Anda di halaman 1dari 43

I.

PENDAHULUAN

Kelembagaan pembiayaan dan keuangan Indonesia pada saat ini diharapkan


dapat untuk segera mengefektifkan fungsi intermediasi dan pembiayaan bagi kegiatan
ekonomi riil. Diantara sektor riil yang memerlukan perhatian serius adalah sektor
pertanian, khususnya yang berkaitan dengan program pengembangan ketahanan
pangan dan pengembangan usaha agribisnis pedesaan yang berkaitan erat dengan
usaha penanggulangan masalah kemiskinan. Hal ini telah terbukti bahwa selama
terjadi krisis ekonomi, sektor pertanian masih mampu mencapai pertumbuhan positif,
menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Melalui kebijakan yang sesuai,
pada kedua program dan kegiatan inilah berbagai kelembagaan keuangan perlu
diarahkan untuk memberikan kontribusi dukungannya.

Salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani


(khususnya komoditas padi), Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi dan
produktivitas pertanian dengan mengembangkan berbagai program intensifikasi dan
membantu permodalan serta memfasilitasi penyediaan berbagai skim Kredit untuk
modal usaha budidayanya. Namun, meskipun telah terjadi peningkatan kuantitas dan
kualitas produksi tampaknya masih belum dapat meningkatkan nilai tukar
komoditasnya dan memberikan keuntungan yang layak bagi para petani. Pola tanam
dan panen serempak telah menyebabkan hasil panen sangat melimpah di pasar
terutama pada saat panen raya, karena sebagian besar petani terpaksa menjual hasil
panennya dengan harga relatif rendah untuk segera memperoleh uang tunai guna
memenuhi kebutuhan dan kewajiban-kewajibannya di antaranya membayar utang,
membiayai keperluan mendesak keluarganya dan memodali usaha budidaya
selanjutnya serta kebutuhan hidup lainnya.

Sistem pasar komoditas pertanian sangat terkait erat dengan hukum ekonomi
supply and demand. Pada kondisi panen raya (stock melimpah) akan menyebabkan
harga komoditas pertanian menurun, sebaliknya pada kondisi musim tanam (off
season) maka harga komoditas pertanian akan meningkat. Sedangkan permintaan
akan komoditas pertanian sebagian besar mempunyai kecenderungan konstan. Adanya
trade off tersebut memaksakan petani/pelaku usaha sektor pertanian untuk melakukan

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 1


Pusat Pembiayaan, 2006
manajemen pasar yang baik dengan melakukan sistem tunda jual. Sistem tunda jual
akan efektif dilaksanakan apabila petani yang menyimpan sementara hasil panennya
didukung oleh adanya sumber pembiayaan (dana talangan) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya selama masa menunda hasil panennya.

Seringkali terjadi Petani/pelaku usaha sektor pertanian yang semula


mendambakan pendapatan yang tinggi dari hasil panennya, memperoleh kenyataan
dimana hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan banyak
petani mengalami kerugian sebagai akibat harga yang diterima petani pada saat panen
berada dibawah harga Break Event Point (BEP). Sebagian besar petani tidak
mempunyai bargaining position yang kuat untuk mempertahankan hasil panennya agar
tidak dijual pada saat panen raya, hal ini disebabkan sebagian besar petani
memberlakukan hasil panennya sebagai “cash crop” dalam arti petani membutuhkan
segera uang tunai guna memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk melakukan
usahatani di musim berikutnya.

Dalam upaya membantu memecahkan masalah tersebut, Departemen


Pertanian menyelenggarakan kegiatan sistem tunda jual untuk komoditas pertanian.
Untuk komoditas padi (gabah), sistem tunda jual dilaksanakan bekerjasama dengan
Perum Pegadaian. Untuk komoditas lain diluar padi (gabah) maka dapat dilakukan
sistem resi gudang dan sistem tradisional lainnya. Dalam kegiatan tersebut, petani
dapat melakukan penundaan jual komoditas yang dihasilkan, dan selanjutnya dapat
melakukan penjualan kembali setelah pangsa harga komoditas hasil panennya tinggi.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan sistem tunda jual tersebut, maka disusun dalam
bentuk Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 2


Pusat Pembiayaan, 2006
II. POLA PENGEMBANGAN SISTEM TUNDA JUAL GABAH

Desain operasional pengembangan sistem tunda jual komoditas gabah adalah


melalui rekayasa pengembangan terhadap unit usaha lembaga ekonomi yakni Perum
Pegadaian dan Unit Usaha Penggilingan Padi (RMU) yang berada di pedesaan. Adapun
bentuk rekayasa terhadap unit usaha lembaga ekonomi Perum Pegadaian dan Unit
Usaha Penggilingan Padi (RMU) yang berada di pedesaan adalah sebagai berikut:
2.1. Pengembangan Unit Usaha Perum Pegadaian sebagai Lembaga
Penyalur Kredit Gadai Gabah
Perum Pegadaian adalah merupakan lembaga finansial yang telah teruji
kehandalannya dalam mengelola sistem pegadaian. Sampai dengan tahun 2000,
Perum Pegadaian telah berkembang di seluruh propinsi yang terdiri dari 686 cabang
dan dipimpin oleh 14 Kantor Daerah. Perum Pegadaian telah berkembang selama 100
tahun dan merupakan BUMN yang dinyatakan paling sehat meskipun terjadi krisis
ekonomi. Artinya apabila pemerintah melakukan pengembangan investasi modal
kepada Perum Pegadaian tidak diragukan akan keamanannya dan menguntungkan.
Sebagai lembaga keuangan, Perum Pegadaian ditugaskan oleh pemerintah
untuk membantu rakyat kecil mengatasi jeratan para lintah darat/rentenir dan
pengijon. Perum Pegadaian adalah satu-satunya lembaga yang sah berdasarkan
Undang-undang yang ditetapkan Pemerintah Belanda pada waktu itu, yaitu Reglement
tentang Perdagangan dan Urusan Pegadaian Negeri (Reglement Pegadaian tertanggal
29 Maret 1928, Staatsblad Nomor 81). Selama ini terbukti bahwa Perum Pegadaian
mampu berperan sesuai dengan tujuannya, cukup dikenal baik oleh masyarakat dan
tidak pernah merugi.
Barang gadai yang diterima oleh Perum Pegadaian umumnya adalah barang-
barang bergerak hasil pabrik/manufacturing, seperti barang kerajinan emas dan lain-
lain. Gabah Kering Giling (GKG) dapat memenuhi persyaratan sebagai barang
layak gadai karena mempunyai masa simpan cukup panjang (2 tahun), memiliki
standar kualitas dan standar kemasan, penyusutan yang dapat diperhitungkan, teknik
pergudangan yang sederhana, serta harga pasar yang transparan.
Kendala bagi Perum Pegadaian untuk menerima GKG sebagai barang gadai
antara lain adalah tidak memiliki pengalaman dan ketrampilan dalam menaksir kualitas
dan harga, fasilitas pergudangan, serta modal terbatas.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 3


Pusat Pembiayaan, 2006
Sementara itu, di desa-desa banyak pengusaha unit penggilingan padi memiliki
ketrampilan dan fasilitas pergudangan, serta pendanaan. Namun, mereka semuanya
itu tidak mungkin dapat menyelenggarakan usaha pegadaian karena adanya hambatan
Undang-Undang tersebut di atas.
Perum Pegadaian dapat melakukan kerjasama dengan cara mendelegasikan
sebagian wewenangnya kepada para pengusaha tersebut, serta memanfaatkan fasilitas
dan kemampuan mereka, sinergi ini diharapkan dapat menguntungkan semua pihak.
Perum Pegadaian akan dapat memperluas jaringan usahanya tanpa harus
menambahkan investasi yang besar sedangkan para pengusaha tersebut dapat lebih
mengembangkan usahanya.
Dengan perluasan ini, secara bisnis Perum Pegadaian tidak perlu harus merugi
karena hampir semua resikonya bisa diperhitungkan dan disesuaikan dengan rumus-
rumus perhitungan pegadaian yang selama ini sudah terbukti berhasil memberikan
keuntungan. Semua instrumen yang sudah ada dapat dipergunakan dengan modifikasi
minimal tanpa menimbulkan masalah baru. Perum Pegadaian dapat berperan
menyelesaikan masalah nasional yang kronis tanpa masalah.
2.2. Pengembangan Unit Usaha Penggilingan Padi (RMU) sebagai Agen
Perum Pegadaian
Penggilingan padi pada umumnya melakukan usaha ekonominya dalam
berbagai tingkatan, mulai dari hanya pengolahan gabah dengan menyewakan alat
penggilingan sampai kepada fungsi pengolahan, penyimpanan dan pemasaran beras.
Peran penggilingan padi sangat penting dalam menjalankan fungsi ketahanan
pangan dan pengendalian harga gabah. Dalam rangka pengendalian ketersediaan padi,
penggilingan padi menyediakan fasilitas pergudangan bagi petani padi, tentu dengan
beberapa kondisi yang menguntungkan kedua belah fihak. Dengan adanya hubungan
antara penggilingan padi dengan petani seperti ini, maka penggilingan padi dapat
melayani permintaan pasar secara teratur baik pada musim panen maupun pada
musim paceklik.
Bagi petani, hal ini juga sangat menguntungkan karena padinya aman di simpan
di gudang penggilingan serta dalam berbagai banyak hal padi tersebut dapat dijadikan
agunan untuk meminjam uang, baik kepada penggilingan padi itu sendiri maupun
kepada pedagang lain, dengan menunjukkan surat bukti kepemilikan sejumlah gabah
di salah satu penggilingan padi. Hubungan seperti itu sudah berjalan sejak lama dan
satu-satunya perekat adalah adanya rasa saling mempercayai.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 4


Pusat Pembiayaan, 2006
Kerjasama Perum Pegadaian dengan Unit Penggilingan Padi (RMU) bisa
dilakukan melalui pengembangan sistem keagenan dengan menunjuk mereka untuk
menjadi AGEN Gadai Gabah untuk pegadaian GKG. Pelaksanaan aktifitas pegadaian
dilakukan AGEN yang direkrut sesuai kriteria antara lain mempunyai ketrampilan
didalam perdagangan gabah dan memiliki fasilitas pengolahan dan pergudangan yang
layak. AGEN akan berada dibawah supervisi dan tanggung jawab Kantor Cabang
Pegadaian setempat sebagai pembinanya. Untuk itu dapat dibuat kontrak kerjasama
yang memuat hal-hal yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk
pembagian hasilnya.
Secara garis besar, beberapa kewajiban dan tanggung jawab Perum Pegadaian
dapat dilimpahkan kepada para AGEN untuk bertindak atas nama Kantor Cabang
Perum Pegadaian setempat sesuai dengan sistem dan prosedur pegadaian yang ada
(Pedoman Umum Sistem Gadai Gabah, 2001) antara lain untuk :
1. Menerima dan mengeluarkan barang gadai.
2. Memeriksa dan menguji barang gadai.
3. Menyimpan dan merawat barang gadai.
4. Memberikan kredit dan menerima uang tebusan.
5. Mengelola administrasi barang dan uang.
6. Menyelesaikan administrasi keuangan harian.
Untuk itu para AGEN bisa mendapatkan hak konpensasi dan keuntungan sebagai
berikut :
1. Biaya penanganan/Handling barang gadai yang dikenakan satu kali saja dan
dapat ditarik olehnya sekaligus saat menerima pegadaian, yang meliputi
biaya:
a. Bongkar, muat, timbang.
b. Pengujian dan penaksiran harga.
c. Pengemasan dan karung baru.
2. Pembagian hasil bunga gadai untuk menutup biaya:
a. Penyimpanan dan perawatan.
b. Asuransi.
c. Administrasi.
Dengan mengembangkan sistem keagenan ini Perum Pegadaian tidak perlu
repot memiliki fasilitas pergudangan dan menambah personil secara besar-besaran
untuk melaksanakannya. Semua proses pegadaian berjalan sebagaimana biasanya,

