Anda di halaman 1dari 34

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

mempelajari segala sesuatu tentang makhluk hidup. Ruang lingkup Biologi yang luas,
mendorong para ahli membuat spesifikasi dalam mempelajari objek Biologi. Spesifikasi ini
bertujuan agar objek Biologi dapat dipelajari secara mendalam, bahkan dapat diaplikasikan
dalam keidupan manusia. Spesifikasi ini dibuat dalam bentuk cabang-cabang Biologi.

No Cabang Biologi Objek Kajian


1 Anatomi Struktur tubuh makhluk hidup
2 Bakteriologi Struktur, fungsi, dan peran bakteri
3 Botani Semua segi kehidupan tumbuhan
4 Embriologi Perkembangan embrio
5 Fisiologi Fungsi alat-alat tubuh
6 Genetika Cara pewarisan sifat makhluk hidup
7 Higiene Cara dan aturan hidup
8 Histologi Struktur dan fungsi jaringan
9 Mikrobiologi Struktur, fungsi, peran jasad renik
10 Mikologi Semua segi kehidupan jamur
11 Patologi Penyakit dan pengaruhnya terhadap kehidupan

Dalam perkembangan lebih lanjut, Biologi tidak berdiri sendiri. Sebagai suatu contoh
Biologi berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai alat yang bekerja berdasarkan
prinsip Fisika, seperti mikroskop. Ini menunjukkan bahwa Biologi berhubungan erat dengan
Fisika.Demikian juga dengan peristiwa pencernaan yang menggunakan berbagai enzim,
pertumbuhan yang dipngaruhi oleh produksi dan fungsi hormon. Ini juga membuktikan
bahwa Biologi berkaitan erat dengan Kimia.

Persoalan Biologi dapat timbul dari berbagai tingkatan organisasi kehidupan mulai dari
tingkat molekuler, seluler, jaringan, organ, system organ, individu, populasi, ekositem, bioma
hingga biosfer. Persoalan tersebut dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu cabang Biologi,
bahkan ilmu lain. Oleh karena itu, Biologi memiliki peranan penting dalam kehidupan dan
kelangsungan hidup suatu makhluk hidup.

Berbagai peranan Biologi bagi kehidupan diantaranya seseorang yang memahami


Biologi akan bersikap dan bertindak berbeda dalam mengahadapi suatu permasalahan
kehidupan dibandingkan orang yang tidak memiliki pemahaman Biologi. Banyak
ditemukannya organisme penyebab penyakit seperti diare, TBC, tifus, demam
berdarah,hingga AIDS oleh para ahli Biologi. Penemuan-penemuan penyakit ini akan
memudahkan dalam penanggulangan, pengobatan, dan pencegahannya.
Penggunaan lahan tepi pantai untuk pertanian jenis tanaman padi yang tahan air
garammerupakan salah satu hasil pemanfaatan penelitian Biologi. Penemuan varietas baru
melalui kawin silang, teknik radiasi, serta kultur jaringan sebagai bukti adanya pemanfaatan
Biologi di bidang pertanian. Biologi juga mempelajari tentang penjagaan dan pelestarian flora
dan fauna. Di antaranya dengan pendataan berbagai spesies yang ada di dunia. Penggunaan
ini berguna untuk mengetahui jumlah spesies sehingga dapat ditentukan tingkat
keberadaanya. Selain itu, juga mempelajari perilaku hewan dan tumbuhan mengenai
makanan, tempat hidup, dan perilaku kawinnya ini bertujuan untuk menjaga kelestaian dan
keberadaannya di muka bumi. Dengan Biologi kita pelajaran bagaimana cara menjaga
lingkunan dengan baik dan benar.
Peranan Kimia dalam Kehidupan

Dengan memahami cara bergabungnya atom-atom serta perubahan materi dan energi yang
menyertai perubahan tersebut, para ahli kimia dapat merancang struktur materi dengan
komposisi tertentu. Pupuk untuk pertanian, logam campur untuk baja tahan karat, obat-obatan
untuk menyembuhkan penyakit, merupakan contoh dari sumbangan para ahli kimia. Oleh
karena itu, kimia sangat berperanan dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan IPTEK,
sehingga dapat membuat hidup kita menjadi lebih baik.

Peranan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari

Bahan kimia sering ditakuti oleh sebagian orang yang mungkin tidak mengerti kimia.
Sebenarnya bahan kimia meliputi semua benda yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap benda di sekeliling kita, bahkan tubuh kita sendiri terdiri atas bahan-bahan kimia.
Buku, udara, rumah, makanan dan minuman, semuanya termasuk bahan kimia. Bahan kimia
terdapat dimana-mana. Tentunya tidak mungkin bila Anda tidak ingin menjumpai bahan
kimia, walaupun di ruang hampa.

Bahan kimia yang terdapat di sekitar kita, banyak yang berasal dari alam dan banyak pula
yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Batuan, besi, emas, kapas, gula, garam, semuanya
adalah contoh bahan kimia yang telah berabad-abad sangat besar peranannya terhadap
kehidupan manusia. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan untuk membangun rumah,
membuat pakaian, dan merupakan bahan makanan.

Peranan Kimia dalam Perkembangan IPTEK

Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telah ditemukan bahwa
banyak bahan alam yang secara ekonomis penting dan berguna, dapat dibuat dari bahan baku
yang lebih murah sehingga lahirlah industri kimia. Dewasa ini IPTEK telah mengembangkan
cara-cara untuk membuat bahan dan zat kimia baru, yang sebelumnya tidak pernah ada. Nilon
dan poliester yang digunakan untuk membuat serat, kemudian dipintal dan ditenun menjadi
kain, merupakan suatu contoh adanya suatu inovasi.
Bahan kimia di atas dikembangkan karena serat yang dibuat dari bahan ini mempunyai
beberapa sifat yang yang lebih unggul dibanding dengan sifat serat alam seperti kapas dan
wol. Dewasa ini demikian banyaknya zat kimia sintetis yang digunakan dalam bidang
kedokteran, industri dan rumah tangga. Oleh karena itu, dapat Anda bayangkan apa yang akan
terjadi bila kita mencoba untuk mengatasi kehidupan ini tanpa zat-zat tersebut.

Sel : unit terkecil (struktural & fungsional) penyusun mahluk hidup

Sel membentuk sejumlah molekul besar dari sekelompok molekul-molekul yang lebih kecil

Molekul organik yang kecil :


tersusun dari senyawa karbon (BM antara 100 – 1000) dan mengandung lebih dari 30 atom
karbon
Beberapa digunakan sebagai monomer untuk menyusun makromolekul
Beberapa juga berfungsi sebagai sumber energi
Empat macam molekul organik kecil yang ada dalam sel

Cells make most of their large molecules


By joining smaller organic molecules into chains called polymers
Cells link monomers to form polymers
By a dehydration reaction (synthesis) or condensation

Polymers are broken down to monomers


By the reverse process, hydrolysis
CARBOHYDRATES
Monosaccharides are the simplest carbohydrates
The carbohydrate monomers Are monosaccharides

The monosaccharides glucose and fructose are isomers


That contain the same atoms but in different arrangements
Fungsi monosakarida
Sumber energi dalam proses respirasi

Rangka peyusun molekul-molekul yang lebih besar


Pati, glikogen, selulosa
Ribosa (gula pentosa) ; digunakan untuk membentuk RNA dan ATP
Deoksiribosa : digunakan untuk membentuk DNA

Didalam sel Monosakarida dapat bergabung membentuk


disakarida atau polisakarida
Contoh disakarida misalnya : sukrosa dan maltosa

How sweet is sweet?


Beberapa molekul, termasuk yang bukan gula
dapat terasa manis karena molekul tersebut terikat pada reseptor perasa “manis” yang ada di
lidah.

