lantaran nasab (keturunan) (H.R.Ahmad dan Abu Daud). I. Mengkhususkan sesuatu dari umum ayat misalnya : 'Diharamkan bagi kamu memakan bangkai , darah, dan daging babi (surat Al-Maidah ayat 3). Dalam hal ini ada hadist yang mengecualikannya yaitu : 'Dihalalkan bagi kamu dua macam bangkai dan dua macam darah. Dua macam bangkai itu adalah bangkai ikan dan belalang. Sedang dua macam darah adalah hati dan limpa (HR. Ibnu Maiah dan Hakim). E. Urgensi Ijtihad Iitihad adalah usaha yang bersungguh-sungguh dalam mempergunakan daya Iikir untuk memahami ayat Alqur`an dan Sunnah yang penuniukkan maupun kebeneran materinya zhanni serta memecahkan permasalahan yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip terkandung dalam Alqur`an dan Sunnah. 1. Ruang Lingkup Ijtihad Iitihad dapat digunakan dalam dua hal yaitu : a. Dalam masalah yang sudah diatur oleh nash, tetapi dalilnya atau penuniukkan dalilnya bersiIat zhanni yaitu mengandung unsur keraguan dan kesamaran, baik berkaitan dengan arah sumbernya ataupun makna dan tuiuannya maka dalam hal ini terdapat ruang untuk beriitihad. b. Dalam masalah yang tidak ada ketentuannya sama sekali. Untuk hari ini para ulama menetapkan suatu ketentuan baru yang tidak bertentangan dengan ketentuan ayat yang sudah ada, karena memang ayatnya belum ada. 2. Metode Ijtihad Adapun macam-macam metode iitihad antara lain : a. Menetapkan hukum yang sama sekali tidak disebut dalam ayat dengan pertimbangan demi kepentingan hidup manusia, menarik manIaat dan menghindar mudarat. b. Menetapkan sesuatu demi kebaikan yang lebih. Atau sering disebut dengan metode istihsan, umpama :memindahkan tanah waqaI yang terkena rencana ialan. c. Menggunakan dalil yang ada sampai terdapat dalil yang mengubahnya atau sering iuga disebut dengan metode istishab. d. Menggunakan kebiasaan yang berlaku (adat istiadat) dalam suatu masyarakat seiauh hal itu tidak bertentangan dengan Islam. Metode ini disebut metode urf. . Langkah-Langkah dalam Berijtihad Tanpa memperhatikan ilmu taIsir dan teori ilmu, iitihad yang dihasilkan akan keliru. Untuk itu perlu diperhatikan langkah-langkah berikut : 1) Orang yang beriitihad harus bertakwa dalam arti bertuhan Allah SWT dan beriman pada Alqur`an dengan mencontohkan sunnah Rasul. 2) Dalam beriitihad harus memerhatikan bahwa Alqur`an tersusun secara sistematika. 3) Dalam menganalisis kebenaran suatu gagasan harus didasarkan pada data yang konkrit. 4) Pengertian yang didasarkan atas bahasa, metodologi, sistematika serta analitika harus dicocokkan dengan pola atau contoh yang pernah dipraktekkan Nabi Muhammad SAW. . Perbedaan Pendapat Hasil Ijtihad Islam bukan saia mentolerir perbedaan hasil iitihad tetapi menegaskan bahwa perbedaan hasil iitihad akan membawa kelapangan atau rahmat bagi umat sebagaimana sabda Rasul SAW : 'Perbedaan pendapat di kalangan umat akan membawa rahmat. Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil iitihad : 1) Pengertian Kata (LaIazh ayat/hadist) 2) Kaidah ushul Fiqih 3) Status Hadist 4) Ketentuan Hukum Ayat BersiIat taabbudi (ubudiyah) atau taaqquli (masuk akal) 5) Qiyas . Reorientasi Ijtihad Adapun bentuk iitihad yang diperlukan sekarang adalah : a. Ijtihad Selektif, yaitu memilih salah satu pendapat yang diyakini paling kuat dari pendapat-pendapat yang ada. Cara melakukan iitihad ini adalah mengadakan studi komparatiIdiantara pendapat-pendapat yang ada, dengan memilih dalil-dalil iitihad yang diiadikan dasar pendapat tersebut. b. Ijtihad Kreatif, yaitu menetapkan ketentuan baru terhadap suatu masalah dimana ketentuan tersebut belum pernah dikemukakan ulama terdahulu, baik masalah baru atau lama.