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 5


Pusat Pembiayaan, 2006
hanya saja barang gadainya sekarang tidak berada di dalam gudang milik Perum
Pegadaian, namun ada digudang AGEN Gadai Gabah. Proses penerimaan gadai,
penaksiran dan pengeluaran barang gadai dilakukan oleh AGEN. Kantor Cabang Perum
Pegadaian membawahi AGEN tersebut cukup menunggu laporan hasil kegiatan dari
AGEN, memiliki tenaga penyeliya yang terlatih untuk melakukan supervisi atas kegiatan
AGEN, dan memeriksa keamanan kuantitas dan kwalitas barang gadai.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 6


Pusat Pembiayaan, 2006
III. MEKANISME SISTEM TUNDA JUAL GABAH

3.1. Konsep Pegadaian Gabah


Lembaga penggadaian di Republik Indonesia adalah lembaga jaminan yang
mempunyai hak sebagai “penerima dan pemegang gadai”. “Gadai adalah suatu hak
yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang yang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.” (pasal 1150).
Para petani sebagai “pemberi gadai” adalah pemilik dari Komoditi Pertanian
berupa gabah yang layak disebut sebagai “barang gadai” karena dapat memenuhi
sebagian terbesar dari syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 6 Aturan Dasar
Pegadaian (A.D.P.), kecuali titik g : barang yang karena ukurannya yang besar tidak
dapat disimpan dalam gadaian. Namun hal ini tentu saja tidak perlu menjadi hambatan
karena dapat diatasi dengan menyediakan fasilitas pergudangan yang memadai untuk
menampungnya.
Benda gadai dikuasai oleh pemegang gadai (inbezitstelling), sehingga benda
gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai. (pasal 1152 ayat
3 KUHPerdata). Dengan penguasaan secara fisik ini, si pemegang gadai berkewajiban
dan tidak boleh lalai untuk menyimpan dan merawat barang gadai dengan baik
sehingga tidak hilang dan nilainya tidak turun. (pasal 1157 ayat 1 KUHPerdata, A.D.P.).
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penggadaian dan benda gadai fiktif.
Selain itu juga kewajiban untuk menyelamatkan barang gadaian memaksa pemegang
gadai untuk memiliki fasilitas penyimpanan dan perawatan barang gadai yang
memadai serta melakukan pemeriksaan kualitas yang ketat pada saat akan menerima
barang gadai dan menutup asuransi kerugian. Hal mana membebaskan
petani/pemberi gadai dari resiko penyimpanan dan perawatan serta
kerusakan/kehilangan barang selama digadaikannya.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 7


Pusat Pembiayaan, 2006
Menurut Kristianto Tony J. (2003), menyatakan bahwa selain kewajiban-
kewajibannya, pemegang gadai berhak untuk:
1. Menolak benda yang digadaikan, karena tidak boleh diterima sebagai benda gadai,
ataupun karena alasan yang tidak disebutkan undang-undang. (pasal 6 ayat 2
A.D.P.). Hal ini membuka peluang bahwa gabah yang tidak memenuhi standar
kualitas tertentu dapat ditolak untuk digadaikan. Hanya gabah yang memenuhi
standar kualitas tertentu yang dapat digadaikan, misalnya Gabah Kering Giling
(GKG) yang sesuai SNI mempunyai kandungan air 14%, Butir Hampa /Kotoran
maksimum 3%, Butir Hijau/Mengapur maksimum 5 %, Butir Merah maksimum 3
%.
2. Menetapkan jumlah uang maksimum yang dapat dipinjam kepada peminjam.
Sehingga, dengan menentukan persentasi jumlah maksimum uang pinjaman dari
harga yang sesuai dengan informasi pasar terakhir, maka bisa ditentukan nilai
gadai setiap hari secara adil dan transparan. Misalnya untuk menggadaikan GKG
dapat ditentukan bahwa pinjaman maksimum yang dapat diperoleh pemberi
gadai/petani adalah 90 persen dari harga pasar yang diinformasikan oleh siaran
pemerintah setempat, maka pejabat gadai/penerima gadai dan petani/pemberi
gadai bersama-sama mengetahui berapa nilai gadai yang berlaku.
3. menolak benda gadai yang oleh pejabat gadai disangka sebagai benda yang
diperoleh pemberi gadai dengan jalan tidak menurut hukum atau ketentuan yang
berlaku. Dengan demikian bisa diatur bahwa hanya petani setempat secara pribadi
atau yang terorganisasi dalam koperasi/kelompok tani dalam wilayah kerja
pegadaian tersebutlah yang dapat menggadaikan gabahnya. Semangat koperasi
dapat dipupuk dan menghindarkan pegadaian dimanfaatkan oleh para tengkulak.
4. menjual sendiri benda gadai (recht van eigenmachtige verkoop) dalam hal si
berhutang wanprestasi, tidak membayar kembali pinjamannya atau menebus
barang yang digadaikannya sesuai dengan tenggang waktu pinjaman yang telah
diperjanjikan (parate eksekusi). Dengan demikian pemegang gadai tidak perlu
menunggu proses pengadilan yang lama untuk melelang dan mengeksekusi barang
gadai yang tidak ditebus sesuai dengan perjanjian gadai. Tidak seperti halnya
dengan kredit bank.
5. Menentukan hari lelang dan eksekusi 30 hari sejak jatuh tempo masa gadai. Dan
selama tenggang waktu itu si pemberi gadai tetap diberi kesempatan untuk
melunasi pinjamannya tanpa dibebani bunga pinjaman dalam masa tenggang itu.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 8


Pusat Pembiayaan, 2006
Ketentuan ini tentu saja meringankan si pemberi gadai dan memberikan
kesempatan kepadanya untuk mencari alternatif terbaik untuk melunasi
pinjamannya.
6. Dari hasil penjualan itu, ia berhak mengambil pelunasan piutangnya beserta bunga
dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang
itu digadaikan dari pendapatan penjualan itu. Hak itu juga berlaku dalam hal
pemberi gadai pailit (pasal 1155 ayat 1 KUHPerdata). Dengan berlakunya hak
untuk didahulukan, pemegang gadai dihindarkan dari tuntutan-tuntutan yang dapat
dilakukan oleh kreditur lainnya.
7. Biaya-biaya pelelangan dan biaya-biaya untuk menjaga, merawat dan
menyelamatkan barang gadai sejak barang itu digadaikan berhak didahulukan
pelunasannya (pasal 1133 jo 1150 KUHPerdata). Hal ini memungkinkan bahwa
penerima gadai menambahkan biaya-biaya penyimpanan dan perawatan serta
asuransi dan lainnya atas benda gadai. Semua biaya itu dapat ditentukan bahkan
ditarik terlebih dahulu.
Biaya-biaya yang dapat ditarik dari penggadaian gabah dan merupakan
pendapatan bagi penerima gadai bisa meliputi :
1. Biaya pemeriksaan kualitas dan kuantitas barang gadai.
2. Biaya proses peningkatan kualitas, sekiranya perlu.
3. Biaya pengemasan.
4. Biaya pergudangan untuk menyimpan dan merawat serta mengasuransikan
barang gadai.
5. Biaya bongkar-muat masuk dan keluar gudang penyimpanan.
6. Bunga pinjaman yang besarnya suku bunga dapat berubah sesuai dengan
kondisi ekonomi.
Besarnya suku bunga ini juga dapat disesuaikan menurut golongan besar
kecilnya kredit yang diberikan. Pada saat ini rata-rata sewa modal yang
berlaku di Perum Pegadaian ditentukan 1,75 persen per 15 hari. Selain itu
perjanjian gadai tidak mempergunakan sistim bunga berganda.
Jangka waktu kredit ditentukan maksimum 4 (empat) bulan seperti yang
berlaku untuk barang gadai lainnya untuk menghindarkan terjadinya penumpukan
barang yang terlalu lama dan dikhawatirkan daya simpannya bisa menurun.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 9


Pusat Pembiayaan, 2006
3.2. Persyaratan Penggadaian Komoditi Pertanian
Gabah yang dapat digadaikan harus memenuhi persyaratan:
1. Mempunyai daya simpan lebih dari 1 (satu) tahun.
2. Mempunyai standar kualitas SNI atau standar lainnya yang diakui bersama
3. Mempunyai standar kemasan.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pemegang gadai, sebagai
berikut:
1. Mempunyai/menguasai fasilitas pergudangan yang memadai.
2. Menguasai teknologi penyimpanan dan personel yang handal.
3. Memiliki modal yang cukup.
4. Memiliki pengetahuan mengenai pemasaran komoditi pertanian terkait.
5. Memiliki kemampuan dan fasilitas pengujian dan pemeriksaan kualitas dan
kuantitas.
6. Mempunyai fasilitas pengolahan untuk meningkatkan kualitas.
7. Memiliki informasi barang gadaian.
8. Memiliki manajemen yang rapi dan terpercaya.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pemberi gadai/petani sebagai
berikut:
1. Menyerahkan komoditi pertanian yang dimiliki untuk digadaikan.
2. Memenuhi standar kualitas yang ditentukan.
3. Bersedia menerima kembali barang gadai dalam kuantitas dan kualitas yang
ditentukan.
4. Memiliki informasi harga barang gadainya.
Perlengkapan pegadaian yang harus diadakan meliputi:
1. Fasilitas dan perlengkapan pergudangan.
2. Fasilitas dan peralatan penilaian kualitas, seperti misalnya moisture tester,
timbangan dan lain-lain.
3. Tenaga dan fasilitas bongkar-muat.
4. Fasilitas dan peralatan pengolahan untuk meningkatkan kualitas, antara
lain: lantai jemur, alat pengering dan laini-lain.
5. Fasilitas pengemasan, antara lain pengadaan karung baru, alat penjahit
karung.
6. Kantor beserta perlengkapan serta izin-izin usahanya.
7. Tertib administrasi dan perlengkapan pegadaian lainnya.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 10


Pusat Pembiayaan, 2006
Sistem Tunda Jual Komoditas Gabah
Sistem penggadaian komoditas pertanian sebagai berikut:
1. Pemberi gadai/petani datang ke Perum Pegadaian dengan membawa gabah yang
akan digadaikannya.
2. Petugas gadai akan melakukan penimbangan untuk menentukan kuantitas barang
gadai.
3. Selanjutnya Petugas akan melakukan pemeriksaan atas kualitas gabah.
4. Bila syarat kualitas KP sesuai dengan standar yang dapat diterima, maka gabah
akan dinyatakan layak sebagai barang gadai.
5. Gabah yang tidak memenuhi standar akan ditolak.
6. Gabah yang diterima akan dikemas dan disimpan dalam gudang atau silo.
7. Petani mengisi formulir Permintaan Kredit.
8. Jumlah maksimum kredit yang dapat diberikan kemudian dihitung berdasarkan
harga taksiran pasar gabah hari itu.
9. Kemudian petugas gadai akan menerbitkan Surat Bukti Kredit (SBK) rangkap dua
dan kuitansi pembayaran biaya penanganan “handling”, dan membayarkan jumlah
pinjaman sesuai dengan yang tertera dikurangi dengan biaya penanganan sesuai
kuitansi. (Biaya penanganan sudah ditetapkan terlebih dahulu, misalnya Rp.70,-
/kg.)
10. Surat Bukti Kredit (SBK) memuat antara lain: Nama dan alamat si pemberi gadai,
keterangan tentang barang gadai “kuantitas dan kualitas”-, taksiran nilai gadai,
jumlah pinjaman, tanggal kredit, tanggal jatuh tempo, serta perjanjian gadai
lainnya, seperti besarnya bunga gadai, biaya penyimpanan dan perawatan,
asuransi dan lain-lain.
11. SBK ditandatangani oleh petugas dan pemberi gadai/nasabah. SBK asli diserahkan
kepada nasabah, sedangkan SBK copy ditahan oleh petugas.
12. Pada saat penebusan, pemberi gadai/petani menunjukkan SBK kepada petugas
gadai dan melunasi seluruh utangnya beserta biaya bunga dan biaya lainnya sesuai
dengan perhitungan yang berlaku.
13. Setelah petugas gadai menerima SBK dan uang pelunasannya, maka ia akan
menyerahkan barang gadai berupa KP sesuai dengan jumlah yang tercantum di
dalam SBK.
14. Selanjutnya si pemberi gadai mengambil barangnya di gudang dan
menandatangani slip pengambilan barang jaminan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 11