Contoh polisakarida (merupakan cadangan energi):


Pati (pada sel tumbuhan)
Glikogen (pada sel hewan/manusia)

Cellulose is a polysaccharide found in plant cell walls


oligosakarida
Dapat membentuk ikatan kovalen dengan
Protein : glikoprotein
Lemak : glikolipid

Glikoprotein dan glikolipid merupakan komponen membran sel

Lipids are grouped together because they are hydrophobic


Asam lemak tersimpan didalam sitoplasma sel dalam bentuk molekul trigliserida (tiga rantai
asam lemak yang bergabung dengan gliserol)
Lemak hewan : daging, butter, cream
Lemak tumbuhan : minyak jagung, minyak zaitun

Asam lemak (trigliserida)tidak larut dalam air (hidrofobik, non-polar) tetapi larut dalam
pelarut organik
Misal : benzene, ethanol, chloroform, eter

Fats, also called triglycerides


Are lipids whose main function is energy storage
Consist of glycerol linked to three fatty acids

Phospholipids, waxes, and steroids are lipids with a variety of


functions
Phospholipids are a major component of cell membranes
Waxes form waterproof coatings
Steroids are often hormones
Saturated and unsaturated fats and fatty acids
Asam lemak tak jenuh (unsaturated) : memiliki ikatan ganda -C-C=C-C-C, mudah meleleh
(minyak tumbuh-tumbuhan)
Jika terdapat lebih dari dua ikatan ganda : poliunsaturated

Asam lemak jenuh : umumnya berasal dari hewan


Saturated and unsaturated fats and fatty acids

Peran trigliserida : sebagai sumber energi

Lemak disimpan disejumlah tempat pada tubuh manusia : dibawah lapisan dermis pada kulit
dan disekitar ginjal
CONNECTION
Anabolic steroids pose health risks
Anabolic steroids
Are synthetic variants of testosterone
Can cause serious health problems
PROTEINS

Each amino acid contains


An amino group
A carboxyl group
An R (variable) group, which distinguishes each of the 20 different amino acids

Each amino acid has specific properties


Based on its structure

Cells link amino acids together


By dehydration synthesis
The bonds between amino acid monomers
Are called peptide bonds
A protein’s specific shape determines its function
A protein consists of one or more polypeptide chains
Folded into a unique shape that determines the protein’s function

Primary Structure
A protein’s primary structure
Is the sequence of amino acids forming its polypeptide chains

Tertiary Structure
A protein’s tertiary structure
Is the overall three-dimensional shape of a polypeptide

Quaternary Structure
A protein’s quaternary structure
Results from the association of two or more polypeptide chains (subunits)
TALKING ABOUT SCIENCE
Linus Pauling contributed to our understanding of the
chemistry of life
Linus Pauling made important contributions
To our understanding of protein structure and function
NUCLEIC ACIDS
Nucleic acids are information-rich polymers of nucleotides
Nucleic acids such as DNA and RNA
Serve as the blueprints for proteins and thus control the life of a cell

The sugar and phosphate


Form the backbone for the nucleic acid or polynucleotide

DNA consists of two polynucleotides


Twisted around each other in a double helix
RNA, by contrast, is a single-stranded polynucleotide
Three types of RNA

1 accatttgtt ggcagagaca gatggtcagt ctggaggatg acgtggcgtg aacatctgcc


61 tggagtcccg cccctgccca gaacccttcc tgagacctcg ccggccttgt tttattcaaa
121 gacagagaag accaaagcat tgcctgccag agctttgttt tatatattta ttcatctggg
181 aggcagaaca ggcttcggac agtgcccatg caatggcttg ggttgggatt ttggtttctt
241 cctttcctgt gaaggataag agaaacaggc ccggggggac caggatgaca cctccatttc
301 tctccaggaa gttttgagtt tctctccacc gtgacacaat cctcaaacat ggaagatgaa
361 agggcagggg atgtcaggcc cagagaagca agtggctttc aacacacaac agcagatggc
421 accaacggga ccccctggcc ctgcctcatc caccaatctc taagccaaac ccctaaactc
481 aggagtcaac gtgtttacct cttctatgca agccttgcta gacagccagg ttagcctttg
541 ccctgtcacc cccgaatcat gacccaccca gtgtctttcg aggtgggttt gtaccttcct
601 taagccagga aagggattca tggcgtcgga aatgatctgg ctgaatccgt ggtggcaccg
661 agaccaaact cattcaccaa atgatgccac ttcccagagg cagagcctga gtcaccggtc
721 acccttaata tttattaagt gcctgagaca cccggttacc ttggccgtga ggacacgtgg
781 cctgcaccca ggtgtggctg tcaggacacc agcctggtgc ccatcctccc gacccctacc
841 cacttccatt cccgtggtct ccttgcactt tctcagttca gagttgtaca ctgtgtacat
901 ttggcatttg tgttattatt ttgcactgtt ttctgtcgtg tgtgttggga tgggatccca
961 ggccagggaa agcccgtgtc aatgaatgcc ggggacagag aggggcaggt tgaccgggac
1021 ttcaaagccg tgatcgtgaa tatcgagaac tgccattgtc gtctttatgt ccgcccacct
1081 agtgcttcca cttctatgca aatgcctcca agccattcac ttccccaatc ttgtcgttga
1141 tgggtatgtg tttaaaacat gcacggtgag gccgggcgca gtggcctcac gcctgtaatc

A. PENDAHULUAN
Elemen utama sebuah sel adalah protoplasma.
Protoplasma pada semua sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen anorganik dan
komponen organik.
Komponen-komponen anorganik terdiri atas air, garam-garam mineral, gas oksigen, karbon
dioksida, nitrogen, dan amonia, sedangkan komponen organik terutama terdiri atas
karbohidrat, lipida, protein, dan beberapa komponen-komponen spesifik seperti enzim,
vitamin, dan hormon (Sheeler & Bianchi, 1983). Pada sel hewan dan tumbuhan, protoplasma
mengandung sekitar 75-85% air,
10-20% protein, 2-3% lipida, 1% karbohidrat, dan 1% zat-zat anorganik lainnya (De Robertis
et al., 1975).

B. KOMPONEN ANORGANIK
1. Air
Di dalam sel, air terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk bebas dan bentuk terikat. Air dalam
bentuk bebas mencakup 95% dari total air di dalam sel. Umumnya air berperan sebagai
pelarut dan sebagai medium dispersi sistem koloid. Air dalam bentuk terikat mencakup 4-5%
dari total air di dalam sel (De Robertis et al., 1975).
Kandungan air pada berbagai jenis sel bervariasi diantara tipe sel yang berbeda. kandungan
air (persen dari berat basah total) pada hati tikus, otot rangka tikus, telur bintang laut, E. coli,
dan biji jagung secara berturut-turut masing-masing terdiri atas 6—72%, 76%, 77%, 73%,
dan 13% (Sheeler & Bianchi, 1983). Air merupakan medium tempat berlangsungnya transpor
nutrien, reaksi-reaksi enzimatis metabolisme sel dan transpor energi kimia (Lehninger, 1988).

Di dalam sel hidup, kebanyakan senyawa biokimia dan sebahagian besar dari reaksi-
reaksinya berlangsung dalam lingkungan cair. Air berperan aktif dalam banyak
reaksi biokimia dan merupakan penentu penting dari sifat-sifat makromolekul seperti protein
(Mayes et al., 1988). Air dan produk ionisasinya seperti ion O+ dan H-
sangat mempengaruhi berbagai sifat komponen penting sel seperti enzim, protein, asam
nukleat, dan lipida. Sebagai contoh, aktivitas katalitik enzim sangat tergantung pada
konsentrasi ion H+ dan OH- (Lehninger, 1988).
Oleh sebab itu, semua aspek dari struktur dan fungsi sel harus beradaptasi dengan sifat-sifat
fisik dan kimia air.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa air merupakan komponen sel yang dominan dan
berfungsi untuk :
a. Pelarut berbagai zat organik dan anorganik, misalnya berbagai jenis ion-ion, glukosa,
sukrosa, asam amino, serta berbagai jenis vitamin.
b. Bahan pengsuspensi zat-zat organik dengan molekul besar seperti protein, lemak, dan pati.
Dalam hal tersebut, air merupakan medium dispersi dari sistem koloid protoplasma.
c. Air merupakan media transpor berbagai zat yang terlarut atau yang tersuspensi untuk
berdifusi atau bergerak dari suatu bagian sel ke bagian sel yang
lain.
d. Air merupakan media berbagai proses reaksi-reaksi enzimatis yang berlangsung di dalam
sel.
e. Air digunakan untuk mengabsorbsi panas dan mencegah perubahan temperatur yang drastis
di dalam sel.
Air mempunyai titik lebur, titik didih dan panas penguapan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hampir semua cairan. Kenyataan ini menunjukkan
adanya gaya tarik yang kuat diantara molekul-molekul air yang berdekatan yang memberikan
air gaya kohesi internal yang tinggi. Sebagai contoh, panas penguapan merupakan ukuran
langsung dari jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengalahkan gaya tarik menarik diantara
molekul air yang berdekatan, sehingga molekul tersebut dapat saling berpisah dan masuk ke
dalam fase gas.

