Anda di halaman 1dari 13

Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN

TRACHEITIS

LARYNGITIS DAN TRACHEITIS

A. DEFINISI

Laringitis adalah suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus
dan dapat pula disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan onset dan perjalanannya,
laringitis dibedakan menjadi laringitis akut dan kronis. Laringitis akut merupakan
radang laring yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Proses peradangan pada
laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring,
trakea dan bronkus. (Kris, 2008)

Berikut adalah klasifikasi laryingitis berdasarkan sifat:

(http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/845/ aetiology.html)

Page | 1

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

Trakheitis (juga dikenal sebagai bacterial tracheitis atau acute bacterial


tracheitis) merupakan infeksi bakterial pada trakhea dan dapat menyebabkan
obstruksi saluran nafas dan dyspnea. Salah satu penyebab yang paling umum
adalah Staphylococcus aureus dan sering diikuti infeksi viral pada saluran
pernafasan atas. Sedangkan laringitis merupakan keradangan pada membrana
mukosa laring, dengan tanda-tanda batuk, rasa sakit ketika palpasi pada laring,
dysphagia, dan mungkin regurgitasi melalui hidung (Carson-DeWitt, 2007).
Radang tenggorok (laryngitis) dan batang tenggorok (tracheitis) dapat
bersifat primer maupun sekunder, berlangsung akut atau kronik, ditandai dengan
batuk, dispnoea inspiratorik, dan sering kali juga dibarengi dengan stridor
laryngeal (Subronto, 2004).

B. SINONIM

Infectious Laringotracheitis

Infectious Bovine Rhinotracheitis

(Sudarisman, 2003)

C. ETIOLOGI

Pada umumnya laryngitis dan tracheitis disebabkan oleh infeksi beberapa


agen penyakit seperti virus, bakteri, jamur dan juga dapat karena adanya trauma.
Keradangan pada sapi yang disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri) umumnya
karena infeksi F. Necroporum dan Pasteurella sp. Selain itu juga disebabkan oleh
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Pada kuda kebanyakan
disebabkan oleh bakteri Streptococcus equi dan Corynebacterium pyogenes atau
oleh virus arteritis (Subronto, 2004).

Sedangkan keradangan yang disebabkan oleh virus antara lain virus


infectious bovine rhinotracheitis (IBR) dan malignant catarrhal fever (MCF), juga

Page | 2

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

dapat disebabkan virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1, 2, 3),
rhinovirus dan adenovirus (Kris, 2008).

D. LARYNGITIS DAN TRACHEITIS


1. Laringitis

Selain berdasarkan penyebabnya, laryngitis terbagi menjadi


beberapa tipe berdasarkan sifatnya antara lain simple laringitis kronis,
simple laryngitis akut, oedematosa laryngitis dan laryngitis croupousa.

1.1 Simple Laryngitis

Simpel laryngitis terjadi dalam 2 macam bentuk yaitu bentuk akut


dan kronis. Laringitis bentuk akut biasanya terjadi karena stress akibat
transportasi maupun terhadap temperatur yang dingin. Laringitis biasanya
berhubungan dengan terjadinya flu yang melanjut. Gejala klinis yang
tampak pada laringitis akut umumnya meliputi depresi, anorexia dan
penurunan produksi susu. Gejala yang menyertai antara lain lemah, pucat
dan batuk kering yang mudah diinduksi. Pada beberapa kejadian,
laringitis akut sering disertai dengan tracheobronchitis dengan batuk yang
parah.

Laringitis bentuk kronik jarang terjadi pada sapi, biasanya terjadi


mengikuti infeksi akut maupun luka yang disebabkan oleh penggunaan
pipa lambung yang menyebabkan munculnya abses maupun fistula
laryngeal. Umumnya laringitis kronis bersifat persisten dengan batuk
parah dan menyebabkan dyspnoea respiratorik. Laryngitis kronis terjadi
pada kasus tuberkulosis, aktinomikosis dan merupakan efek
bronchopneumonia kronis. Gejala yang muncul meliputi pembengkakan
laring, sulit bernafas ditandai dengan roaring dan keluarnya leleran
mucopurulen dari hidung. Corynebacterium pyogenes merupakan hasil
isolat yang paling sering ditemukan pada laryngitis kronis.