Pusat Pembiayaan, 2006
15. Dengan demikian berakhirlah perjanjian gadai.
16. Apabila kredit tidak dilunasi pada waktunya, maka pejabat gadai akan melelang
barang gadai.
17. Pengumuman lelang barang gadai dilakukan sekurangnya 30 hari sebelum lelang
dilakukan.
18. Pada hari yang ditentukan lelang dilakukan dilaksanakan oleh pejabat Perum
Pegadaian di depan umum dan pembeli yang berhak adalah yang mengajukan
penawaran harga tertinggi di atas harga dasar, setelah kepada umum ditanyakan
penawaran itu dua kali tetapi tidak disambut dengan penawaran lain yang lebih
tinggi dari penawaran itu.
 KP yang ditolak karena belum memenuhi standar masih dapat diproses
langsung di tempat tersebut dengan biaya tersendiri yang ditentukan
berdasarkan taksiran dan kesepakatan antara pemilik barang dengan unit
pengolah (pengeringan dan pembersihan). KP yang sudah diolah sampai
mencapai standar kemudian dapat digadaikan sesuai prosedur.

SORT/REFINE DRIER

P E T A N I

TIMBANG TEST KARUNG GUDANG

REJECT
SBK

GKG
CASH KASIR
GKP/GKS
LAIN-LAIN

Gambar 1. Proses Gadai Gabah

Ketentuan Umum Pengelolaan Kredit Tunda Jual Gabah


Ketentuan umum pengelolaan kredit tunda jual gabah (Perum Pegadaian,
2003) adalah sebagai berikut:

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 12


Pusat Pembiayaan, 2006
1. Kantor Pusat memberikan otorisasi modal kerja kepada Pimpinan Kantor Wilayah
untuk kegiatan operasional Kredit Tunda Jual Gabah. Sebagai pertanggungjawaban
perkembangan operasional, maka Pimpinan Cabang melakukan administrasi dan
pembukuan serta membuat laporan ke Kantor Wilayah. Laporan yang dibuat
berupa Laporan Harian Kas sebagaimana yang telah lazim selama ini dikirim secara
mingguan dan Laporan Operasional setiap akhir bulan. Oleh Kantor Wilayah
laporan keuangan tersebut diproses untuk menjadi Laporan Keuangan dan Laporan
Operasional gadai dan usaha-usaha lainnya yang dikirimkan ke KPPP. Bentuk
format Laporan dan tata cara pengirimannya akan diatur secara terpadu dengan
ketentuan pelaporan lainnya.
2. Kegiatan Kredit Tunda Jual Gabah ini terbatas pada penyaluran modal kerja yang
telah ditentukan penggunaannya untuk para petani yang berdomisili di sekitar
Cabang yang ditunjuk. Namun demikian dalam teknis pemanfaatan modal kerja
tersebut tidak perlu dilakukan pemisahan dengan modal kerja cabang. Dengan
demikian pada waktu terjadi surplus modal kerja untuk penggunaan Kredit Tunda
Jual Gabah, uangnya bisa dipakai untuk pelayanan gadai konvensional.
3. Mekanisme pemberian modal kerja kepada para Agen dan batas tertinggi besarnya
modal kerja yang diberikan ke Agen diatur sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati dalam perjanjian kerja sama antara PERUM Pegadaian dengan pihak
Agen.
4. Setiap hari Pimpinan Cabang menerima informasi harga pasar gabah dari pasar
gabah setempat atau sumber lain yang berwenang (Biro Statistik atau Bulog)
melalui telpon/faksimili. Apabila sampai pada saat jam pelayanan tidak ada
informasi, maka harga pasar gabah yang ditetapkan adalah informasi harga pasar
setempat. Pegawai fungsional Kredit Tunda Jual Gabah tidak dibenarkan
menetapkan sendiri harga pasar gabah di pasaran baik di atas maupun di bawah
harga pasar gabah yang diberikan oleh Pimpinan Cabang atau sumber lain
tersebut. Dalam keadaan yang menyimpang dari itu harus mendapat persetujuan
tertulis dari Pimpinan Kantor Wilayah.
5. Dalam keadaan tertentu Pimpinan Cabang melalui Pegawai Fungsional Kredit
Tunda Jual Gabah hendaknya dapat mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan
adanya permintaan pinjaman secara besar-besaran melebihi kebutuhannya sebagai
upaya untuk mengacaukan pasar. Pemerataan penyaluran dan kepentingan semua
pelanggan harus diutamakan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 13


Pusat Pembiayaan, 2006
6. Pimpinan Cabang menetapkan harga taksiran gabah setelah terlebih dahulu ikut
mencermati harga pasar gabah di lungkungannya berdasar tabel berikut ini :
Tabel 4. Plafon Pinjaman Gadai Gabah Kering Giling (GKG)
NILAI TEBUSAN SETELAH 4
HARGA PLAFON KREDIT
BULAN
PASAR/TAKSIRAN
UP + SM = UP + SM =
Rp/Kg % RUPIAH
114% 112%
s/d. 800 100,0 800,00 912,00 896,00
s/d. 900 97,5 877,50 1.000,00 963,00
s/d. 1.000 95,0 950,00 1.083,00 1.064,00
s/d. 1.100 92,5 1.017,50 1.160,00 1.140,00
s/d. 1.200 90,0 1.080,00 1.231,00 1.210,00
s/d. 1.300 87,0 1.137,50 1.297,00 1.274,00
s/d. 1.400 87,5 1.190,00 1.357,00 1.333,00
s/d. 1.500 85,0 1.237,50 1.411,00 1.386,00
s/d. 1.600 80,0 1.280,00 .10459,00 1.434,00
s/d. 1.700 80,0 1.360,00 1.550,00 1.523,00
s/d. 1.700 maks 1.360,00 1.550,00 1.523,00
Keterangan :
1. UP + SM = 114% berarti sewa modal kerja sebesar 1,75% tiap 15 hari
2. UP + SM = 112% berarti sewa modal kerja sebesar 1,50% tiap 15 hari.
Untuk menetapkan Uang Pinjaman harus dikalikan dengan persentase dari
Plafon Pinjaman, yakni sebagai antisipasi terhadap :
1. Fluktuasi biaya modal dan biaya operasional,
2. Kemungkinan turunnya harga pasar gabah,
3. Kemungkinan hilang/rusaknya gabah selama dalam masa penyimpanan,
4. Kemungkinan adanya force majeure, termasuk huru-hara di gudang lokasi Agen.
Contoh :
Harga dasar gabah (GKG) per Kg varietas A = Rp 1.725,00
Harga pasar GKG di pasaran setempat = Rp 1.400,00
Taksiran sebesar = Rp 1.400,00
Uang Pinjaman GKG per Kg = 85% x Rp 1.400,00 = Rp 1.190,00

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 14


Pusat Pembiayaan, 2006
5. Dari penjelasan contoh tersebut di atas dapat diartikan bahwa Cabang Pegadaian
memberikan harga kepada petani (Nasabah) sebesar harga gabah di pasaran.
Harga ini selanjutnya disebut harga pasar gabah, yaitu harga gabah yang beredar
di pasaran wilayah agen setempat. Uang Pinjaman yang diberikan sebesar sekian
prosen dari taksiran dimaksudkan agar tercapai kesetaraan antara besaran Uang
Pinjaman ditambah Sewa Modal sehingga sama atau mendekati nilai taksiran harga
jual gabah.
6. Sesuai dengan surat perjanjian kerjasama, agen tidak diperbolehkan menyalurkan
uang pinjaman kepada petani di wilayahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui perusahaan/instansi atau orang lain selain dari Pegadaian. Oleh
karena itu, Pimpinan Cabang agar memantau dan segera melaporkannya ke Kantor
Wilayah untuk diambil tindakan seperlunya.

3.5. Prosedur Perekrutan


1. Pimpinan Cabang dapat meminta daftar nama pengusaha gabah dari Dinas
Pertanian setempat atau menerima langsung permohonan dari masyarakat;
2. Berdasarkan daftar tersebut, Pimpinan Cabang menawarkan keagenan kepada para
pengusaha tersebut;
3. Para peminat harus mengisi formulir permohonan untuk menjadi Agen yang sudah
disediakan, serta melengkapi semua persyaratannya;
4. Pimpinan Cabang kemudian mengusulkan calon-calon Agen kepada Pimpinan
Kantor Wilayah dengan landasan hasil penelitian awal dan penjelasan asumsi yang
menjadi dasar usulannya;
5. Pimpinan Wilayah atau Manajer Operasional Kanwil bersama Pimpinan Cabang
melakukan penelitian untuk mengetahui kelayakan sosial, ekonomi dan
bisnis/usaha calon Agen dan kebutuhan petani setempat serta kemungkinan
dilaksanakannya keagenan di wilayah tersebut;
6. Hasil penelitian dituangkan dalam Formulir Rekomendasi Hasil Survei Calon Agen
Gadai Gabah;
7. Pemimpin Kantor Wilayah melakukan seleksi dan penelitian seperlunya serta
meminta kesediaan calon Agen untuk menyerahkan jaminan serta kesediaan
memenuhi persyaratan yang diperlukan;

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 15


Pusat Pembiayaan, 2006
8. Berdasarkan itu, calon Agen diusulkan ke Kantor Pusat untuk dilakukan penelitian
lanjutan maupun pelatihan;
9. Kantor Pusat menetapkan nama-nama Agen terpilih kepada Pemimpin Kantor
Wilayah untuk dilakukan perikatan;
10. Pemimpin Kantor Wilayah menandatangani kontrak perikatan keagenan dengan
Agen dihadapan notaris. Biaya notaris bisa dinegosiasikan.
11. Persyaratan sebagai Agen
a. Pria/wanita;
b. Warga Negara Indonesia;
c. Minimal usia 25 tahun, sehat jasmani dan rohani;
d. Pendidikan diutamakan minimal SLTA;
e. Mengajukan permohonan sebagai Agen Gadai Gabah ;
f. Telah berdomisili minimal 5 (lima) tahun di tempat tersebut;
g. Memiliki Surat Ijin Usaha, gudang/lumbung kapasitas minimal 100 ton, memiliki
fasilitas pengeringan, penggilingan dan alat pemeriksaan gabah;
h. Bersedia mematuhi segala persyaratan yang ditetapkan oleh Pegadaian;
i. Menyerahkan jaminan berupa sertifikat tanah/sawah atau surat/barang
berharga lainnya;
j. Mempunyai citra dan hubungan baik dengan para petani di desanya;
k. Memperoleh rekomendasi dari 5 (lima) tetangga terdekat yang tidak ada ikatan
kekerabatan;
l. Berkelakuan baik dinyatakan dengan surat keterangan Lurah;
m. Diutamakan telah terpasang jaringan listrik dan telepon;
n. Jujur dan bertanggung jawab dan diutamakan nasabah Pegadaian yang
mempunyai track record bagus.
12. Perikatan Kontrak Keagenan dengan Agen
Pemimpin Kantor Wilayah melakukan perikatan kontrak dengan Agen yang telah
mendapat rekomendasi dari Kantor Pusat. Kontrak dilakukan dihadapan notaris
yang beroperasi di wilayah Kantor Cabang berada.
Pada saat kontrak dilakukan Agen harus menyerahkan jaminan sebagaimana
dimaksud pada butir 11.i. di atas untuk disimpan di Kantor Cabang Pegadaian. Nilai
jaminan minimal sebesar 1.5 kali dari maksimum plafon pinjaman modal kerja
untuk Agen.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 16