Tabel Titik lebur, titik didih dan panas penguapan air dan beberapa pelarut lainnya
(Lehninger, 1988).

Besarnya daya tarik antara dua molekul air yang berdekatan disebabkan karena setiap atom
hidrogen menggunakan sepasang elektron secara bersama-sama
dengan atom oksigen sehingga menyebabkan atom molekul air berbentuk huruf V atau
tetrahedral. Sisi oksigen yang berhadapan dengan dua hidrogen relatif kaya akan elektron,
sedangkan pada sisi lainnya, inti hidrogen yang relatif tidak ditutupi membentuk daerah
dengan muatan positif sehingga dikatakan bahwa molekul air bersifat dipolar atau dwikutub
(Mayes, 1988; Lehninger, 1988) karena pemisahan muatan tersebut,
maka dua molekul air dapat tertarik satu dengan yang lainnya oleh gaya elek-trostatik
diantara muatan negatif sebagian pada atom oksigen dari suatu molekul air dan muatan
positif sebagian pada atom hidrogen dari molekul air yang lain. Jenis interaksi elektrostatik
ini disebut ikatan hidrogen.

Ikatan hidrogen segera terbentuk antara atom yang bersifat elektronegatif, biasanya atom
oksigen atau nitrogen, dan suatu atom hidrogen yang berikatan kovalen dengan atom
elektronegatif lainnya pada molekul yang sama atau molekul lain. Atom hidrogen yang
berikatan dengan atom elektronegatif kuat seperti oksigen cenderung mempunyai muatan
positif kuat sebagian.
Akan tetapi, atom hidrogen yang berikatan kovalen dengan atom karbon yang tidak bersifat
elektronegatif tidak berpartisipasi dalam pembentukan ikatan hidrogen.

2. Garam-garam Mineral
Kandungan garam-garam mineral pada berbagai tipe sel sangat bervariasi (tabel 2.2). Di
dalam sel, garam-garam mineral dapat mengalami disosiasi menjadi anion
dan kation. Bentuk-bentuk anion dan kation tersebut dinamakan ion. Ion-ion dapat terlarut di
dalam cairan sel atau terikat secara khusus pada molekul-molekul lain
seperti protein dan lipida. Secara umum, garam-garam mineral memiliki dua fungsi (Sheeler
& Bianchi, 1983), yaitu :
a. Fungsi osmosis, dalam arti bahwa konsentrasi total
garam-garam terlarut berpengaruh terhadap pelaluan air melintasi membran sel;
b. Fungsi yang lebih spesifik, yaitu peran seluler setiap ion terhadap struktur dan fungsi dari
partikel-partikel seluler dan makromolekul.
Berbagai jenis garam-garam mineral sangat penting untuk kelangsungan aktivitas
metabolisme sel, misal-nya ion Na+ dan K+, berperan dalam memelihara tekanan osmosis
dan keseimbangan asam basa cairan sel. Retensi ion-ion menghasilkan peningkatan tekanan
osmosis sebagai akibat masuknya air ke dalam sel.
Beberapa ion-ion anorganik berperan sebagai kofaktor (tabel 2.3) dalam aktivitas enzim,
misalnya ion magnesium. Fosfat anorganik digunakan dalam sintesis ATP yang mengsuplai
energi kimia untuk proses kehidupan dari sel melalui proses fosforilasi oksidatif. Ion-ion
kalsium dijumpai dalam sirkulasi darah dan di dalam sel. Di dalam tulang, ion-ion kalsium
berkombinasi dengan
ion-ion fosfat dan karbonat membentuk kristalin. Fosfat dijumpai di dalam darah dan di
dalam cairan jaringan sebagai ion-ion bebas, tetapi fosfat di dalam tubuh banyak terikat
dalam bentuk fosfolipida, nukleotida, fosfoprotein,
dan gula-gula terfosforilasi (De Robertis et al., 1975).

Di dalam sel juga terkandung berbagai jenis gas yang berasal dari lingkungan atau dihasilkan
oleh metabolisme sel. Beberapa gas yang terdapat di atmosfer dapat masuk ke dalam sel
misalnya gas oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan gas nitrogen (N2). Di dalam sel,
oksigen berperan untuk mengoksidasi
bahan-bahan makanan. Karbon dioksida selain berasal dari lingkungan luar, juga dihasilkan
dalam oksidasi bahan makanan sebagai hasil sampingan. CO2 dapat bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat yang selanjutnya mengalami disosiasi membentuk ion hidrogen
dan bikarbonat dengan reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 CO2 --------> 6 H2O + 6 CO2 + Energi
CO2 + H2O -------> H2CO3
H2CO3 ---------> H+ + HCO3-

Umumnya karbon dioksida di dalam sel berada dalam bentuk bikarbonat atau karbonat
(Sheeler & Bianchi, 1983).

C. Komponen Organik
Komponen-komponen organik sel terdiri atas protein, lipid, karbohidrat, dan beberapa
komponen-komponen spesifik lainnya seperti enzim, vitamin, dan
hormon. Lebih kurang 10-20% isi sel terdiri atas protein.
Protein merupakan makromolekul dengan berat molekul berkisar antara 10.000-10.000.000.
sedangkan karbohidrat di dalam sel kurang lebih 1% dan umumnya dalam bentuk
monosakarida, disakarida, dan oligosakarida, sedangkan lipida berkisar 2-3%. Masing-
masing komponen organik sel tersebut akan dibahas secara terpisah pada uraian selanjutnya.

1. Protein
Protein adalah makromolekul yang terdiri atas asam-asam a-amino yang saling berikatan
dengan ikatan kovalen diantara gugus a-karboksil asam amino dengan gugus a-amino dari
asam amino yang lain. Ikatan di antara asam amino disebut ikatan peptida. Beberapa unit
asam amino yang berikatan dengan ikatan peptida disebut polipeptida. Molekul protein dapat
terdiri atas satu atau
sejumlah rantai polipeptida dan setiap rantai dapat terdiri atas ratusan hingga jutaan residu
asam amino.

a. Klasifikasi
Hingga saat ini belum ada klasifikasi protein yang secara umum memuaskan. Klasifikasi
protein yang menonjol didasarkan pada antara lain:
· Kelarutan
· Bentuk keseluruhan
· Peranan biologis
Pembagian protein juga dapat dilakukan berdasarkan fungsi dan strukturnya. Berdasarkan
fungsinya, protein diklasifikasikan menjadi (i) protein enzim, berperan dalam mempercepat
reaksi-reaksi biokimia, (ii) protein sruktural, membentuk struktur-struktur biologis, (iii)
protein transpor, berperan sebagai
pengangkut subtansi-subtansi penting, dan (iv) protein pertahanan, melindungi tubuh dari
invasi benda-benda asing. Berdasarkan strukturnya, protein diklasifikasikan menjadi: (i)
protein globular, memi-liki pelipatan-pelipatan
yang kompleks, struktur tertier de-ngan bentuk yang tidak teratur. Protein serabut, meman-
jang, lipatan sederhana,umum dijumpai pada protein struktural.
Dalam uraian berikut ini hanya dibahas klasifikasi berdasarkan bentuk dan peranan
biologisnya. Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi :
1) Protein globular
Rantai polipeptida mengandung banyak lipatan dan berbelit. Rasio aksial kurang dari 10,
misalnya insulin, albumin, globulin plasma, dan kebanyakan enzim.
2) Protein fibrosa
Rantai polipeptida atau kelompok rantai yang membelit dalam bentuk spiral atau heliks, dan
dihubungkan oleh ikatan disulfida dan hidrogen. Rasio
aksial lebih besar dari 10, misalnya keratin dan miosin.

b. Ikatan-ikatan pada Struktur Protein


Struktur protein umumnya dipertahankan oleh dua ikatan sangat kuat yaitu ikatan peptida dan
ikatan disulfida; dan tiga ikatan yang lemah, yaitu ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan
interaksi elektrostatif.
1) Ikatan peptida
Ikatan peptida adalah ikatan yang menghubungkan atom a-karboksil dari suatu asam amino
dan atom a nitrogen dari asam amino yang lain.
Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam
amino disebut dipeptida; bila dibentuk oleh 3 molekul asam amino disebut tripeptida; dan
bila dibentuk oleh banyak molekul asam amino disebut polipeptida.

