Anda di halaman 1dari 8

ASAS-ASAS HUKUM DAGANG

I. PENDAHULUAN

Sebelum kita melangkah lebih jauh dan mendalam, kita dituntut untuk
mengerti dan memahami Hukum Dagang. Dan penerarapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Langkah pertama kita dalam membicarakan Hukum Dagang dalam
negara diawali dengan mengemukakan definisi dagang itu sendiri. Dengan terlebih
dahulu mengemukakan definisinya yang sudah disepakati oleh pakar-pakar ilmu
hukum dagang sendiri, kita akan mengetahui berbagai faktor dalam proses
kemunculannya.

Di sini kami akan mengemukakan beberapa pendapat dan berbagai


pemikiran tentang definisi dagang. Mayoritas masyarakat dalam mendefinisikan
dagang cenderung pada segi penjualan. Kecenderungan ini telah tersiar baik di
masyarakat sekitar. Akan kami sebutkan beberapa contoh dari kecenderungan
tersebut dan kami sedikit mengungkapkan dan membahas juga menjawab asas-asas
hukum dagang dalam tulisan ini.

II. PERMASALAHAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa permasalahan, yaitu apakah


ada kaitannya dengan masyarakat dan hubungannya atau dalam istilah lain. Apa
manfaatnya asas-asas hukum dagang itu bagi masyarakat.

III. PEMBAHASAN

A. Definisi Dagang
Perdagangan atau perniagaan dalam arti umum ialah pekerjaan membeli
barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di
tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh
keuntungan.

Di zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan


kepada produsen dan konsumen untuk membelikan menjual barang-barang
yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.

Adapun pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen itu


meliputi beberapa macam pekerjaan, misalnya :

1. Makelar, komisioner

2. Badan-badan usaha (assosiasi-assosiasi). Contoh : P.T, V.O.F

3. Asuransi

4. Perantara bankir

5. Surat perniagaan untuk melakukan pembayaran, dengan cara memperoleh


kredit, dan sebagainya.

Orang membagi jenis perdagangan itu :

1. Menurut pekerjaan yang di lakukan perdagangan

2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan

3. Menurut daerah, tempat perdagangan itu dijalankan

Adapun usaha perniagaan itu meliputi :

1. Benda-benda yang dapat di raba, dilihat serta hak-haknya

2. Para pelanggan
3. Rahasia-rahasia perusahaan.

Menurut Mr. M. Polak dan Mr. W.L.P.A Molengraaff, bahwa :


Kekayaan dari usaha perniagaan ini tidak terpisah dari kekayaan prive
perusahaan.

Dengan demikian sistem atau perusahaan-perusahaan perdagangan yang


berlaku pada umumnya tidak mempertahankan memisah-misahkan kekayaan
perusahaan dari kekayaan prive perusahaan, berhubung dengan pertanggungan
jawab pihak pengusaha terhadap pihak-pihak ketiga. (para kreditor).

Menurut sejarah hukum dagang

Perkembangan dimulai sejak kurang lebih tahun 1500. di Italia dan


Perancis selatan lahir kota-kota pesat perdagangan seperti Florence, Vennetia,
Marseille, Barcelona, dan lain-lain.

Pada hukum Romawi (corpus loris civilis) dapat memberikan


penyelesaian yang ada pada waktu itu, sehingga para pedagang (gilda)
memberikan sebuah peraturan sendiri yang bersifat kedaerahan.

B. Sistematika KUHD

Hukum dagang di Indonesia terutama bersumber pada :

1. Hukum tertulis yang sudah di kodifikasikan

a. KUHD (kitab undang-undang hukum dagang) atau wetboek van


koophandel Indonesia (W.K)

b. KUHS (kitab undang-undang hukum sipil) atau Burgerlijk wetboek


Indonesia (B.W)

2. Hukum-hukum tertulis yang belum dikoodifikasikan, yakni :


Perudang-undangan khusus yang mengatur tentang hal-hal yang
berhubungan dengan perdagangan.

Hukum dagang di atas terkait dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban


yang terbit dari pelajaran, dan dagang pada umumnya.

KUHD di Indonesia kira-kira satu abad yang lalu di bawa dari Belanda
ke tanah air kita, dan KUHD ini berlaku di Indonesia pada 1 Mei 1848 yang
kitabnya terbagi atas dua, masing-masing kitab di bagi menjadi beberapa bab
tentang hukum dagang itu sendiri. Dan terbagi dalam bagian-bagian, dan
masing-masing bagian itu di bagi dalam bagian-bagian dan masing menjadi
pasal-pasal atau ayat-ayat.