Pusat Pembiayaan, 2006
Setelah perikatan dilakukan, maka akan dilakukan pelatihan/training kepada para
Agen dan petugas fungsional Kantor Cabang yang ditunjuk melakukan layanan
Kredit Tunda Jual Gabah ini.
3.6. Persyaratan Agunan dan Prosedur Penentuan Kualitas Agunan
3.6.1. Gabah yang dapat diterima sebagai agunan adalah Gabah Kering Giling (GKG)
Standar Nasional dengan memenuhi syarat kualifikasi sebagai berikut:
a. Kadar air gabah maksimum 14%
b. Butir hampa/kotoran maksimum 3%
c. Butir kuning/rusak maksimum 3%
d. Butir hijau/mengapur maksimum 5%
e. Butir merah maksimum 3%
f. Standar varietas : tidak ditentukan
g. Standar kemasan : kantong plastik baru 50 kg
h. Standar tumpukan : metode 2+3 atau 2x3
3.6.2. Prosedur Penentuan Kualitas Gabah
1. Alat yang dipergunakan
a. Timbangan analis 500;
b. Moisture Tester;
c. Alat pengupas kulit gabah (bascer);
d. Gelas ukur besar;
e. Alkohol kadar 95% atau ayakan hampa;
f. Tampah (alat penampi);
g. Sendok plastik.
2. Proses Pemeriksaan :
a. Keluarkan dari karung semua gabah dan sebar di lantai untuk
mengetahui mutu dan homogenitas jenis gabahnya;
b. Setelah diketahui bahwa mutu dan homogenitas gabah cukup bagus,
ambil contoh (sampel) gabah dari beberapa tempat sebaran, kemudian
dilakukan pemeriksaan tingkat kadar air gabah dengan alat moisture
tester sesuai dengan spesifikasi dan karakteristik alat yang tersedia.
Dari pemeriksaan ini akan diketahui prosentase kadar air gabah, apabila
ternyata belum memenuhi standar kualifikasi Gabah Kering Giling, maka

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 17


Pusat Pembiayaan, 2006
harus dilakukan tindakan pengeringan baik dengan penjemuran maupun
dengan alat pengering gabah (rice drier);
c. Selanjutnya untuk mengetahui kondisi butir gabah yang akan dijadikan
barang jaminan dari contoh gabah tersebut diambil sebanyak 100
(seratus) gram dengan menggunakan timbangan analis;
d. Pertama-tama untuk mengetahui prosentase kandungan kotoran dan
butir hampanya, maka contoh gabah dimasukkan ke dalam gelas ukur
besar lalu tuangkan cairan alkohol 95%, kemudian diaduk-aduk sampai
rata sampai semua kotoran serta butir hampanya mengapung ke
permukaan. Dengan menggunakan sendok plastik semua materi yang
mengapung diangkat dan setelah kering lalu ditimbang. Proses ini juga
dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan hampa. Apabila
kandungan kotoran dan butir hampanya masih di atas ambang yang
dipersyaratkan berarti semua gabah harus ditampi/dipisahkan
kotorannya terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan langkah
pemeriksaan lagi.
e. Selanjutnya sisa gabah yang masih ada diambil dari dalam gelas ukur
kemudian dikeringkan. Berhubung cairan yang kita gunakan adalah
alkohol 95%, maka dalam waktu sekejap gabah segera akan mengering
kembali. Setelah gabah benar-benar dalam kondisi kering lalu dikupas
dengan menggunakan alat pengupas kulit gabah (bascer). Dengan alat
penampi yang tersedia kulit padi dipisahkan maka akan didapatkan
butir-butir pecah kulit (brown rice).
f. Langkah terakhir yang dilakukan adalah memisahkan secara teliti butir-
butir padi ke dalam beberapa kelompok antara lain :
 Butir kuning/rusak;
 Butir hijau/mengapur;
 Butir merah.
 Masing-masing butir kelompok tersebut kemudian ditimbang untuk
mengetahui prosentasenya.
g. Menurut persyaratan Standar Nasional, maka contoh gabah serta butir-
butir hasil analisa pemeriksaan yang telah dilaksanakan tersebut secara

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 18


Pusat Pembiayaan, 2006
terpisah masing-masing dikemas menggunakan plastik transparan
dengan disertai catatan seperlunya.
3.7. Prosedur Pelayanan Pinjaman
3.7.1. Prosedur Menaksir
1. Petani membawa agunan berupa gabah dan foto copy KTP (untuk nasabah
baru).
2. Gabah harus ditimbang lebih dahulu untuk mendapatkan beratnya.
3. Setelah ditimbang, gabah harus disebar di lantai untuk memeriksa kualitas
dan homogenitasnya.
4. Gabah diambil contoh secara acak lalu ditimbang dengan timbangan halus
untuk diukur kadar airnya dengan Moisture tester, kemudian dikupas,
diperiksa dan dianalisa untuk menentukan kadar-kadar lainnya, sesuai
standar ketentuan yang disyaratkan.
5. Gabah yang dapat diterima sebagai barang gadai adalah Gabah Kering
Giling (GKG) sesuai dengan standar Bulog.
6. Gabah Kering Panen (GKP) atau Gabah Kering Simpan (GKS) dapat diterima
sebagai barang gadai setelah Agen memproses dan mengolahnya menjadi
GKG.
7. Apabila GKP atau GKS diterima langsung sebagai barang gadai harus
dikonversikan beratnya menjadi GKG berdasarkan tabel refaksi standar SNI.
8. Atas dasar jumlah GKG yang dapat digadaikan, petani mengisi Formulir
Permintaan Pinjaman dan menyerahkan kepada petugas.
9. Uang Pinjaman ditentukan dengan cara mengalikan jumlah berat GKG
dengan harga taksiran pada hari itu dikalikan prosentase plafond sesuai
Tabel Plafond Pinjaman yang berlaku.
10. Petugas menyerahkan SBGG yang telah diisi kepada kasir (rangkap tiga),
kemudian kasir menyerahkan Uang Pinjamannya kepada petani.

3.7.2. Prosedur Pembayaran Modal Kerja dari Cabang ke Agen


1. Setiap akan terjadi transaksi, Agen terlebih dahulu memberitahukan melalui
telpon kepada Pimpinan Cabang guna mempersiapkan modal kerja yang
akan disalurkan dengan memperkirakan jumlahnya berdasarkan banyaknya
gabah petani yang akan digadaikan. Kemudian Pegawai Fungsional

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 19


Pusat Pembiayaan, 2006
mendatangi Agen untuk memantau kegiatan pelayanan tersebut sekaligus
memeriksa kebenaran pemeriksaan gabah.
2. Agen membawa Buku Kas beserta SBGG dwilipat dan trilipat yang sudah
dibubuhi tandatangan Pegawai Fungsional dan Agen ke Kantor Cabang
untuk diserahkan kepada kasir Kantor Cabang sebagai bukti pendukung
pembayaran modal kerja.
3. SBGG dwilipat ditinggal pada kasir Kantor Cabang, sedangkan Buku Kas
lembar II dan SBGG trilipat dibawa Agen.
4. Untuk menjaga keamanan, Pimpinan Cabang dapat juga mengirimkan
modal kerja kepada Agen melalui Bank menggunakan Nota Pengiriman
Uang. Pimpinan Cabang mentransfer uang melalui rekening yang telah
ditentukan kepada Agen selambat-lambatnya sehari setelah Nota
Pengiriman Uang diterima.
5. Di samping itu, untuk mempercepat pelayanan, pihak Agen dapat
mengambil modal kerja (petty cash) sebesar maksimum kas yang telah
diperjanjikan ke Kantor Cabang Pelaksana sambil memberitahukan akan
adanya transaksi gadai pada hari itu. Mekanisme mutasi modal kerjanya
menggunakan Buku Serah Terima Uang.
6. Pegawai Pelaksana dan Pihak Agen kemudian bersama-sama mendatangi
lokasi tempat pelayanan Program Tunda Jual Gabah.
3.7.3. Prosedur Pembayaran Pinjaman dari Agen ke Petani
1. Petani selaku nasabah, setelah menyerahkan gabah untuk ditaksir dan
menerima kitir bukti penyerahan gadai yang dipotong dari FPP,
menunjukkannya kepada Kasir Agen untuk menerima pembayaran.
2. Sebagai tanda persetujuan transaksi kredit, Pengelola, Nasabah dan Agen
masing-masing membubuhkan tandatangan pada badan SBGG yang terdiri
dari tiga rangkap. Lembar asli untuk nasabah yang bersangkutan, lembar
dwilipat untuk Cabang Pegadaian, sedang lembar trilipat untuk arsip Agen.
3. Kasir menyerahkan uang pinjaman beserta SBGG asli kepada nasabah.
4. Nasabah membayar kontan biaya penanganan (handling) gabah yang
sudah disepakati terlebih dahulu kepada pihak Agen.
5. Prosedur Pengemasan dan Penyimpanan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 20


Pusat Pembiayaan, 2006
6. Pengelola/Kasir menyerahkan barang jaminan gabah kepada Petugas
Gudang Agen dalam keadaan terbungkus dan disegel dalam karung plastik
baru kemasan @ 50 kg, menggunakan Kartu Barang Jaminan sesuai
dengan Buku Serah Terima Barang Jaminan. Barang jaminan/gabah
tersebut dikemas sesuai jumlah agunan masing-masing petani/nasabah
seperti tertera dalam Buku Nasabah.
7. Petugas Gudang kemudian memeriksa kebenaran fisik barang jaminan,
seperti berat barang, jumlah kantong, kerapian segel dan lain-lain serta
mencocokkannya dengan Kartu Barang Jaminan yang diterima dari
Pengelola/Kasir dan dicocokkan dengan Buku Nasabah. Masing-masing
barang jaminan ditimbang dalam keadaan tersegel untuk memudahkan
melakukan klaim kepada Pengelola/Kasir bila barang yang diserahkan tidak
cocok dan juga memudahkan penyerahan kepada Petani pada saat
menebus.
8. Setelah barang jaminan terdapat cocok, maka Kartu Barang Jaminan
ditandatangani oleh Petugas Gudang kemudian disimpannya.
9. Barang Jaminan disimpan di Gudang dan disusun secara rapi serta tidak
boleh lebih dari 14 tumpukan baik dengan metode 3+2 maupun 3x2.
10. Barang Jaminan Gabah harus disimpan dengan alas flonder, dijaga dan
dirawat sesuai prosedur perawatan serta penyimpanan standar Bulog.