2) Ikatan disulfida
Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2 bagian rantai polipetida melalui
residu sistein.

3) Ikatan hidrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau -OH dan gugus C=O dalam ikatan peptida atau -COO-
dalam gugus R, misalnya dua peptida mungkin membentuk ikatan
hidrogen.
4) Interaksi hidrofobik
Rantai samping non polar asam amino netral pada protein cenderung bersekutu.
5) Interaksi elektrostatik
Merupakan ikatan garam antara gugus yang bermuatan berlawanan pada rantai samping asam
amino.

c. Sifat-sifat Protein
1) Membentuk ion
Protein dalam air mampu membentuk ion + dan -,
dalam suasana asam membentuk ion positif dan dalam
suasana basa membentuk ion negatif.
2). Denaturasi
Denaturasi adalah perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak
menentu. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya perubahan suhu, pH, atau terjadinya suatu
reaksi dengan senyawa-senyawa lain misalnya ion-ion logam.

d. Asam Amino
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang
terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus NH2 pada
atom karbon a dari posisi gugus -COOH. Atom karbon a dari asam amino kecuali glisin
masing-masing dihubungkan pada empat gugus kimia yang berlainan
sehingga atom karbon a bersifat asimetris. Oleh karena itu, molekul asam amino mempunyai
dua konfigurasi yaitu D dan L.

Molekul asam amino dikatakan mempunyai konfigurasi L, apabila gugus NH2 di sebelah kiri
atom karbon a. Bila gugus NH2 di sebelah kanan atom karbon
a, maka asam amino tersebut mempunyai konfigurasi D.
Struktur umum asam amino adalah:

Klasifikasi asam amino didasarkan atas:


pembentukannya di dalam tubuh dan strukturnya.
Klasifikasi asam amino berdasarkan pembentukannya di dalam tubuh ditunjukkan pada tabel

Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh. Sedangkan
asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat dibuat
dalam tubuh.
Berdasarkan strukturnya, asam amino dikelompokkan menjadi 7 yaitu asam amino dengan
rantai samping yang :
a. Merupakan rantai karbon yang alifatik, misalnya glisin, alanin, valin, leusin dan isoleusin.
b. Mengandung gugus hidroksil, misalnya serin dan threonin
c. Mengandung atom belerang, misalnya sistein, dan metionin
d. Mengandung gugus asam atau amidanya, misalnya asam aspartat, aspargin, asam
glutamate, dan glutamine.
e. Mengandung gugus basa, misalnya arginin, lisin, hidroksilisin dan histidin
f. Mengandung cincin aromatic, misalnya
fenilalanin, tirosin dan triptofan.
g. Membentuk ikatan dengan atom N pada gugus amino, misalnya prolin dan hidroksi prolin
Uraian klasifikasi asam amino berdasarkan strukturnya diuraikan lebih detail pada
pembahasan berikut. Beberapa rumus kimia asam amino adalah
sebagai berikut:
2. Karbohidrat
Molekul karbohidrat adalah substansi yang terdiri atas atom-atom C, H, dan O. Perbandingan
antara molekul H dan O adalah 2:1. Jadi memiliki rasio yang sama dengan molekul air
(H2O), misalnya:
Ribosa = C6H10O5
Glukosa = C6H12O6
Sukrosa = C12H24O11
Rumusa empiris dari karbohidrat adalah Cn(H2O)n.
Dengan dasar perbandingan tersebut, orang pada mulanya berkesimpulan bahwa dalam
karbohidrat terdapat air, sehingga digunakan kata karbohidrat yang
berasal dari kata karbon dan hidrat atau air.

Karbohidrat sering disebut sakarida. Ada beberapa senyawa yang memiliki rumus empiris
seperti karbohidrat tetapi bukan karbohidrat, misalnya C2H4O2 (asam asetat),
CH2O (formaldehida). Dengan demikian, senyawa yang termasuk karbohidrat tidak hanya
ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang penting adalah rumus strukturnya.
Dari rumus struktur, akan terlihat bahwa ada gugus fungsi penting yang terdapat pada
molekul karbohidrat. Gugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa tersebut.
Berdasarkan gugus molekul yang ada pada karbohidrat, maka karbohidrat dapat didefenisikan
secara kimia sebagai plohidroksialdehid atau polihidroksiketon serta yang menghasilkannya
pada proses hidrolisis.
Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-
beda ukurannya, yaitu dari senyawa sederhana dengan berat molekul ren-dah hingga berat
molekul besar. Berbagai senyawa terse-but dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu
monosaka-rida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida.

a. Monosakarida
Monosakarida sering disebut gula sederhana (simple sugars) adalah karbohidrat yang tidak
dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja.
Monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan atom karbonnya, yaitu triosa,
tetrosa, pentosa, dan heksosa atau heptosa. Misalnya :
Triosa = (C3H6O3)
Tetrosa = (C4H8O4)
Pentosa = (C5H10O5)
Heksosa = (C6H12O6)
Monosakarida atau gula sederhana hanya terdiri atas satu unit polihidroksialdehida atau keton
atau hanya terdiri atas satu molekul sakarida. Monosakarida yang umum dikenal mempunyai
rumus empiris (CH2O)n, dimana n = 3 atau jumlah yang lebih besar lainnya. Kerangka
monosakarida adalah rantai karbon berikatan tunggal yang tidak bercabang. Satu diantara
atom karbon
berikatan ganda terhadap suatu atom oksigen membentuk gugus karbonil, masing-masing
atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Jika gugus karbonil berada pada
ujung rantai karbon, monosakarida tersebut adalah suatu aldosa, dan jika gugus karbonil
berada pada posisi lain, monosakarida tersebut adalah suatu ketosa. Berbagai jenis
monosakarida aldosa dan ketosa
ditunjukkan pada gambar

Gambar Berbagai jenis monosakarida dalam bentuk aldosa (Frisell, 1982)

b. Disakarida.
Disakarida terdiri atas dua monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Pada
kebanyakan disakarida, ikatan kimia yang menggabungkan kedua unit monosakarida disebut
ikatan glikosida, dan dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan
karbon pada gula yang kedua.
Disakarida menghasilkan dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda bila mengalami
hidrolisis, misalnya:
Maltosa -------> Glukosa + Glukosa
Laktosa -------> Glukosa + Galaktosa
Sukrosa -------> Glukosa + Fruktosa
Oligosakarida menghasilkan 3-6 molekul monosakarida bila mengalami hidrolisis, misalnya :

Maltotriosa -------> 3 residu Glukosa


Rafinosa ---------> Galaktosa+ galaktosa + Fruktosa
Stakiosa ---------> Galaktosa + Glukosa + Fruktosa

c. Polisakarida
Polisakarida atau glikan tersusun atas unit-unit gula yang panjang. Polisakarida dapat dibagi
menjadi dua kelas utama yaitu homopolisakarida dan
heteropolisakarida. Homopolisakarida yang mengalami hidrolisis hanya menghasilkan satu
jenis monosakarida, sedangkan heteropolisakarida bila mengalami hidrolisis sempurna
menghasilkan lebih dari satu jenis
monosakarida.

http://wrghar.blogspot.com/2009/11/sel-dan-strukturnya.html

SEL DAN STRUKTURNYA

A. PENDAHULUAN
Unit fisik terkecil dari organisme hidup adalah sel. Komposisi material sel pada semua
organisme adalah sama yaitu: DNA, RNA, protein, lemak dan fosfolipid, yang merupakan
komponen dasar semua jenis sel. Namun demikian pengamatan lebih teliti menunjukkan
adanya perbedaan sangat mendasar antara sel bakteri dan sianobakteria di satu pihak dengan
sel hewan dan tumbuhan di lain pihak.
Ada dua tipe sel yaitu: sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik merupakan tipe sel
pada bakteri dan sianobakteria / alga biru (disebut jasad prokariot). Sel eukariotik merupakan
tipe sel pada jasad yang tingkatnya lebih tinggi dari bakteri (disebut jasad eukariot) yaitu
khamir, jamur (fungi), alga selain alga biru, protozoa dan tanaman serta hewan.