BAB V IMAN SEBAGAI FONDASI HIDUP UMAT ISLAM
A. Pengertian Iman dan Proses Terbentuknya Kata iman adalah bentuk masdar (kata dasar). Bentuk fiil atau kata kerianya: 'aamana` (bentuk telah) dan 'vuminu` bentuk mudhari yang berarti sedang atau akan. Dengan demikian menurut etimologi bahasa dan teori kata tersebut berart keadaan tentang sikap seseorang. Aamana berarti tealah beriman dan Yuminu berarti sedang beriman. Sedangkan sebutan mu`min adalah orang yang beriman. Dilandasi pendirian bahwa hati seseorang hanya Allah yang mengetahuinya, maka beriman atau tidaknya seseorang yang telah mengetahui hanyalah Allah. Akibat dari pengertian seperti ini maka apabila seseorang telah mengucap dua kalimat syahadat telah dinyatakan sebagai orang yang beriman dan seseorang yang di dalam tanda pengenalnya telah mencantumkan beragma Islam maka dianggap telah beriman. Jika diperhatikan surat Al-Baqarah ayat 165 menyatakan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah ialah orang yang asyaddu hubbanilah (yang amat cinta kepada Allah). Ayat tersebut menielaskan bahwa iman identik dengan hub (cinta). Mengimani Allah berarti cinta dan rindu untuk hidup dengan aiaran Allah. Apa yang diharapkan Allah telah meniadi kemauannya. Hadist nabi yang diriwayatkan Ibnu Maiah mengemukakan bahwa 'Iman adalah ikatan antara kalbu, ucapan dan perilaku. Dengan istilah lain iman adalah kesatuan, keselarasan, keserasian, keseimbangan antara isi hati dengan ucapan dan perbuatan.
B. iri-iri dan Konsekwensi Mukmin Jika iman diartikan percaya maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada seorangpun yang mengatahuinya, kecuali hanya Allah saia. Tetapi pengertian iman yang benar meliputi aspek kalbu, ucapan, dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang beriman dapat diketahui dan diteliti. Ciri-ciri yang prinsip dapat disebut antara lain : a. Jika disebut nama Allah bergetar hatinya untuk mendekatkan diri pada-Nya. Ia akan berusaha agar nama Allah itu tidak lepas dari ingatannya sehingga untuk setiap apapun yang dikeriakannya selalu dengan motivasi 'lillahi ta`ala (karena perintah Allah) dan iika dibacakan ayat-ayat Al-Qur`an bergeiolak hatinya untuk melaksanakan (surat Al-AnIal ayat 21). b. Tawakal, yaitu senatiasa berusaha keras bagaimana hsilnya diserahkan kepada Allah. Orang yang tawakal adalah orang yang menyandarkan segala aktivitasnya atas perintah Allah. Dalam bekeria keras itu, ia sudah harus mempelaiari hasilnya. Andaikata ia gagal memperoleh hasil yang diperhitungkan semula ia tidak akan berputus asa karena ia sadar sepenuhnya bahwa kewaiibannya adalah bekeria keras, diiringi doa (surat Ali-Imran ayat 120, surat Al-Maidah ayat 12, surat Al-AnIal ayat 2, surat At-Taubah ayat 52, surat Ibrahim ayat 11, surat Al-Muiadalah ayat 10 dan surat At-Taghabun ayat 13). c. Tertib mengeriakan shalat dengan khusyu dan meniaga waktu pelaksanaannya (surat Al-AnIal ayat 3 dan surat Al-Mukminun ayat 2 dan 7). Betapapun sibuknya ia bekeria, iika dating waktu shalat maka ia akan segera melaksanakannya. d. Selalu menaIkahkan sebagian dari setiap rezeki yang diterima dalam rangka menyucikan rezeki yang diperolehnya itu (surat Al-AnIal ayat 3, surat Al-Mukminun ayat 4). e. Menghindarkan kata-kata yang tidak bermanIaat dan meniaga kehormatan (surat Al- Mukminun ayat 3 dan 5). I. Memelihara amanah dan menepati ianii (surat Al-Mukminun ayat 6 dan surat Al- Maidah ayat 1). g. Beriitihad selalu di ialan Allah dan suka menolong (surat Al-AnIal ayat 74). Yang dimaksud beriitihad di ialan Allah ialah mengeriakan sesuatu yang bermanIaat baik untuk dirinya maupun lingkungannya secara bersungguh-sungguh dengan motivasi. h. Tidak meninggalkan satu pertemuan sebelum meminta izin pada pihak penyelenggaraan (surat An-Nur ayat 62).