3.8. Prosedur Penebusan


3.8.1. Prosedur Tebus Sebagian
Pada prinsipnya Gabah tidak boleh disimpan lebih dari satu periode gadai yakni
4 (empat) bulan. Oleh sebab itu penebusan sebagian dimungkinkan dengan
cara mengangsur selama masih dalam periode gadai tersebut, dengan cara:
1. Petani mendatangi Kasir dengan membawa dengan mambawa SBGG asli
untuk menebus sebagian barang yang digadaikan dengan membayar
sebagian dari uang pinjaman berikut sewa modalnya.
2. Tebus sebagian tersebut oleh Kasir kemudian dicatat pada halaman
belakang SBGG aslinya. Petani menyerahkan uang angsuran berikut sewa
modalnya dan Kasir akan menerbitkan Slip Pelunasan dalam 2 (dua)
rangkap, lembar I diserahkan kepada petani sebagai tanda pembayaran

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 21


Pusat Pembiayaan, 2006
sedangkan lembar II untuk Petugas Gudang. Setelah diisi, diberi paraf dan
cap Agen maka SBGG asli tersebut dikembalikan lagi kepada petani.
3. Sebelum barang jaminan diserahkan, Petugas Cabang Agen mencocokkan
lembar I Slip Pelunasan barang jaminan yang juga berfungsi sebagai
kuitansi penerimaan dengan Slip lembar II. Setelah Kartu Barang Jaminan
diisi dan ditandatangani, sebagian barang jaminan dapat diserahlan kepada
petani bersama dengan bukti lembar I Slip Pelunasan tersebut.
4. Lembar II Slip Pelunasan tersebut berfungsi untuk mengisi Kartu Barang
Jaminan yang disimpan di Gudang, selanjutnya dipergunakan untuk mengisi
Buku Pinjaman dan Buku Pelunasan.
3.8.2. Prosedur Tebus Seluruhnya
1. Proses menebus seluruhnya dilakukan petani dengan menunjukkan SBGG
asli untuk dihitung sewa modalnya oleh Kasir Agen, dan perhitungan
tersebut ditulis dengan tinta merah/spidol pada halaman depan SBK,
sehingga jelas terbaca oleh petani/nasabah.
2. Petani kemudian membayar sesuai jumlah yang tertera di SBGG kepada
Kasir dan dibuatkan Slip Pelunasan dalam 2 (dua) lembar, lembar I
diserahkan kepada nasabah bersama sobekan kitir dalam SBGG, sedangkan
kitir luarnya berikut Slip Pelunasan lembar II diberikan kepada Petugas
Gudang Agen untuk proses pengeluaran barang.
3. Sebelum barang jaminan diserahkan, Petugas Gudang Agen mencocokkan
lembar I Slip Pelunasan barang jaminan yang berfungsi sebagai kuitansi
penerimaan dan kitir dalam SBGG dengan lembar II-nya serta kitir luar
SBGG yang diterima dari Kasir. Setelah Kartu Barang Jaminan diisi dan
ditandatangani, barang jaminan dapat diserahkan kepada petani berikut
bukti lembar I Slip Pelunasan, sedangkan sobekan kitir dalam dan kitir luar
SBGG disatukan dalam liaspen.
4. Berdasarkan badan SBGG dan lembar II Slip Pelunasan, barang jaminan
yang telah diserahkan dicatat dalam Buku Gudang serta Buku Pelunasan
sekaligus dipakai sebagai penghapus pinjaman pada Buku Pinjamannya
(Form GG.15). Selanjutnya lembar II Slip Pelunasan ini dilampirkan pada
Kas Debet untuk lampiran Buku Kas.
3.8.3. Prosedur pembayaran uang dari Agen ke Kantor Cabang

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 22


Pusat Pembiayaan, 2006
1. Apabila banyaknya uang kas Agen sudah melampaui saldo maksimal maka
dalam waktu selambatnya 1 (satu) hari kerja, Agen harus menyerahkan
uang pelunasan tebusan berikut Buku Laporan Harian Kas dan lampiran-
lampirannya untuk diserahkan kepada Kasir Kantor Cabang.
2. Kasir menghitung kembali jumlah tebusan dan menerapkan penalti bila
terjadi keterlambatan penyerahan uang tebusan dari Agen
3. Besarnya penalti adalah 1%o (satu perseribu) setiap satu hari
keterlambatan.
4. Agen dan Kasir Cabang memberikan tanda tangan pada Buku Serah Terima
Uang sebagai bukti penyerahan dan penerimaan uang.
5. Berdasarkan Buku Laporan Harian Kas tersebut Kasir mengisi formulir
denda apabila terjadi keterlambatan. Pihak Agen harus melunasi saat itu
juga dan menerima bukti pembayaran penalti lembar asli.
3.9. Prosedur Lelang
3.9.1. Prosedur Pra Lelang
Apabila satu periode gadai sudah jatuh tempo, maka Agen melakukan prosedur
pra lelang dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buku Pinjaman yang lowong, dicatat nomor-nomornya dan dilakukan
pencabutan serta pengelompokkan SBGG trilipat berdasar nomor-nomor
tersebut dan dicatat pada Buku Daftar Barang yang akan dilelang.
2. Kuantitas gabah (berat dan jumlah karung) berdasar data kompilasi
tersebut dicocokkan dengan Buku Gudang serta kondisi barang di dalam
gudang kemudian dipisahkan dari tumpukan gabah yang lain. Jika terdapat
perbedaan, maka Kartu Barang Jaminan yang disimpan Agen dapat dipakai
sebagai acuan.
3. Berdasar SBGG trilipat tersebut, nasabah diberitahu secara tertulis dan atau
pengumuman yang dilakukan lewat Radio maupun lewat lembaga
Pedesaan.
4. Penghitungan dan persiapan pra lelang ini dilakukan minimal 7 (tujuh) hari
sebelum hari lelang dilaksanakan.
3.9.2. Prosedur Lelang
1. Lelang dilaksanakan tepat pada hari sesuai dengan pengumuman yang
telah disebarluaskan, dimulai pukul 10.00 waktu setempat. Pada hari yang

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 23


Pusat Pembiayaan, 2006
telah diumumkan tersebut Petugas Gudang Agen segera menyiapkan
barang jaminan gabah yang telah dipisahkan sesuai dengan hasil
penghitungan pra lelang.
2. Panitia Lelang terdiri dari Agen sebagai pemimpin didampingi Pegawai
Fungsional dan Kasir Agen. Calon pembeli lelang harus mendaftarkan diri
kepada panitia lelang dengan menunjukkan identitas berupa KTP/Kartu
identitas lain serta menyerahkan uang muka pembayaran lelang. Uang
muka pembayaran tersebut dihitung dan dicatat oleh Kasir dan panitia
lelang. Pembeli lelang dicatat dalam Buku Daftar Pembeli Lelang.
3. Lelang dibuka dengan harga dasar sesuai harga pasar gabah setempat pada
hari tersebut. Metode lelang dipakai sistem “naik-naik” dan bagi pemenang
dengan harga yang tertinggi, kepadanya akan dibebankan tambahan biaya
lelang sesuai ketentuan yaitu 9.7o/oo dari lakunya lelang.
4. Kasir Lelang mencatat harga lakunya lelang sesuai dengan
pendengarannya, dan dibukukan ke dalam Buku Lakunya Lelang
5. Setiap pemenang lelang diberikan Formulir Pembelian Lelang rangkap 2,
dan ditandatangani bersama-sama dengan Pemimpin Lelang. Lembar I
untuk Mancab, sedangkan lembar II diberikan kepada Pembeli Lelang
bersama dengan barang jaminan yang dimenangkannya. Formulir
Pembelian Lelang tersebut juga dipakai sebagai pengganti surat jalan.
6. Berdasar Buku Lakunya Lelang, barang jaminan yang diserahkan/keluar
dicatat pada Buku GudangBuku Ikhtisar Pinjaman dan Pelunasan dan untuk
menghapus pada Buku Pinjaman dengan diberi catatan “LELANG, tgl...”.
7. Setelah selesai lelang Kasir lelang menghitung dan membukukan transaksi
lelang pada Buku dan Formulir terkait. Pembukuan lelang ini kemudian
dimasukkan dalam Laporan Harian Kas dan Buku Kas Agen pada hari
pelaksanaan lelang tersebut.
3.9.3. Prosedur Pembayaran Uang Kelebihan
1. Lakunya lelang dikurangi dengan besarnya Uang Pinjaman dan Sewa Modal
ditambah biaya lelang sisanya adalah uang kelebihan yang menjadi milik
dan harus dibayarkan kepada nasabah/petani yang menggadai.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 24


Pusat Pembiayaan, 2006
2. Petani yang namanya tercantum dalam SBGG harus dihubungi dan dalam
hal ini pihak Agen secara aktif menghubungi petani yang bersangkutan dan
menyerahkan uang kelebihan yang menjadi haknya tersebut.
3. Penyerahan uang kelebihan harus disertai dengan bukti serah terima uang
yang ditandatangani oleh petani yang bersangkutan dengan menyerahkan
SBGG aslinya dan dicatat dalam Buku Uang Kelebihan.

3.10. Sistem Keamanan Terpadu


Sistem Keamanan Terpadu merupakan suatu sistem yang digunakan secara
terpadu antara Kantor Cabang Pegadaian dan pihak Agen dengan keamanan swadaya
tingkat desa maupun petugas keamanan formal (POLRI).
Kegiatan pengamanan terpadu ini menjadi sedemikian penting mengingat
keberadaan Agen yang dipakai sebagai tempat penyimpanan gabah milik masyarakat
ada kemungkinan tidak diinginkan kehadirannya oleh para tengkulak karena dianggap
sebagai penghalang bagi mereka untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya seperti pada saat sebelum dibuka Agen.
Pihak Agen pada dasarnya harus sudah siap untuk mengantisipasi keadaan
terburuk sekalipun, karena Agen berkewajiban untuk menyimpan dan merawat serta
mengamankan barang gadai dengan sebaik-baiknya sebagai akibat pelimpahan
sebagian wewenang penyelenggaraan usaha gadai dari Pegadaian berdasarkan
kontrak perikatan keagenan.
Kegiatan pengamanan lainnya adalah dengan memberikan penyuluhan atau
sosialisasi bekerjasama dengan Departemen Pertanian, LSM (Agri-business Club) dan
aparat desa terkait yang ditujukan kepada masyarakat mengenai arti pentingnya
keberadaan sistem Kredit Tunda Jual Gabah. Bahkan dimungkinkan pula untuk
membuat brosur disertai dengan katalog yang memberikan informasi tentang cara-cara
menggadai serta keuntungannya. Brosur ini disebarkan kepada seluruh petani dan
masyarakat di daerah setempat.
Penyuluhan dengan tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya keberadaan gudang sebagai tempat penyimpanan gabah milik petani
sehingga menumbuhkan kemauan bersama untuk menjaganya. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan oleh Pegadaian dengan memanfaatkan kerjasama dengan Departemen
Pertanian untuk ikut serta dalam kegiatan pembinaan pertanian, baik dalam sarasehan
maupun di lapangan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 25


Pusat Pembiayaan, 2006
Pada kesempatan ini Pegadaian memberikan penjelasan tentang gabah yang
digadaikan, harga taksiran, plafond kredit dan syarat-syarat menggadai serta sistem
keamanan terpadu yang diharapkan tumbuh dari masyarakat. Untuk itu Cabang
Pengelola Kredit Tunda Jual Gabah dapat bekerjasama dengan petugas penyuluh Dinas
Pertanian setempat, khususnya pembinaan kepada para petani padi.