Perbedaan kedua tipe jasad itu adalah sebagai berikut:

B. SEL PROKARIOTIK
Tipe sel prokariotik mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sel
eukariotik. Beberapa sel bakteri Pseudomonas hanya berukuran 0,4-0,7µ diameternya
dan panjangnya 2-3µ . Sel ini tidak mempunyai organela seperti mitokondria, khloroplas dan
aparat golgi.
Inti sel prokariotik tidak mempunyai membran. Bahan genetis terdapat di dalam
sitoplasma, berupa untaian ganda (double helix) DNA berbentuk lingkaran yang tertutup.
“Kromosom” bakteri pada umumnya hanya satu, tetapi juga mempunyai satu atau lebih
molekul DNA yang melingkar (sirkuler) yang disebut plasmid. Sel prokariotik tidak
mengandung organel yang dikelilingi oleh membran. Ribosom yang dimiliki sel prokariot
lebih kecil yaitu berukuran 70S.
Ukuran genom sel prokariot berbeda dengan sel eukariot. Jumlah DNA penyusun
pada sel prokariot berkisar antara 0,8-8.106 pasangan basa (pb) DNA. DNA pada sel eukariot
mempunyai pasangan basa lebih tinggi, sebagai contoh: Neurospora 19.106; Aspergillus
niger 40.106; Jagung 7.109; dan manusia 29.109
. Sel prokariotik tidak seluruhnya membutuhkan oksigen, misalnya pada bakteri anaerob.

C. SEL EUKARIOTIK
Sel eukariotik mempunyai inti sejati yang diselimuti membran inti. Inti sel mengandung
bahan genetis berupa genome/ DNA. Seluruh bahan genetis tersebut tersusun dalam suatu
kromosom. Di dalam kromosom terdapat DNA yang berasosiasi dengan suatu protein yang
disebut histon. Kromosom dapat mengalami pembelahan melalui proses yang dikenal sebagai
mitosis.
Sel eukariotik juga mengandung organel-organel seperti mitokondria dan
khloroplas yang mengandung sedikit DNA. Bentuk DNA dalam ke dua organel tersebut
adalah sirkuler tertutup (seperti DNA prokariot). Ribosom pada sel eukariotik lebih besar
dibandingkan prokariotik, berukuran 80S. Di dalam sel ini juga dijumpai organel lain yang
bermembran, yaitu aparatus golgi. Pada tanaman organela ini mirip dengan diktiosom. Kedua
organel tersebut berperan dalam proses sekresi.

D. STRUKTUR SEL
1. Inti Sel
Inti sel eukariotik pada interfase dikelilingi oleh suatu membran. Membran terdiri atas 2
lapisan lemak (lipid bilayers). DNA pada inti tersebar dalam suatu struktur yang
disebut kromosom. Pembelahan inti dari satu menjadi dua anak inti dikenal sebagai mitosis.
Pada tanaman dan hewan tingkat tinggi dikenal adanya reproduksi secara seksual. Pada saat
pembuahan, ke dua inti dari sel jantan dan sel betina (gamet) melebur membentuk sigot.
Masing-masing jenis gamet menyumbang sejumlah (n) kromosom. Dengan demikian sigot
mengandung dua set kromosom (2n). Apabila gamet bersifat haploid, maka sigot bersifat
diploid. Semua sel somatik bersifat diploid (mengandung 2 set kromosom). Pada saat
generasi seksual berikutnya, kromosom normal (2n) mengalami segregasi menjadi haploid.
Proses pengurangan separo kromosom dari 2n menjadi n kromosom disebut meiosis.
2. Membran Sel Prokariotik
Permukaan luar lipid bilayers membran sel bersifat hidrofil, sedangkan permukaan
dalamnya bersifat hidrofob. Stabilitas membran sel disebabkan oleh kekuatan hidrofobik
antara residu asam lemak dan kekuatan elektrostatis antara ujung-ujung hidrofilik. Pada
bilayer terdapat protein yang letaknya tenggelam (di dalam) bilayer atau terdapat pada
permukaannya.
Pada beberapa bakteri, membran mengelilingi sitoplasma tanpa menunjukkan
adanya lipatan. Membran pada bakteri lain mengalami pelipatan ke dalam yang disebut
mesosom. Pada bakteri fotosintetik, khlorofil tidak terdapat dalam suatu khloroplas,
melainkan terdapat dalam membran yang sangat berlipat-lipat di dalam sel, yang disebut
membran tilakoid. Sistem fotosintetik pada bakteri disamping menggunakan khlorofil, juga
karotenoid. Keduanya mengandung sistem transport elektron yang menghasilkan ATP pada
proses fotosintesis.
3. Dinding Sel
Dinding sel bakteri bersifat agak elastis. Dinding sel tidak bersifat permeabel terhadap garam
dan senyawa tertentu dengan berat molekul rendah. Secara normal konsentrasi garam dan
gula yang menentukan tekanan osmotik di dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel. Apabila
tekanan osmose di luar sel naik, air sel akan mengalir ke luar, protoplasma mengalami
pengkerutan, dan membran akan terlepas dari dinding sel.
Proses ini disebut dengan plasmolisis.
Rangka dasar dinding sel bakteri: Rangka dasar dinding sel bakteri adalah
murein peptidoglikan. Murein tersusun dari N-asetil glukosamin dan N-asetil asam muramat,
yang terikat melalui ikatan 1,4-β-glikosida. Pada N-asetil asam muramat terdapat rantai
pendek asam amino: alanin, glutamat, diaminopimelat, atau lisin dan alanin, yang terikat
melalui ikatan peptida. Peranan ikatan peptida ini sangat penting dalam menghubungkan
antara rantai satu dengan rantai yang lain. Komponen dan struktur dinding sel prokariot ini
sangat unik, dan tidak dijumpai pada sel eukariotik.
Dinding sel bakteri gram positif: Dinding sel bakteri gram positif terdiri 40 lapis rangka dasar
murein, meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Senyawa lain penyusun dinding
sel gram positif adalah polisakarida yang terikat secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat
spesifik.
Dinding sel bakteri gram negatif: Dinding sel bakteri gram negatif hanya terdiri
atas satu lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding
sel. Murein hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka
murein tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida jenis lain.
Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat tidak terdapat
dalam dinding sel ini.
Peranan lisosim dan penisilin: Lisosim adalah ensim antibakteri yang terdapat
dalam putih telur dan air mata, dan dapat dihasilkan oleh beberapa bakteri. Lisosim akan
merusak ikatan antar N-asetilglukosamin dan N-asetil asam muramat dalam murein, sehingga
lisosim dapat merombak murein. dalam dinding sel. Dinding sel yang rusak akan
menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut spheroplas. Spheroplas sangat rentan
terhadap tekanan osmotik.
Penisilin akan bekerja aktif terhadap dinding sel gram positif yang sedang
membelah. Senyawa ini mengakibatkan sel tumbuh tidak beraturan. Dalam hal ini penisilin
menghambat pembentukan dinding sel.
4. Flagel dan Pili
Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Letak flagel dapar polar, bipolar,
peritrik, maupun politrik. Flagel mengakibatkan bakteri dapat bergerak berputar.
Penyusun flagel adalah sub unit protein yang disebut flagelin, yang mempunyai berat
molekul rendah. Ukuran flagel berdiameter 12-18 nm dan panjangnya lebih dari 20 nm.
Pada beberapa bakteri, permukaan selnya dikelilingi oleh puluhan sampai ratusan pili, dengan
panjang 12 nm. Pili disebut juga sebagai fimbrae. Sex-pili berperan pada konjugasi sel. Pada
bakteri Escherichia coli strain K-12 hanya dijumpai 2 buah pili.
5. Kapsul dan Lendir
Beberapa bakteri mengakumulasi senyawa-senyawa yang kaya akan air, sehingga
membentuk suatu lapisan di permukaan luar selnya yang disebut sebagai kapsul atau
selubung berlendir. Fungsinya untuk kehidupan bakteri tidak begitu esensial, namun
menyebabkan timbulnya sifat virulen terhadap inangnya. Dalam pembentukan agregasi tanah,
senyawa yang terkandung dalam kapsul atau lendir inilah yang sangat berperan.
Keberadaan kapsul mudah diketahui dengan metode pengecatan negatif menggunakan
tinta cina atau nigrosin. Kapsul akan tampak transparan diantara latar belakang yang gelap.
Pada umumnya penyusun utama kapsul adalah polisakarida yang terdiri atas glukosa, gula
amino, rhamnosa, serta asam organik seperti asam piruvat dan asam asetat. Ada pula yang
mengandung peptida, seperti kapsul pada bakteri Bacillus sp.
Lendir merupakan kapsul yang lebih encer. Adakalanya kapsul bakteri dapat dipisahkan
dengan metode penggojokan kemudian diekstrak untuk menghasilkan lendir.

