Tulisan ini adalah ringkasan Buku Halal dan Haram dalam Islam, karya Yusuf Qardhawi, bab
makanan.
Semoga bermanfaat
MAKANAN
Binatang yang Diharamkan Dalam Pandangan Yahudi dan Nasrani
Dalam pandangan agama Yahudi dan Nasrani (kitabi), Allah mengharamkan kepada orang-
orang Yahudi beberapa binatang laut dan darat, sebagai hukuman berhubung kezaliman dan
kesalahan yang mereka lakukan. Sedangkan orang-orang Nasrani sesuai dengan
ketentuannya harus mengikuti orang-orang Yahudi. Karena itu Injil menegaskan, bahwa Isa
a.s. datang tidak untuk mengubah hukum Taurat (Namus) tetapi untuk menggenapinya.
Tetapi suatu kenyataan, bahwa mereka telah mengubah hukum Taurat itu. Apa yang
diharamkan dalam Taurat telah dihapus oleh orang-orang Nasrani --tanpa dihapus oleh
Injilnya-- mereka mau mengikuti Paulus yang dipandang suci itu dalam masalah halalnya
semua makanan dan minuman, kecuali yang memang disembelih untuk berhala kalau
dengan tegas itu dikatakan kepada orang Kristen: "Bahwa binatang tersebut disembelih
untuk berhala." Paulus memberikan alasan, bahwa semua yang suci halal untuk orang yang
suci, dan semua yang masuk dalam mulut tidak dapat menajiskan mulut, yang dapat
menajiskan mulut ialah apa yang keluar dari mulut. Mereka juga telah menghalalkan babi,
sekalipun dengan tegas babi itu diharamkan oleh Taurat sampai hari ini.
Macam-Macam Bangkai
Empat macam binatang diperinci menjadi 10 macam, sebagai berikut:
Al-Munkhaniqah, yaitu binatang yang mati karena dicekik, baik dengan cara menghimpit
leher binatang tersebut ataupun meletakkan kepala binatang pada tempat yang sempit dan
sebagainya sehingga binatang tersebut mati.
Al-Mauqudzah, yaitu binatang yang mati karena dipukul dengan tongkat dan sebagainya.
Al-Mutaraddiyah, yaitu binatang yang jatuh dari tempat yang tinggi sehingga mati. Yang
seperti ini ialah binatang yang jatuh dalam sumur.
An-Nathihah, yaitu binatang yang baku hantam antara satu dengan lain, sehingga mati.
Maa akalas sabu, yaitu binatang yang disergap oleh binatang buas dengan dimakan
sebagian dagingnya sehingga mati."Kecuali binatang yang kamu sembelih," yakni apabila
binatang-binatang tersebut kamu dapati masih hidup, maka sembelihlah.
Daruratnya Berobat
Daruratnya berobat, yaitu ketergantungan sembuhnya suatu penyakit pada memakan
sesuatu dari barang-barang yang diharamkan itu. Dalam hal ini para ulama fiqih berbeda
pendapat. Di antara mereka ada yang berpendapat, berobat itu tidak dianggap sebagai
darurat yang sangat memaksa seperti halnya makan. Pendapat ini didasarkan pada sebuah
hadis Nabi yang mengatakan:"Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhanmu
dengan sesuatu yang Ia haramkan atas kamu." (Riwayat Bukhari) Sementara mereka ada
juga yang menganggap keadaan seperti itu sebagai keadaan darurat, sehingga dianggapnya
berobat itu seperti makan, dengan alasan bahwa kedua-duanya itu sebagai suatu keharusan
kelangsungan hidup. Dalil yang dipakai oleh golongan yang membolehkan makan haram
karena berobat yang sangat memaksakan itu, ialah hadis Nabi yang sehubungan dengan
perkenan beliau untuk memakai sutera kepada Abdur-Rahman bin Auf dan az-Zubair bin
Awwam yang justru karena penyakit yang diderita oleh kedua orang tersebut, padahal
memakai sutera pada dasarnya adalah terlarang dan diancam.
Jenis Makanan yang Halal dan Haram
Halal artinya boleh, jadi makanan yang halal ialah makanan yang dibolehkan untuk
dimakan menurut ketentuan syari’at Islam. segala sesuatu baik berupa tumbuhan,
buah-buahan ataupun binatang pada dasarnya adalah hahal dimakan, kecuali
apabila ada nash Al-Quran atau Al-Hadits yang menghatamkannya. Ada
kemungkinan sesuatu itu menjadi haram karena memberi mudharat bagi kehidupan
manusia seperti racun, barang-barang yang menjijikan dan sebagainya.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah : 17)
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi.” (QS. Al-Baqarah : 168).
Dari Abu Hurairah RA. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah
SWT adalah Zat Yang Maha Baik, tidak mau menerima kecuali yang baik, dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mu’min sesuai dengan apa
yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman : Hai para Rasul,
makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang sholeh. Allah
Ta’ala berfirman : Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik
yang Kami berikan kepada kamu sekalian…”. (HR. Muslim)
Rasulullah SAW, ditanya tentang minyak sanin, keju dan kulit binatang yang
dipergunakan untuk perhiasan atau tempat duduk. Rasulullah SAW bersabda : Apa
yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya adalah halal dan apa yang diharamkan
Allah di dalam Kitab-Nya adalah haram, dan apa yang didiamkan (tidak
diterangkan), maka barang itu termasuk yang dimaafkan”. (HR. Ibnu Majah dan
Turmudzi).
Berdasarkan firman Allah dan hadits Nabi SAW, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
makanan yang halal ialah :
Haram artinya dilarang, jadi makanan yang haram adalah makanan yang dilarang
oleh syara’ untuk dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara’ pasti ada
bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan
mendapat pahala.
Catatan :
semua bangkai adalah haram kecuali bangkai ikan dan belalang.
semua darah haram kecuali hati dan limpa.
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk.” (QS. Al-A’raf : 157)
Sabda Nabi SAW : “Daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup,
maka yang terpotong itu termasuk bangkai”. (HR. Ahmad)
5. Makanan yang didapat dengan cara yang tidak halal seperti makanan
hasil curian, rampasan, korupsi, riba dan cara-cara lain yang dilarang agama.
1. Semua jenis aiar atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan
manusia, baik membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun aqidah.
2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah
memabukkan seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang
terkena najis.
4. Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang
tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.