PERUM PEGADAIAN DEPARTEMEN


PERTANIAN

KANTOR CABANG DINAS


PERUM PEGADAIAN PERTANIAN

AGEN GADAI/ BIPP /


PENGGILINGAN PADI KCD PERTANIAN

PETANI

Keterangan :
: Koordinasi
: Tindak lanjut kegiatan
: Pembinaan

Gambar 2. Skema Kelembagaan Sistem Tunda Jual Gabah

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 26


Pusat Pembiayaan, 2006
IV. SISTEM TUNDA JUAL KOMODITAS PETERNAKAN

4.1. Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan produksi peternakan, pemerintah telah berusaha
meningkatkan populasi ternak di dalam negeri dan impor ternak. Impor ternak
dilakukan terutama untuk ternak besar (sapi), yaitu sapi bakalan untuk dipotong, induk
sapi, dan bahkan daging (beku) dengan pengawasan sangat ketat untuk mencegah
menularnya penyakit hewan.
Selama ini usaha peternakan masih didominasi oleh usaha mikro dan usaha
kecil sebagai usaha sampingan atau usaha keluarga untuk tabungan atau memenuhi
kebutuhan mendesak. Namun dengan meningkatnya pengetahuan dan kemampuan
peternak, tidak sedikit peternakan sebagai usaha pokok keluarga dan dikelola secara
sungguh-sungguh.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi daging dan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga peternak yang mendesak, ternak dijual dengan cukup
murah atau masih relatif kecil. Dengan demikian keuntungan dan manfaat yang
diperoleh masih belum optimal dan bahkan ada kecenderungan induk ternak yang
masih produktif juga dijual. Sehubungan dengan kondisi tersebut salah satu upaya
menjual ternak selagi masih kecil atau induk sapi adalah dengan menerapkan sistem
tunda jual peternakan.
Sistem tunda jual komoditas peternakan bertujuan untuk (1). membantu petani
dalam meningkatkan pendapatan dengan menerapkan tunda jual ternaknya; (2).
mengurangi penjualan ternak bakalan dan induk ternak milik peternak; dan (3).
membantu peternak memperoleh ternak bakalan atau induk ternak untuk dipelihara
dengan kerjasama saling menguntungkan.
Dalam usaha peternakan telah berkembang cukup pesat menjadi usaha yang
menguntungkan dan menjadi usaha pokok, bahkan menjadi usaha berskala industri.
Namun sampai saat ini usaha peternakan masih didominasi oleh usaha skala mikro dan
usaha kecil.
Salah satu kendala dalam usaha peternakan khususnya usaha mikro dan kecil
adalah permodalan. Permodalan tersebut antara lain untuk membeli bibit ternak
bakalan atau induk ternak. Seringkali untuk memenuhi kebutuhan mendesak

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 27


Pusat Pembiayaan, 2006
peternak menjual ternaknya yang belum siap jual atau induk ternak yang sedang
bunting. Dengan demikian peternak akan mengalami kerugian atau hanya mendapat
keuntungan relatif kecil.
Tunda jual merupakan salah satu usaha untuk mengatasi masalah permodalan,
mengurangi kerugian peternak dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
Sementara itu usaha ternaknya masih dapat dilakukan sampai siap jual atau beranak
dan berkembang.
Pemerintah dapat memfasilitasi dalam menyediakan permodalan untuk membeli
bibit bakalan atau ternak induk dengan pembagian keuntungan yang telah disepakati
sebelumnya. Sistem tunda jual yang diterapkan dapat mengikuti pola pembagian
keuntungan dengan sistem “maro”, sistem bagi hasil sesuai kesepakatan dan sistem
kredit.
Dalam prakteknya, pola kemitraaan tunda jual dapat dikembangkan untuk
ternak unggas yang dipelihara untuk diambil hasil telurnya atau hasil dagingnya
(dipotong). Misalnya ternak ayam potong atau ayam petelur, itik petelur, burung
puyuh pedaging dan petelur. Sistem tunda jual ini dapat dilakukan dengan pembagian
keuntungan yang disepakati bersama.
Manfaat bagi peternak dalam sistem tunda jual ini antara lain adalah:
a. Peternak dapat memperoleh bibit dan menyalurkan hobinya tanpa harus
mengeluarkan modal sendiri.
b. Peternak dapat menunda penjualan ternaknya dan meminjam dana dari
pemilik modal dengan jaminan ternak untuk terus dipelihara.
c. Peternak dapat menjual ternaknya pada saat harga cukup menguntungkan
atau pada saat kebutuhan ternak meningkat, misalnya hari raya atau hari
besar keagamaan dan tahun baru.
d. Peternak memperoleh kotoran ternak untuk pupuk yang dapat dipakai
sendiri atau dijual untuk menambah penghasilan.
Manfaat tunda jual ternak bagi pemilik modal atau investor adalah:
a. Pemilik modal dapat menanamkan modal untuk membantu peternak skala
mikro atau kecil tanpa harus terjun langsung dalam usaha pemeliharaan.
b. Membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi
peternakan dan upaya swa sembada daging.
c. Sebagai alternatif investasi yang menguntungkan dibandingkan investasi
lain, misalnya tabungan atau deposito.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 28


Pusat Pembiayaan, 2006
d. Sebagai penyaluran hobi memelihara ternak, sementara investor tidak
memiliki waktu yang cukup untuk memelihara dan merawat ternaknya.
Manfaat tunda jual ternak bagi pemerintah adalah:
a. Mencegah penjualan ternak bibit bakalan oleh petani.
b. Mencegah pemotongan bibit bakalan dan induk ternak.
c. Mendorong peningkatan produksi peternakan dalam negeri.
d. Mengurangi impor ternak potong atau daging.
e. Menghindari masuknya dan berkembangnya penyakit hewan berbahaya.

4.2. Pola Tunda Jual Komoditas Peternakan


A. Pola Tradisional atau Gaduhan
Pola tradisionil atau gaduhan merupakan pola kemitraan yang telah lama
berkembang dan dilakukan oleh masyarakat peternak di pedesaan, baik untuk ternak
besar maupun ternak kecil. Pola gaduhan ini sampai saat ini masih banyak dilakukan
peternak di pedesaan bekerjasama dengan pemilik modal.
Dalam pola ini pemilik modal membeli ternak kecil atau besar yang diserahkan
kepada peternak untuk dipelihara dengan baik. Ternak yang diserahkan ini terutama
adalah ternak induk betina, sehingga akan berkembang atau mampu beranak.
Sistem pembagian keuntungan adalah dengan sistem “maro” atau pola bagi
hasil 50:50 untuk anakan yang dihasilkan atau atas dasar kesepakatan. Induk ternak
masih tetap menjadi pemilik modal dan tetap dipelihara oleh peternak sampai
berkembang biak kembali.
Dalam kondisi ternak yang dipelihara tidak mampu beranak atau mandul,
sementara telah banyak tenaga peternak dicurahkan untuk pemeliharaan ternak
tersebut, pemilik modal modal dan peternak dapat bersepakat untuk menjual
ternaknya dan pemilik modal mengganti biaya pemeliharaan.
Dalam pola ini peternak wajib memelihara ternak milik investor secara baik dan
wajar sesuai dengan kondisi ternak. Apabila ditemukan kondisi yang mengakibatkan
ternak yang dipelihara mati atau hilang, peternak wajib memberitahukan secepatnya
kepada pemilik modal dengan membawa surat laporan kehilangan dari polisi atau
pengurus desa setempat dengan membawa saksi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam kondisi kehilangan atau kematian ternaknya karena kelalaian peternak dapat
diminta ganti rugi atau atas dasar kesepakatan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 29


Pusat Pembiayaan, 2006
Pelaksanaan sistem tunda jual dapat dilakukan dengan peternak perseorangan
atau kelompok peternak dengan sistem kandang kelompok. Dalam sistem perorangan
pemeliharaan ternak dilakukan sendiri, sedangkan apabila dilakukan oleh kelompok
peternak pemeliharaan dapat dilakukan secara bersama-sama atau dengan bergilir dan
pembagian tugas sesuai keahliannya.

B. Pola Bagi Hasil


Dalam sistem tunda jual dengan pola bagi hasil yang dilakukan dengan sistem
kemitraan dan biasanya dilakukan untuk ternak potong. Pemilik modal menyerahkan
bibit ternak potong (bakalan) kepada peternak. Peternak memelihara ternak sampai
kondisi siap potong atau siap jual. Peternak hanya menyiapkan kandang pemeliharaan
dan menyediakan pakan ternak. Pola ini sering pula disebut penggemukan sapi potong.
Setelah ternak siap potong pada umur tertentu ternak dijual di pasaran atau
pemilik modal membeli kembali ternak siap potong tersebut. Harga ternak atas dasar
harga pasaran atau atas dasar kesepakatan bersama sebelumnya.
Pembagian keuntungan didasarkan atas harga pembelian bibit ternak bakalan
dan harga jual ternak tersebut. Selisih nilai jual dan beli tersebut dibagi antara
peternak dan pemilik modal. Besar bagi hasil didasarkan atas kesepakatan, antara lain
50:50, 60:40 dan 70:30 untuk peternak dan pemilik modal.
Di samping bibit ternak, dalam pemeliharaan intensif pemilik modal dapat
menyediakan sarana produksi ternak yang penting, seperti vitamin dan obat-obatan
serta konsentrat, sedang pakan disediakan oleh peternak.

C. Pola Kemitraan dengan sistem kredit


Pola kemitraan peternak dengan sistem kredit berkembang dengan adanya
program Bantuan langsung Masyarakat (BLM), Bantuan Pinjaman langsung Masyarakat
dan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
Di dalam pola ini peternak memperoleh bibit bakalan atau induk ternak bunting
dengan harga yang diketahui bersama dan dihitung sebagai pinjaman kredit biasanya
lewat bank. Peternak mengembalikan pinjaman kredit dengan membayar pokok dan
bunganya dengan diangsur dalam jangka waktu tertentu.
Bunga pinjaman biasanya atas dasar bunga komersial yang dihitung “sistem
flat” atau menurun. Sistem ini telah diterapkan dan berhasil di Daerah Istimewa

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 30


Pusat Pembiayaan, 2006
Yogyakarta melalui Dinas Peternakan setempat. Dana yang digunakan berasal dari
pihak swasta atau BUMN dengan jaminan Gubernur/Pemda.

4.3. Pelaksanaan Sistem Tunda Jual Komoditas Peternakan


Guna keberhasilan penerapan sisten tunda jual ini dapat dipertimbangkan
secara baik mengenai pemilihan calon lokasi, calon peternak yang akan memelihara
dan merawat ternak serta calon ternak bakalan atau bibit yang menjadi obyek tunda
jual ini. Kesalahan dalam memilih salah satu dari ketiga hal tersebut dapat menjadi
penyebab kurang berhasil atau kegagalan dan kerugian serta sulit berkembang.

A. Pemilihan Calon Lokasi


Calon lokasi untuk pelaksanaan tunda jual ternak sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Tersedia cukup hijauan makanan ternak sepanjang tahun termasuk adanya
padang penggembalaan.
2. Tersedia cukup limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai tambahan
pakan ternak.
3. Tersedia cukup limbah industri pertanian, seperti ampas tahu, bungkil
kedele, ampas nenas, limbah kelapa sawit, dll.
4. Tersedia cukup air, baik untuk ternak maupun untuk padang rumput yang
dipelihara.
5. Lokasi dekat dengan kios saprodi untuk ternak, misalnya obat hewan,
konsentrat, dan kebutuhan lainnya.
6. Lokasi berdekatan dengan sumber bibit ternak (tentative).