. Pembinaan Iman Kata pembinaan iman menurut etimologi berasal dari kata-kata bana yang berarti membangun, sedangkan kata-kata binaan seperti pembangunan. Apabila iman diartika sebagai pandangan dan sikap hidup maka pembinaan iman berarti membina manusia seutuhnya. Beberapa langkah yang paling cocok yaitu pembukukan diri (internalisasi) yang dapat dicapai melalui 4 langkah yaitu : 1. Studi Sebagai Suatu Pembinaan Alam Fikiran Alam Iikiran adalah merupakan suatu system yang senantiasa membuka berbagai kemungkinan masuknya berbagai pengaruh. Suatu sikap yang telah terbentuk di dalam diri seseorang apabila tidak mendapat pembinaan yang terus menerus akan teriadi erosi sikap yang akhirnya pudar dan bergeser. Studi yang dapat diharapkan dalam rangka pembinaan iman adalah studi yang dilandasi dengan motivasi Bismillah yaitu berharap dapat hidup menurut ketentuan Allah bukan dengan motivasi lain. 2. Shalat sebagai Pembukuan Diri Menjadi Mukmin Shalat menurut bahasa adalah doa atau harapan, yang dimaksud dengan shalat menurut istilah adalah suatu harapan agar dapat hidup menurut ketentuan Allah yaitu meniadi seorang mukmin dengan cara yang telah diatur sedemikian rupa seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Shalat maktubah yang lazim dikenal dengan shalat lima waktu disamping berIungsi sebagai pembinaan kepribadian secara individual iuga berIungsi sebagai pembinaan kepribadian berkelompok baik keluarga maupun masyarakat terbatas yaitu dilakukan dengan shalat beriamaah. . Puasa (shaum) Sebagai Bukti Seorang Itu Telah Menjadi Mukmin Surat Al-Baqarah ayat 183 menyeru orang-orang yang beriman untuk mengeriakan puasa ramadhan dengan harapan agar orang yang beriman itu lebih cepat mencapai tingkat takwa. Dengan mengeriakan puasa, diri dibendung dari perbuatan yang dilarang agama, mata diiaga, ucapan-ucapan mulut dipelihara, iangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Jika semua itu dilakukan karena kesadran yang penuh maka nyata tingkat- tingkat mencapai takwa itu secara langsung dapat dilalui selama bulan puasa. . Haji Sebagai Pembinaan Hubungan Internasional Haii adalah merupakan rukun Islam yang kelima. Terhadap mereka yang mampu dituntut melaksanakannya. Haii mempunyai banyak Iungsi dimana paling pokok yang selama ini kurang disadari adalah untuk membina hubungan antar bangsadi seluruh peniuru dunia.