Page | 3

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

1.2 Oedematosa Laryngitis

Oedematosa laryngistis disebabkan karena adanya oedema pada


glotis dengan karakter adanya infiltrasi serosa dimana pada kebanyakan
kasus, oedema disekitar laring itu sering terjadi. Oedema laryngitis terjadi
sebagai kondisi primer, namun sering berhubungan dengan adanya infeksi
laryng akibat infeksi beberapa penyakit. Oedema pada laryng dapat
disebabkan oleh inhalasi asap maupun gas, namun juga dapat disebabkan
oleh penggunaan kloroform sebagai anastesi yang berkelanjutan, secara
terus menerus. Adapun gejala klinis yang tampak dari oedematosa
laryngitis yaitu adanya oedema pada glottis yang berhubungan dengan
mekanisme bernafas yang terganggu. Umumnya terjadi inspirasi yang
menimbulkan suara yang mengganggu, dyspnoea, dan kebengkakan pada
bagian tenggorokan. Pemeriksaan pada rongga mulut biasanya tampak
berwarna merah dan terdapat oedema pada bagian atas laryng dan juga
pada mukosa pharyngeal.

1.3 Croupous Laryngitis

Croupous laryngitis memiliki ciri khas adanya deposit eksudat


fibrinosa pada mukosa laryng, juga kadang ditemukan pada mukosa
trachea atau laryng. Gangguan ini termasuk jarang dijumpai pada hewan,
walaupun sangat dipengaruhi oleh temperatur dingin dan lembab sebagai
faktor predisposisi. Secara sekunder, croupous laryngitis juga sering
dijumpai pada kasus malignant cattarhal fever. Gejala klinis dari
croupous laryngitis yaitu dypsnoea inspiratorik sering dijumpai
bersamaan dengan batuk kering dan nyeri. Sering pula terjadi stress dan
hewan penderita menunjukkan gejala mudah tersedak dan mengalami
kelemahan karena sulit bernafas. Temperatur tubuh naik hingga 40,50C
dan membran mukosa mengalami kongesti. Dahak yang keluar saat batuk
sering disertai fibrin. Kematian umumnya terjadi karena sulit bernafas
maupun toksemia. (Gibbons, W.J, 1963)

Page | 4

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

2. Tracheitis

Trakheitis sering berhubungan dengan bronchitis dan kadang-


kadang kecil dari pneumonia. Kronis dan difus trakheitis dapat terjadi
karena trakeotomi. Trakheitis ditandai dengan pembengkakan mukosa dan
pada stadium lanjut dapat menjadi parah (Jubb et al., 1985).

Kejadian trakheitis sama dengan rhinitis dan laryngitis secara


patologis memiliki bentuk yang sama. Bentuk supuratif terjadi karena
abses pada retrotrakhea yang rupture ke dalam trachea. Bentuk hemoragi
umum terjadi pada hemoragi septicemia pada sapi dan domba. Bentuk
nekrotik dan gangrenous disebabkan karena pengobatan yang tidak benar
(kerosin dan produk iritan lain yang masuk ke dalam trachea). Sedangkan
bentuk kronis disebabkan oleh trakheotomi dengan karakteristik yang
spesifik yatu terbentuk polipoid (Runnells, 1956)

E. PATOGENESIS

Kepekaan yang meningkat akan dialami oleh jaringan yang mengalami


radang akut. Aliran udara pernafasan, yang dalam keadaan normal tidak
mengganggu, pada selaput lendir tenggorok dan batang tenggorok yang
meradang akan menyebabkan rangsangan batuk. Produk radang yang berupa
lendir maupun reruntuhan jaringan yang meradang dapat berlaku sebagai benda
asing yang mampu merangsang jaringan yang meradang, hingga karenanya perlu
dibatukkan. Pada stadium awal batuk tersebut bersifat kering dan pendek dan
lama kelamaan berubah menjadi basah dan biasanya intensitas dan frekuensinya
menurun.