B. Pemilihan Calon Peternak


Persyaratan calon peternak antara lain:
1. Telah berpengalaman dalam memelihara ternak sejenis minimal 1 tahun.
2. Tidak memiliki pinjaman kredit dari bank untuk skim kredit peternakan.
3. Belum pernah menerima bantuan modal dari sumber lain.
4. Peternak skala mikro dan kecil untuk perorangan atau kelompok.
5. Kesulitan modal untuk pengadaan bibit ternak bakalan atau induk ternak.
6. Bertempat tinggal di pedesaan dan diutamakan telah berkeluarga.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 31


Pusat Pembiayaan, 2006
C. Pemilihan Bibit Ternak
Untuk ternak potong yang dilakukan dengan penggemukan, sebaiknya dipilih
berdasarkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Populasi ternak cukup besar, sehingga memudahkan memperoleh bibit
bakalan atau induk ternak, misalnya sapi bali atau sapi madura atau sapi
campuran. (persilangan ternak lokal dan impor).
2. Pertambahan populasi ternak setiap tahun cukup besar dapat digunakan
sebagai indikator pemilihan ternak yang akan digunakan dalam sistem
tunda jual.
3. Penyebaran ternak cukup luas di berbagai daerah, sehingga mudah
memperoleh bibit ternak bakalan yang prospektif, seperti sapi bali dan sapi
PO (peranakan Ongole).
4. Produksi karkas
Produksi karkas didasarkan pada bobot badan dan persentase karkas.
Harga ternak biasanya ditentukan oleh produksi karkas dari ternak tersebut.
Semakin tinggi produksi karkas, semakin tinggi nilai atau harga ternak
tersebut. Berdasarkan penelitian, rata-rata persentase karkas berkisar
antara 44,9 % s/d 56,9 %. Produksi karkas tertinggi diperoleh pada sapi
bali dan terendah pada sapi PO.
5. Efisiensi penggunaan pakan
Efisiensi penggunaan pakan ditentukan oleh konversi pakan dari jumlah
pakan yang dikonsumsi dan untuk mencapai pertambahan 1 kg bobot
badan. Konsumsi pakan atau ransum diukur dari bahan kering pakan atau
ransum untuk mencapai 1 kg bobot badan. Berdasakan penelitian, efisiensi
penggunaan pakan untuk sapi bali dan sapi PO cukup tinggi, sehingga
prospektif untuk dipilih.

Berdasarkan kelima indikator tersebut sapi bali dan sapi PO lebih prospektif
untuk dikembangkan. Namun demikian apabila dalam suatu daerah mengalami
kesulitan dengan bibit ternak tersebut dapat menggunakan ternak yang mudah
diperoleh di daerah setempat. Dalam kondisi tertentu dapat menggunakan bibit jantan
sapi perah untuk ternak potong.
Untuk ternak unggas, seperti ayam potong atau petelur, itik atau burung puyuh
dapat berhubungan dengan perusahaan pembibitan ternak unggas atau burung puyuh

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 32


Pusat Pembiayaan, 2006
sesuai sistem tunda jual yang akan dilakukan. Dalam sistem tunda jual ini pemilik
modal dapat menyediakan sarana produksi pakan dan obat-obatan dengan pola
kemitraan dan akan menampung kembali hasil ternaknya.

D. Pelaksanaan.
1. Pemilik modal atau investor pemerintah atau swasta menetapkan calon
lokasi dan calon peternak bekerjasama dengan Dinas Teknis setempat.
2. Pemilik modal menetapkan jenis ternak yang akan digunakan dalam sistem
tunda jual dengan beberapa kriteria di atas.
3. Investor dan peternak membuat kesepakatan bersama diketahui oleh
pejabat setempat termasuk hak dan kewajiban masing-masing.
4. Investor dan peternak secara bersama memilih ternak dengan harga yang
diketahui kedua belah pihak.
5. Serah terima bibit ternak dengan berita acara serah terima ternak.
6. Lama pelaksanaan tunda jual tergantung tujuan dan kesepakatan. Untuk
ternak potong melalui penggemukan biasanya selama 3 – 6 bulan dengan
menggunakan ternak sapi berumur 1 - 2 tahun. Sedangkan untuk program
ternak induk dengan sistem bagi hasil dan kredit mencapai 1 – 3 tahun.
7. Perjanjian pemasaran hasil atau pembelian ternak kembali dituangkan
dalam perjanjian termasuk harga yang disepakati atau harga pasar.
8. Harga jual ternak biasanya dihitung berdasarkan berat sapi hidup untuk
memperoleh perkiraan berat karkasnya.

4.4. Pembinaan Sistem Tunda Jual Komoditas Peternakan


Pembinaan dilakukan oleh pemerintah terutama dalam teknis usaha peternak
yang menyangkut budidaya dan pemeliharaan ternak, penyediaan pakan dan
konsentrat serta obat-obatan yang diperlukan dengan menyediakan petugas penyuluh
lapangan sebagai tenaga pendamping. Pemerintah dapat pula melakukan pelatihan
singkat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peternak dalam usaha
tersebut.
Pemerintah dapat pula sebagai fasilitator dalam membantu atau memberikan
rekomendasi dalam menyalurkan modal investor, memilih calon peternak, calon lokasi
dan bibit ternak atau indukan yang digunakan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 33


Pusat Pembiayaan, 2006
Sebagai fungsi pelayanan, pemerintah di samping terus ikut memantau
perkembangan ternak di wilayahnya juga memfasilitasi pascapanen dan pemasaran
hasilnya atau mencarikan perusahaan peternak besar untuk melaksanakan kerjasama
kemitraan, terutama dalam penyediaan bibit, pakan dan pemasaran hasil.
Mengingat usaha tersebut dapat meningkatkan kegiatan produktif di
daerahnya, maka Pemda setempat dapat mengalokasikan sebagian dana APBD untuk
penguatan modal atau sebagai penjamin bagi investor. Dengan demikian investor
besar akan lebih mantap dalam melakukan investasi di daerah tersebut.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 34


Pusat Pembiayaan, 2006
V. SISTEM TUNDA JUAL KOMODITAS PERKEBUNAN

5.1. Latar Belakang


Usaha di sektor pertanian ditandai dengan sifatnya yang musiman, produk yang
dihasilkan mudah rusak, mutu relatif rendah dan jumlahnya banyak, terutama pada
saat panen. Karena sifat-sifat tersebut, maka perlu dukungan teknologi pengembangan
sampai dengan taraf pengolahan produk, sehingga meningkatkan nilai tambah bagi
produk tersebut. Pengembangan komoditas agribisnis sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan pangan, kebutuhan bahan baku industri dan peningkatan
ekspor.

Pada saat panen, sebagian besar petani berupaya ingin segera menjual hasil
panennya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh uang kontan guna memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya, di antaranya untuk membayar hutang, membiayai
sekolah anaknya dan untuk membiayai usaha budidaya selanjutnya. Keadaan tersebut
menyebabkan harga komoditas panen pun turun drastis sehingga pendapatan petani
dari penjualan hasil panennya menjadi rendah, yang pada akhirnya petani belum
mendapat penghasilan yang layak dari hasil panennya.

Kondisi tersebut juga dialami petani yang mengusahakan komoditas


perkebunan. Pada saat panen, harga komoditas perkebunan juga cenderung turun
karena banyaknya stok panen di lapangan. Sedangkan petani memerlukan dana untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Di negara-negara berkembang, perdagangan komoditi perkebunan sering


menjadi masalah, antara lain pelaku usaha sulit mengakses kredit perbankan, suku
bunga tinggi dan sulit mengakses sumber informasi harga. Akibatnya daya saing
produk lemah dan petani selalu dirugikan dalam transaksi perdagangan.

Dalam upaya membantu memecahkan masalah tersebut, salah satu alternatif


untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan menyelenggarakan sistem
tunda jual komoditas perkebunan. Petani/pekebun dapat memperoleh pinjaman/
kredit dengan agunan hasil kebunnya, dari sumber keuangan yang ada.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 35


Pusat Pembiayaan, 2006
Sistem tunda jual komoditas perkebunan atau seringkali disebut dengan sistem
resi gudang, pada dasarnya dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi petani tersebut di atas. Resi gudang yaitu suatu tanda bukti
penyimpanan komoditi yang dapat digunakan sebagai agunan kepada bank karena
tanda bukti tersebut dijamin dengan adanya persediaan komoditi tertentu dalam suatu
gudang yang dikelola perusahaan pergudangan (warehouse manager) secara
profesional. Sistem ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem
pemasaran dan keuangan yang telah dikembangkan di negara-negara maju.

Sistem ini telah mampu meningkatkan efisiensi sektor agro industri, karena baik
produsen maupun sektor komersial telah mampu merubah status persediaan bahan
mentah dan setengah jadi menjadi suatu produk yang dapat diperjualbelikan secara
luas.

Di negara-negara berkembang, sistem ini kurang berkembang karena adanya


berbagai hambatan, antara lain :

1). Kurangnya insentif atau peluang bagi berkembangnya sistem pergudangan


yang efisien yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Hal ini merupakan
konsekuensi dari intervensi pemerintah dalam stabilisasi harga komoditi.
2). Masih kurangnya aspek legalitas yang mendukung resi gudang sebagai
instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan.
3). Kurangnya pemahaman dari sektor-sektor komersial tentang resi gudang
sebagai surat berharga yang dapat diperdagangkan.
4). Tingginya tingkat bunga yang berlaku, yang menyebabkan kurang
menariknya sistem ini.

5.2. Model Resi Gudang

Model resi gudang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) model :

A. Model “Regulated Elevator Company”


Perusahaan yang disebut elevator adalah kelompok perusahaan yang terdiri
dari pedagang komoditi biji-bijian, perusahaan dagang, dan koperasi petani yang
terdaftar pada dan diawasi oleh badan / lembaga pemerintah. Perusahaan tersebut
diwajibkan memberikan pelayanan penyimpanan kepada umum dan pemerintah

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 36


Pusat Pembiayaan, 2006
menyediakan jasa atau menunjuk pihak swasta untuk melakukan inspeksi dan sortasi
kualitas dan kuantitas dari barang yang disimpan di gudang.

Untuk dapat ditunjuk sebagai perusahaan elevator, mereka harus memiliki


keahlian yang profesional di bidang pergudangan. Lembaga pengawas secara rutin
melakukan inspeksi terhadap kegiatan mereka dan kepada mereka diwajibkan untuk
menyampaikan laporan audit secara teratur. Semua barang yang disimpan di gudang
harus diasuransikan, dan setiap penerbitan resi gudang harus dijamin melalui
penerbitan “insurance bond”. Perusahaan tersebut juga wajib ikut serta dalam
pembentukan skema dana ganti rugi (indemnity fund), yang selanjutnya digunakan
untuk menjamin kreditor jika terjadi wan-prestasi oleh anggotanya.

Model ini memiliki keunggulan finansial dan praktis dibandingkan dengan


model lainnya. Selain karena perusahaan dagang mempunyai jalur distribusi yang luas
sehingga dapat meliput wilayah geografis yang luas, model ini juga dapat
meningkatkan turn over perusahaan dan meningkatkan keuntungan. Pergudangan
yang didirikan di pelosok daerah dapat membina hubungan dan memberikan
bimbingan kepada para petani untuk dapat memperoleh jaminan bagi komoditi mereka
bila disimpan di gudang dan memberikan jasa pemasaran.

B. Model “General Warehousing”


Kelompok ini merupakan pergudangan umum, di mana operatornya menerima
penyimpanan produk dan berbagai komoditi lain. Mereka umumnya memberikan jasa-
jasa tambahan seperti transportasi, namun tidak melibatkan diri di bidang
perdagangan karena dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Pergudangan
seperti ini juga melibatkan diri dalam pengembangan pergudangan di lapangan (field
warehousing), dengan memberikan jasa manajemen kepada gudang-gudang milik
petani, pedagang, dan industri manufaktur, dan mengeluarkan resi gudang yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk memperoleh pinjaman dari bank.

Meskipun sistem ini tidak banyak menuntut peran pemerintah, tetapi karena
operator gudangnya banyak yang kurang memiliki keahlian, maka sering terjadi wan-
prestasi yang merugikan pihak kreditor.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 37


Pusat Pembiayaan, 2006
C. Model “Private Trader”
Di negara yang belum memiliki ketentuan perundang-undangan tentang
pergudangan mungkin saja terdapat jasa pergudangan yang dapat memberikan
fasilitas seperti yang diberikan perusahaan elevator. Jasa ini hanya dapat diberikan
oleh perusahaan-perusahaan besar seperti perusahaan multi nasional yang memiliki
“credit-rating” yang tinggi atau yang bonafide saja, sehingga umumnya nama mereka
lah yang akan menjadi jaminan bagi para kreditor. Pemerintah dalam hal ini dapat
mendorong para pengusaha besar untuk memberikan pelayanan pergudangan
berdasarkan model ini.