Membran Sel

Struktur membran

Membran plasma sering disebut sebagai batas kehidupan karena membatasi sel. Bahan
penyusun utama membran adalah lipid dan protein. Membran sel merupakan lapisan ganda
(bilayer) yang terdiri dari lipid dan protein. Model yang digunakan untuk penyusunan
molekul-molekul membran sel adalah model mosaik fluida. Pada model ini protein membran
terdispersi dan secara individual disisipkan ke dalam bilayer fosfolipid dan hanya daerah-
daerah hidrofiliknya yang menonjol cukup jauh dari bilayernya yang dipaparkan ke air.
Membran merupakan mosaik molekul protein yang terapung pada bilayer fluida yang terdiri
dari fosfolipid-fosfolipid sehingga diistilahkan dengan model mosaik fluida.

Terdapat dua populasi utama protein membran. Protein integral umumnya merupakan protein
transmembran dengan daerah hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior
hidrofobik membran tersebut. Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih
rentangan asam amino nonpolar yang biasanya bergulung menjadi heliks-α. Ujung hidrofilik
molekul ini dipaparkan ke larutan aqueous pada kedua sisi membrane. Protein peripheral
tidak tertanam dalam lipid bilayer. Protein ini terikat secara longgar pada permukaan
membrane atau pada bagian protein integral yang terpapar.

Karbohidrat pada membran

Pengenalan sel dilakukan dengan cara memberi kunci pada molekul permukaan. Molekul
tersebut seringkali berupa karbohidrat pada membrane plasma. Karbohidrat membran
biasanya berupa oligosakarida bercabang dengan kurang dari 15 satuan gula. Beberapa
oligosakarida secara kovalen terikat dengan lipid dan membentuk glikolipid. Sebagian besar
oligosakarida terikat secara kovalen dengan protein dan disebut glikoprotein.

Membran sel menjaga komponen-komponen sel tetap terisolasi dari lingkungan luar.
Membran sel juga berfungsi sebagai media komunikasi antara sel dengan lingkungan.
Membran biologi membatasi organel-organel. Di dalam sel, endoplasmic reticulum, golgi,
lysosomes, vesicles dan vakuola dikelilingi oleh membrane biologi tunggal. Mitokondria dan
nukleus dikelilingi oleh dua lapis membrane. Membrane sel terlibat dalam pengaturan aliran
material ke dalam dan keluar sel dan memediasi komunikasi interselular, adhesi dan fungsi-
fungsi lain.

Membran sel bersifat permeable terhadap ion dan molekul polar spesifik. Substansi hidrofilik
menghindari kontak dengan bilayer lipid dengan cara melewati protein transport yang
melintangi membrane. Beberapa fungsi protein membrane adalah (Campbell et al., 2000):

1. Protein yang membentang membrane memberikan suatu saluran hidofilik melintasi


membrane yang bersifat selektif untuk zat terlarut tertentu. Hidrolisis ATP dilakukan oleh
beberapa protein transport untuk memompa bahan melintasi membrane secara aktif.
2. Protein yang berada di dalam membrane mungkin berupa enzim dengan sisi aktifnya yang
dipaparkan ke zat-zat pada larutan sebelahnya.
3. Protein membran mungkin memiliki tempat pengikatan dengan bentuk spesifik yang sesuai
dengan bentuk-bentuk mesenjer kimiawi, seperti hormone. Sinyal dapat menyebabkan
perubahan konformasi protein yang menyalurkan pesan ke bagian dalam sel.
4. Protein membran dari sel-sel bersebelahan mungkin dikaitkan bersama-sama dalam
berbagai bentuk junction.
5. Beberapa glikoprotein berfungsi sebagai label identifikasi yang secara khusus dikenali oleh
sel lain.
6. Mikrofilamen atau elemen lain sitoskeleton mungkin terikat ke protein membran. Hal ini
merupakan suatu fungsi yang membantu memperahankan bentuk sel dan menetapkan
lokasi protein membrane tertentu. Protein yang mendekat ke matriks ekstraseluler dapat
mengkoordinasikan perubahan ekstraseluler dan intraseluler.

Difusi merupakan suatu peristiwa akibat gerak termal. Gerak termal adalah energi kinetic
intrinsic yang dimiliki molekul. Pada difusi dalam ketiadaan gaya-gaya lain, suatu substansi
akan berdifusi dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih
rendah. Setiap substansi akan berdifusi menuruni gradient konsentrasinya. Peristiwa difusi
desebut transport pasif, karena sel tidak harus mengeluarkan energi. Gradien konsentrasi itu
sendiri merupakan energi potensial yang mengarahkan difusi.

Larutan hipertonik adalah larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi.
Sedangkan larutan dengan zat terlarut lebih rendah disebut hipotonik. Larutan dengan
konsentrasi zat terlarut yang sama disebut isotonik. Difusi air melintasi membran permeable
selektif merupakan suatu peristiwa osmosis. Air berdifusi melewati membran dari larutan
hipotonik ke larutan hipertonik.

Sebagian protein transport dapat memindahkan zat terlarut melawan gradient konsentrasinya
melintasi membrane plasma dari satu sisi yang konsentrasi zat terlarutnya kurang ke sisi yang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi. Proses ini memerlukan energy dan disebut transport
aktif.
Kerja transport aktif dilakukan oleh protein spesifik yang tertanam dalam membran. ATP
menyediakan energy untuk sebagian besar transport aktif. ATP mentransfer gugus fosfat
terminalnya langsung ke protein transport. Hal ini menyebabkan protein mengubah
konformasinya agar bisa mentranslokasikan suatu zat terlarut yang terikat pada protein ini
melintasi membran.

Siklus Sel

Kegiatan yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan berikutnya disebut siklus sel
atau daur sel. Siklus sel mencakup dua fase yaitu interfase dan fase mitosis atau fase
pembelahan. Interfase terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap G1 dimana terjadi aktivitas
biosintesa yang tinggi, tahap S yaitu merupakan tahap replikasi dan transkripsi DNA, tahap
G2 merupakan tahap persiapan diri sel untuk membelah. Fase mitosis atau fase pembelahan
terdiri dari karyokinesis atau pembelahan nukleus dan sitokinesis atau pembelahan
sitoplasma.