Dalam proses radang juga disertai adanya proses kebengkaan jaringan,


dan oleh adanya endapan atau melekatnya produk radang, saluran pernafasan
mengalami penyempitan. Hingga pada akhirnya menyebabkan sesak nafas
(dyspnea). Untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh aliran udara yang

Page | 5

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

masuk, maka proses pernafasan dilakukan secara berlahan-lahan, dan terjadilah


dyspnea inspiratorik.

( Subronto, 2003.)

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan secara skematis patogenesis


laryingitis dan trakheitis.
Agen infeksi

Bakteri Menempel pada Pertahanan


Dinding Mukosa Fisik
Virus Larynk & Trakea

Reflek Batuk Produk radang

Keradangan
Dyspnea inspiratorik Kebengkakan

F. DISTRIBUSI

Kasus laryngitis dan tracheitis yang cukup sering terjadi di Indonesia


adalah IBR. Penyakit IBR pertama kali dilaporkan di Colorado, Amerika Serikat
pada tahun 1950. Kini penyakit tersebut telah menyebar di seluruh Amerika
Serikat (di 24 negara bagian), bahkan sampai di Canada. Penyakit ini, pada
awalnya bermanifestasi pada saluran pernafasan, sesuai dengan namanya yang
disebut penyakit “Infectious Laryngotracheitis”. Gejala klinis penyakit ternyata
tidak hanya pada saluran pernafasan, akan tetapi juga pada saluran pencernaan,
saluran reproduksi dan gejala syaraf berupa encephalitis, seperti halnya ditemui
di Inggris, Belgia, Hungaria, Amerika, Iran dan Australia. Penyakit IBR di Benua

Page | 6

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

Eropa pertama kali kejadiannya di Inggris dan dilaporkan pada tahun 1958. Di
Australia pertama kali dilaporkan pada tahun 1962 dengan gejala encephalitis
pada anak sapi dan di Selandia Baru pada tahun 1959. Di Afrika, pada tahun
1961 dengan gejala kemajiran. Di Amerika Selatan, tahun 1972, berupa kejadian
abortus dan ocular carcinoma pada sapi di Argentina. Sedangkan di Benua Asia
laporan kejadian baru ada pada tahun 1972, yaitu di Jepang, tahun 1973 di Korea
dan tahun 1974 di Iran. Pada tabel 1 menunjukkan beberapa negara yang
memperlihatkan angka prevalensi IBR pada tahun-tahun terakhir ini. Hal ini
menunjukkan bahwasanya penyakit IBR tidak selalu sulit ditanggulangi,
walaupun hal ini perlu strategi dalam usaha penanggulangan tersebut.

Tabel 1. Prevalensi IBR di beberapa negara di dunia

(Sudarisman, 2002)

Tabel 2. Hasil serum netralisasi test (SNT) IBR berbagai jenis sapi dan kerbau

Page | 7

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

Tabel 3 .Perbandingan kelompok umur prevalensi IBR


Umur Jumlah Serum IBR Positif %
2-3 tahun 109 30 30,5
4-6 tahun 185 70 33,9
> 7 tahun 29 13 44,8

(Sudarisman, l993)

Page | 8

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

G. DIAGNOSA

Seharusnya radang tenggorok dan batang tenggorok tidak perlu


mengakibatkan kematian. Kalau hal tersebut terjadi, dalam bedah bangkai akan
ditemukan radang pada mukosa kedua alat pernafasan tersebut yang jenisnya
dapat bervariasi dari radang kataral sampai yang bersifat granulomatous. Eksudat
yang menutupi permukaan radang, yang dapat meluas sampai cabang bronchi,
mungkin bersifat mucous, mukopurulen atau berbentuk sebagai membran
difterik.