Model ini dapat berkembang meskipun ketentuan yang mengatur penerbitan


resi gudang belum ada. Selain itu, dalam sistem ini tidak diperlukan “check and
balance” untuk melindungi para kreditor.

5.3. Model Resi Gudang yang berlaku di Indonesia

Untuk mendapatkan penjaminan pembiayaan, telah dikembangkan resi gudang

bergaransi yang didefinisikan sebagai bukti penyimpanan komoditas yang diagunkan

dan telah diregistrasi oleh Lembaga Penjamin Penyelesaian untuk memperoleh

penjaminan pembiayaan atas transaksi-transaksi impor/ekspor/beli-kembali, di mana

agunan tersebut dikelola oleh Pengelola Gudang/Agunan dan pelunasan kewajiban

dijamin dari penjualan komoditas fisik.

Para produsen termasuk petani, kelompoktani, prosesor dan eksportir

selanjutnya dapat menyimpan komoditas mereka di Perusahaan Pergudangan yang

mengeluarkan resi gudang. Resi gudang tersebut diregistrasi oleh Lembaga Penjamin

Penyelesaian yang kemudian menerbitkan resi gudang bergaransi yang selanjutnya

dapat digunakan sebagai agunan pembiayaan atau diperdagangkan.

A. Persyaratan Resi Gudang Bergaransi

Agar sistem resi gudang bergaransi dapat dijalankan, beberapa persyaratan


yang harus dapat dipenuhi antara lain :

1. Aspek Legal

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 38


Pusat Pembiayaan, 2006
 Diperlukan aspek hukum yang mendukung resi gudang yang dapat
didayagunakan sebagai agunan untuk memperoleh pembiayaan dari
perbankan atau kreditur dan juga dapat diperdagangkan.
 Sementara belum ada Undang-Undang tentang Resi Gudang,
operasionalisasi Resi Gudang dapat dilaksanakan berdasarkan perjanjian
antara para pihak (penyerah komoditas, pengelola agunan/pergudangan,
lembaga penjamin penyelesaian, bank).
 Semua hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dalam operasional suatu Resi
Gudang (petani, kelompok tani, ekportir, prosesor, pengelola
agunan/pergudangan, penjaminan, asuransi, perusahaan sertifikasi dan
perbankan) harus didefisinisikan secara jelas.
 Apabila terjadi default atau cidera janji, maka harus ada kepastian hukum
tertentu (dalam kontrak kerja sama) bahwa Penjaminan dan pemegang
Resi Gudang Bergarasi terakhir memperoleh prioritas penerimaan hasil
likuidasi komoditas yang digunakan sebagai agunan.
 Lembaga Penjaminan melakukan registrasi atas setiap Resi Gudang yang
diterimanya dan menerbitkan Resi Gudang Bergaransi yang selanjutnya
dapat digunakan sebagai agunan pembiayaan atau diperdagangkan.
Lembaga Penjaminan juga melakukan pengelolaan resiko terhadap fluktuasi
harga komoditas dan jatuh tempo sertifikat mutu komoditas atau Resi
Gudang yang bersangkutan.
 Apabila terjadi default atau cidera janji Lembaga Penjamian Penyelesaian
berkewajiban menyelesaikan kepada bank/kreditur dari hasil penjualan fisik
komoditas.
2. Aspek Operasional
 Pihak Pengelola Agunan/ Gudang yang mampu mengelola pergudangan
dengan profesional dan memenuhi standar internasional sehingga
komoditas yang disimpan tidak berubah mutunya pada saat jatuh tempo
Resi Gudang.
 Diperlukan Lembaga Sertifikasi independen yang melakukan sertifikasi,
verifikasi dan inspeksi atas kuantitas dan kualitas komoditas yang disimpan
di gudang.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 39


Pusat Pembiayaan, 2006
 Diperlukan adanya instituti independen yang berkaitan dengan asuransi,
verifikasi dan inspeksi atas kuantitas dan kualitas produk yang disimpan di
gudang.
 Diperlukan Lembaga Asuransi untuk melindungi resiko umum seperti
kebanjiran, perampokan, kebakaran dan juga resiko yang diakibatkan
petugas internal Pengelola, Gudang yang berkaitan dengan fidelity dan
moral hazard.
 Diperlukan dukungan sistem teknologi informasi yang terintegrasi antara
Pengelola Gudang, Bank/Kreditur dan Lembaga Penjaminan Penyelesaian.
3. Integritas Sistem
 Adanya jaminan bahwa kuantitas produk yang disimpan di gudang sama
dengan yang tertera pada resi gudang dan kualitasnya sama atau lebih baik
daripada yang dipersyaratkan. Selain itu ada jaminan penyelesaian
transaksi pada saat resi gudang bergaransi tersebut jatuh tempo sehingga
ada kepastian para pihak untuk memperoleh hak setelah memenuhi
kewajibannya.
 Adanya dana jaminan dan dana agunan yang disesuaikan secara harian
yang dihimpun dari para pelaku pasar. Dana-dana tersebut digunakan
apabila terjadi gagal bayar / gagal serah. Apabila dana jaminan dan dana
agunan tersebut digunakan akan mengurangi biaya bunga pinjaman bank.

5.4. Manfaat Sistem Resi Gudang


Manfaat resi gudang bergaransi antara lain adalah :

A. Memperpanjang masa penjualan hasil produksi petani


Petani yang menyerahkan hasil panennya ke perusahaan pergudangan
yang berhak mengeluarkan resi gudang, akan menerima tanda bukti berupa
resi gudang, yang dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh pinjaman
jangka pendek di bank. Dengan demikian, para petani tidak perlu tergesa-gesa
menjual hasilnya pada masa panen yang umumnya ditandai dengan turunnya
harga komoditas. Hal ini dilakuakn petani yang berkeyakinan bahwa harga
setelah panen akan naik, sehingga dengan menunda penjualan justru akan
memberikan hasil yang optimal bagi petani.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 40


Pusat Pembiayaan, 2006
Pemegang resi gudang dapat memperoleh sumber kredit dari bank
untuk digunakan sebagai modal kerja seperti pembelian bibit, pupuk dan
keperluan lainnya. Tingkat bunga pinjaman selalu dikaitkan dengan tingkat
resiko dari agunan yang diberikan. Untuk itu, jaminan dari resi gudang atas
jumlah, kualitas dan ketepatan waktu penyerahan barang akan dapat
mengurangi tingkat resiko yang dihadapi komoditi, dengan demikian tingkat
bunga pinjaman dengan agunan resi gudang dapat lebih rendah.

B. Sebagai agunan bank


Sebagai agunan bank, karena memberikan jaminan adanya persediaan
komoditi dengan kualitas tertentu kepada pemegangnya tanpa harus
melakukan pengujian secara fisik. Resi gudang dapat dimanfaatkan petani
untuk pembiayaan produknya, sedangkan bagi produsen untuk membiayai
persediaannya. Bila terjadi penyimpangan dalam sistem ini, para pemegang
resi gudang dijamin akan memperoleh prioritas dalam penggantian sesuai
dengan nilai agunannya. Terkumpulnya persediaan komoditi dalam jumlah
besar akan mempermudah memperoleh kredit dan menurunkan biaya untuk
memobilisasi sektor agrobisnis.

C. Mewujudkan pasar fisik dan pasar berjangka yang lebih kompetitif


Resi gudang memberikan informasi yang diperlukan penjual dan

pembeli dalam melakukan transaksi, yang merupakan dasar untuk melakukan

perdagangan komoditi secara luas. Keberadaan resi gudang dapat

meningkatkan volume perdagangan sehingga dapat menurunkan biaya

transaksi. Hal ini dimungkinkan karena dalam bertransaksi tidak perlu lagi

dilakukan inspeksi terhadap barang yang disimpan, baik yang ada di gudang

atau di tempat transaksi. Di negara-negara yang telah menerapkan sistem ini

transaksi pada umumnya hampir tidak pernah lagi dilakukan di gudang. Bila

transaksi ini dilakukan untuk penyerahan barang di kemudian hari

(perdagangan berjangka), maka resi gudang dapat dijadikan sebagai instrumen

untuk memenuhi penyerahan komoditas bagi kontrak berjangka di Bursa

Komoditi yang jatuh tempo.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 41


Pusat Pembiayaan, 2006
D. Mengurangi peran pemerintah dalam stabilitas harga di bidang
komoditi.
Bila harga komoditi strategis berada di bawah harga dasar, maka
pemerintah dapat membeli resi gudang, sehingga tidak perlu lagi menerima
penyerahan barang secara fisik. Karena adanya jaminan kualitas dan kuantitas
komoditi di gudang-gudang penyimpanan, maka pemerintah dalam rangka
pengelolaan cadangan strategis cukup memegang resi gudang saja.

Bila swasta melakukan pembelian, penyimpanan dan penjualan komoditi


melalui mekanisme resi gudang dalam jumlah besar dan sekaligus melakukan
lindung nilai di pasar berjangka, maka peran pemerintah dalam stabilisasi harga
dapat dihapuskan.

E. Memberikan kepastian nilai minimum dari komoditi yang dijadikan


agunan
Karena sifat komoditi primer yang cepat rusak dan standar kualitasnya
berbeda-beda, maka tanpa adanya resi gudang dan lindung nilai, bank-bank
pada umumnya akan memberikan kredit sebesar 50-60 % dari nilai agunan.
Bank dapat memberikan kredit yang lebih besar kepada peminjam yang
melakukan lindung nilai (hedging) untuk komoditi yang dijaminkannya (sampai
dengan 80-90 % dari nilai agunan). Di Kenya, Bank PTA memberikan kredit
kepada eksportir kopi di negaranya dengan cara membeli kontrak opsi kopi di
Bursa Komoditi London untuk melindungi nilai resi gudang yang diagunkan
eksportir kopi tersebut. Dengan melakukan hal ini, bank telah memperoleh
harga minimal dari nilai agunan kopi yang diwakili oleh resi gudang, sehingga
dapat memberikan kredit sebesar 80-90 % dari nilai agunan.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 42


Pusat Pembiayaan, 2006
VI. PENUTUP

Sistem Tunda Komoditas Pertanian bukan merupakan sistem baru yang dikenal
di masyarakat pedesaan, sistem tunda jual telah lama mengakar di masyarakat
pertanian. Namun demikian, sistem tunda jual yang selama ini berjalan sebagian besar
idilakukan oleh petani-petani yang relatif besar dan mempunyai fasilitas sarana
pendukung serta yang lebih penting petani yang melakukan tunda jual adalah petani
yang besar yang mempunyai modal cukup besar. Sedangkan petani kecil selama ini
tidak mampu untuk melakukan tunda jual, dikarenakan keterbatasan sarana
pergudangan maupun keterbatasan dana yang dimiliki untuk menutupi kebutuhan
selama hasil panennya disimpan menunggu harga pasar yang lebih baik.
Pengembangan sistem tunda jual menjadi salah satu alternatif bagi petani
untuk memperoleh harga yang lebih layak (mengambil sebagian margin yang selama
ini hanya dinikmati oleh pedagan pengumpul/tengkulak). Dengan adanya Pedoman
Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian diharapkan para pelaksana teknis baik
pusat maupun daerah dapat mengetahui teknis pelaksanaan sistem tunda jual
komoditas pertanian, sehingga diharapkan dapat mengaplikasikan kegiatan dimaksud
di wilayah kerjanya masing-masing.

Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas Pertanian 43


Pusat Pembiayaan, 2006

Anda mungkin juga menyukai