Peristiwa-peristiwa siklus kromosom saling berkaitan yang merupakan peristiwa yang saling
tergantung satu sama lain. Siklus sel diatur oleh tiga macam molekul sebagai faktor
pengontrol yaitu:

S-fase activator yang mengaktifkan fase S dan terdapat hanya pada sitoplasma fase S yang
bekerja memulai sintesis DNA (menginduksi untuk memulia terjadinya replikasi DNA).
M-fase promoting factor yang hanya ada pada sitoplasma fase M yang menyebabkan
kondensasi kromosom
M-fase delaying factor

Fase mitosis terdiri dari profase, prometafase, metaphase, anaphase dan telofase. Tahapan
pembelahan inti ini masing-masing tidak sama waktunya. Metafse merupakan tahapan
mitosis yang paling panjang dan paling mudah diganggu. Sehingga pengamatan kromosom
sering dilakukan pada tahap metaphase.
Menjelang metaphase, beberapa ujung mikrotubul gelendong mitotic menempel pada setiap
kinetokor yang berada di dekatnya. Mikrotubul yang melekat pada kinetokor disebut
mikrotubul kinetokor. Pada metaphase, mikrotubul kinetokor memegang peranan penting
yaitu mengatur letak dan arah kromosom terhadap sumbu gelendong mitotic dan mengatur
dan menggerakkan kromosom ke bidang ekuatorial.

Pada anaphase terjadi pemisahan kromatida kromosom. Pada fase ini terjadi tarikan ke kutub
sehingga kromatid terpisah. Gerakan kromatid ke kutub disebabkan memendeknya
mikrotubul kinetokor atau karena kutub yang saling menjauhi.
Sitokinesis terjadi pada saat anaphase dan telofase. Pada sel hewan, tanda pertama yang
terlihat adalah melekuknya selaput sel selama anaphase. Pelekukan terjadi di daerah sekat
metaphase atau bidang ekuatorial.

Sitokinesis pada sel tumbuhan berlangsung dengan cara yang berbeda. Sitoplasma dibagi dua
oleh pembentukan dinding sel baru di dalam sel induk. Sekat sel mulai terbentuk di bidang
antara dua nukeus anakan. Sekat sel berhubungan dengan sisa mikrotubul kutub gelendong
mitotic yang membentuk suatu struktur yang disebut fragmoplas. Struktur ini mengandung
dua perangkat mikrotubul yang berhadapan. Vesikuli kecil yang berasal dari kompleks golgi
dan berisi prazat dinding sel tersusun sepanjang mikrotubul disebelah menyebelah
fragmoplast dan diangkut kea rah bidang ekuatorial. Selanjutnya membentuk sekat sel.

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat
hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.[1] Hampir
semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya
fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.[1] Fotosintesis juga berjasa
menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.[1] Organisme yang
menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.[1]
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.[1] Cara lain
yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang
dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.[1]

Proses

Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang
belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini.
[17]
Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan
alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[17]

Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun.[17] Namun
secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.
[18]
Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma.[17]
Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih
dahulu.[17]

Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi
terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).[19]

Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam
stroma.[19] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan
menghasilkan oksigen (O2).[19] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang
membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[19] Energi yang
digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[19] Pada proses reaksi gelap
tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang
mengandung atom karbon menjadi molekul gula.[19] Dari semua radiasi matahari yang
dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses
fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700
nm).[19] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600
nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm).[20] Masing-masing jenis cahaya berbeda
pengaruhnya terhadap fotosintesis.[20] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya
yang bekerja dalam fotosintesis.[20] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.[20] Pigmen yang berbeda menyerap cahaya
pada panjang gelombang yang berbeda.[20] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai
contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah.[20] Klorofil b menyerap
cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung
dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang.
[20]
Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari
klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[13] Proses
ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis.

[sunting] Reaksi terang


Reaksi terang dari fotosintesis pada membran tilakoid

Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[21] Reaksi ini
memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh
pigmen sebagai antena.[21]

Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.
[22]
Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi
pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[22]

Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil.[22] Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul
H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang
bertindak sebagai enzim.[22] Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ)
membentuk PQH2.[22] Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran
lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa
H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[21] Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II
adalah[22]:

2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2

Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan


mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan
mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC).[22] Kejadian ini juga menyebabkan
terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid.[22] Reaksi yang terjadi pada sitokrom
b6-f kompleks adalah[22]:

2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)

Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I.[22] Fotosistem ini
menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan,
yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu.[22]
Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin
tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.[22] Reaksi
keseluruhan pada PS I adalah[22]:

Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)

Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron
untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH.[22] Reaksi ini dikatalisis dalam stroma
oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase.[22] Reaksinya adalah[22]:
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH

Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase.[1]
ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+
melintasi membran tilakoid.[1] Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase
bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.[1] Reaksi keseluruhan yang
terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut[1]:

Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2

[sunting] Reaksi gelap

Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan
siklus Hatch-Slack.[23] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5
bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.
[23]
Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan
tumbuhan C-3.[23] Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh
enzim rubisco.[23] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut
tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat
yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate
carboxilase.[23]

[sunting] Siklus Calvin-Benson

Siklus Calvin-Benson
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat
karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[23] RuBP merupakan enzim alosetrik yang
distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama,
reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH.[23] Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+
ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang
menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[23] Kedua,
reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas
diberi cahaya.[23] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem
I selama pemberian cahaya.[23]

Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[13]
Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[24] Karboksilasi
melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-
PGA).[24] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1
gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[24] Reduksi ini tidak terjadi secara
langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida
asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir
dari ATP.[24] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA
terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi
tambahan.[24] Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang 2
elektron.[24] Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP
menjadi ATP.[24]

Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan
CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui stomata.[25] Pada akhir
reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan
untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.[25]

Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya adalah 1,3-
Pgaldehida.[13] Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa
keluar.[13] Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi
menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol.[13] Triosa fosfat digunakan sitosol untuk
membentuk sukrosa.[13][25]

[sunting] Siklus Hatch-Slack


Siklus Hatch-Slack

Berdasarkan cara memproduksi glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3


dan C4.[26] Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah subtropis.[26]
Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 melalui siklus Calvin, yang
melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[26] Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP
untuk menghasilkan molekul glukosa.[26] Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa
dihasilkannya glukosa.[27] Hal ini dapat terjadi jika ada fotorespirasi, di mana enzim Rubisco
tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[27] Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya
ditemukan di daerah tropis.[27] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2
menjadi glukosa.[27] Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang
akan mengikat CO2 dari udara dan kemudian akan menjadi oksaloasetat.[27] Oksaloasetat akan
diubah menjadi malat.[27] Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[27] Piruvat akan
kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang
berlangsung di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP.[27] Proses ini dinamakan siklus
Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil.[28] Dalam keseluruhan proses ini, digunakan 5 ATP.
[28]
Faktor penentu laju fotosintesis

Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat mempengaruhi secara
langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak mempengaruhi secara
langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis.[1]
Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran
cahaya matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor lingkungan
tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju
fotosintesis.[29]

Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum
meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor
pembatas tersebut sangat mempengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju
optimum fotosintesis.[29] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun,
serta ketersediaan nutrisi mempengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis
sehingga secara tidak langsung ikut mempengaruhi laju fotosintesis.[30]

Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[30] :

1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan
tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan
karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar
fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang
sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan
berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.