BAB VI HIKMAH IBADAH
A. Prinsip-Prinsip Ibadah 1. Ada Perintah dan Ketentuan Dalam melakukan ibadah kepada Allah manusia tidak mempunyai kekuasaan menentukan bahkan sebaliknya manusia sangat terikat terhadap ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah dan Rasuul-Nya.Untuk ibadah shalat, puasa, zakat dan haii dengan ielas terdapat perintah dan ketentuan dalam Alqur`an. 2. Meniadakan Kesukaran Keseluruhan ibadah dalam syariat Islam tidak ada yang menyukarkan dan memberatkan mukallaI atau orang yang dikenai kewaiiban apalagi yang tidak mungkin dilaksanakan. Semua ibadah berada dalam batas kewaiaran dan seialan dengan kadar kesanggupan manusia. Prinsip kedua ini diterangkan Allah dalam Alqur`an surat Al-Baqarah ayat 185 : 'Allah mengehendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. 3. Tidak Banyak yang Dibebankan Prinsip yang ketiga ini berhubungan dengan prinsip kedua di atas, karena apabila banyak yang dibebankan tentu akan berakibat timbulnya kesukaran. Yang dimaksud dengan prinsip tidak banyak yang dibebankan adalah bahwa pembebanan dalam syari`at Islam iika dibandingkan dengan waktu dan keadaan, sesungguhnya tidak dapat dikatakan banyak. Yang mendasari prinsip ini adalah Iirman Allah surat Al- Maidah ayat 101 : 'Hai orang-orang yang beriman, ianganlah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang iika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan iika kamu menanyakan di waktu Alqur`an itu sedang diturunkan niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaaIkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
B. Penggolongan Ibadah Penggolongan ibadah ditentukan berdasarkan titik pandang yang digunakan untuk menilainya. Secara umum ibadah dalam Islam dikelompokkan meniadi : 1) Ibadah ammah atau ibadah qhairu (non ritual) yaitu semua perbuatan positiI yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata mencari keridhaan Allah. 2) Ibadah Khasshah atau ibadah mahdkkah (ritual) yaitu segala kegiatan yang ketentuannya telah ditetapkan nash Alqur`an dan As-Sunnah. Ditiniau dari segi pelaksanaannya ibadah dalam Islam dibagi meniadi tiga bagian yaitu : 1) Ibadah iamaniah Ruhiyah yaitu ibadah yang dalam pelaksanaannya memerlukan kegiatan Iisik disertai iiwa yang tulus dan ikhlas kepada Allah. 2) Ibadah Jasmaniah Ruhiyah Maaliyah yaitu ibadah yang pelaksanaannya memerlukan kekuatan Iisik dan mental yang membaia dan materi. Contohnya adalah haii dalam Islam hanya diwaiibkan pada orang yang mempunyai kemampuan (istithah). Ditiniau dari segi kepentingan ibadah dalam aiaran Islam dibedakan meniadi dua kelompok : 1) Ibadah Iardy yaitu ibadaah yang manIaatnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melakukan saia dan tidak hubungannya dengan orang lain. Contohnya : shalat dan shaum merupakan ibadah yang berhubungan langsung antara manusia dengan Allah. 2) Ibadah Iitima`I yaitu ibadah yang manIaatnya disamping dirasakan oleh orang yang melakukan iuga dapat dirasakan oleh orang lain. Contohnya adalah ibadah zakat. Dilihat dari segi waktu pelaksanaannya ibadah dalam Islam, dikelompokkan meniadi dua bagian yaitu : 1) Ibadah Muqawat yaitu ibadah yang waktu pelaksanaannya dengan waktu-waktu yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Apabila dilaksanakan diluar waktunya maka nilainya meniadi tidak ada atau meniadi tidak sah. Misalnya ibadah shalat, setiap shalat mempunyai waktu tertentu artinya setiap shalat harus dilaksanakan pada waktunya masing-masing. 2) Ibadah Ghairu Muqawat (waktu) yaitu ibadah yang waktu pelaksanannya tidak tergantung dengan waktu-waktu tertentu artinya selama diizinkan Allah maka hal itu dapat dilakukan. Misalnya untuk bertasbih dan zikir kepada Allah hal itu dapat dilakukan kapan saia. Dilihat dari segi status hukumnya, ibadah dibagi meniadi dua bagian yaitu : 1. Ibadah waiib yaitu ibadah yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah. Apabila tidak dikeriakan yang bersangkutan akan mendapat dosa misalnya shalat, puasa dan zakat. 2. Ibadah sunnah yaitu ibadah yang sebaiknya dilaksanakan. Apabila dilaksanakan yang bersangkutan mendapat pahala dan apabila tidak dilaksanakan yang bersangkutan tidak mendapat dosa misalnya shalat rawatib dan shalat dhuha.