Pada bagian KUHS itu mengatur tentang hukum dagang. Hal-hal yang
diatur dalam KUHS adalah mengenai perikatan umumnya seperti :

1. Persetujuan jual beli (contract of sale)

2. Persetujuan sewa-menyewa (contract of hire)

3. Persetujuan pinjaman uang (contract of loun)

Hukum dagang selain di atur KUHD dan KUHS juga terdapat berbagai
peraturan-peraturan khusus (yang belum di koodifikasikan) seperti :

1. Peraturan tentang koperasi

2. Peraturan pailisemen

3. Undang-undang oktroi

4. Peraturan lalu lintas

5. Peraturan maskapai andil Indonesia


6. Peraturan tentang perusahaan negara

C. Hubungan Hukum Perdata dan KUHD

Hukum dagang merupakan keseluruhan dari aturan-aturan hukum yang


mengatur dengan disertai sanksi perbuatan-perbuatan manusia di dalam usaha
mereka untuk menjalankan usaha atau perdagangan.

Menurut Prof. Subekti, S.H berpendapat bahwa :

Terdapatnya KUHD dan KUHS sekarang tidak dianggap pada tempatnya, oleh
karena “Hukum Dagang” tidak lain adalah “hukum perdata” itu sendiri
melainkan pengertian perekonomian.

Hukum dagang dan hukum perdata bersifat asasi terbukti di dalam :

1. Pasal 1 KUHD

2. Perjanjian jual beli

3. Asuransi yang diterapkan dalam KUHD dagang

Dalam hubungan hukum dagang dan hukum perdata dibandingkan pada


sistem hukum yang bersangkutan pada negara itu sendiri. Hal ini berarti bahwa
yang di atur dalam KUHD sepanjang tidak terdapat peraturan-peraturan khusus
yang berlainan, juga berlaku peraturan-peraturan dalam KUHS, bahwa
kedudukan KUHD terdapat KUHS adalah sebagai hukum khusus terhadap
hukum umum.

D. Perantara dalam Hukum Dagang

Pada zaman modern ini perdagangan dapat diartikan sebagai pemberian


perantaraan dari produsen kepada konsumen dalam hal pembelian dan
penjualan.
Pemberian perantaraan produsen kepada konsumen dapat meliputi aneka
macam pekerjaan seperti misalnya :

1. Perkerjaan perantaraan sebagai makelar, komisioner, perdagangan dan


sebagainya.

2. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas baik di darat, laut dan udara

3. Pertanggungan (asuransi) yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya


pedagang dapat menutup resiko pengangkutan dengan asuransi.

E. Pengangkutan

Pengangkutan adalah perjanjian di mana satu pihak menyanggupi untuk


dengan aman membawa orang/barang dari satu tempat ke lain tempat, sedang
pihak lainnya menyanggupi akan membayar ongkos. Menurut undang-undang,
seorang pengangkut hanya menyanggupi untuk melaksanakan pengakutan saja,
tidak perlu ia sendiri yang mengusahakan alat pengangkutan.

Di dalam hukum dagang di samping conossement masih di kenal surat-


surat berharga yang lain, misalnya, cheque, wesel yang sama-sama merupakan
perintah membayar dan keduanya memiliki perbedaan.

Cheque sebagai alat pembayaran, sedangkan wesel di samping sebagai


alat pembayaran keduanya memiliki fungsi lain yaitu sebagai barang dagangan,
suatu alat penagihan, ataupun sebagai pemberian kredit.

F. Asuransi

Asuransi adalah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan


pada suatu kejadian yang belum tentu, kejadian mana akan menentukan untung
ruginya salah satu pihak. Asuransi merupakan perjanjian di mana seorang
penanggung, dengan menerima suatu premi menyanggupi kepada yang
tertanggung, untuk memberikan penggantian dari suatu kerugian atau
kehilangan keuntungan yang mungkin di derita oleh orang yang ditanggung
sebagai akibat dari suatu kejadian yang tidak tentu

G. Sumber-sumber Hukum

Sumber-sumber hukum meliputi yang terdapat pada :

1. Kitab undang-undang hukum perdata

2. Kitab undang-undang hukum dagang, kebiasaan, yurisprudensi dan


peraturan-peraturan tertulis lainnya antara lain undang-undang tentang
bentuk-bentuk usaha negara (No.9 tahun 1969)

3. Undang-undang oktroi

4. Undang-undang tentang merek

5. Undang-undang tentang kadin

6. Undang-undang tentang perindustrian, koperasi, pailisemen dan lain-lain.

H. Persetujuan Dagang

Dalam hukum dagang di kenal beberapa macam persekutuan dagang, antara


lain :

1. Firma

2. Perseroan komanditer

3. Perseroan terbatas

4. Koperasi
DAFTAR PUSTAKA

Siti Soetami, SH., Pengantar Tatat Hukum Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2001.

Kansil, SH., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989.

Krass, Peter (ed), The Book of Business Wisdom, John Wiley & Sons, New York, 1998.

Anda mungkin juga menyukai