B. RESPIRASI SEL

           Didalam setiap sel hidup terjadi proses metabolism. Salah satu proses tersbut adalah
katabolisme. Katabolisme disebut pula disimilasi, karena dalam proses ini energy yang
tersimpan ditimbulkan kembali atau dibongkar untuk menyelenggarakan proses – proses
kehidupan .
           Respirasi sel berlangsung didalam mitokondria melalui proses glikolisis, yakni proses
pengubahan atom C6 menjadi C3. Dilanjutkan dengan proses dekarboksilasi oksidatif yang
mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1 (CO2). Kemudian daur krebs mengubah
senyawa C2 menjadi senyawa C1(CO2¬).
Pada setiap tingkatan ini dihasilkan energy berupa ATP (adenosine Tri Phosphat) dan
Hidrogen . hydrogen yang berenergi bergabung dengan akseptor hydrogen untuk dibawa ke
transfer electron ; energynya dilepaskan dan hydrogen diterima oleh O2 menjadi H2O .
            Didalam proses respirasi dihasilkan senyawa antara CO2 yang merupakan bahan
dasarproses anabolisme.
Didalam proses respirasi sel bahan bakarnya adalah gula heksosa. Pembakaran tersebut
memerlukan oksigen bebas, sehingga reaksi keseluruhan dapat ditukis sebagai berikut :
C6h12O6 + 6 CO2   ----------------  6 CO2 + 6H2O + 675 kal
           Dalam respirasi aerob. Gula heksosa mengalami pembongkaran dengan proses yang
sangat panjang. Pertamakali glukosa sebagai bahan dasar mengalami fosfolarisasi, yaitu
proses penambahan fosfat kepada molekul – molekul glukosa hingga menjadi fruktosa -1, 6 –
difosfat. Pada fosforilasi , ATP dan ADP memgang peranan penting sebagai pengisi fosfat.
Adapun pengubahan fruktosa – 1 , 6 – dipospat hingga akhirnya menjadi CO2 dan H2O dapat
dibagi menjadi empat tahap , yaitu glikolisis, reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif), siklus
krebs, dan transfer electron.

1. Glikolisis

       Adalah rangkaian reaksi pengubahan molekul glukosa menjadi asam piruvat dengan
menghasilkan NADH dan ATP.
Sifat – sifat glikolisis ialah:
a. Dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob
b. Dalam glikolisis terdapat kegiatan enzimatis dan AdenosineTrifosfat (ATP) serta
Adenosine Difosfat (ADP)
c. ADP dan ATP berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul lainnya.

     
Glukosa sebagai substrat dalam respirasi aerob (maupun anaerob) diperoleh dari hasil
fotosintesis.diawali dengan penambahan satu fosfat oleh ATPO terhadap glukosa, sehingga
terbentuk glukosa – 6 fosfat dan ATP menyusut menjadi ADP . peristiwa ini disebut fosfolirasi yang
berlangsung dengan bantuan enzim heksokinase dan ion Mg++ hasil akhir dari fosfolirasi berupa
fruktosa-1, 6-difosfat dan dari sinilah dimulai glikolisis.
     Glikolisis dimulai dari perubahan fruktosa -1, 6-difosfat yang memiliki 6 buah atom C diubah
menjadi 3-difosfogliseral-dehida (dengan 3 buah atom C) dan dihidroksi-aseton-fosfat.
Pembongkaran ini dibantu oleh enzim aldolase.
Dihidroksi aseton fosfat kemudian menjadi 3- fosfogliseraldehida juga dengan pertolongan enzim
fosfitriosaisomerase.
Selanjutnya fosfogliseraldehida bersebyawa dengan suatu asam fosfat (H3PO4) dan berubah
menjadi 1,3 –disfosfogliseraldehida.
1,3 – difosfogliseraldehida berubah menjadi asam 1,3 –difosfogliserat dengan bantuan
enzimdehidrogenase. Peristiwa ini terjadi karena adanya penambahan H2.
       Dengan bantuan enzim transfosforilase fosfogliserat serta ion – ion Mg++, asam 1,3-
difosfogliserat kehilangan satu fosfat sehingga berubah menjadi asam – 3 – fosfogliserat.
Selanjutnya asam – 3 – fosfogliserat menjadi asam – 2 – fosfogliserat karena pengaruh enzim
fosfogliseromutase.
Dengan pertolongan enzim enolase dan ion – ion Mg++, maka asam- 2-fosfofogliserat melepaskan
H2O dan menjadi asam -2-fosfoenolpiruvat.
     Perubahan terakhir dalam glikolisisadalah pelepasan satu fosfat dari asam-2-fosfoenolpiruvat
menjadi asam piruvat. Enzim transfosforilase fosfopiruvat dan ion – ion Mg++ membantu proses ini
sedang ADP meningkat menjadi ATP.
Gambar SKEMA PROSES GLIKOLISIS'

                                               

                    

2. Reaksi Antara

     Setelah glikolisis terjadi reaksi antara. (dekarboksilasi oksidatif), yaitu pengubahan asam
piruvat menjadi 2 asetil KoA sambil menghasilkan CO2 dan 2NADH2 yang reaksinya adalah :

2 NAD 2NADH2
2(C3H4O3) 2 (C3H3O) – KoA + 2CO2
Piruvat Asetil KoA

          Perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk
menuju berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian memasuki
siklus krebs.

3. Siklus Krebs ( Siklus Asam Sitrat)

    Pada siklus krebs ini (terjadi dimatriks mitokondria) asetil KoA diubah menjadi KoA.
Asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. KoA dilepaskan
sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain dari asam piruvat.

                                                                 SIKLUS KREBS

 
   
gambar:siklus krebs2.jpg

Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs , sementara itu sisa dua karbon dari glukosa
dilepaskan sebagai CO2.
Selama terjadi pembentukan – pembentukan , energy yang dibutuhkan dilepaskan untuk
menggabungkan fosfat denga ADP membentuk molekul ATP.
    Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai, Jadi, sebagai hasil dari glikoslisis
, reaksi antara dan siklus krebs adalah pemecahan satu molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul
1 karbon, selain itu juga dihasilkan 2 molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi dari siklus krebs.
Perlu diingat bahwa tiap – tiap proses melepaskan atom hydrogen yang ditranspor ke sistem
transport electron oleh molekul pembawa .
                                                        

4. Sistem transport electron

    Pada sistem transpor electron berlangsung pengepakan energy dari glukosa menjadi ATP.
Reaksi ini terjadi didalam membaran dalam mitokondria, hydrogen dari siklus krebs yang
tergabung dalam FADH2dan NADH diubah menjadi elektorn dan proton.
Pada sistem transport electron ini, oksigen adalah akseptor electron yang terakhir , setelah
menerima electron , O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada sistem ini dihasilkan
34 ATP.
Jadi total ATP yang dihasilkan dari respirasi seluler adalah sebagai berikut:
Secara tidak langsung secara Lewat sistem transport elektron langsung

Glikolisis                 2 NADH2 = 6 ATP                            2 ATP


Reaksi antara          2 NADH2 = 6 ATP
Siklus Krebs           6 NADH2 = 18 ATP                           2 ATP
                              2 FADH2 = 4 ATP

                        ------------------------------------                      ------------------

                                               34 ATP                            4 ATP

5. Respirasi Aerob dan Anaerob

    Respirasi aerob adalah suatu proses pernapasan yang membutuhkan iksigen dari udara.
Ada beberapa tumbuhan yang kegiatan respirasinya menurun bila konsentrasi oksigen di
udara dibawah normal, misalnya bayam, wortel dan bebrapa tumbuhan lainnya.

     Respirasi anaerob dapat pula disebut fermentasi atau respirasi intramolekul. Tujuan
fermentasi sama dengan respirasi aerob, yaitu mendapatkan energy. Hanya saja energi yang
dihasilkan jauh lebih sedikit dari respirasi aerob.
Perhatikan reaksi dibawah ini!
Respirasi aerob :

C6H12O6 ---- 6 CO2 + 6 H2O + 675 kal + 38 ATP


Respiasi anaerob:

C6H12O6 ------  2 C2H5OH + 2CO2 + 21 kal + 2 ATP


Pernapasan anaerob dapat berlangsung didalam udara bebas, tetapi proses ini tidak
menggunakan O2 yang disediakan di udara. Fermentasi sering pula disebut sebagai peragian
alcohol atau alkoholisasi.

Pada respirasi aerob maupun anaerob, asam piruvat hasil proses glikolisis merupakan
substrat.

                                          Perhatikan skema dibawah ini !


                                         
                                                      Respirasi aerob dan respirasi anaerob

a) Asam piruvat dalam respirasi anaerob

  

b) Asam piruvat dalam respirasi aerob


    Pembongkaran sempurna terjadi pada oksidasi asam piruvat dalam respirasu aerob. Dari
proses ini dihasilkan CO2 dan H2O serta energy yang lebih banyak , yaitu 38 ATP.

http://biodas.wordpress.com/rancangan-pembelajara/bahan-ajar/enzim/

suikoden 2 www.3roms.com

Anda mungkin juga menyukai