D. Tujuan dan Hikmah Ibadah Islam adalah agama Rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu diperlukan manusia yang bertakwa atau patuh pada segenap perintah dan larangan Allah. Mereka itu tidak lain adalah manusia yang bersih hatinya dan baik akhlaknya. Manusia seperti inilah yang dapat memberikan kebaikan-kebaikan, sehingga Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dan dirasakan. Pada hakekatnya hal itu merupakan tuiuan agama Islam. Ibadah sebagai suatu kewaiiban bertuiuan untuk membina rohani dan akhlak manusia. Ibadah dalam Islam merupakan wasilah atau perantara dan sama sekali bukan ghayah atau tuiuan. Oleh karena itu Islam rahbanah dan bukan pula agama yang mengaiarkan untuk berlebih-lebihan mengeriakan ibadah. Adapun tuiuan ibadah secara rinci adalah : 1. Untuk Membina Rohani Ibadah yang terdapat dalam syari`at Islam yaitu shalat, puasa, zakat dan haii selain untuk menyatakan ketakwaan kepada Allah iuga bertuiuan untuk meniadikan rohani manusia senantiasa tidak lupa pada Allah bahkan supaya senantiasa dekat dengan Allah. 2. Untuk Membina Akhlak Akhlak atau budi pekerti luhur merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bahkan ia merupakan Iaktor penentu kebaikan dan ketentraman suatu masyarakat. Oleh karena itu tidak heran iika hal itu banyak disinggung Allah dalam Alqur`an. Selain itu Rasulullah sendiri menyatakan bahwa diutusnya beliau ke dunia adalah untuk menyempurnakan pedoman aiaran akhlak. Rasulullah pernah mengatakan bahwa Allah telah menetapkan Islam sebagai agamamu, maka hiasilah agama itu dengan akhlak mulia dan hati yang pemurah. 3. Memelihara Keseimbangan Unsur Rohani dan Jasmani Islam mengaiarkan bahwa manusia yang berunsur iasmani dan rohani yang hidup di dunia menuiu akhirat, masing-masing unsure harus memperoleh tempat yang seimbang. Alqur`an surat Al-Baqarah ayat 201 mengaiarkan agar manusia mohon kepada Tuhan untuk diberi kebaikan hidup di dunnia dan kebaikan hidup akhirat serta dipelihara dari siksa neraka. BAB VII IMPLEMENTASI AKHLAK AL-KARIMAH
1. Akhlak Terhadap Allah SWT Allah adalah pencipta dan pemelihara alam semesta dengan segala isinya. Allah telah menciptakan segenap isi ala mini untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh sebab itu kewaiiban manusia kepada Allah ialah berbuat baik antara lain : a. Mengimani Allah SWT dengan sepenuh iiwa setulus hati b. Meniauhi larangan Allah c. Melaksanakan perintah Allah d. Mensyukuri nikmat Allah e. Bertawakal kepada Allah
2. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW Berakhlak baik terhadap Rasulullah antara lain : a. Meyakini dengan tidak meragukan sedikitpun kerasulannya (surat Al-Fath ayat 29, Al-Ahzab ayat 40) b. Membaca shalawat dan salam bagi Rasul (surat Al-Ahzab ayat 56) c. Mencontoh dan mengamalkan keteladanan beliau dalam berbagai aspek kehidupan. d. Berziarah ke makam beliau di Madinah adalah perbuatan terhormat sebagai salah satu wuiud rasa cinta kepada Rasul. e. Memberi gelar-gelar sebutan yang baik dan mulia kepada Rasul seperti Habibullah, Ulilamri, dsb.
. Kepribadian Muslim Pertama-tama Islam menuntun etika dasar tersebut antara lain : a. Menghindarkan kata-kata yang tidak bermanIaat dan meniaga kehormatan (surat Al- Mukminuun ayat 3, 5). b. Dalam melaksanakan tugas kesehariannya dilandasi motivasi lillahi ta`ala seorang mukmin selalu bersiIat waspada (surat An-Nisa ayat 71) dan teliti agar tidak timbul Iitnah akibat perbuatannya (surat Al-AnIal ayat 25) dan penyesalan (surat An-Nisa ayat 94). c. Dalam memelihara kesehatn dirinya ia akan memilih makanan yang bergizi dari rezeki yang diberikan Allah (surat Al-Baqarah ayat 173, Al-Maidah ayat 90-91). d. Untuk meningkatkan kualitas seorang mukmin disamping selalu membiasakan tobat sering mengembara.