Leleran ingus di hidung dan hiperlakrimasi

Penentuan diagnosis didasarkan pada gejala klinis, termasuk adanya batuk


dan dispnoea inspiratorik. Radang kedua alat pernafasan tersebut perlu dibedakan
dari bronchitis dan bronchiolitis. Pada bronchitis dan bronchiolitis palpasi di
daerah tenggorok maupun batang tenggorok tidak menyebabkan timbulnya batuk.
Pada auskultasi suara ronchi hanya terbatas pada daerah bronchus yang
menderita, sedang pada laryngitis dan trecheitis suara seperti mendengkur
terdengar pada seluruh daerah paru-paru. Juga dengan hiperemia maupun oedema
pulmonum laryngitis dan tracheitis perlu dibedakan dengan cara auskultasi dan
perkusi. (Subronto, 2008)

Kondisi croupous laryngitis berbeda dengan oedema laryngitis. Pada


croupous laryngitis terjadi nekrotik laryngitis dan pengeluaran membran
diptherik bersamaan dengan batuk dan dapat diamati dengan
endoscopy.(Gibbons, W.J, 1963)

Page | 9

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

H. PENCEGAHAN
 Dilakukan pengujian kesehatan atas laring dan trachea pada semua
ternak baru sebelum digabungkan dengan ternak yang lama
 Sanitasi kandang dan menstabilkan temperature serta kelembaban
guna mengurangi factor predisposisi.
 Pisahkan semua ternak baru kurang lebih 30 hari, dan dilakukan re-
examine sebelum kontak dengan ternak yang lama. Hal ini mampu
mengurangi resiko penularan penyakit.
 Menggunakan vaksin untuk mencegah terjangkitnya tracheitis oleh
agen virus sesuai petunjuk pemakaian.
 Penggunaan antibiotic pada kasus tracheitis dan laryngitis yang belum
diketahui pasti agen penyebabnya untuk meminimallisir infeksi
sekunder. (Schipper, 1998)

I. TERAPI

Kebanyakan dari infeksi virus yang umum pada laring dan trakea akan
dapat sembuh secara spontan jika hewan yang terkena diistirahatkan, tidak
dipekerjakan, dan tidak dipaparkan pada cuaca yang tidak baik dan makanan
yang berdebu. Komplikasi dari serangan sekunder dari bakteri harus diketahui
dan diberi dengan anti agen bacterial yang sesuai. Infeksi bacterial dapat
menghasilkan keradangan dengan nekrosis dan lesi granulomatosa, dan harus
ditanggulangi dengan antibioitk atau sufonamida.

Sapi yang menderita calf diphtheria ditanggani dengan sulfamethazine


secara intravena awalnya, diikuti terapi oral setiap hari selama 3-5 hari.
Diperlukan beberapa hari agar hewan kembali pulih.

Hewan dengan lesi yang hebat dan tanda dyspnoea respiratori


membutuhkan sebuah tracheotomy tube untuk beberapa hari sampai lukanya
sembuh. Tube tersebut harus diambil, dibersihkan, dan dipasang kembali paling
tidak satu kali sehari, karena adanya akumulasi dari gumpalan mucus yang
mengering yang dapat mengganggu pernafasan.
Page | 10

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

Kortikosteroid (dexamethazone) dapat digunakan sebagai usaha


mengurangi edema laryngeal yang diikuti dengan beberapa kasus dari bacterial
laryngitis pada sapi. (Blood D.C., et al. 1979)

Hewan seperti sapi, yang sangat bergantung pada respirasi untuk


pengaturan suhu, jika berada dalam keadaan terkena infeksi dan diikuti stress,
maka dapt menyebabkan pyrexia, oleh karena itu aksi dari antipiretik dari
NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflamation Drugs ) dapat berguna pada spesies ini.
NSAIDs juga memiliki potensi analgesic untuk mengurangi rasa sakit.

Penggunaan anti radang dapat digunakan pada penyakit respirasi akut


pada sapi, terutama yang bersifat non-immunosuppressan akan mengurang
morbiditas dan mortalitas pada beberapa kasus. (Andrews,A.H. , 2004)

Terapi terhadap kasus laringitis dan tracheitis sebaiknya dilakukan secara


spesifik sesuai sifat kasus yang terjadi. Beberapa terapi tersebut anyara lain :

1. Simple laryngitis

Pada laryngitis akut, sangat penting untuk mengoreksi sanitasi


yang kurang baik. Pasien sebaiknya dijaga tetap dalam keadaan hangat
dan kering. Ditunjukkan dengan mash yang lembut dan dedaunan jerami
yang bagus. Inhalasi uap dapat memberikan kelegaan.