. Akhlak dalam Berkeluarga Setiap pribadi berkeluarga. Untuk itu Islam member pula tuntunan etika berkeluarga. Sudah meniadi hukum alam (sunnahtullah) bahwa manusia merupakan makhluk social atau suka hidup bersama/bermasyarakat. Supaya bangunan kokoh diperlukan cara pembinaan dan peniagaan untuk keluarga yang paling baik ialah menurut tata cara yang ditentukan Pencipta manusia itu, yaitu Allah SWT yang telah dituangkan dalam Kitab yang bernama Alqur`an.
. Akhlak dalam Bermasyarakat dan Berbangsa Keluarga-keluarga pasti hidup berkelompok dan lama-lama mengukuhkan diri sebagai suatu bangsa. Jika seseorang yang melaksanakan shalat akan mampu menghayati shalatnya dengan baik tentunya ia berkeinginan agar dapat melakukan ibadah dengan tenang. Untuk itu diperlukan suasana lingkungan hidup rukun, baik antara umat yang berbeda agama maupun rukun dalam umat yang seagama.
6. Akhlak terhadap Lingkungan Sebagai umat manusia yang ditempatkan hidupnya di bumi ia akan hidup tenang iika ia mampu memelihara ekosistem yang telah ditata oleh Pencipta ala mini seiak awal sebelum manusia diciptakan.
7. Akhlak menghadapi alam nyata Manusia merupakan bagian dari segala hal yang ada di lingkungan hidup. Antara manusia dengan segala zat, unsure dan keadaan yang ada dalam lingkungan hidup mempunyai hubungan timbale balik yang membentuk ekosistem. Hubungan timbal balik antara manusia dan ekosistem berada dalam suatu keseimbangan.
8. Akhlak menghadapi alam gaib Lingkungan hidup di akhirat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan seseorang sewaktu ia berada dalam lingkungan hidup di dunia. Agar ia mendapat lingkungan hidup yang baik di akhirat nanti, seseorang itu harus meniaga bukan saia pengaruh kerusakan alam oleh situasi kehidupan yang nyata tetapi iuga harus meniaga diri dari pengaruh negative yang muncul dari makhluk gaib, yang dalam agama disebut syaitan.
BAB VII PENUTUP
Islam sebagai suatu agama yang bersumber dari wahyu Allah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW membawa suatu perubahan yang cukup besar, baik dalam system aqidah maupun system kehidupan pribadi dan social. System yang disampaikannya berpangkal dari wahyu Allah dan beruiung pada kesesuaian dengan wahyu Allah itu pula. Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, sesuai dengan pesannya tongkat komando yang tadi dipegangnya, tidak dialihkan kemanapun dalam bentuk penerusan tongkat komando pada perorangan. Tetapi dialihkan dalam wuiud prinsip aiaran yang harus kokoh meniadi norma bagi siapa pun yang berpegang teguh dengan tongkat komando itu. Tongkat itu berwuiud Alqur`an dan sunnah Rasul. Sebagai kunci menghadapi permasalahan-permasalahn hidup, terdapat tiga landasan pokok yang harus diperhatikan umat Islam : 1. Alqur`an dan Sunnah Rasul 2. Hidayah Allah yang dapat diperoleh dengan mempelaiari Alqur`an 3. Ilmu yang menyangkut dua bidang yaitu : ayat-ayat Allah yang diungkapkan dalam Alqur`an (ilmu ilahiyah) dan ayat-ayat yang diungkapkan dalam alam semesta yang diciptakan-Nya (ilmu alamiyah). Keseimbangan ketiga aspek ini sangat diperlukan pada setiap pribadi muslim, khususnya muslim intelektual. Jika ini dapat diwuiudkan, maka gerakan modernism seperti yang telah dimulai oleh umat Islam pada awal kelahiran Islam itu akan terus berlaniut dan tidak akan terisolir dengan gerakan perubahan social dan modernisasi yang teriadi pada setiap Iase kehidupan umat Islam.