Camphorated oil atau camphor dan sabun liniment (N.F.) dapat


digosokkan di tenggorokan mengikuti aplikasi sinar infra merah dan
menyelimuti tenggorokan agar tetap hangat.

Batuk dapat diberi sirup sebanyak ½ sampai 1 ons , yang diberikan


3 kali sehari dari formula berikut :

Ammonium chloride 120 ml

Ammmonium carbonate 120 ml

Page | 11

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

Camphor 30 gram

Simple sirup 4 liter

Antiseptic yang diberikan mengandung creosote dan gluaiacol


carbonat. Penicillin dan preparat sulfa juga berguna. Chlortetracycline
mempunyai efektifitas tinggi untuk laryngitis nekrotik, dosisnya 5 mg per
pound berat badan, diberikan secara intravena selama 24 jam dengan
interval 1 sampai 5 hari, diikuti dengan 1½ dosis dari inisial dosis.
(Gibbons, W.J, 1963)

2. Edematous laryngitis

Untuk mencegah mati lemas karena kekurangan nafas, dapat


segera dilakukan penyisipan tracheotomy tube. Untuk edema karena luka,
dapat diberikan bungkusan es (ice pack) pada tenggorokan. Penanganan
untuk edema primer secara langsung pada laryng diarahkan terhadap
control dari alergi atau anaphylaxis. Disarankan untuk memberikan
larutan epinephrine 10 ml, atropine ¼ grain secara subcutan, dan
antihistamin. Edema karena anaphylaxis dapat dicegah dengan simulasi
injeksi 10 ml larutan epineprin pada saat protein luar diinjeksikan.
Chlortetracycline dan oxytetracycline dapat diberikan jika ditemukan
adanya infeksi. (Gibbons, W.J. 1963)

3. Croupous laryngitis

Untuk mencegah terjadinya mati lemas karena kekurangan nafas,


sebaiknya disisipkan tracheotomy tube. Inhalasi uap dapat memberikan
kelegaan. Jika digunakan, penguapan sebaiknya sering dilakukan.
Bungkusan panas (hot pack) dapat diaplikasikan pada daerah
tenggorokan. Dianjurkan melakukan penanganan simptomatik seperti
yang dilakukan pasca kejadian laryngitis akut. Antibiotic dan preparat
sulfa sebaiknya diberikan.(Gibbons, W.J. 1963)

Page | 12

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com


Penyakit Organik Hewan Besar – Saluran Pernapasan LARYNGITIS DAN
TRACHEITIS

DAFTAR PUSTAKA

Andrews,A.H. et al. 2004. Bovine Medicine Disease and Husbandry of Cattle


Second Edition. Oxford : Blackwell Publishing Company.

Blood,D.C. et al. 1979. Veterinary Medicine A Textbook Of The Disease Of


Cattle, Sheep, Pigs, Boastsand Horses. Baltimore: The Williams &
Wilkins Company.

Carson-DeWitt. 2007. www.answer.com. Diakses September 2009.

Gibbons W.J., D.V.M., M.S. 1963. Disease Of Cattle A Text and Reference
Work. California : American Veterinary Publications,Inc.

Jubb, K. V. F., et al. 1961. Pathology of Domestic Animal 3rd Edition Volume 2.
New York : Academic Press, INC.

Kris. 2008. Radang Pita Suara. www.thtkl.files.wordpress.com/2008/09/834279-


8646\. Diakses September 2009.

Runnells, R.A. 1956. Animal Pathology. Iowa : The Iowa State College Press.

Schipper, LA, DVM.1998. http://AgriLifeBookstore.org. Infectious Bovine


Rhinotracheitis. USA: Texas A&M University

Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-a (mamalia).Yogyakarta:Gadjah Mada


University press.

Sudarisman. 2003. Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) pada Sapi di


Lembaga – Lembaga Pembibitan Ternak di Indonesia. Wartazoa. 13.3 :
108 -118

Page | 13

wHeDaCaiNe deR kALaSHNiKov Blog’s _ whedacaine.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai